Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa yang telah melimpahkan rahmat sehingga makalah yang berjudul
Kegawatdaruratan Obstetri dapat diselesaikan sesuai target yang ingin
dicapai oleh penulis.
Makalah ini dibuat untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca
mengenai prinsip dasar dan penilaian kegawatdaruratan obstetri, penilaian
pemeriksaan lengkap sertaasuhan keperawatan. Selain itu, makalah ini juga
dibuat untuk menambah wawasan bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ns. Sri Susanty M.Kes selaku dosen pengampuh mata kuliah blok
kegawatdaruratan
Semoga usaha pembuatan makalah yang telah dikerahkan ini dapat
membuahkan hasil yang maksimal dan bermanfaat bagi penulis maupun
pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mohon maaf, karena sesungguhnya
kesempurnaan itu hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa.

Kegawatdaruratan Obstetrik Page 1


DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar ....................................................................... 1

Daftar Isi ................................................................................. 2

BAB I Pendahuluan

A Latar belakang .............................................................. 3


B Rumusan Masalah ......................................................... 4
C Tujuan............................................................................. 4
D Manfaat Penulisan ......................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN KASUS

A Prinsip dasar kegawatdaruratan obstetrik ..................... 5


B Penilaian awal kegawatdaruratan obstetrik .................. 5
C Penilaian klinik lengkap kegawatdaruratan obstetrik .... 6
D Penilaian masalah kehamilan ........................................ 8
E Asuhan Keperawatan ..................................................... 10

BAB III PENUTUP

A Kesimpulan .................................................................... 16
B Saran ............................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA

Kegawatdaruratan Obstetrik Page 2


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurang lebih sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil
setiap tahunnya. Pada umumnya kehamilan ini berlangsung dengan
aman. Tetapi, sekitar 1554 menderita komplikasi berat, dengan
sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu.
Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta ibu
setiap tahun.
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu
sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari setelah sesudah berakhirnya
kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan. Indikator
yang umum digunakan dalam kematian ibu adalah Angka Kematian Ibu
(Maternal Mortality Ratio) yaitu jumlah kematian ibu dalam 1.000.000
kelahiran hidup. Angka ini mencerminka risiko obstetri yang dihadapi oleh
seorang ibu sewaktu ia hamil. Jika ibu tersebut hamil beberapa kali,
risikonya meningkat dan digambarkan sebagai risiko kematian ibu
sepanjang hidupnya, yaitu pribabilitas menjadi hamil dan probabilitas
kematian karena kehamilan sepanjang masa reproduksi.
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsug.
Kematian ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan,
persalinan, atau masa nifas dan segala intervensi atau penanganan tidak
tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung merupakan
akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang sudah timbul
sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya
malaria, anemia, HIV/AIDS dan penyakit kardiovaskular.
Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian langsung.
Pola penyebab langsung dimana-mana sama, yaitu perdarahan (25 %,
biasa perdarahan pascapersalinan), sepsis (15 %), hipertensi dalam
kehamilan (12 %), partus macet (8 %), komplikasi aborsi tidak aman (13
%), dan sebab-sebab lain (8 %).
Mengenal kasus gawatdarurat obstetri secara dini sangat penting
agar pertolongan yang cepat dan tepat dapat dilakukan. Dalam
menangani kasus gawatdarurat, penentuan permasalahan utama
(diagnosis) dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat,
cermat, dan terarah. Dengan diagnosis yang tepat maka
penatalaksanaan yang dilakukan juga dapat tepat mengenai sasaran, hal
ini dapat memprkecil angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB).

Kegawatdaruratan Obstetrik Page 3


Kegawatdaruratan Obstetrik Page 4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana prinsip dasar kegawatdaruratan obstetri?
2. Bagaimana penilaian awal kegawatdaruratan obstetri?
3. Bagaimana penilaian klinik lengkap kegawatdaruratan obstetri?
4. Bagaimana penilaian masalah pada kehamilan?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada kegawatdaruratan obstetrik

C. Tujuan pembahasan
1. Mengetahui prinsip dasar kegawatdaruratan obstetri
2. Mengetahui penilaian awal kegawatdaruratan obstetri
3. Mengetahui penilaian klinik lengkap kegawatdaruratan obstetri
4. Mengetahui penilaian masalah pada kehamilan
5. Mengetahui asuhan keperawatan pada kegawatdaruratan obstetrik

D. Manfaat penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1. Sebagai informasi mengenai kegawatdaruratan obstetri.
2. Menjadi pembelajaran bagi penulis agar lebih baik dalam penulisan-
penulisan berikutnya.

Kegawatdaruratan Obstetrik Page 5


BAB II

PEMBAHASAN

A. PRINSIP DASAR
Kasus gawat darurat obstetri ialah kasus obstetri yang apabila
segera tidak ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus
ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin dan bayi baru lahir.
Empat penyebab utama kematian ibu ialah :
1. Perdarahan
2. Infeksi atau sepsis
3. Hipertensi dan preeklamsia/eklamsia
4. Persalinan macet (distosia)

Pesalinan macet hanya terjadi pada saat persalinan berlangsung,


sedangkan ketiga penyebab yang lain dapat terjadi dalam kehamilan,
persalinan dan dalam masa nifas. Yang dimaksudkan perdarahan disini
termasuk perdarahan yang diakibatkan oleh perlukaan jalan lahir,
mancakup juga ruptur uteri.

Manifestasi klinis gawat darurat tersebut berbeda-beda dalam rentang


yang cukup luas.

1. Kasus perdarahan, dapat bermanifestasi dari perdarahan berwujud


bercak, merembes, profus, sampai syok.
2. Kasus infeksi dan sepsis, dapat bermanifestasi mulai dari
pengeluaran cairan pervaginam yang bau, air ketuban hijau,
demam, sampai syok.
3. Kasus hipertensi dan preeklamsia/eklamsia, dapat bermanifestasi
mulai dari keluhan sakit/pusing kepala, bengkak, penglihatan
kabur, kejang-kejang, sampai koma/pingsan/tidak sadar.
4. Kasus persalinan macet, lebih mudah dikenal, yaitu apabila
kemajuan persalinan tidak berlangsung sesuai dengan batas waktu
yang normal, tetapi kasus pesalinan macet ini dapat merupakan
manifestasi ruptuta uteri.

B. PENILAIAN AWAL
Dalam menentukan kondisi kasus obstetri yang dihadapi apakah
dalam keadaan gawat darurat atau tidak harus dilakukan pemeriksaan
secara sistematis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan
pemeriksaan obstetrik.

Kegawatdaruratan Obstetrik Page 6


Penilaian awal adalah langkah pertama untuk menentukan dengan
cepat kasus obstetri yang membutuhkan pertolongan segera dan
mengidentifikasi penyulit (komplikasi) yang dihadapi.
Pemeriksaan yang dilakukan dalam penilaian awal ialah sebagai
berikut :
1. Periksa Pandang
a. Menilai kesadaran penderita : pingsan/koma, kejang-
kejang, gelisah, tampak kesakitan.
b. Menilai wajah penderita : pucat, kemerahan, banyak
berkeringat.
c. Menilai pernapasan : cepat, sesak napas.
d. Menilai perdarahan dalam kemaluan
2. Periksa Raba
a. Kulit : dingin, demam.
b. Nadi : lemah/kuat, cepat/normal.
c. Kaki/tungkai bawah : bengkak
3. Tanda vital
Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan.

C. PENILAIAN KLINIK LENGKAP


Pemeriksaan klinik lengkap secara sistematis meliputi sebagai berikut :
1. Anamnesis : diajukan pertanyaan kepada pasien atau keluarganya
beberapa hal berikut dan jawabannya dicatat dalam data medik.
a. Masalah/keluahan utama yang menjadi alasan pasien datang ke
klinik
b. Riwayat penyakit/masalah tersebut
c. Tanggal hari pertama haid yang terakhir dan riwayat haid
d. Riwayat kehamilan sekarang
e. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu termasuk kondisi
anaknya
f. Riwayat penyakit yang pernah diderita dan penyakit dalam
keluarga
g. Riwayat alergi terhadap obat
2. Pemariksaan fisik umum :
a. pemeriksaan keadaan umum dan kesadaran penderita
b. penilaian tanda vital (TD, nadi, suhu, pernapasan)
c. Pemeriksaan tubuh secara sistematis
d. pemeriksaan kepala dan leher
e. Pemeriksaan dada
f. Pemeriksaan perut (tanda abdomen akut, cairan bebas dalam
rongga perut)
g. Pemeriksaan anggota gerak (edema tungkai bawah dan kaki)
3. Pemeriksaan obstetri :
a. Pemeriksaan vulva dan perineum
b. Pemeriksaan vagina
c. Pemeriksaan serviks
d. Pemeriksaan rahim (besarnya, kelainan bentuk, tumor dan
sebagainya)
e. Pemeriksaan adneksa

Kegawatdaruratan Obstetrik Page 7


f. Pemeriksaan his (frekuensi, lama, kekuatan, relaksasi, simetri dan
dominasi fundus)
g. Pemeriksaan janin
Didalam atau diluar rahim
Jumlah janin
Letak janin
Presentasi janin dan turunnya presentasi seberapa jauh
Posisi janin, moulage, dan kaput suksedaneum
Bagian kecil janin disamping presentasi (tangan, tali pusat
dan lain-lain)
Anomali kongenital pada janin
taksiran berat janin
janin mati atau hidup, gawat janin atau tidak
4. Pemeriksaan Panggul
a. Penilaian pintu atas panggul
Promontorium teraba atau tidak
Ukuran konjungata diagonalis dan konjungata vera
Penilaian linea innominata
b. Penilaian ruang tengah panggul
Penilaian tulang sakrum
Penilaian dinding samping
Penilaian spina askiadika (runcing atau tumpul)
Ukuran jarak antar spina iskiadika
c. Penilaian pintu bawah panggul
Arkus pubis
Penilaian tulang koksigis (ke depan atau tidak)
d. Penilaian adanya tumor jalan lahir yang menghalangi persalinan
pervaginam
e. Penilaian panggul patologik
f. Penilaian ambang feto-pelvik

Pemeriksaan his, pemeriksaan janin, dan pemeriksaan panggul


ssangat menentukan untuk rencana persalinan pervaginam. Kesalahan
dalam penilaian ini dapat berakibat fatal.

Kasus persalinan yang seharusnya dilahirkan perabdominam dan


keliru direncanakan pervaginam akan membuang-buang waktu yang
tidak perlu dan barakibat buruk bagi ibu dan terutama bagi janin. Kondisi
klinik kasus gawat darurat kebidanan yang sering dijumpai dan perlu
pertolongan cepat, tepat, dan benar ialah kondisi syok perdarahan selain
syok septik, kejang-kejang dan koma. Memperhatikan itu, kondisi klinik
tersebut perlu dibahas secara khusus.

D. MASALAH PADA KEHAMILAN


Kedaruratan medis pada wanita hamil membutuhkan perhatian
khusus. Pertama ada 2 pasien yang terlibat, ibu dan anak. Kedua, janin
memiliki resiko yang terbesar, pada keadaan apapun yang memperburuk

Kegawatdaruratan Obstetrik Page 8


perpusi uteropplasental seperti hopovolemia, hipotensi baring (kompresi
aorta dan vena cava oleh uterus), payah jantung, atau hipoksemia
termasuk turunnya oksigen lingkungan dari pesawat udara yang tidak
diberi tekanan, keracunan karbon monoksida, mendaki gunung yang
tinggi.
Selama hamil, terjadi peningkatan curah jantung, volume darah,
denyut jantung, aliran darah ginjal, dan filtrasi glomerulus. Peningkatan
ini dimulai pada trimester pertama dan mencapai tingkat 30-40% di atas
tingkat tidak hamil pada bagian akhir trimester II.
Terdapat relaksasi otot polos generalisata dalam kehamilan, yang
menghasilkan dilatasi pembuluh dara perifer, tonus otot traktus
gastrointestinalis yang buruk (konstipasi) peningkatan aliran darah
keseluruh organ (nyeri kepala, kongesti sinus, epistaksis. Hemoptisis,
iritabilitas, vesika urinaria, dan sering kencing), dan relaksasi
diagfragma(dyspepsia dan rasa terbakardi epigastrium.
Orang yang menghadapi wanita usia subur dalam keadaan darurat,
harus selalu mengingat bahwa pasien mungkin hamil. Bila pasien sadar,
ia dapat di tanyakan tentang kemungkinan hamil. Kehamilan, mungkin
tidak menyadari keadaan ini atau mungkin menganggap hal ini yang
penting bagi sukarelawan. Bila haid terakhir lebih dari 30 hari, atau bila
haid abnormal, maka penyulit kehamilan harus dimasukan dalam
diagnosis banding.
Masa kehamilan abnormal berlangsung 40 minggu, yang dihitung
mulai dari hari pertama haid terakhir. Bila uterus pasien setinggi atau
dibawah umbilikus, pasien tidak merasa gerak janin, atau bila uterus
tidak teraba tetapi wanita itu sangat yakin ia hamil, maka kehanilanya
dibawah 20 minggu. Bila uterus teraba di atas umbilikus dan ibu
menyadari gerakan janin, maka kehamilan lebih dari 20 minggu.
a. Penyulit setelah masa kehamilan pertama
Mual dan muntah yang menetap dengan akibat dehidrasi dan ketosis
bisa mengkomplikasikan kehamilan dini. Salah satu gambaran yang
membedakan hiperemesis gravidarum adalah bahwa biasanya pasien
mengeluh lapar. Keadaan lain yang harus dipertimbangkan bila ada
hiperemesis adalah infeksi gastrointestinalis akut oleh virus, hepatitis,
obstruksi usus, kolesistitis akut dan pancreatitis akut.
Pasien dengan muntah yang sukar diakhiri harus dirumahsakitkan
untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain dan untuk cepat
merehidrasi pasien sarta membentuk kembali keseimbangan
elektrolit. Harus dimulai infus ringer laktat intervena.
b. Nyeri abdomen atau pelvis dengan perdarahan per vaginam

Kegawatdaruratan Obstetrik Page 9


Penyebab tersering bagi nyeri abdomen dan pelvis dalam 20 minggu
pertama kehamilan adalah abortus spontan. Bila ada nyari kejang
abdomen bawah pada garis tengah, khususnya yang menjalar
kepunggung, dan bila ada perdarahan pervaginam yang bermakna
( sama atau lebih banyak dari darah haid), maka abortus spontan
sangat mungkin menjadi sumbernya.
Bila pasien mengeluh nyeri perut bawah lateral atau nyeri perut
lateral atau nyeri pelvis dan jika nyeri menjalar ke pinggang (flank)
atau ke ekstremitas bawah, harus di curigai penyakit adneksa, seperti
perdaraan ke dalam atau torsi kista opari, atau kehamiilan ektopik
(tuba) . keadaan ini biasanya di ikuti perdarahan per vaginam ynag
lebih sedikit deri pada yang ditemukan pada abortus spontan.
Penyebab lain bagi perdarahan pervaginam adalah karsinoma serviks.
Diagnosis cepat merupakan kunci dalam pengobatan pasien nyeri
abdomen atau pelvis akut dan perdarahan per vaginam. Bola nyeri
pasian ini di garis tengah dan kejang, perdarahan minimum, serta
tanda vital stabil, maka pasien dapat dibawa kerumah sakit dengan
infus intravena. Tetapi bila diduga kehamilan ektopik atau ruptura
kista korpus luteum, maka dapat dapat timbul perdarahan yang
bermakna. Pasien ini harus segera dibawa kerumah sakit dengan infus
500ml ringer laktat intravena perjam. Pakaian anti syok bermanfaat
dalam mengontrol perdarahan selama perjalanan. Bila nyeri
memerlukan analgesik, dapat diberikan 20-50 ng meperidin(Demerol)
intravena. Bekuan darah yang dikeluarkan dari vagina harus
diperikasa. Dan jarinagn yang ada harus dikirim ke ahli patologi untuk
pemeriksaan
c. Penyulit Setengah Massa Kehamilan Kedua
Harus di usahakan pencegahan hipoksia pada janin dalam usia
kehamilan berapa pun, tetapi pada sekitar kehamikan 26-28 minggu,
kelangsungan hidup ekstra uterus janin ini menjadi bisa viable. Pada
keadaan darurat yang menyangkut wanita dalam setenagh bagian
kedua masa kehamilan (selama massa ini mungkin terjadi kelahiran
premature), maka pertimbangan harus harua diberiakan dalam
membawa pasien kerumah sakit yang menyediakan rentanag
perawatan intensif perinatal yang penuh. Tindakan umum seorang
wanita dalam setengah bagian akhir masa kehamilan.
Pertahankan jalan nafas yang adekuat dan tingkatkan oksigen
lingkungan untuk menjamin transpor oksigen yang maksimal

Kegawatdaruratan Obstetrik Page 10


melewati plasenta. tidak ada bahaya bagi janin normal dengan
meningkatkan oksigen arteri ibu.
Bila mungkin, jaga ibu dalam posisi baring miring untuk mencegah
hipotensi baring. Bila ia harus berbaring terlentang, tinggikan pingul
kanan dengan selimut atau kain yang digulung.
Pertahankan volume darah sirkulasi yang adekuat dengan infus
larutan Ringer laktat, 500 ml per jam.
Bila diangkat dalam pesawat udara yang tekanan udara nya tak
diaturdiatas ketinggian 8000 kaki, maka mutlak diperlukan pemberian
oksigen.
Pantau denyut jantung janin dengan detektor bunyi ultra memakai
batri. Denyut jantung janin 120-160denyut permenit adalah normal.
Bradikardi atau takikardi janin harus di anggap sebagai tanda gawat
janin.
d. Perdarahan
Perdarahan pervaginam yang dilukiskan sien sebanyak atau lebih
darah haid harus selalu dianggap banyak dalam bagian kedua masa
kehamilan. Perdarahan ini harus dibedakan sekret lendir berdarah
yang sering terlihat pada minggu akhir kehamilan. Lesi pada vagina
atau servik dapat menybabkan perdarahan pada trimester kedua tapi
biasanya perdarahan berasal dari uteroplasenta kira kira sepertiga.

E. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Biodata:
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama,
umur, agama, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan dan alamat.
2. Keluhan utama:
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan
pervaginam berulang
3. Riwayat Kesehatan:
Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien
pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti
perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran
uterus lebih besar dari usia kehamilan.
Riwayat kesehatan masa lalu
4. Riwayat pembedahan:
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan , kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.

5. Riwayat penyakit yang pernah dialami:

Kegawatdaruratan Obstetrik Page 11


Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM,
jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit
endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.
6. Riwayat kesehatan keluarga:
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut
dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit
menular yang terdapat dalam keluarga.
7. Riwayat kesehatan reproduksi:
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya,
sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan
menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
8. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas:
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan
hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
9. Riwayat seksual:
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluhan yang menyertainya.
10. Riwayat pemakaian obat:
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis
dan jenis obat lainnya.
11. Pola aktivitas sehari-hari:
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan
BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan
saat sakit.
Pemeriksaan fisik, (Johnson & Taylor, 2005 : 39) meliputi :
a. Inspeksi:
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi,
lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan
ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
b. Palpasi :
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu,
derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan
kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk
mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau
respon nyeri yang abnormal
c. Perkusi:
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan
bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau
konsolidasi.

Kegawatdaruratan Obstetrik Page 12


Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada
tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks
kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
d. Auskultasi:
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada
untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut
jantung janin
Pemeriksaan laboratorium:
a. Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG,
biopsi, pap smear.
b. Keluarga berencana :
Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju,
apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB
jenis apa.

b. Diagnosa Keperawatan
1. Devisit Volume Cairan s.d perdarahan pervagina
2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kontraksi uterus
3. Cemas s.d kurang pengetahuan tentang abortus
4. Berduka b.d kehilangan
5. Resiko tinggi syok hipovolemik b.d perdarahan pervagina

c. Intervensi
1. Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan
Tujuan : Dalam 1x24 jam tidak terjadi devisit volume cairan,
seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Kriteria hasil: Tidak ada perdarahan, intake dan output dalam
rentan normal

No Intervensi Rasional
.
1 Kaji kondisi status Pengeluaran cairan pervaginal
hemodinamika sebagai akibat
abortus memiliki karekteristik
bervariasi
2 Ukur pengeluaran harian Jumlah cairan ditentukan dari jumlah
kebutuhan harian ditambah dengan
jumlah
cairan yang hilang pervaginal
3 Berikan sejumlah cairan Tranfusi mungkin diperlukan pada
pengganti kondisi
Harian perdarahan massif
4 Evaluasi status hemodinamika Penilaian dapat dilakukan secara
harian
melalui pemeriksaan fisik

Kegawatdaruratan Obstetrik Page 13


2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan : Dalam perawatan 1x24, nyeri klien dapat berkurang atau
hilang
Kriteria hasil: Klien tidak meringis kesakitan, klien menyatakan
nyerinya berkurang
No Intervensi Rasional
.
1 Kaji kondisi nyeri yang dialami Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
klien dilakukan dengan skala maupun
dsekripsi.
2 Terangkan nyeri yang diderita Meningkatkan koping klien dalam
klien melakukan
dan penyebabnya guidance mengatasi nyeri
3 Kolaborasi pemberian Mengurangi onset terjadinya nyeri
analgetika dapat
dilakukan dengan pemberian
analgetika oral
maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik

3. Cemas b.d kurang pengetahuan tentang abortus


Tujuan : Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga
terhadap penyakit meningkat
Kriteria hasil: RR dalam rentan normal, klien tidak gelisah
No Intervensi Rasional
.
1 Kaji tingkat Ketidaktahuan dapat menjadi dasar
pengetahuan/persepsi peningkatan rasa cemas
klien dan keluarga terhadap
penyakit
2 Kaji derajat kecemasan Kecemasan yang tinggi dapat
yang dialami menyebabkan
Klien penurunan penialaian objektif klien
tentang
penyakit
3 Bantu klien mengidentifikasi Pelibatan klien secara aktif dalam
penyebab kecemasan tindakan
keperawatan merupakan support yang
mungkin berguna bagi klien dan
meningkatkan kesadaran diri klien
4 Asistensi klien menentukan Peningkatan nilai objektif terhadap
tujuan masalah

Kegawatdaruratan Obstetrik Page 14


perawatan bersama berkontibusi menurunkan kecemasan
5 Terangkan hal-hal seputar Konseling bagi klien sangat diperlukan
aborsi yang bagi
perlu diketahui oleh klien klien untuk meningkatkan pengetahuan
dan dan
keluarga membangun support system keluarga;
untuk
mengurangi kecemasan klien dan
keluarga.

4. Berduka bd kehilangan
Tujuan : Dalam perawatan 1x24 jam, klien dapat mengatasi rasa
berdukanya
Kriteria Hasil: Klien tidak marah, menangis, dan menyesali rasa
berduka terlalu larut.
No Intervensi Rasional
.
1 Kembangkan hubungan Rasa percaya merupakan dasar unutk
saling percaya dengan suatu kebutuhan yang terapeutik.
pasien. Perlihatkan empati
dan perhatian. Jujur dan
tepati semua janji
2 Perlihatkan sikap menerima Sikap menerima menunjukkan kepada
dan pasien
membolehkan pasien untuk bahwa anda yakin bahwa ia merupakan
mengekspresikan seseorang pribadi yang bermakna.
perasaannya secara terbuka Rasa
percaya meningkat.
3 Bantu pasien untuk Pengetahuan tentang perasaan-
mengerti bahwa perasaan yang
perasaan seperti rasa wajar yang berhubungan dengan
bersalah dan berduka
marah terhadap konsep yang normal dapat menolong
kehilangan mengurangi
adalah perasaan yang wajar beberapa perasaan bersalah
dan dapat menyebabkan
diterima selama proses timbulnya respon-respon ini.
berduka.
4 Bantu pasien menentukan Umpan balik positif meningkatkan
metode metode koping harga diri

Kegawatdaruratan Obstetrik Page 15


yang lebih adaptif dan mendorong pengulangan perilaku
terhadap pengalaman yang
kehilangan. diharapkan.
Berikan umpan balik positif
untuk
identifikasi strategi dan
membuat
keputusan.
5 Dorong pasien untuk Menguatkan keimanan dan mohon
menjangkau kekuatan
dukungan spiritual selama kepada sang Pencipta agar diberi
waktu ini kekuatan
dalam bentuk apapun yang menghadapi masalahnya
diinginkan
untuknya.
5. Resiko tinggi syok hipovolemik b.d perdarahan pervagina
Tujuan: Dalam 1x24 jam perawatan, tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria hasil: Tanda vital (nadi, suhu, tensi, RR) dalam rentan
normal.
No Intervensi Rasional
.
1 Monitor keadaan umum Untuk memonitor kondisi pasien
pasien selama
perawatan terutama saat terjadi
perdarahan.
Perawat segera mengetahui tanda-
tanda
presyok /syok.
2 Observasi vital sign setiap 3 Perawat perlu terus mengobaservasi
jam atau lebih vital sign
untuk memastikan tidak terjadi presyok
/
syok.
3 Jelaskan pada pasien dan Dengan melibatkan pasien dan
keluarga keluarga maka
tanda perdarahan, dan tanda-tanda perdarahan dapat segera
segera laporkan diketahui dan tindakan yang cepat dan
jika terjadi perdarahan tepat dapat segera diberikan.
4 Kolaborasi : Pemberian Cairan intravena diperlukan untuk
cairan mengatasi

Kegawatdaruratan Obstetrik Page 16


intravena. kehilangan cairan tubuh secara hebat
5 Kaji tanda-tanda dehidrasi Dehidrasi merupakan salah satu tanda
syok
hipovolemik

Kegawatdaruratan Obstetrik Page 17


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kasus kegawatdarurat obstetri menjadi penyebab utama kematian
ibu, janin, dan bayi baru lahir. Penilaian awal ialah langkah pertama untuk
menentukan dengan cepat kasus obstetri yang dicurigai dalam keadaan
gawatdarurat dan membutuhkan pertolongan segera dengan
mengidentifikasi penyulit (komplikasi) yang dihadapi.
Pemeriksaan klinik lengkap meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik
umum, dan pemeriksaan obstetri termasuk pemeriksaan panggul.

B. Saran
Mahasiswi harus dapat melatih diri untuk dapat melakukan penilaian
awal dan penilaian klinik untuk menentukan suatu kegawatdaruratan
obstetri. Selain itu, mahasiswi harus benar-benar mengetahui klasifikasi
dari kasus gawatdarurat pada kehamilan, persalinan, dan masa nifas.
Mahasiswi diharapkan dapat menerapkan penatalaksanaan
gawatdaruratan perdarahan pada obstetri baik dalam kehamiFrlan,
persalinan, dan masa nifas.

Kegawatdaruratan Obstetrik Page 18


DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.


Fraser, Diane M. dan Margaret A. Cooper. 2009. Buku Ajar Bidan. Jakarta:EGC.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk
Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC.
Manuaba, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Kegawatdaruratan Obstetrik Page 19

Anda mungkin juga menyukai