Anda di halaman 1dari 12

PENENTUAN KONSENTRASI PARTIKULAT DALAM

UDARA MENGGUNAKAN HIGH VOLUME SAMPLER (HVS)


DENGAN METODE GRAVIMETRI DI SEKITAR
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA IPB

DETERMINATION OF CONCENTRATIONS PARTICULATES


IN AIR USING HIGH VOLUME SAMPLER WITH GRAVIMERTI
METHOD AROUND DEPARTMENT OF AGRONOMY AND
HORTICULTURE IPB
Yulvin Marhamah Putri1, Elsy Gustika Buana2, Afrazofri3, Rashif Mulia4, Mohammad
Datul Kahfi5
Jumat Kelompok 1
1,2,3,4,5)
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper, Kampus
IPB Dramaga, Bogor, 16680
nadhelelsy@gmail.com

Abstrak: Pencemaran udara merupakan kondisi udara ketika di dalam udara terdapat benda-
benda atau zat-zat asing. Perkembangan Industri dan kendaraan bermotor yang setiap tahunnya
terus bertambah pesat merupakan salah satu faktor utama pencemaran udara. Emisi gas buang
dapat berupa padatan atau gas. Gas buang dalam bentuk padatan sering dikenal dengan debu
partikulat (particulate matter). Partikulat diklasifikasikan menjadi tiga komponen menurut
diameter partikulat, yaitu PM2,5, PM10, dan Total Suspended Particulate (TSP). Penelitian kali
ini bertujuan untuk mengukur konsentrasi TSP menggunakan alat High Volume Sampler (HVS).
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah gravimetri. Pengambilan sampel dilakukan di
Graha Widya Wisuda, IPB. Nilai konsentrasi TSP yang didapatkan berdasarkan pengukuran dan
perhitungan lebih kecil dari pada baku mutu yaitu sebesar 78.54 g/m 3, dengan baku mutu yang
mengacu pada PP No. 41 Tahun 1999 konsentrasi TSP selama 24 jam adalah sebesar 230 g/m3.
Dengan demikian, konsentrasi TSP pada lingkungan Graha Widya Wisuda masih dalam kondisi
aman karena berada jauh di bawah baku mutu.
Kata Kunci: Emisi gas, partikulat, pencemaran udara

Abstract: Air Pollution is a condition when there is foreign substance in the air. Exhaust emissions
can be solid or gas. The development of Industries and motor vehicles which each year continues
to grow by leaps and bounds is one of the main factors of air pollution. Exhaust gas in solid form
known as particulate dust (particulate matter). Particulate classified into three components
according to the particulate diameter, namely PM2, 5, PM10, and Total Suspended Particulate
(TSP). The study aims to measure the concentration of TSP using a High Volume Sampler (HVS).
The method used in the study is the gravimetric method. Sampling was taken at Graha Widya
Wisuda, IPB. TSP concentration value obtained based on the measurement and calculation is
smaller than the standard, value of TSP concentration is 78.54 g/m3, based on the PP. 41 of 1999
for 24-hour value of TSP concentration is equal to 230 g/m3. Concluded that the concentration of
TSP at Graha Widya Wisuda area is still safe condition due to being far below the standard.
Keywords: Gas emission, particulate, air pollution

PENDAHULUAN
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat mengakibatkan
peningkatan pembangunan di segala bidang kehidupan. Hal tersebut berpengaruh
terhadap peningkatan penggunaan energi, seperti kebutuhan bahan bakar guna
pambangkit listrik, tungku-tungku industri dan transportasi. Perkembangan
aktivitas di sektor transportasi khususnya kendaraan bermotor merupakan sumber
utama pencemaran udara terutama di daerah perkotaan. Menurut Soedomo (1990)
1
transportasi memberikan konstribusi yang signifikan terhadap setengah dari total
emisi SPM10, untuk sebagian besar timbal, CO, HC, dan NOx di daerah perkotaan,
dengan konsentrasi utama terdapat di daerah lalu lintas yang padat, dimana tingkat
pencemaran udara sudah atau hampir melampaui standar kualitas udara ambien.
Berdasarkan KEPMEN KLH No. Kep.02/Men-KLH/1988, pencemaran udara
adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen
lain ke udara dan/atau berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau
proses alam sehingga kualitas udara turun hingga ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
peruntukannya. Udara yang dihirup manusia dan hewan merupakan gas yang tidak
tampak, tidak berbau, tidak berwarna maupun berasa. Udara yang benar-benar
bersih sulit didapatkan terutama di daerah perkotaan yang terdapat industri dan
lalu lintas yang padat. Udara yang mengandung zat pencemar disebut sebagai
udara tercemar. Udara yang tercemar dapat merusak lingkungan dan kehidupan
manusia.
Sumber utama pencemaran udara berasal dari transportasi terutama kendaraan
bermotor yang menggunakan bahan bakar yang mengandung zat pencemar, 60%
dari pencemar yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida dan sekitar 15%
terdiri dari hidrokarbon (Fardiaz 1992). Salah satu zat pencemar yang dihasilkan
oleh kendaraan bermotor adalah partikulat. Partikulat berasal dari asap terutama
hasil pembakaran kayu, sampah, batubara, kokas, dan BBM yang membentuk
jelaga. Selain itu, partikulat dapat berupa partikel-partikel debu halus dan agak
kasar yang berasal dari berbagai kegiatan alami dan manusia. Karakteristik
terpenting partikulat adalah ukurannya, yang berkisar antara 0.0002 mikron
hingga 500 mikron (Purnomohadi 1995).
Apabila tingkat konsentrasi zat pencemar seperti partikulat melampaui ambang
batas toleransi yang diperkenankan, maka akan berdampak negatif terhadap
lingkungan, baik bagi manusia, hewan, dan tumbuhan. Keberadaan partikulat
dalam udara dapat mempengaruhi kesehatan manusia sebagai reseptor yang
menyebabkan gangguan pada sistem respirasi. Masuknya partikulat ke dalam
sistem respirasi manusia dipengaruhi oleh ukuran dan distribusinya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui konsentrasi partikulat pada lingkungan yang
terabsorbsi ke dalam alat pantau pencemaran udara High Volume Sampler (HVS).

TINJAUAN PUSTAKA
Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer
yang berada di wilayah yuridis Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup, dan unsur lingkungan hidup
lainnya. Emisi kendaraan bermotor mengandung berbagai senyawa kimia.
Komposisi dari kandungan senyawa kimianya tergantung dari kondisi
mengemudi, jenis mesin, alat pengendali emisi bahan bakar, suhu operasi dan
faktor lain yang semuanya ini membuat pola emisi menjadi rumit. Jenis bahan
bakar pencemar yang dikeluarkan oleh mesin dengan bahan bakar bensin maupun
bahan bakar solar sebenarnya sama saja, hanya berbeda proporsinya karena
perbedaan cara operasi mesin. Secara visual selalu terlihat asap dari knalpot
2
kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar yang umumnya tidak terlihat pada
kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin (Jacobson 2002).
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di
dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari
keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah
tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama akan dapat
mengganggu kehidupan manusia. Bila keadaan seperti itu terjadi maka udara
dikatakan telah tercemar. Pencemaran udara juga dapat diartikan sebagai
masuknya atau dimasukannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara
ambien oleh kegiatan manusia sehingga mutu udara ambien turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak memenuhi fungsinya
(Yono 2005).
Salah satu bahan pencemar udara adalah debu yang mempunyai diameter 0.1
sampai 100 m dan menjadi perhatian bersama khsususnya debu yang dihasilkan
oleh pengolahan bahan padat dari industri. Partikel udara dalam wujud padat yang
berdiameter kurang dari 10 m yang biasanya disebut dengan PM10 (particulate
matter) dan kurang dari 2.5 m di dalam rumah (PM2.5) diyakini oleh para pakar
lingkungan dan kesehatan masyarakat sebagai pemicu timbulnya infeksi saluran
pemafasan karena pertikel padat PM10 dan PM2.5 dapat mengendap pada saluran
pernafasan daerah bronki dan alveoli. Partikel debu yang berdiameter kurang dari
10 m (PM10) sangat memprihatinkan, karena memiliki kemampuan yang lebih
besar untuk menembus ke dalam paru. Rambut di dalam hidung dapat menyaring
debu yang berukuran lebih besar dari 10 m. PM 10 diperkirakan berada antara 50
dan 60 % dari partikel melayang yang mempunyai diameter hingga 45 m (total
suspended particulate). Partikel yang lebih besar dari 10 m, seperti TSP, tidak
terhirup ke dalam paru. Partikel dibawah 2,5 m (PM2.5) tidak disaring dalam
sistem pernapasan bagian atas dan menempel pada gelembung paru, sehingga
dapat menurunkan pertukaran gas. Peraturan Pemerintah RI No. 41 tahun 1999
tentang pengendalian pencemaran udara menetapkan baku mutu udara ambien
nasional untuk PM10 adalah sebesar 150 g/m3 (24 jam), untuk PM2.5 adalah
sebesar 65 g/m3 (24 jam), sedang untuk TSP adalah 230 g/m3 (24 jam) (Gindo
2007).
High Volume Sampler (HVS) adalah peralatan yang digunakan untuk
pengumpulan kandungan partikel melalui filtrasi, sejumlah besar volume udara di
atmosfer dengan memakai pompa vakum kapasitas tinggi, yang dilengkapi dengan
filter dan alat kontrol laju alir. Prinsip kerja dari high volume sampler dengan
metode gravimetri adalah menentukan konsentrasi debu yang ada di udara dengan
menggunakan pompa isap. Udara yang terhisap disaring dengan filter, sehingga
debu yang ada di udara akan menempel pada filter tersebut. Berdasarkan jumlah
udara yang terhisap dan berat debu yang menempel pada filter, akan diketahui
konsentrasi debu yang ada di udara (Qosthalani 2014).

METODOLOGI
Praktikum penentuan konsentrasi partikulat sebagai gas pencemar di udara
ambien akibat gas buang kendaraan bermotor dilakukan pada hari Jumat tanggal
3
11 November 2016 di dua tempat, yaitu pengambilan sampel dilakukan di
Parkiran Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB,
sedangkan pengolahan data dilakukan di Laboratorium Pengelolaan Kualitas
Udara Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian
IPB. Penelitian tersebut tepat dilakukan di pinggir jalan raya depan Fakultas
Pertanian yang banyak dilalui oleh kendaraan bermotor. Metode yang digunakan
adalah pengujian langsung di lapangan dengan metode gravimetri. Alat-alat yang
digunakan pada penelitian ini yaitu High Volume Sampler (HVS), filter, dan
timbangan analitik.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan High Volume Sampler (HVS) untuk
menentukan konsentrasi partikulat pada udara ambien. Langkah awal dari
penelitian ini yaitu filter bersih dan kering ditimbang dengan neraca analitik
sebagai berat awal. Sekrup penahan pada HVS dibuka kemudian penahan filter
diangkat, dan filter dipasang pada rak. Selanjutnya, penahan dipasang kembali
dengan diputarnya sekrup penahan dengan cara tidak terlalu kuat atau longgar.
Udara dipompakan ke dalam HVS dengan kecepatan aliran minimal 1.13 m3/det.
HVS dioperasikan selama 60 menit atau 1 jam dengan kondisi tertutup. Setelah
pengambilan sampling selesai, berat filter kotor ditimbang kembali pada
timbangan analitik sebagai berat akhir. Selisih antara berat akhir dengan berat
awal adalah berat partikulat. Kemudian, nilai-nilai variabel yang telah diperoleh
dimasukkan dan dihitung dengan persamaan yang telah tersedia.
Nilai koreksi aliran udara (Qc) dapat dihitung persamaan (1).

Qc = .....(1)
Keterangan :
Qc = koreksi laju aliran udara (m3/menit)
Qs = laju aliran udara sampling (m3/menit)
Tr = temperatur ruang saat pengukuran (oC)
Ta = temperatur alat (oC)
Volume sampel udara dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.
V = Qc x t..(2)
Keterangan :
V = volume sampel udara (m3)
Qc = koreksi laju aliran udara (m3/menit)
t = waktu sampling (menit)
Volume udara pada suhu 25oC dan 760 mmHg dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan 3.
298
Vr = 760 +273.......(3)
Keterangan :
Vr = volume sampel udara pada 25oC dan 760 mmHg (m3)
V = volume sampel udara (liter)
P = tekanan atmosfer selama sampling (760 mmHg)
Tr = temperatur ruang saat pengukuran (oC)
Konsentrasi partikulat udara ambien (C1) untuk pengujian selama 1 jam dapat
dihitung dengan menggunakan Persamaan 4.

C1 = .......(4)
Keterangan :
4
C1 = konsentrasi partikulat udara ambien (g/m3)
W = berat partikulat (g)
Vr = volume sampel udara pada 25oC dan 760 mmHg (m3)
Konsentrasi partikulat udara berdasarkan estimasi yang diinginkan (C2) dapat
dihitung dengan persamaan (5).
C2 = 1 (12)0.185..(5)
Keterangan :
C1 = konsentrasi partikulat udara ambien (g/m3)
C2 = konsentrasi standar (g/m3)
t1 = waktu pemaparan sesaat (jam)
t2 = waktu pemaparan standar (jam)
Prosedur penelitian perhitungan konsenrasi partikulat sebagai gas pencemar di
udara ambien akibat gasi buang kendaraan bermotor disajikan pada Gambar 1.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian dipersiapkan

Timbang berat filter kering dan bersih dengan neraca analitik

Sampling di Parkiran Departemen Agronomi dan Hortikultura

Timbang berat filter kotor dengan neraca analitik

Perhitungan konsentrasi partikulat

Gambar 1 Bagan alir prosedur penelitian penentuan konsentrasi partikulat

HASIL DAN PEMBAHASAN


Udara di daerah perkotaan yang mempunyai banyak kegiatan industri dan
teknologi serta lalu lintas yang padat mempunyai udara yang relatif sudah tidak
bersih lagi. Udara di daerah perkotaan yang kotor diakbatkan oleh bermacam-
macam pencemar. Umumnya terdapat delapan parameter pencemar udara, yaitu
debu, NH3, Pb, CO, SO2, hidrokarbon, NOx, dan H2S yang memiliki potensi
berbahaya bagi lingkungan, yang meliputi dampak kesehatan bagi makhluk hidup
maupun bagi material (benda). Partikulat sebagai partikel halus yang merupakan
partikel padat pencemar udara yang berada di udara bersama-sama dengan tetesan
cair lainnya. Partikulat sebagai partikel pencemar yang dapat meliputi berbagai
macam bentuk dari bentuk yang sederhana sampai dengan bentuk yang
rumit/kompleks yang semuanya merupakan bentuk pencemaran udara. Partikulat
digunakan untuk memberikan gambaran partikel cair atau padat yang tersebar di
udara dengan ukuran yang sangat kecil. Partikulat memiliki ukuran antara 1m
hingga 100 m, partikulat yang masuk ke dalam sistem respirasi manusia dapat
menyebabkan gangguan yang berbahaya (Soedomo 2001).

5
Sumber pencemaran dapat merupakan kegiatan yang bersifat alami dan
kegiatan antropogenik. Contoh sumber alami adalah akibat letusan gunung berapi,
kebakaran hutan, dekomposisi biotik, debu, spora tumbuhan dan lain sebagainya.
Pencemaran akibat kegiatan manusia secara kuantitatif sering lebih besar,
misalnya sumber pencemar akibat aktivitas transportasi, industri, persampahan
baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran dan rumah tangga. Partikulat
dalam udara biasanya dipengaruhi oleh berbagai sumber pencemaran tersebut,
Ukuran partikulat dalam udara juga dapat dipengaruhi oleh sumbernya (Soedomo
2001).
Berdasarkan standar Environmental Protection Agency (EPA) partikulat yang
memiliki diameter 0.1 hingga 30 m merupakan bagian dari Total Suspended
Particulate. Oleh karena itu partikel yang diukur kali ini adalah TSP (Total
Suspended Particulate) yang tertangkap pada saringan High Volume Sampler.
Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Data hasil pengukuran di lapangan
Waktu Tr (C) Ta (C) Qs (m3/menit)
0 27.7 29.5
15 28 32.5
30 28.5 33 1.2
45 28.5 32
60 28.5 34
Rata-rata 28.24 32.2 1.2

Berdasarkan hasil pengukuran yang didapatkan dalam Tabel 1, nilai temperatur


ruang (Tr), temperatur alat (Ta), dan laju aliran udara sampling (Qs) memiliki
hasil yang berfluktuasi di sepanjang interval waktu pengukuran. Rata-rata
temperatur ruang memiliki hasil yang lebih kecil dari rata-rata temperatur alat
dengan selisih nilai sebesar 3.96 C. Selain itu, nilai laju aliran udara sampling
hasil pengukuran selama 1 jam dalam interval 15 menit memiliki nilai yang
konstan yaitu sebesar 1.2 m3/menit. Besarnya nilai rata-rata laju aliran udara
sampling, temperatur ruang, dan temperatur alat akan menentukan besarnya nilai
koreksi laju aliran udara (Qc) yang dihasilkan. Selain data pada Tabel 1, hasil
pengukuran di lapang juga diperoleh nilai dari berat awal filter sebesar 0.6398
gram, berat akhir filter sebesar 0.6486 gram, dan berat partikulat diperoleh sebesar
0.0088 gram atau sebesar 8833 g. Data hasil perhitungan yang telah dilakukan
ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Data hasil perhitungan konsentrasi partikulat
Qc (m3/menit) V(m3) Vr (m3) C1 (g/m3) C2 (g/m3)
1.0524 63.1453 62.4662 141.4099 78.5490

Berdasarkan Tabel 2, besarnya nilai koreksi untuk aliran udara (Qc) adalah
sebesar 1.0524 m3/menit, dengan volume udara (V) sebesar 63.1453 m3. Selain itu
diketahui juga volume udara yang terukur bila kondisi lingkungan pada suhu 25
o
C, dan pada tekanan 760 mmHg (Vr), yaitu sebesar 62.4662 m3, dari data yang

6
didapat pada tabel 2, dapat diperoleh konsentrasi partikulat udara ambien (C1)
yaitu sebesar 141.4099 g/m3. Konsentrasi partikulat udara ambien (C1)
kemudian digunakan untuk menentukan besar konsentrasi yang diperoleh jika
waktu sampling selama 24 jam sesuai dengan standar menggunakan rumus
Canter. Besar konsentrasi standar (C2) setelah dihitung menggunakan rumus
Canter sebesar 78.5490 g/m3.
Data pengukuran yang didapat jika dibandingkan dengan peraturan pemerintah
no 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, diketahui bahwa
besarnya nilai konsentrasi partikulat pada persimpangan Faperta GWW sebesar
78.5490 g/m3 masih berada dibawah baku mutu untuk TSP (Total Suspended
Particulate) dengan nilai sebesar 230 g/m3. Hal ini menjelaskan bahwa daerah
sekitar pengukuran masih tergolong aman bila dipertimbangkan dari banyaknya
konsentrasi partikulat yang ada. Salah satu hal yang menyebabkan masih terjaga
partikulat di lingkungan pengukuran sehingga masih berada dibawah baku mutu
adalah program IPB Green Campus yang menyebabkan pengurangan kendaraan
bermotor yang berada di sekitaran kampus IPB Dramaga.
PM10 serta PM2.5 menurut parah ahli kesehatan merupakan salah satu pemicu
timbulnya penyakit pada sistem pernafasan, karena partikel padat tersebut dapat
mengendap pada saluran pernafasan manusia. Ukuran partikulat debu yang
membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10
mikron. Pada umunya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan
partikulat udara yang dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di
alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5
mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat mengganggu
saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan ini akan lebih
bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di
udara juga (Gindo 2007).
Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan
menyebabkan iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata
(Visibility) Adanya ceceran logam beracun yang terdapat dalam partikulat debu di
udara merupakan bahaya yang terbesar bagi kesehatan. Pada umumnya udara
yang tercemar hanya mengandung logam berbahaya sekitar 0,01% sampai 3% dari
seluruh partikulat debu di udara, akan tetapi logam tersebut dapat bersifat
akumulatif dan kemungkinan dapat terjadi reaksi sinergistik pada jaringan tubuh,
Selain itu diketahui pula bahwa logam yang terkandung di udara yang dihirup
mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dosis sama yang
berasal dari makanan atau air minum. Oleh karena itu kadar logam di udara yang
terikat pada partikulat patut mendapat perhatian . Berdasarkan Peraturan
Pemerintah RI No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, baku
mutu udara ambien nasional untuk PM10 adalah sebesar 150 g/m3 (24jam), untuk
PM2.5 adalah sebesar 65 g/m (24 jam), sedang untuk TSP adalah 230 g/m3 (24
jam) (Gindo 2007).
Upaya penanggulangan dampak pencemaran udara oleh partikulat dapat
dilakukan dengan dua macam cara yaitu penanggulangan secara non teknis dan
penanggulangan secara teknis. Penanggulangan secara non teknis adalah suatu
7
usaha untuk mengurangi dan menanggulangi pencemaran lingkungan dengan cara
menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur, dan
mengawasi segala macam bentuk kegiatan industri dan teknologi sedemikian rupa
sehingga tidak terjadi pencemaran lingkungan. Salah satu contoh peraturan
perundangan yaitu AMDAL dan PIL. Sedangkan penanggulangan secara teknis
tergantung pada faktor keselamatan lingkungan, teknologi telah dikuasai dengan
baik, serta secara teknis dan ekonomis dapat dipertanggungjawabkan. Contohnya
antara lain mengubah proses, menggantikan sumber energi, mengelola limbah,
dan menambah alat bantu. Melalui dua cara penanggulangan tersebut diharapkan
bahwa pencemaran lingkungan akan jauh berkurang dan kualitas hidup manusia
dapat ditingkatkan (Pohan 2002).

SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan yang telah dilakukan, simpulan
yang dapat diambil yaitu partikulat merupakan salah satu gas pencemar di udara
yang berbahaya bagi makhluk hidup apabila konsentrasinya melebihi baku mutu
yang telah ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan jumlah konsentrasi partikulat
(debu) di sekitar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB dalam pengukuran
1 jam dengan interval 15 menit sebesar 141.4099 g/m3, sedangkan dalam
estimasi pengukuran selama 24 jam jumlah konsentrasi partikulat yang dihasilkan
sebesar 78.5490 g/m3. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Pencemaran Udara, nilai konsentrasi partikulat dalam
estimasi pengukuran 24 jam dapat dikategorikan aman karena berada di bawah
batas ambang maksimal yang telah ditentukan, yaitu sebesar 230 g/m 3.
Tingginya kualitas udara di sekitar Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB
salah satunya disebabkan oleh terdapatnya pohon dan tanaman lainnya yang
mampu menangkal pencemaran udara dari bahan bakar minyak, seperti bensin dan
solar.

Saran
Pengukuran dan perhitungan konsentrasi partikulat (debu) sebaiknya dilakukan
pada dua tempat yang mempunyai kepadatan lalu lintas dan jumlah vegetasi yang
berbeda sehingga mendapat pembanding agar dapat mengetahui sejauh mana
pengaruh vegetasi untuk mengurangi gas-gas pencemar udara terutama gas
pencemar akitbat kendaraan bermotor dan industri atau pabrik-pabrik. Selain itu,
pengukuran dan perhitungan konsentrasi partikulat (debu) juga sebaiknya
dilakukan denga waktu yang lebih lama untu k mengetahui pengaruh waktu
pengukuran terhadap konsentrasi partikulat (debu) di udara.

Daftar Pustaka
Fardiaz S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta (ID) : Kanisius.
Gindo A. 2007. Pengukuran partikel udara ambien (TSP, PM10, PM2.5) di sekitar
calon lokasi PLTN Semenanjung Lemahabang. ISSN 1410-6086. 220-227.

8
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup nomor Kep-
02/MENKLH/I/1988 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.
Jakarta (ID).
Jacobson M. 2002. Atmospheric Pollution. New York (US) : AnnArbor Science
Publisher.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 41 Tahun 1999 tentang Baku
Mutu Udara Ambien Nasional. Jakarta (ID).
Pohan N. 2002. Pencemaran Udara dan Hujan Asam. Sumatera Utara (ID) :
USU.
Purnomohadi S. 1995. Peran ruang terbuka hijau dalam pengendalian kualitas
udara di DKI Jakarta. Disertasi. Program Pascasarjana IPB. Bogor (ID).
Soedomo M. 2001. Pencemaran Udara. Bandung (ID): ITB Press.
Soedomo M, Usman K, Djajadiningrat ST, Darwin. 1990. Model Pendekatan
dalam Analisis Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara, Studi Kasus di
Jakarta, Bandung dan Surabaya. Bandung (ID) : Penelitian KLHJurusan
Teknik Lingkungan ITB.
Qosthalani FA. 2014. Metode gravimetri dalam alat high volume air sampler
sebagai cara kuantitatif mengukur kualitas debu dalam udara. Paper. UI
(ID).
Yono A. 2005. Pola sebaran ozon sebagai polutan sekunder di udara ambien.
Jurnal Teknil Lingkungan. 5(2) : 12-15.

9
Lampiran 1 Contoh perhitungan
Diketetahui :
Qs = 1.2 m3/menit
Tr = 28.24 oC
Ta = 32.20 oC
t = 60 menit
Perhitungan koreksi laju aliran udara

Qc =
28.24
= 1.2 32.20
= 1.0524 m3/menit
Perhitungan volume sampel udara
V = Qc x t
= 1.0524 x 60
= 63.1453 m3
Perhitungan Volume udara pada 25oC dan 760 mmHg
298
Vr = 760 +273
760 298
= 63.1453
760 28.24+273
= 62.4662 m3
Perhitungan konsentrasi partikulat untuk pengukuran 60 menit (C1)


Konsentrasi partikulat =
8833
=
62.4662
= 141.4099 g/m3
Perhitungan konsentrasi partikulat standar
C2 = 1 (12)0.185
C2 = 141.4099 (124)0.185
C2 = 78.5490 g/m3

10
Lampiran 2 Baku mutu udara ambien berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999
No. Parameter Waktu Pengukuran Baku Mutu
1. SO2 1 jam 900 g/m3
Sulfur dioksida 24 jam 365 g/m3
1 tahun 60 g/m3
2. CO 1 jam 30.000 g/m3
Karbon monoksida 24 jam 10.000 g/m3
3. NO2 1 jam 400 g/m3
Nitrogen dioksida 24 jam 150 g/m3
1 tahun 100 g/m3
4. O3 1 jam 235 g/m3
Oksidan 1 tahun 50 g/m3
5. HC 3 jam 160 g/m3
Hidrokarbon
6. PM10 24 jam 150 g/m3
7. TSP 24 jam 230 g/m3
Debu 1 tahun 90 g/m3
8. Pb 24 jam 2 g/m3
Timah hitam 1 tahun 1 g/m3
9. Dustfall 30 hari 10 ton/km2/bln
20 ton/km2/bln
10. Total florida 24 jam 3 g/m3
90 hari 0,5 g/m3
11. Flor indeks 30 hari 40 g/100 cm2
12. Klorine dan Klorin 24 jam 150 g/m3
dioksida
13. Sulfat indeks 30 hari 1 mg SO3/100
cm3

11
Lampiran 3 Dokumentasi

12

Anda mungkin juga menyukai