Anda di halaman 1dari 3

Definisi

Kata aborsi diserap dari bahasa Inggris yaitu abortion yang berasal dari bahasa latin
yang berarti pengguguran kandungan atau keguguran. Menurut Fact Abortion, Info
Kit on Womens Health oleh Institute For Social, Studies anda Action, Maret 1991,
dalam istilah kesehatan aborsi didefenisikan sebagai penghentian kehamilan
setelah tertanamnya telur (ovum) yang telah dibuahi rahim (uterus), sebelum janin
(fetus) mencapai 20 minggu.

Berdasarkan alasannya, aborsi dibagi menjadi 2 jenis,yaitu :

1. Spontaneous Abortion
Aborsi spontaneous atau dikenal sebagai keguguran merupakan proses keluarnya
embrio atau fetus akibat kecelakaan, ketidaksengajaan atau penyebab alami
lainnya yang mengakibatkan terhentinya kehamilan sebelum minggu ke-22.[2]
Aborsi spontan merupakan proses yang terjadi sendiri tanpa campur tangan
manusia.

Secara global, 10%-50% kehamilan berakhir dengan keguguran, tergantung usia


dan kesehatan perempuan hamil[3]. Kebanyakan keguguran terjadi di masa awal
kehamilan, pada kebanyakan kasus biasanya perempuan bahkan tidak menyadari
dirinya sedang hamil. Sebuah riset menunjukan bahwa 61.9% keguguran terjadi
sebelum kehamilan berusia 12 minggu, dan 91,7% diantaranya terjadi tanpa
sepengetahuan si perempuan[4].

Berdasarkan pengeluaran hasil konsepsi, Aborsi spontan terbagi menjadi [5]:

a) Abortus Incompletus
b) Abortus Completus
c) Missed Abortion

2. Abortus Provocatus adalah proses penghentian kehamilan sebelum janin dapat


hidup di luar kandungan, yang dilakukan dengan sengaja dengan tujuan tertentu.
Berdasarkan alasannya, Abortus Provocatus dapat dikategorikan menjadi :

a) Abortus Therapeuticus
yaitu pengakhiran kehamilan pada saat di mana janin belum dapat hidup
demi kepentingan kesehatan si ibu, yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
Abortus yang mengancam (threatened abortion), disertai dengan perdarahan
yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
Tindakan ini dilakukan karena keberadaan janin mengancam keselamatan si
ibu.
Mola Hidatidosa atau hidramnion akut. Hidramnion adalah keadaan
kehamilan di mana air ketuban diproduksi secara berlebihan (lebih dari
2000cc), sehingga berpotensi menimbulkan infeksi bagi janin dan
membahayakan keselamatannya.
Infeksi rahim akibat tindakan aborsi yang tidak aman (unsafe abortion), yang
dilakukan pada kehamilan sebelumnya.
Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks, atau
kondisi di mana kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit
keganasan lainnya pada tubuh, seperti kanker payudara
.
b) Eugenic Abortion
Aborsi jenis ini adalah prosedur pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang
cacat. Sebelumnya, dokter harus benar-benar telah melakukan pemeriksaan
mengenai keadaan janin. (Inna Hudaya, 2009

c) Abortus non-therapeticus
Aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya
alasan perempuan melakukan aborsi ini adalah karena ketidaksiapan menjadi orang
tua, baik itu secara psikis ataupun ekonomi.

Epidemiologi

Menurut WHO di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan sekitar 40-60 juta ibu
yang tidak menginginkan kehamilannya dan melakukan aborsi. Setiap tahun sekitar
500.000 ibu mengalami kematian disebabkan kehamilan dan persalinan. Sekitar 30-
50% diantaranya meninggal akibat abortus yang tidak aman.

Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN ), diperkirakan


setiap tahun jumlah aborsi di Indonesia mencapai 2,5 juta jiwa dari 5 juta kelahiran
per tahun. Bahkan 1-1,5 juta diantaranya adalah kalangan remaja. Data yang
dihimpun Komnas Perlindungan Anan Indonesia (KPAI) menemukan dalam kurun
waktu 2008-2010 kasus aborsi terus meningkat. tahun 2008 ditemukan 2 juta jiwa
anak korban aborsi, tahun berikutnya 2009 naik 300.000 menjadi 2,3 juta janin
yang dibuang paksa. Sementara itu, pada tahun 20120 naik dari 200.000 menjadi
2,5 juta jiwa. 62,6% pelaku diantaranya adalah anak berusia dibawah 18 tahun.
Data dari Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Pusat, pelaku aborsi
justru paling banyak adalah perempuan yang sudah menikah karena program KB-
nya gagal. Data dari Studi PKBI di 12 kota dari tahun 2000-2011 juga menunjukkan
73-83% wanita ingin aborsi adalah wanita menikah karena kegagalam kontrasepsi.

Komplikasi
a. Menggigil karena banyak mengeluarkan darah
c. Sakit di sekitar perut, kram atau sakit di sekitar punggung
d. Perut yang terasa lunak atau skait jika di tekan
e. Pendarahan yang berlebihan, bahkan menjurus mengalir darah dengan deras
f. Pengeluaran vagina yang berbau bususk atau disertai darah speerti menstruasi
g. Mengalami penundaan lebih untuk mendapatkan silkus menstruasi kembali.
h. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal
i. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
j. Rahim yang sobek ( uterine perforation )
k. Kanker payudara ( karena ketidakseimbangan hormon astrogen pada wanita )
l. Kanker indung telur ( cervical cancer )
m. Kelainan pada placenta /ari-ari ( placenta previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berkutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berkutnya.

Pencegahan

a. Kampanye kondom
b. Pengetahuan pendidikan seks : Peran orang tua dan sekolah turut serta dalam memberi
pengetahun seks yang sesuai dengan jenjang usia anak. Orang tua harus lebih terbuka pikirannya
bahwa pendidikan seks bukanlah hal yang tabu, tapi penting. Maka dari itu kedekatan anak dan
orang tua harus terjalin. Jangan sampai seorang anak melakukan seks pranikah, perkosaan, hanya
karena alsan ingin tahu akibat dari sumber informasi yang salah
c. Pengetahuan aborsi aman
d. Pengetahun mengenai kontrasepsi yang sesuai dan terjangkau perlu digalakkan pada setiap
lapisan masyarakat
e. Bimbingan konseling perlu bagi mereka yang mengalami KTD, agar aborsi bukan dijadikan
solusi final.

Anda mungkin juga menyukai