Anda di halaman 1dari 13

Paraf Asisten

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK


Judul : Pembuatan Asam Salisilat Dari Minyak Gondopuro

Tujuan Percobaan : Mempelajari pembuatan asam salisilat dari minyak gondopuro


melalui reaksi hidrolisis ester
Pendahuluan

Gondopuro (Gaultheria fragantissima) dikenal juga sebagai Indian Wintergreen, yang


merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri. Gondopuro merupakan spesies
tanaman yang mengandung salisilat dengan konsentrasi yang tinggi. Konsentrasi salisilat
pada gondopuro 20 kali lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi salisilat yang
ditemukan pada Filipendula dan 100 kali lebih besar dari konsentrasi salisilat pada Lemon
Thyme, sehingga metil salisilat dapat diperoleh dari minyak gondopuro (wintergreen oil)
(Yulianto et. al., 2009).
Minyak gondopuro merupakan suatu ester yang memiliki gugus vinil dan hidroksi
pada posisi orto dari benzena. Metil salisilat dalam minyak gondopuro yang berupa suatu
ester dapat dihidrolis dalam suasana asam maupun basa. Hidrolisis merupakan reaksi kimia
yang memecah molekul air (H2O) menjadi kation hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH)
melalui suatu proses kimia. Reaksi hidrolisis membutuhkan katalis basa. Katalis basa yang
digunakan ialah NaOH. Senyawa minyak gondopuro perlu diubah menjadi garamnya dengan
penambahan basa. Hal ini terjadi karena penggunaan basa yang mengakibatkan terjadinya
reaksi hidrolisis. Ion hidroksida dapat bersifat sebagai basa maupun sebagai nukleofil.
Hidrolisis ester dalam suasana asam dapat terjadi melalui beberapa mekanisme reaksi
bergantung pada struktur esternya, tetapi mekanisme yang umum merupakan kebalikan dari
reaksi esterifikasi Fischer. Hidrolis ester dalam suasana basa sering dikenal dengan reaksi
penyabunan dan reaksi ini bersifat tidak balik (Rosita et. al., 2014).
Asam salisilat merupakan senyawa organik turunan asam karboksilat yang
mengandung gugus karboksil. Gugus karboksil mengandung sebuah gugus karbonil dan
sebuah hidroksil antar-aksi dari kedua gugus ini yang mengakibatkan suatu kereaktifan kimia
yang unik untuk asam karboksilat. Sifat kimia yang paling menonjol dari asam karboksilat
adalah keasamannya yang asam lemah (pka yang khas adalah sekitar 5) (Fessenden, 1994).
Asam salisilat memiliki rumus molekul C6H4(OH)COOH yang berbentuk kristal
putih, tidak berbau, dan rasanya manis. Asam salisilat ini tidak dapat larut dalam air dingin,
tetapi larut dalam air panas dan mudah larut dalam alkohol. Asam salisilat dapat bereaksi
dengan asam atau alkohol membentuk senyawa ester benzena.
OH OH

+ CH3OH
O + H2O
O

OH O
CH3
Asam salisilat Metil salisilat

Gambar 1. Reaksi asam salisilat dengan alkohol


(Sumber : Parning et. al., 2006).
Asam salisilat mempunyai dua radikal fungsi dalam struktur kimianya, yaitu radikal
hidroksi fenolik dan radikal karboksil yang langsung terkait pada inti benzena. Esterifikasi
radikal hidroksi fenoliknya dengan fenol diperoleh ester fenil salisilat yang dikenal dengan
nama salol, sedangkan esterifikasi radikalnya deangan asetil klorida didapatkan ester asetil
salisilat yang dikenal dengan aspirin salol dan banyak digunakan dalam bidang kedokteran
karena mempunyai sifat analgelik dan antipireatik (Damin, 2006).
Asam salisilat dapat disintesis melalui proses karboksilasi dengan bahan baku fenol,
NaOH, CO2, dan H2SO4. Proses karboksilasi merupakan proses tunggal hingga saat ini
karena merupakan proses pembuatan paling murah. Asam salisilat bersifat hidrofil, yang
sangat berkhasiat terhadap banyak fungi pada konsentrasi 3-6 % dalam salep
(Yulistia et. al., 2013).
Asam salisilat hasil hidrolisis dari metil salisilat telah lama digunakan sebagai bahan
dasar pembuatan aspirin. Metil salisilat dapat digunakan langsung sebagai bahan dasar
sintesis flavonoid tanpa harus dikonversi terlebih dahulu. Minyak gondopuro perdagangan
mengandung 90% metil salisilat, sehingga 1 tonnya menghasilkan 900 kg metil salisilat
(Futwenbun, 2001).
Persenyawaan ester dapat mengalami hidrolisis dalam suasana asam maupun basa
untuk menghasilkan asam karboksilat dan alkohol. Hidrolisis ester dalam suasana asam
dapat terjadi melalui beberapa mekanisme reaksi bergntung pada struktur esternya, tetapi
mekanisme reaksi yang umum merupakan kebalikan dari reaksi esterifikasi Fischer.
Perubahan metil salisilat yang terdapat dalam minyak gondopuro menjadi asam salisilat
adalah reaksi hidrolisis ester dengan katalis basa. Proses reaksi hidrolisis dengan katalis basa
terjadi dalam beberapa tahap yang dimulai dengan deprotonasi, serangan ion hidroksida,
eliminasi metanol dan dan diakhiri dengan protonasi (Wilcox, 1995).
Refluks merupakan suatu metode untuk mencampurkan dua zat dengan cara
pemanasan tanpa adanya senyawa yang hilang. Fungsi pemanasan dalam refluks adalah
untuk mereaksikan dengan sempurna campuran tersebut sehingga dapat bercampur dengan
baik. Kristalisasi merupakan metode pemurnian dengan cara pembentukan kristal sehingga
campuran dapat dipisahkan. Suatu gas atau cairan dapat mendingin atau memadat serta
membentuk kristal karena proses kristalisasi, yaitu kristal-kristal dapat terbentuk dari larutan
yang dijenuhkan dengan menggunakan pelarut tertentu. Kristal yang terbentuk besar maka
makin baik karena makin kecil kandungan zat pengotornya. Rekristalisasi merupakan
metode pemurnian kristal dari zat pengotor-pengotornya. Campuran yang akan dimurnikan
dilarutkan dalam pelarut, selanjutnya untuk memisahkan pengotor dari zat yang diinginkan,
dilakukan penyaringan dan diteruskan dengan pendinginan sampai terbentuk kristal
(Wilcox, 1995).

Mekanisme Reaksi

a. Tahap 1. Reaksi Hidrolisis


:O : ..
:O : :O : ..
.. OH
..
O
.. CH3 .. ..
O CH3 .. ..
:OH - .. - O CH3
.. :OH
.. ..
..
O
.. H ..
..
..0 : + H2O .. :
O

:O : :O :

.. ..
O: ..
.. ..O H + :O-CH
.. 3
.. ..
..0 : + CH3OH
.. :
O

b. Tahap 2. Reaksi Penambahan NaOH


O - OH O
O
CH3 CH3 H
O Na+ -OH O O
-
H O CH3
OH OH O

O Na+
H
O Na+
O - -
O CH3 O
O
H
H
+ H3C OH
O +-
Na OH

O
Na
O
Na + H3C OH + H2O
O

c. Tahap 3. Reaksi Penambahan Asam


:O : :O :
:O : H
H-SO4
..
..O Na
OH
H-SO4H O
.. Na
.. ..
O Na ..
.. O Na
O
.. Na

H NaSO4

:O :

OH
Na2SO4 +
OH

Alat

Labu leher tiga 100 mL, kondensor refluks, termometer, penangas air, penyaring Buchner,
kertas saring.

Bahan

Minyak Gondopuro, larutan NaOH 5M, H2SO4 pekat, aquades.


Prosedur Kerja
Skema Kerja
10 mL Minyak Gondopuro

- dimasukkan ke dalam labu leher tiga 100 mL yang dilengkapi dengan


kondensor dan termometer.
- ditambahkan 25 mL NaOH 5N dan direfluks pada suhu sekitar 80oC
selama satu jam.
- diamati dan dicatat campuran yang terjadi.
- diturunkan dari pemanas setelah satu jam dan didinginkan labu pada
suhu kamar.
- ditambahkan H2SO4 2M sambil digoyang-goyang sampai terbentuk
endapan berwarna putih.
- disaring endapan dengan corong Buchner kemudian dicuci 3 kali dengan
50 mL aquades dingin.
- dikeringkan di udara atau oven vacum, dikenali baunya, ditimbang
beratnya, diuji kelarutannya dalam air (panas dan dingin) dan ditentukan
titik lelehnya.

Hasil
Prosedur Kerja
Masukkan 10 mL minyak gondopuro ke dalam labu leher tiga 100 mL yang telah
dilengkapi dengan kondensor dan termometer. Tambahkan 25 mL NaOH 5N dan reflukslah
pada suhu sekitar 80oC selama satu jam. Amati dan catat perubahan campuran yang terjadi.
Setelah satu jam, turunkan dari pemanas dan dinginkan labu pada suhu kamar hingga aman
untuk dikerjakan. Tambahkan H2SO4 2M sambil digoyang-goyang sampai terbentuk
endapan putih. Saring endapan dengan corong Buchner kemudian dicuci sebanyak 3 kali
dengan 50 mL aquades dingin. Keringkan di udara atau oven vacum, kenali baunya, timbang
beratnya, uji kelarutannya dalam air (panas dan dingin) dan tentukan titik lelehnya.

Waktu yang dibutuhkan


Waktu yang dibutuhkan untuk percobaan ini adalah 3 jam 40 menit. Rincian
waktunya sebagai berikut:
Kegiatan Waktu Alokasi Waktu
Preparasi alat 07.00 - 07.21 21 Menit
Proses refluks 07.22 08.21 59 Menit
Pendinginan 08.21 08.37 16 Menit
Penambahan H2SO4 08.37 09.17 40 Menit
Penyaringan dengan Buchner 09.17 09.22 5 Menit
Pengeringan endapan di dalam oven 09.22 09.56 34 Menit
Identifikasi destilat, meliputi:
a) Uji Kelarutan 09.56 10.09 13 Menit
b) Uji titik leleh 10.09 10.41 32 Menit

Data dan Perhitungan


Data
No. Perlakuan Keterangan
1. Minyak gondopuro (10 mL) + NaOH Terbentuk endapan putih
(25 mL)
2. Proses refluks Setelah proses refluks larutan berubah
warna menjadi kuning bening dan
endapan hilang semua.
3. Distilat + H2SO4 2 M (digoyang- Reaksi eksotermis
goyang) Terbentuk endapan putih
( Sebelum terbentuk endapan putih, warna
berubah menjadi sedikit pink )
4. Didekantasi dengan corong Buchner Endapan terpisan dengan cairan atau
filtratnya
5. Endapan dikeringkan dengan oven Endapan metil salisilat tidak berbau
6. Menimbang kertas saring dan endapan Massa kertas saring: 0,901 gram
Massa kertas saring + endapan: 13,007
gram
7. Uji kelarutan -air dingin: tidak larut
-air panas: larut
7. Uji titik leleh titik leleh: 165 C
Perhitungan
Menentukan mol reaktan
metil salisilat = 1,17 g/cm3 V = 10 mL
asam salisilat = 1,44 g/cm3 Mr = 138,14 g/mol
V NaOH = 25 mL (5N)
massa
metil salisilat =
V
g massa
1,17 ml =
10 mL
Massa = 11,70 g
massa
mol metil salisilat =
Mr
11,70 g
=
152,15 g/mol
= 0,077 mol
mol
M NaOH =
V
mol
5M =
0,025 l
mol NaOH = 0,125 mol
Menentukan Rendemen
C8H8O3 + NaOH + H2SO4 C7H6O3 + Na2SO4
Mula-mula 0,077 mol 0,125 mol - - -
Reaksi 0,077 mol 0,077 mol 0,077 mol 0,077 mol
Setelah 0 mol 0,048 mol 0,077 mol 0,077 mol
mol asam salisilat = 0,077 mol
secara teori
massa asam salisilat = mol Mr
= 0,077 mol 138,14 g/mol
= 10,64 g
Massa asam salisilat hasil percobaan adalah 12,106gram
massa percobaan
Rendemen = 100%
massa teori
12,106 g
Rendemen = 100% = 113,78%
10,64 g
Hasil

No. Perlakuan Keterangan


1. Minyak gondopuro (10 mL) + NaOH Terbentuk endapan putih
(25 mL)
2. Proses refluks Setelah proses refluks larutan berubah
warna menjadi kuning bening dan
endapan hilang semua.
3. Distilat + H2SO4 2 M (digoyang- Reaksi eksotermis
goyang) Terbentuk endapan putih
( Sebelum terbentuk endapan putih, warna
berubah menjadi sedikit pink )
4. Didekantasi dengan corong Buchner Endapan terpisan dengan cairan atau
filtratnya
5. Endapan dikeringkan dengan oven Endapan metil salisilat tidak berbau
6. Menimbang kertas saring dan endapan Massa kertas saring: 0,901 gram
Massa kertas saring + endapan: 13,007
gram
7. Uji kelarutan -air dingin: tidak larut
-air panas: larut
7. Uji titik leleh titik leleh: 165 C
Gambar:

Minyak+NaOH Proses refluks Distilat


Distilat + H2SO4 Penyaringan dengan corong Endapan yang sudah
Buchner dikeringkan/dioven

Uji kelarutan air dingin Uji kelarutan air dingin

Pembahasan Hasil
Praktikum kali ini membahas mengenai pembuatan asam salisilat dari minyak
gondopuro. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara pembuatan asam salisilat dari
minyak gondopuro melalui reaksi hidrolisis ester. Minyak gondopuro yang diperoleh dari
hasil penyulingan mengandung senyawa utama metil salisilat. Metil salisilat ini sering
digunakan sebagai sumber senyawa untuk mensintesis berbagai senyawa dengan melalui
senyawa antaranya yaitu asam salisilat. Praktikum kali ini dilakukan melalui pembuatan,
pemurnian dan karakteristik asam salisilat dari minyak gondopuro tersebut
(Tim Penyusun, 2016).
Minyak gondopuro dipilih sebagai bahan untuk membuat asam salisilat karena minyak
gondopuro ini mengandung metil salisilat yang sangat tinggi hingga sebanyak 98%.
Pembuatan asam salisilat ini dilakukan dengan menggunakan metode refluks. Percobaan ini
dilakukan dengan reaksi hidrolisis. Hidrolisis merupakan reaksi kimia yang memecah
molekul air (H2O) menjadi kation hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH) melalui suatu
proses kimia. Reaksi hidrolisis membutuhkan katalis basa, yakni NaOH. Senyawa minyak
gondopuro tersebut perlu diubah terlebih dahulu menjadi garamnya dengan cara
menambahan basa. Hal ini terjadi karena penggunaan basa yang mengakibatkan terjadinya
reaksi hidrolisis. Ion hidroksida hasil pecahan molekul air tersebut dapat bersifat sebagai
basa maupun sebagai nukleofil.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan alat destilasi dan sampel.
Sampel minyak gondopuro dimasukkan ke dalam labu leher tiga yang sudah dilengkapi
dengan termometer dan kondensor. Pemasangan termometer dalam proses ini untuk
mengetahui suhu refluks saat pemanasan berlangsung. Suhu refluks tidak boleh diatas 80 oC
agar garam salisilat yang terbentuk tidak bereaksi lagi dengan alkohol membentuk ester,
kemudian ditambahkan 25 mL NaOH 5N. Penambahan NaOH bertujuan untuk membuat
garam natrium salisilat. Reaksi yang terjadi saat penambahan NaOH ini adalah reaksi
hidrolisis karena ion hidroksida dapat bersifat sebagai basa maupun sebagai nukleofil.
Reaksi ketika penambahan NaOH adalah sebagai berikut:
+
Na
O - OH O
O
CH3 + - CH3 H
O Na OH O O
H
OH OH O

O +
O Na
H
O - -
O CH3 O
H
H
+ H3C OH
O
O +-
Na OH

O
Na
O
Na + H3C OH + H2O
O

Langkah selanjutnya adalah pendinginan campuran. Campuran tersebut didinginkan


pada suhu kamar agar campuran tidak ada yang bereaksi lagi, karena ketika pada suhu yang
lebih tinggi senyawa-senyawa dalam campuran akan lebih cepat bereaksi. Campuran yang
telah dingin tersebut kemudian ditambahkan dengan H2SO4 hingga menghasilkan endapan
putih. H2SO4 ditambahkan harus dilakukan dalam keadaan dingin karena reaksi dengan
H2SO4 merupakan reaksi eksotermis yaitu reaksi yang menghasilkan panas ke lingkungan.
H2SO4 ditambahkan dalam campuran ditujukan untuk mengasamkan garam natrium salisilat
dengan cara memprotonasi garam natrium salisilat sehingga akan menjadi asam salisilat. Ion
natrium pada garam salisilat akan lebih mudah diganti oleh proton (H+) membentuk asam
salisilat. Asam sulfat dengan kata lain berfungsi untuk menghidrolisis ester yang dalam hal
ini berbentuk garam. Reaksi hidrolisis menghasilkan produk samping yaitu metanol dan air.
Metanol akan menguap pada suhu kamar, karena metanol bersifat sangat volatil. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut:

Pembentukan asam

O O
H
+ - +Na
Na H -OHSO 3 O + -
O H -OHSO 3
Na Na
O O
disodium 2-oxidobenzoate

O O
OH OH
O
+Na
+
Na -OSO3
-
+ Na2SO4
OH
H
Asam Salisilat
Langkah selanjutnya adalah pemisahan air pada endapan garam tersebut. Air tersebut
dipisahkan dengan cara penyaringan menggunakan corong Buchner sehingga yang tersisa
hanya endapan asam salisilatnya saja. Pencucian kristal menggunakan air dingin pada saat
penyaringan dengan corong Buchner ditujukan agar semua zat pengotor seperti katalis tidak
menempel pada kristal, sehingga kristal yang didapat benar-benar murni. Air dingin dipilih
sebagai pencuci kristal, karena asam salisilat merupakan senyawa organik maka tidak akan
larut dalam air. Kristal yang sudah disaring kemudian dikeringkan dalam oven. Pengeringan
Kristal dalam oven tersebut ditujukan agar semua pelarut-pelarut dan zat-zat pengotornya
dapat menguap, sehingga hanya tersisa asam salisilat yang kering dan benar-benar murni.
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi asam salisilat yang terbentuk tersebut.
Asam salisilat yang diperoleh memiliki bentuk kristal halus yang berwarna putih serta
beraroma wangi yang tidak menyengat. Asam salisilat tersebut kemudian diuji sifat kelarutan
dan titik lelehnya. Hasil uji kelarutan asam salisilat tidak dapat larut dalam air dingin tapi
dapat larut dalam air panas. Hasil uji kelarutan tersebut sesuai dengan literatur. Hasil uji titik
leleh asam salisilat yang dihasilkan tersebut sebesar 165oC. Titik leleh yang diperoleh
tersebut tidak sesuai dengan literatur, seharusnya titik leleh asam salisilat adalah sebesar
159oC. Kesalahan yang terjadi tersebut kemungkinan dikarenakan masih adanya campuran-
campuran dari zat pengotor yang tidak terpisah dalam endapan asam salisilat tersebut,
sehingga endapan tersebut lebih lama waktu yang dibutuhkan untuk meleleh. Hal ini
diperkuat dengan nilai randemen yang lebih dari 100%, yakni sebesar 113,78%.

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan kai ini adalah asam salisilat dapat
dibuat melalui reaksi hidrolisis yang dapat disintesis dari minyak gondopuro yang
mengandung metil salisilat yang direaksikan dengan basa berupa NaOH yang menghasilkan
garam salisilat dan garam tersebut dideprotonasi dengan menggunkan asam seperti H2SO4
sehingga akhirnya terbentuk asam salisilat.

Referensi

Fessenden, J. Ralph. 1994. Kimia Organik Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Parning, Horale, Tiopan. 2006. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Rosita, I., Widya K., Nurul M., Ummu K., dan Amelia R. 2014. Jurnal Praktikum Kimia
Organik II Pembuatan Asam Salisilat Dari Minyak Gandapura. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Sastra 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Buku Kedokteran.
Tim penyusun. 2016. Petunjuk Praktikum Sintesis Senyawa Organik. Jember: Universitas
Jember.
Wilcox. 1995. Experimental Organic Chemistry. New Jerset : Prentice.
Yulianto, M. E., F. Arifan, I. Hartati. 2009. Kajian Model Matematis Koefisien Perpindahan
Massa Pada Ekstraksi Inaktivasi Enzim Gaultherase Untuk Produksi Gaultherin Dari
Gandapura. Momentum, Vol. 5, No. 1, April 2009. Semarang.
Yulistia,V., Djufri Mustafa dan Refinel. 2013. Optimasi Transpor Asam Salisilat Melalui
Teknik Membran Cair Fasa Ruah. Jurnal Kimia Unand, Volume 2 Nomor 3.
Universitas Andalas.

Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti lagi pada saat pengujian titik leleh, dan alat yang
digunakan untuk mengujinya dipastikan telah dingin kembali sebelum digunakan agar hasil
yang diperoleh sesuai dengan literatur. Sebaiknya praktikan harus benar-benar teliti dalam
melakukan pengovenan, endapan yang dikeringkan dalam oven harus hingga kering agar
didapatkan senyawa yang kita inginkan tanpa masih bersisa pengotornya. Praktikan juga
sebaiknya memotong kertas saring dengan benar sesuai dengan SOP penggunaan corong
Buchner agar tidak terjadi kebocoran ketika disaring menggunakan corong Buchner.

Nama Praktikan
Muhammad Hisyam Nuri Abdul Ghani (141810301015)

Anda mungkin juga menyukai