+ CH3OH
O + H2O
O
OH O
CH3
Asam salisilat Metil salisilat
Mekanisme Reaksi
:O : :O :
.. ..
O: ..
.. ..O H + :O-CH
.. 3
.. ..
..0 : + CH3OH
.. :
O
O Na+
H
O Na+
O - -
O CH3 O
O
H
H
+ H3C OH
O +-
Na OH
O
Na
O
Na + H3C OH + H2O
O
H NaSO4
:O :
OH
Na2SO4 +
OH
Alat
Labu leher tiga 100 mL, kondensor refluks, termometer, penangas air, penyaring Buchner,
kertas saring.
Bahan
Hasil
Prosedur Kerja
Masukkan 10 mL minyak gondopuro ke dalam labu leher tiga 100 mL yang telah
dilengkapi dengan kondensor dan termometer. Tambahkan 25 mL NaOH 5N dan reflukslah
pada suhu sekitar 80oC selama satu jam. Amati dan catat perubahan campuran yang terjadi.
Setelah satu jam, turunkan dari pemanas dan dinginkan labu pada suhu kamar hingga aman
untuk dikerjakan. Tambahkan H2SO4 2M sambil digoyang-goyang sampai terbentuk
endapan putih. Saring endapan dengan corong Buchner kemudian dicuci sebanyak 3 kali
dengan 50 mL aquades dingin. Keringkan di udara atau oven vacum, kenali baunya, timbang
beratnya, uji kelarutannya dalam air (panas dan dingin) dan tentukan titik lelehnya.
Pembahasan Hasil
Praktikum kali ini membahas mengenai pembuatan asam salisilat dari minyak
gondopuro. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara pembuatan asam salisilat dari
minyak gondopuro melalui reaksi hidrolisis ester. Minyak gondopuro yang diperoleh dari
hasil penyulingan mengandung senyawa utama metil salisilat. Metil salisilat ini sering
digunakan sebagai sumber senyawa untuk mensintesis berbagai senyawa dengan melalui
senyawa antaranya yaitu asam salisilat. Praktikum kali ini dilakukan melalui pembuatan,
pemurnian dan karakteristik asam salisilat dari minyak gondopuro tersebut
(Tim Penyusun, 2016).
Minyak gondopuro dipilih sebagai bahan untuk membuat asam salisilat karena minyak
gondopuro ini mengandung metil salisilat yang sangat tinggi hingga sebanyak 98%.
Pembuatan asam salisilat ini dilakukan dengan menggunakan metode refluks. Percobaan ini
dilakukan dengan reaksi hidrolisis. Hidrolisis merupakan reaksi kimia yang memecah
molekul air (H2O) menjadi kation hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH) melalui suatu
proses kimia. Reaksi hidrolisis membutuhkan katalis basa, yakni NaOH. Senyawa minyak
gondopuro tersebut perlu diubah terlebih dahulu menjadi garamnya dengan cara
menambahan basa. Hal ini terjadi karena penggunaan basa yang mengakibatkan terjadinya
reaksi hidrolisis. Ion hidroksida hasil pecahan molekul air tersebut dapat bersifat sebagai
basa maupun sebagai nukleofil.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mempersiapkan alat destilasi dan sampel.
Sampel minyak gondopuro dimasukkan ke dalam labu leher tiga yang sudah dilengkapi
dengan termometer dan kondensor. Pemasangan termometer dalam proses ini untuk
mengetahui suhu refluks saat pemanasan berlangsung. Suhu refluks tidak boleh diatas 80 oC
agar garam salisilat yang terbentuk tidak bereaksi lagi dengan alkohol membentuk ester,
kemudian ditambahkan 25 mL NaOH 5N. Penambahan NaOH bertujuan untuk membuat
garam natrium salisilat. Reaksi yang terjadi saat penambahan NaOH ini adalah reaksi
hidrolisis karena ion hidroksida dapat bersifat sebagai basa maupun sebagai nukleofil.
Reaksi ketika penambahan NaOH adalah sebagai berikut:
+
Na
O - OH O
O
CH3 + - CH3 H
O Na OH O O
H
OH OH O
O +
O Na
H
O - -
O CH3 O
H
H
+ H3C OH
O
O +-
Na OH
O
Na
O
Na + H3C OH + H2O
O
Pembentukan asam
O O
H
+ - +Na
Na H -OHSO 3 O + -
O H -OHSO 3
Na Na
O O
disodium 2-oxidobenzoate
O O
OH OH
O
+Na
+
Na -OSO3
-
+ Na2SO4
OH
H
Asam Salisilat
Langkah selanjutnya adalah pemisahan air pada endapan garam tersebut. Air tersebut
dipisahkan dengan cara penyaringan menggunakan corong Buchner sehingga yang tersisa
hanya endapan asam salisilatnya saja. Pencucian kristal menggunakan air dingin pada saat
penyaringan dengan corong Buchner ditujukan agar semua zat pengotor seperti katalis tidak
menempel pada kristal, sehingga kristal yang didapat benar-benar murni. Air dingin dipilih
sebagai pencuci kristal, karena asam salisilat merupakan senyawa organik maka tidak akan
larut dalam air. Kristal yang sudah disaring kemudian dikeringkan dalam oven. Pengeringan
Kristal dalam oven tersebut ditujukan agar semua pelarut-pelarut dan zat-zat pengotornya
dapat menguap, sehingga hanya tersisa asam salisilat yang kering dan benar-benar murni.
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi asam salisilat yang terbentuk tersebut.
Asam salisilat yang diperoleh memiliki bentuk kristal halus yang berwarna putih serta
beraroma wangi yang tidak menyengat. Asam salisilat tersebut kemudian diuji sifat kelarutan
dan titik lelehnya. Hasil uji kelarutan asam salisilat tidak dapat larut dalam air dingin tapi
dapat larut dalam air panas. Hasil uji kelarutan tersebut sesuai dengan literatur. Hasil uji titik
leleh asam salisilat yang dihasilkan tersebut sebesar 165oC. Titik leleh yang diperoleh
tersebut tidak sesuai dengan literatur, seharusnya titik leleh asam salisilat adalah sebesar
159oC. Kesalahan yang terjadi tersebut kemungkinan dikarenakan masih adanya campuran-
campuran dari zat pengotor yang tidak terpisah dalam endapan asam salisilat tersebut,
sehingga endapan tersebut lebih lama waktu yang dibutuhkan untuk meleleh. Hal ini
diperkuat dengan nilai randemen yang lebih dari 100%, yakni sebesar 113,78%.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan kai ini adalah asam salisilat dapat
dibuat melalui reaksi hidrolisis yang dapat disintesis dari minyak gondopuro yang
mengandung metil salisilat yang direaksikan dengan basa berupa NaOH yang menghasilkan
garam salisilat dan garam tersebut dideprotonasi dengan menggunkan asam seperti H2SO4
sehingga akhirnya terbentuk asam salisilat.
Referensi
Fessenden, J. Ralph. 1994. Kimia Organik Jilid I Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Parning, Horale, Tiopan. 2006. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Rosita, I., Widya K., Nurul M., Ummu K., dan Amelia R. 2014. Jurnal Praktikum Kimia
Organik II Pembuatan Asam Salisilat Dari Minyak Gandapura. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran
dan Program Sastra 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Buku Kedokteran.
Tim penyusun. 2016. Petunjuk Praktikum Sintesis Senyawa Organik. Jember: Universitas
Jember.
Wilcox. 1995. Experimental Organic Chemistry. New Jerset : Prentice.
Yulianto, M. E., F. Arifan, I. Hartati. 2009. Kajian Model Matematis Koefisien Perpindahan
Massa Pada Ekstraksi Inaktivasi Enzim Gaultherase Untuk Produksi Gaultherin Dari
Gandapura. Momentum, Vol. 5, No. 1, April 2009. Semarang.
Yulistia,V., Djufri Mustafa dan Refinel. 2013. Optimasi Transpor Asam Salisilat Melalui
Teknik Membran Cair Fasa Ruah. Jurnal Kimia Unand, Volume 2 Nomor 3.
Universitas Andalas.
Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti lagi pada saat pengujian titik leleh, dan alat yang
digunakan untuk mengujinya dipastikan telah dingin kembali sebelum digunakan agar hasil
yang diperoleh sesuai dengan literatur. Sebaiknya praktikan harus benar-benar teliti dalam
melakukan pengovenan, endapan yang dikeringkan dalam oven harus hingga kering agar
didapatkan senyawa yang kita inginkan tanpa masih bersisa pengotornya. Praktikan juga
sebaiknya memotong kertas saring dengan benar sesuai dengan SOP penggunaan corong
Buchner agar tidak terjadi kebocoran ketika disaring menggunakan corong Buchner.
Nama Praktikan
Muhammad Hisyam Nuri Abdul Ghani (141810301015)