Anda di halaman 1dari 11

Paraf Asisten

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS SENYAWA ORGANIK


Judul : Sintesis Asetaminofen (Parasetamol)
Tujuan Percobaan : Mempelajari proses asetilasi pada sintesis asetaminofen.

Pendahuluan
Parasetamol sebuah obat analgesik non-opioid yang telah digunakan sejak tahun
1950an sebagai obat antipiretik serta digunakan sebagai terapi demam dan nyeri.
Parasetamol, atau yang sering disebut juga sebagai acetaminophen merupakan obat analgetik
non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf
Pusat (SSP) (Darsono, 2002). Parasetamol digunakan sebagai salah satu komponen produk
untuk nyeri kepala, demam, dan flu (Cattabriga, 2013).
Asetaminofen atau sering di sebut dengan parasetamol memiliki rumus molekul
C8H9NO2. Parasetamol merupakan senyawa kimia yang memiliki sebuah cincin benzena.
Cincin benzena tersebut tersubstitusi oleh satu gugus hidroksil dan atom nitrogen dari gugus
amida pada posisi para. Parasetamol dapat disintesis dari senyawa asal yaitu fenol yang
dinitrasikan menggunakan asam sulfat dan natrium nitrat. Parasetamol dapat juga disintesis
jika senyawa 4-aminofenol direaksikan dengan senyawa asetat anhidrat (Fauziah, 2009).
Parasetamol mempunyai nama kimia N-asetil-p-aminofenol atau p-asetamidofenol
atau 4hidroksiasetanilid, bobot molekul 151,16 g/mol dengan rumus kimia C 8H9NO2 dan
mempunyai struktur molekul sebagai berikut :
O

HN CH3

OH
Gambar 1. Stuktur Asetaminofen (Warren, 1981).
Asetaminofen atau parasetamol memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh satu
gugus hidroksil dan atom nitrogen dari gugus amida pada posisi para (1,4). Senyawa ini dapat
disintesis dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan menggunakan asam sulfat dan natrium
nitrat. Parasetamol dapat terbentuk apabila senyawa 4-aminofenol direaksikan dengan
senyawa asetat anhidrat (Katzung, 1989). Parasetamol merupakan senyawa yang berbentuk
serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit. Berat jenis parasetamol adalah 1.263
g/cm3, dengan titik lebur 169C (336F). Kelarutan dalam air 1,4 g/100 mL atau 14 mg/mL
(20C), larut dalam air medidih, dan dalam NaOH 1 N, mudah larut dalam etanol, metanol,
dimetilformamida, etilendiklorid, aseton, etil asetat, tidak larut dalam kloroform, praktis tidak
larut dalam eter, pentana dan benzene (Galichet, 2004).
Parasetamol merupakan paling banyak di gunakan sebagai obat pereda demam dan
nyeri. Parasetamol merupakan senyawa metabolit aktif fenasetin, namun tidak memiliki sifat
karsinogenik (menyebabkan kanker) seperti halnya fenasetin. Parasetamol memiliki banyak
manfaat atau berkhasiat, tidak seperti obat pereda nyeri lainnya (aspirin dan ibuprofen),
Parasetamol tidak di golongkan ke dalam obat anti inflamasi non steroid (NSAID) karena
memiliki khasiat anti inflamasi yang relatif kecil (Ramadhan, 2014).
Parasetamol yang digunakan dengan melebihi batas penggunaan yang telah ditetapkan
dapat menyebabkan kerusakan hepar. Parasetamol dapat menimbulkan kerusakan melaului
metabolit N-asetil-p-benzoquinonimin (NAPQI) yang dapat bertindak sebagai radikal bebas
(James, et al., 2003 dalam Perwita, 2010). Parasetamol memiliki sebuah cincin benzena,
tersubstitusi oleh satu gugus hidroksil dan atom nitrogen dari gugus amida pada posisi para.
Parasetamol dapat disintesis dari senyawa fenol yang dinitrasikan menggunakan asam sulfat
dan natrium nitrat. Parasetamol juga dapat disentesis dari 4-aminofenol yang direaksikan
dengan senyawa asetat anhidrat. Adapun reaksi kimianya sebagai berikut:

Parasetamol jauh lebih mudah untuk disintesis jika dibandingkan dengan obat yang lain. Hal
ini dikarenakan parasetamol kekurangan stereocenters, sehingga membutuhkan reaksi
sintesis stereo-selektif (Keenan, 1991).
Parasetamol dapat dibuat dengan asetilasi p-aminofenol dengan asetat anhidad.
Optimalisasi reaksi ini, p-aminofenol yang larut dalam air perlu dilarutkan dengan
mengubahnya menjadi garam kloridanya sebelum dilakukan asetilasi. Reaksi asetilasi adalah
reaksi subtitusi pada gugus karbonil dari suatu asil dengan senyawa yang bersifat nukleofilik.
Parasetamol mempunyai beberapa sinonim antara lain asetaminofen, K-asetil-para-
aminofenol, 4-hidroksi-asetanilida, 4-asetamidofenol. Klorida yang direaksikan dengan
larutan Ferri klorida akan memberikan warna ungu. Absorbsi maksimum pada spektra ultra
ungu parasetamol dalam metanol adalah 249 nm (Widjajati, 2014).
Sintesis parasetamol melibatkan proses rekristalisasi. Rekristalisasi merupakan proses
pengulangan kristalisasi agar diperoleh zat murni atau kristal yang lebih teratur/murni.
Senyawa organik berbentuk kristal yang diperoleh dari suatu reaksi biasanya tidak murni.
Mereka masih terkontaminasi sejumlah kecil senyawa yang terjadi selama reaksi oleh karena
itu perlu dilakukan pengkristalan kembali dengan mengurangi kadar pengotor. Rekristalisasi
didasarkan pada perbedaan kelarutan senyawa dalam suatu pelarut tunggal atau campuran.
Senyawa ini dapat dimurnikan dengan cara rekristalisasi menggunakan pelarut yang sesuai
(Petrucci, 1987).
Proses rekristalisasi akan berjalan dengan baik apabila pelarut yang digunakan tepat
dan sesuai untuk pengkristalan kembali zat yang dimurnikan. Adapun beberapa syarat agar
suatu pelarut dapat digunakan dalam proses rekristalisasi ialah mampu meberikan perbedaan
daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotor. Selain itu,
pelarut tidak meninggalkan pengotor pada Kristal dan mudah untuk dipisahkan dengan
kristalnya (Rositawati, et al., 2013).
Mekanisme Reaksi

OH OH2 Cl

+ H Cl

NH2 NH2
H

OH Cl OH

CH3COO Na
+ CH3COOH

NH2 NH2

OH OH
O
O O
+ + O CH3
O O
NH2 H N

H CH3

OH OH

O O
+
+
O O CH3 O O CH3
H N H N
H
H CH3 CH3

Alat
Labu erlenmeyer 125 mL, penangas air, termometer, batang pengaduk.
Bahan
Anhidrida asetat, p-aminofenol, HCl pekat, natrium asetat.
Prosedur Kerja
Skema Kerja
p-aminofenol

- dimasukkan sebanyak 2,1 g ke dalam erlenmeyer 125 mL.


- ditambahkan 35 mL air dan 2 mL HCl pekat
- diaduk campuran dengan menggunakan pengaduk magnetik sampai campuran
menjadi larutan yang homogen dan dipanaskan dengan water bath pada suhu 85
C.
- ditambah dengan 2 g norit dan dipanaskan dalam penangas air pada 85 C.
- disaring untuk memperoleh larutan p-aminofenolhodroklorida.
- dilarutkan 2,5 g natrium asetat ke dalam 8 mL air pada erlenmeyer yang lain.
- dimasukkan larutan natrium asetat ke dalam larutan p-aminofenol yang suhunya
sudah mencapai 85 C.
- ditambahkan dengan segera 4,5 mL anhidrida asetat secara perlahan dan terus-
menerus diaduk.
- dipanaskan selama 15 menit.
- didinginkan erlenmeyer dalam penangas es selama 45-60 menit
- dipisahkan kristal yang diperoleh dari cairannya dengan cara dituangkan.
- dicuci dengan 5 mL air dingin serta dikeringkan dan ditentukan beratnya serta
ditentukan titik lelehnya.
- direkristalisasi hasil pada prosedur diatas dengan melarutkannya dalam sesedikit
mungkin air panas.
- didinginkan dalam penangas es dan dikeringkan seperti tahap sebelumnya.
- ditentukan berat yang dihasilkan, titik leleh, dan kelarutan dalam etanol,
metanol, aseton dan etil asetat.
- dihitung rendemen hasil rekristalisasi.

Hasil

Prosedur Kerja
p-aminofenol sebanyak 2,1 g dimasukkan ke dalam erlemeyer 125 mL, ditambahkan
35 mL air dan 2 mL HCl pekat. Campuran diaduk menggunakan pengaduk magnetik sampai
campuran menjadi larutan yang homogen dan dipanaskan dengan water bath pada suhu 85oC.
Larutan yang menjadi berwarna coklat dan kotor, ditambahkan dengan 2 g norit (karbon) dan
dipanaskan dalam penangas air pada 85oC serta disaring untuk memperoleh larutan p-
aminofenolhidroklorida.
Erlenmeyer yang lain dilarutkan 2,5 g natrium asetat ke dalam 8 mL air. Larutan
natrium asetat dimasukkan ke dalam larutan p-aminofenol yang suhunya sudah mencapai
85oC dan segera ditambahkan dengan 4,5 mL anhidrida asetat secara perlahan dan secara
terus menerus diaduk. Pemanasan diteruskan selama 15 menit.
Erlenmeyer didinginkan dalam penangas es sampai terbentuk kristal (kalau perlu
pengaduk digosokkan ke dinding erlenmeyer di bawah permukaan larutannya untuk
mempercepat kristalisasi dan dibiarkan pembentukan kristal selama 45-60 menit. Kristal yang
diperoleh dari cairannya dipisahkan dengan cara menuangkan (atau dengan saringan buchner,
kalau perlu), dicuci dengan 5 mL air dingin serta dikeringkan, ditentukan beratnya dan
ditentukan titik lelehnya.
Rekristalisi hasil pada prosedur diatas dengan melarutkannya dalam sesedikit mungkin
air panas (asisten akan menunjukkan caranya) kemudian dinginkan dalam penangas es dan
dikeringkan seperti tahap sebelumnya. Berat yang dihasilkan ditentukan, begitu pula dengan
titik lelen dan kelarutannya dalam etanol, metanol, aseton dan etil asetat. Rendemen hasil
rekristalisasi dihitung.
Waktu yang dibutuhkan
Waktu yang dibutuhkan untuk percobaan ini adalah sebagai berikut:
Kegiatan Waktu Alokasi Waktu
Persiapan campuran (p-aminofenol) 07.00 - 07.15 15 Menit
Pemanasan campuran 07.15 - 07.30 15 Menit
Mempersiapkan campuran (larutan natrium
07.30 07.50 20 Menit
asetat + larutan p-aminofenol)
Penambahan anhidrida asetat 07.50 08.00 10 Menit
Pemanasan 08.00 08.15 15 Menit
Kristalisasi 08.15 09.15 60 Menit
Pengeringan 09.15 09.30 15 Menit
Indentifikasi 09.30 10.10 40 Menit

Data
No Perlakuan Keterangan
1. 2,1 g p-aminofenol + 35 mL - Warna larutan hitam tidak larut sempurna.
air + 2 mL HCl pekat
2. Proses pemanasan pada - Larut sempurna (homogen) berwarna coklat
suhu 85oC kehitaman dan kotor.
3. Penambahan 2 gram norit + - endapan berwarna hitam
- filtratnya berwarna coklat
pemanasan + penyaringan
4. Filtrat + natrium asetat (1,25 - tidak ada perubahan
g dalam 4 ml H2O)
5. Penambahan 2,25 mL asetat - Larutan berwarna merah pekat kecoklatan
anhidrat + pemanasan 15
menit
6. Proses pndinginan selama - Tidak terbentuk endapan
60 menit
7. Pemisahan dan pencucian - Endapan berwarna hitam namun sangat sedikit
kristal dengan air dingin
15. Pengeringan dengan oven - Kristal berwarna coklat mengkilat.
- Massanya sangat sedikit, tidak dilanjutkan karena
percobaan gagal.

Hasil
No Perlakuan Keterangan Gambar
1. 2,1 g p-aminofenol + 35 - Warna larutan hitam
mL air + 2 mL HCl pekat tidak larut sempurna.

2. Proses pemanasan pada - Larut sempurna


suhu 85oC (homogen) berwarna
coklat kehitaman dan
kotor.
3. Penambahan 2 gram norit - endapan berwarna
+ pemanasan + hitam
- filtratnya berwarna
penyaringan
coklat

4. Filtrat + natrium asetat - tidak ada perubahan


(1,25 g dalam 4 ml H2O)
5. Penambahan 2,25 mL - Larutan berwarna
asetat anhidrat + merah pekat
pemanasan 15 menit kecoklatan

6. Proses pndinginan selama - Tidak terbentuk


60 menit endapan
7. Pemisahan dan pencucian - Endapan berwarna
kristal dengan air dingin hitam namun sangat
sedikit
8. Pengeringan dengan oven - Kristal berwarna
coklat mengkilat.
- Massanya sangat
sedikit, tidak
dilanjutkan karena
percobaan gagal.

Pembahasan
Praktikum kali ini membahas mengenai sintesis asetaminofen (parasetamol). Praktikum
ini bertujuan untuk mempelajari proses asetilasi pada sintesis asetaminofen. Sintesis
asetaminofen ini menggunakan prinsip asetilasi. Asetilasi merupakan proses masuknya
radikal asetil ke dalam molekul senyawa organik yang mengandung gugus OH atau reaksi
penggantian atom hidrogen dan gugus hidroksil dengan gugus asetil (CH3CO-) menghasilkan
ester spesifik. Reaksi asetilasi adalah reaksi memasukkan gugus asetil (CH3CO-) ke dalam
molekul organik seperti (-OH dan -NH2). Reagen yang umum dipakai adalah anhidrat asetat
atau etanoil klorida (CH3COCl). Reaksi asetilasi ini merupakn reaksi yang setimbang.
Dengan mengambil satu arah reaksi yang menuju pada sisi ester, dapat diperoleh hasil yang
besar dan konversi yang tinggi. salah satu cara untuk mencapai konversi yang tinggi adalah
dengan penghilangan air yang terbentuk. Reaksi asetilasi sama dengan reaksi esterifikasi,
yaitu reaksi antara alkohol dan asam yang menghasilkan ester dan air (Damtith, 1994).
Langkah awal yang dilakukan adalah mencampurkan air dan HCl pekat ke dalam p-
aminofenol. Penambahan HCl ke dalam campuran dilakukan sambil diaduk hingga terbentuk
larutan homogen. HCl ditambahkan dalam campuran digunakan untuk membentuk garam
klorida dari p-aminofenol sehingga p-aminofenol dapat larut dalam air. Pengadukan ini
bertujuan untuk mempercepat proses larutan menjadi homogen. Proses tersebut juga
bersamaan dengan proses pemanasan. Hasil yang diperoleh adalah warna larutan menjadi
berwarna coklat kehitaman dan kotor. Hal ini menandakan adanya pengotor, oleh karena itu
untuk menghilangkan pengotor yang ada di dalam larutan ditambahkan norit dan dipanaskan
kembali dalam penangas air. Penambahan norit ini tidak boleh terlalu banyak atau berlebihan
karena akan mempengaruhi kristal yang akan diperoleh nantinya. Hal ini disebabkan karena
norit menyerap zat pembentuk kristal yang diperoleh. Langkah selanjutnya adalah
penyaringan.
Langkah selanjutnya adalah penyaringan. Filtrat yang di peroleh dari hasil penyaringan
ini merupakan p-aminofenolhidroklorida. Filtrat yang diperoleh tersebut kemudian
ditambahkan dengan larutan natrium asetat. Penambahan larutan natrium asetat berfungsi
sebagai pelarut untuk reaktan berlebih. Campuran tersebut kemudian ditambahkan pula
dengan anhidrida setat dan dipanaskan kembali. Penambahan anhidrida asetat ini bertujuan
agar terjadi reaksi asetilasi yang ditunjukkan dengan perubahan warna campuran dari
berwarna cokelat pekat menjadi merah pekat kecokelatan. Anhidrida asetat berfungsi sebagai
penyumbang gugus asetil dalam proses asetilasi. Persamaan reaksi yang terjadi sabagai
berikut:
OH OH
O
O O
+ + O CH3
O O
NH2 H N

H CH3

Gambar 1. Reaksi asetilasi p-aminofenol


Langkah selanjutnya adalah pendinginan. Larutan yang panas tersebut kemudian
didinginkan dalam ice bath. Pendinginan ini berfungsi sebagai proses rekristalisasi, yaitu
proses pembentukan kristal. Hasil yang diperoleh adalah endapan asetaminofen dalam larutan
tersebut. Endapan tersebut kemudian disaring. Residu yang diperoleh dari penyaringan
tersebut adalah kristal asetaminofen. Kristal residu tersebut kemudian dikeringkan dalam
oven. Kristal asetaminofen berwarna cokelat mengkilat yang bercampur dengan bercak-
bercak berwarna hitam kecokelatan yang merupaka zat pengotor. Kristal asetaminofen
tersebut tidak dapat di uji titik lelehnya, bahkan tidak dapat menghitung rendemen
asetaminofen yang terbentuk. Hal ini kdikarenakan kurang lamanya proses pendinginan
larutan dalam proses rekristalisasi sehingga kristal yang diperoleh sangat sedikit, bahkan
tidak dapat dipisahkan dari kertas sarignya tersebut.

Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah asetaminofen (parasetamol) dapat
disintesis dengan cara asetilasi dengan mengubah p-aminofenol menjadi garam kloridanya,
serta penambahan gugus asetil pada p-aminofenol menggunakan anhidrida asetat. Perubahan
menjadi garamya terjadi sebelum dilakukan asetilasi sehingga reaksinya akan berjalan
optimal.

Referensi
Cattabriga, I., et al. 2013. Intravenous Paracetamol as asjunctive treatment for postoperative
pain after cardiac surgey. Vol. 40, No. 11.
Fauziah. 2009. Sintesis Parasetamol. [Serial Online]. http://www.fauziah.blogspots.com
[Diakses 16 Oktober 2016].
Galischet. 2004. Obat-obat Penting. Edisi V. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Keenan, C. W. 1991. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph M., 1987. Kimia Dasar Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Ramadhan, R.I. 2014. Mengenal Paracetamol. [Serial Online].
http://www.academia.edu/mengenal_paracetamol/6573898. [Diakses 16 Oktober 2016].
Rositawati, A. L., Taslim, C. M., dan Soetrisnanto, D. 2013. Rekristalisasi Garam Rakyat
dari Daerah Demak Untuk Mencapai SNI Garam Industri. Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri. Vol. 2, No. 4.
Tim Penyusun. 2016. Petunjuk Praktikum Sintesis Senyawa Organik. Jember: Universitas
Jember.
Warren, Stuart. 1981. Sintesis Organik : Pendekatan Diskoneksi. Yogyakarta : UGM Press.
Widjajati, Wahyuni. 2014. Skripsi : Sintesis N-Prponil Para Aminofenol dari Para
Aminofenol secara Laboratoris. Surabaya : Universitas Airlangga.

Saran
Praktikan sebaiknya lebih memahami prosedur kerja yang akan dilakukan pada saat
praktikum agar tidak terjadi kebingungan pada pelaksanaannya. Praktikan juga sebaiknya
menggunakan suhu pemanasan yang sesuai dengan modul agar hasil yang diperoleh benar
dan tidak terjadi reaksi samping. Praktikan sebaiknnya lebih berhati-hati dalam menggunakan
alat-alat praktikum karena alat-alat yang digunakan mudah pecah. Praktikan juga sebaiknya
melakukan proses rekristalisasi hingga benar-benar terbentuk kristal yang diinginkan.
Nama Praktikan
Muhammad Hisyam Nuri Abdul Ghani (141810301015)

Anda mungkin juga menyukai