DISUSUN OLEH
NIM/NO.ABSEN : 3.33.14.2.18/16
2017
A. TUJUAN
2
B. DASAR TEORI
D. GAMBAR RANGKAIAN
2
3
E. LANGKAH KERJA
1. Membuat rangkaian seperti blok diagram no 1 diatas
2. Mengatur frekuensi gun osilator 9 GHz, Tegangan 9 V DC, frekuensi 1 KHz tegangan
2Vpp
3. Mengamati dan mencatat hasilnya
4. Membuat rangkaian seperti blok diagram no 2 diatas
5. Mengamati gelombang yang ditampilkan pada oscilloscope dengan mengatur jarak
antena penerima dan pemancar pada jarak (5, 10, 25, 50 ) cm
F. HASIL PERCOBAAN
1. Pegukuran Langsung
Keterangan :
Vpp : CH1 = 2.04 V ,
CH2= 37.6 mV
Frekuensi : CH1 = 1.003 KHz
CH2= 1,005 KHz
Volt/div: CH1= 1.00 V
CH2= 20.0mV
3
4
Keterangan:
Vpp : CH1 = 2.08 V ,
CH2= 23,2 mV
Frekuensi : CH1 = 1.002 KHz
CH2= 5.190 KHz
Volt/div: CH1= 1.00 V
CH2= 20.0mV
Time/div : 500 s
- Jarak 10 cm
Keterangan:
Vpp : CH1 = 2.04 V ,
CH2= 21 mV
Frekuensi : CH1 = 1.002 KHz ,
CH2= 18.18 KHz
Volt/div: CH1= 1.00 V
CH2= 20.0mV
Time/div : 500 s
- Jarak 25 cm
Keterangan:
Vpp : CH1 = 2.06 V
CH2= 20 mV
Frekuensi : CH1 = 1.001 KHz ,
CH2= 34.57 KHz
Volt/div: CH1= 1.00 V
Keterangan:
CH2= 20.0mV
Vpp : CH1 = 2.08 V
Time/div : 500 s
- Jarak 50 cm CH2 = 16 mV
Frekuensi : CH1 = 1.001 KHz
CH2= 176.5KHz
Volt/div: CH1= 1.00 V
4
CH2= 20.0mV
Time/div : 500 s
5
G. ANALISA DATA
Berdasarkan hasil percobaan dapat dibuat data sebagai berikut :
Tabel 1. Data hasil percobaan
1. Dari data hasil percobaan diketahui bahwa pada pengukuran langsung didapat hasil
frekuensi yang dibangkitkan oleh generator dan frekuensi yang terukur oleh
osciloscope pada crystal detector sesuai dengan perbedaan hanya 0.002 Hz, dengan
amplitude sinyal terurkur 37.6 mV
2. Pada percobaan kedua pengukuran melewati udara, didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Pengukuran dengan jarak antar antenna 5 cm : amplitude sinyal terukur 23.2 mV
b. Pengukuran dengan jarak antar antenna 10 cm : amplitude sinyal terukur 21 mV
c. Pengukuran dengan jarak antar antenna 25 cm : amplitude sinyal terukur 20 mV
d. Pengukuran dengan jarak antar antenna 50 cm : amplitude sinyal terukur 16 mV
Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin jauh jarak antar antenna maka amplitude
sinyal yang diterima akan menurun. Turunnya amplitude sinyal yang diterima
mungkin dapat disebabkan oleh redaman udara.
H. PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud dengan rugi-rugi lintasan, jelaskan
5
6
2. Bagaimanakah hasilnya jika letak antenna tidak tepat (bergeser kekiri atau kekanan,
lebih tinggi dari yang satu)
3. Bagaimanakah hasilnya jika letak antenna pemancar horizontal dan antenna
penerima vertikal
JAWAB
1. Rugi-rugi pada lintasan adalah redaman yang terjadi pada proses trasmisi sinyal dari Tx
hingga diterima oleh Rx. Rugi-rugi tersebut antara lain:
Rugi-rugi saluran (LSAL)
Rugi-rugi pada saluran merupakan besarnya redaman yang terjadi sepanjang
saluran yang digunakan. Saluran dalam hal ini adalah kabel. Rata-rata rugi saluran
sebesar 1dB.
Rugi-rugi Redaman Hujan (LRAIN)
Redaman hujan merupakan redaman yang memiliki pengaruh besar terhadap
propagasi gelombang pada frekuensi di atas 1 GHz.
Redaman ruang bebas / path loss (LFS)
Redaman ruang bebas adalah hilangnya daya yang dipancarkan pada ruang bebas
pada saat pemancaran sehingga tidak seluruh daya dapat diterima oleh antena
penerima.
Dengan memperhitungkan perolehan antena pemancar dan penerima, maka
rugi-rugi lintasan dapat ditentukan sebagai:
dengan :
6
7
2. Jika letak antenna tidak tepat dalam hal ini posisinya bergerser ke kanan, kiri atau lebih
tinggi posisinya diantara salah satu antenna pemancar atau penerima maka terdapat
noise pada sinyal yang diterima.
3. Jika letak antenna pemancar horizontal dan antena penerima vertikal maka gelombang
yang diterima akan bernilai sangat kecil karena perbedaan pola radiasi kedua antenna.
I. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan praktik perambatan gelombang mikro ini dapat dibuat
kesimpulan sebagai berikut :
a. Gelombang mikro yang melewati media secara langsung menghasilkan sinyal
yang diterima pada penerima lebih baik daripada melewati media udara. Hal
tersebut dikarenakan oleh redaman udara yang mempengaruhi sinyal.
b. Jarak antara antena pemancar dan penerima mempengaruhi kualitas sinyal yang
diterima pada penerima. Semakin jauh jarak antara antena pemancar dan
penerima, amplitude sinyal yang diterima semakin kecil.
c. Letak dari antena pemancar dan penerima mempengaruhi keterarahan gelombang
yang diterima. Letak yang tidak tepat antara antena pemancar dan antena
penerima menghasilkan bentuk gelombang yang kurang baik
d. Pola radiasi pada antenna pemancar dan penerima mempengaruhi hasil sinyal
yang diterima pada bagian penerima. Jika pola radiasi antenna pemancar dan
penerima tidak sama, sinyal yang diterima akan sangat lemah.