PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Perhatian terhadap penyakit menular dan tidak menular makin hari
semakin meningkat, karena semakin meningkat nya frekuensi kejadiannya pada
masyarakat. Dari tiga penyebab utama kematian (WHO, 1990). Penyakit jantung,
diare, dan stroke, dua di antaranya adalah penyakit menular dan tidak menular.
Selama epidemiologi kebanyakan berkecimpung dalam menangani masalah
penyakit menular, bahkan kebanyakan terasa bahwa epidemiologi hanya
menangani masalah penyakit menular. Karena itu, epidemiologi hampir selalu
dikaitkan dan dianggap epidemiologi penyakit menular dan tidak menular.hal ini
tidak dapat disangkal dari sejarah perkembangan nya epidemiologi berlatar
belakang penyakit menular. Sejarah epidemiologi memang bermula dengan
penanganan masalah penyakit menular dan tidak menular yang merajalela dan
banyak menelan korban pada waktu itu. Perkembangan sosio-ekonomi dan
kultural bangsa dan dunia kemudian menurut epidemiologi untuk memberikan
perhatian kepada penyakit tidak menular karena sudah mulai meningkatkan sesuai
dengan perkembangan masyarakat. Pentingnya pengetahuan tentang penyakit
tidak menular dilatarbelakangi dengan kecenderungan semakin meningkat nya
prevalensi PTM dalam masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Bangsa
Indonesia yang sementara membangun dirinya dari suatu negara agraris yang
sedang berkembang menuju masyarakat industri membawa kecenderungan baru
dalam pola penyakit masyarakat. Perubahan pola struktur masyarakat, khususnya
masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang sementara membangun dirinya dari
suatu negara agraris yang sedang berkembang menuju masyarakat industri
membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit dalam masyarakat. Perubahan
pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri banyak memberi andil
terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi yang pada giliran
nya dapat memacu semakin meningkat nya PTM. Di Indonesia keadaan
1
perubahan pola dari penyakit menular ke penyakit tidak menular lebih dikenal
dalam sebutan transisi epidemiologi.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyakit menular?
2. Apa saja penyakit menular di indonesia dan diluar indonesia?
1.3.Tujuan
Tujuan yang hendak di capai, yaitu :
1. Agar kita dapat mengetahui apa itu penyakit menular
2. Agar kita dapat mengetahui apa saja penyakit menular di indonesia dan di luar
indonesia
1.4. Manfaat
Manfaat yang akan kita dapatkan, yaitu :
1. Kita dapat mengetahui apa itu penyakit menular
2. Kita dapat mengetahui apa saja penyakit menular di indonesia dan di luar
indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam hal ini maka penyakit menular dapat di kelompokan dalam 3 kelompok
utama yakni:
Penyakit yang sangat berbahaya karena kematian cukup tinggi.
Penyakit menular yang dapat menimbulkan kematian atau cacat,
walaupun, akibatnya lebih ringan dibanding dengan yang pertama.
Penyakit menular yang jarang menimbulkan kematian, tetapi dapat
mewabah sehingga dapat menimbulkan kerugian waktu maupun
materi/biaya.
3
ke orang lain melalui percik renik. Percik renik berdiameter 1-5 1/4m yang
terhisap dan menginfeksi paru.percik renik dikeluarkan oleh penderita sebagai
sumber infeksi pada saat bicara atau batuk dan menular ke orang lain saat terjadi
kontak dan dapat bertahan di udara selama berjam-jam bahkan beberapa hari
sampai akhirnya ditiup angin. ( Luthfi dan sadikin, 2012 )
Indonesia masih masuk dalam 10 negara dengan beban Tuberkulosis (TB)
terbanyak di dunia. Total kasus baru TB dilaporkan sebanyak 450 ribu per tahun
dan prevalensi sekitar 690 ribu per tahun, seperti dilaporkan oleh Organisasi PBB
untuk Kesehatan Dunia (WHO) dalam Global Report 2011.
"Sejak tahun 2010, WHO tidak lagi menyebutkan ranking negara, tetapi
Indonesia memang masih termasuk 10 besar negara dengan beban permasalahan
TB terbesar dari total 22 negara dengan beban TB terbesar," kata Direktur
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian
Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (24/5).
Sejak tahun 2010, ia menambahkan, pemerintah telah mencanangkan
strategi nasional pengendalian TB yang bertujuan untuk memberi akses universal
layanan TB berkualitas, untuk menjamin agar semua kasus TB yang ditemukan
dapat didiagnosa dan diobati dengan benar.
Salah satu hambatan dalam memerangi TB, lanjut Tjandra, adalah belum
semua kasus berhasil ditemukan, terutama di RS swasta dan dokter praktik. "Saat
ini Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan Ikatan Dokter Indonesia (ID)
untuk meningkatkan upaya pelayanan TB sesuai dengan standar internasional
pada dokter praktik," imbuhnya.
Sementara upaya pengendalian TB yang sudah dicapai antara lain, 300
ribu kasus yang terlaporkan setiap tahun, angka kesembuhan meningkat menjadi
sekitar 91 persen, dan angka kematian akibat TB sudah jauh menurun yaitu
sebesar 27/100.000, dibandingkan dengan data dasar perhitungan target MDG
tahun 1990 sebesar 92/100.000. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat,
penurunan insiden TB sebesar 45 persen pada tahun 2010, dibandingkan tahun
1990 atau dari 343 per 100.000 penduduk menjadi 189 per 100.000 penduduk. Di
4
samping itu, Kemenkes juga mencatat penurunan prevalensi TB sebesar 35
persen, yaitu dari 443 per 100.000 penduduk menjadi 289 per 100.000 penduduk.
Tahun 2011, Indonesia telah mencapai angka penemuan kasus 82.69
persen dan melampaui target global sebesar 70 persen. Sedangkan angka
keberhasilan pengobatan juga mencapai 90,29 persen dan melampaui target
RPJMN sebesar 86 persen.
Tjandra mengungkapkan permasalahan lain yang muncul dalam eliminasi
TB adalah munculnya kasus resistensi obat lini pertama, meskipun jumlahnya
masih sangat sedikit. "WHO Global Report melaporkan tingkat resistensi yang
masih cukup rendah di antara kasus baru sekitar 2 persen dan kasus re-treatment
17 persen, yang hasilnya hampir sama dengan survei resistensi obat yang
dilaksanakan Kemenkes di Jawa Tengah (2007) dan Jawa Timur (2009),"
sambungnya.
Kasus TB yang tidak diobati dengan baik sesuai dengan standar mulai
diagnosis, pengobatan, kepatuhan dan ketuntasan pengobatan serta terlaporkan
agar bisa dipantau kesembuhannya, dikatakan Tjandra merupakan pemicu
terjadinya TB-MDR (multidrugs resistence).
Pengobatan untuk TB-MDR di Indonesia saat ini dibantu oleh dana dari
Global Fund, meskipun secara bertahap pemerintah Indonesia diharapkan dapat
menggunakan dana APBN, karena Global Fund secara berangsur-berangsur
mengurangi jumlah bantuan itu.
upaya dalam tiga hal. Pertama, peningkatan akses universal untuk layanan
TB berkualitas. Kedua, meningkatkan deteksi suspek TB-MDR sedini mungkin.
Ketiga, melaksanakan pengobatan yang tepat untuk memutus mata rantai kuman
resisten dan meningkatkan kegiatan pengawasan untuk memantau kecenderungan
peningkatan epidemi TB-MDR.
Pemerintah saat ini menyediakan sarana pemeriksaan dan pengobatan TB
di seluruh Indonesia, baik di Puskesmas maupun di Rumah Sakit. Dan seluruh
biaya pengobatan TB di fasilitas pelayanan kesehatan Pemerintah dijamin oleh
Pemerintah atau digratiskan. Data hasil Riset Kesehatan Dasar 2007
menempatkan TB di urutan pertama penyakit menular penyebab kematian, baik di
5
perkotaan maupun di pedesaan. TB termasuk penyakit infeksi menular dengan
transmisi melalui udara dan menyerang penderita yang umumnya berada pada
golongan usia produktif, sehingga menimbulkan risiko tinggi dan menyebabkan
dampak ekonomi yang luas.
Cara penularan :
Biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan
pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang
biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah),
dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh
sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti:
paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan
lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-
paru.
2.2.2.HIV/AIDS
6
bagian inti (core) dan bagianselubung(envelop).Bagian intiberbentuk silindris
tersusunatas dua untaianRNA (Ribonucleic Acid).Enzim reverce transcriptase
danbeberapa jenis prosein. Bagian selubung terdiri atas lipiddan glikoprotein (gp
41 dan gp120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit(T4)yang rentan.
Karena bagian luar virus(lemak) tidak tahan panas, bahan kimia, makaHIV
termasuk virus sensitif terhadap pengaruh lingkungan sepertiair mendidih, sinar
mataharidan mudah dimatikan dengan berbagai disinfektan seperti eter, aseton,
alkohol,jodium hipoklorit dan sebagainya, tetapitelatif resisten terhadap radiasi
dan sinar utraviolet. Virus HIV hidup dalam darah, savila, semen, air mata dan
mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag
dan sel glia jaringan otak.
7
Menurut data Ditjen PPM dan PL Depkes RI, lanjut dia, dalam triwulan
pertama, Januari hingga Maret 2011, dilaporkan tambahan kasus AIDS mencapai
351. Kasus `acquired immune deficiency syndrome or acquired
immunodeficiency syndrome (AIDS)` dan `human immunodeficiency virus
(HIV)` terbanyak dilaporkan di DKI Jakarta sebanyak 3. 995 dan kasus HIV
sebesar 15.769, katanya.
Ia menjelaskan, secara kumulatif kasus pengidap HIV/AIDS dari tanggal 1
Januari 1987 hingga Maret 2011 mencapai 24.482 kasus dengan angka kematian
4. 603 jiwa, kata Dewi. Berdasarkan jumlah kumulatif kasus AIDS menurut jenis
kelamin, yaitu laki-laki 17.840, akibat pengguna narkoba suntik (IDU) 8.553,
perempuan 6.553, akibat IDU 665 dan tidak diketahui 89, akibat IDU 52.
Selanjutnya, kata dia, jumlah kumulatif kasus AIDS menurut faktor resiko, yaitu
akibat heteroseksual 13.000, homo-biseksual 734, IDU 9.274, transfusi darah 49,
transmisi pinatal 637 dan tidak diketahui 783. Menurut dia, daerah yang rawan di
Jakarta Timur atas penularan HIV, di sekitar Prumpung, Pulo Gadung, Jatinegara,
Cakung, Pulo Gebang dan lain-lain. Daerah tersebut menjadi rawan penularan
HIV karena terdapat area lokalisasi dan penginapan liar, dan yang paling rawan
terkena virus itu adalah kaum remaja, kata Dewi. Dia menambahkan, penularan
HIV yang cukup tinggi melalui hubungan seks yang beresiko tanpa menggunakan
kondom, menggunakan jarum suntik yang sudah tercemar HIV secara bergantian,
melalui transfusi darah yang tidak melalui uji saring dan melalui ibu hamil yang
terkena HIV Saat ini belum ditemukan vaksin untuk virus HIV, namun orang
yang terinfeksi HIV bisa mendapatkan terapi Anti-Retroviral (ARV) , katanya.
ARV berfungsi sebagai penghambat perkembangan virus, mengurangi
kadar virus dalam Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) , menurunkan kadar viral
load dan menaikan kadar CD4 . Hal yang tidak menularkan HIV, yaitu berjabat
tangan, berpelukan, digigit nyamuk, bersentuhan, berenang bersama, tinggal
serumah dengan ODHA, menggunakan toilet yang sama, dan menggunakan alat
makan dan minum yang sama, ujar Dewi. (ANT-273/B/F002).
Peningkatan epidemiologi HIV-AIDS yang cenderung meningkat setiap
tahunnya dimana dua cara penularan utama melalui penularan melalui hubungan
8
seksual dan penularan penggunaan jarum suntik tak steril (terutama bagi
pengguna narkoba suntik).
Tercatat di Indonesia terdapat 195.000 ODHA, namun yang telah
mendapatkan pengobatan terapi ARV diperkirakan sekitar 5.000 ODHA. Hal ini
yang perlu dilihat bahwa perlu lebih banyak kegiatan sosialisasi guna mengurangi
penderita HIV-AIDS. Dalam rangka penangulanggan HIV-AIDS di Indonesia
pula, IDI menyusun rencana kegiatan dalam jangka waktu 3 tahun yaitu mulai
tahun 2006 hingga 2008. Rencana kegiatan ini akan disosialisasikan kesegala
instansi pemerintah maupun IDI cabang dan dinas kesehatan guna penyebaran
penangulanggan HIVAIDS di plosok Indonesia.
2.2.3. CAMPAK
Campak merupakan penyakit endemis, terutama di Negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia. Karena hampir semua anak Indonesia yang
mencapai usia 5 tahun pernah terserang penyakit campak, walaupun yang
dilaporkan hanya sekitar 30.000 kasus pertahun.
Mortalitas/kematian kasus campak yang dirawat inap di Rumah Sakit
pada tahun 1982 adalah sebesar 73 kasus kematian dengan angka fatalitas kasus
atau case fatality rate (CFR) sebesar 4,8%. Kemudian pada tahun 1984-1988
berdasarkan studi kasus di rawat inap di rumah sakit terjadi peningkatan kasus
9
pada bulan maret,dan mencapai puncak pada bulan mei,agustus,September dan
oktober. Dengan menunjukkan proporsi yang terbesar dalam golongan umur balita
dengan perincian 17,6% berumur<1 tahun, 15,2% berumur 1 tahun, 20,3%
berumur 2 tahun, 12,3% berumur 3 tahun dan 8,2% berumur 4 tahun.
Wabah terjadi pada kelompok anak yang rentan terhadap campak,yaitu
daerah dengan populasi balita banyak mengidap gizi buruk dan daya tahan tubuh
yang lemah serta daerah dengan cakupan imunisasi yang rendah.
Distribusi kelompok umur pada KLB umumnya terjadi pada kelompok
umur 1-4 tahun dan 5-9 tahun, dan pada beherapa daerah dengan cakupan
imunisasi tinggi dan merata cenderung bergeser pada kelompok umur yang lebih
tua (10-I4 tahun) Selanjutnya kasus campak mengalami penurunan sebesar 80%
pada tahun 1996 (16 kematian,CFR 0,6%).
Cara penularan
Penyakit ini adalah melalui droplet dan kontak, yakni karena menghirup
Percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun tenggorokan penderita
morbili atau campak. Artinya seseorang dapat tertular campak bila menghirup
virus morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau dimana saja. Penderita bisa
menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan
selama ruam kulit ada.
Masa inkubasi adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul. Sebelum
vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3
tahun, terutama pada anak usia pra- sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang
pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap
penyakit ini. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif
dan kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahirdari ibu yang telah kebal
(berlangsung selama 1 tahun).
2.2.4. HEPATITIS B
Hepatitis B adalah salah penyakit yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B
(VHB) dan merupakan salah satu dari enam hepatitis yang berbeda, dapat
10
berkembang menjadi penyakit hati kronik, termasuk kronik hati persisten,
hepatitis kronik aktif, serosis, dan kanker hati primer.
Infeksi VHB merupakan masalah kesehatan yang besar dan serius, karena
manifestasinya sebagai penyakit VHB akut dan komplikasinya, lebih penting ialah
dalam bentuk sebagai pengidap HbsAg kronik, yang dapat merupakan sumber
penularan bagi lingkungan.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, prevalensi nasional
hepatitis klinis sebesar 0,6 persen. Sebanyak 13 provinsi di Indonesia memiliki
prevalensi di atas nasional. Kasus penderita hepatitis tertinggi di provinsi
Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Penyakit hepatitis kronik
menduduki urutan kedua berdasarkan penyebab kematian pada golongan semua
umur dari kelompok penyakit menular. Rata-rata penderita hepatitis antara umur
15 44 tahun untuk di pedesaan. Penyakit hati ini menduduki urutan pertama
sebagai penyebab kematian. Sedangkan di daerah perkotaan menduduki urutan
ketiga, kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih dalam peringatan
di RS Dr Sardjito Yogyakarta, di Jalan Kesehatan.
Hari Hepatitis sedunia yang dipusatkan di Yogyakarta. Kota Yogyakarta
yang pernah tercatat memiliki penderita hepatitis terbesar tercatat sebagai kota
yang sukses melakukan vaksinasi hepatitis yang melebihi target sebesar 104,5
persen. Menurut Endang sebanyak 360 juta penduduk dunia mengidap hepatitis
kronis. Sekitar 130-170 juta penduduk dunia merupakan pengidap virus hepatitis
C dengan angka kematian lebih dari 350 ribu per tahun.
Di Indonesia sekitar 15 juta orang menderita hepatitis B dan C yang berpotensi
menderita Chronic Liver Deseases. Untuk mengurangi dan menanggulangi
penyakit tersebut kata Endang, pemerintah telah melakukan upaya di antaranya
pilot project imunisasihepatitis B di Pulau Lombok. Selain itu juga dilakukan
program imunisasi? integrasi, yakni imunisasi hepatitis B dan program imunisasi
rutin secara nasional. Ini dilakukan dengan menyederhanakan jadwal imunisasi
dengan vaksin kombinasi (vaksin hepatitis B digabung dengan DPT atau
DPT/HB, katanya.
11
Endang mengaku penyakit hepatitis masih merupakan masalah yang besar. Sebab
masih rendahnya kesadaran pemahaman masyarakat dan petugas kesehatan
mengenai penyakit ini. Selain itu data dan informasi serta cakupan imunisasi yang
belum merata menjadi salah satu kendala. Semua harus sadar bahwa hepatitis
adalah masalah kesehatan masyarakat dunia yang perlu dicegah dan diobati secara
komprehensif, katanya.
Oleh karena itu lanjut Endang, Indonesia telah mengusulkan kepada WHO agar
hepatitis menjadi isu dunia dengan menetapkannya sebagai resolusi World Health
Assembly (WHA) tentang viral hepatitis. Usulan tersebut diterima WHO untuk
dibahas dalam sidang WHA atau majelis kesehatan sedunia ke-63 pada bulan Mei
2010 yang menetapkan tanggal 28 Juli sebagai harihepatitis sedunia.
Cara penularan :
Hubungan seksual dengan penderita hepatitis B atau C
Kontak dengan darah dari penderita hepatitis B atau C misalnya jarum
suntik (pecandu narkoba), alat pencukur, sikat gigi, pakaian yang terkena
darah, alat akupuntur, alat manikur dan gunting kuku, alat tato atau body
piercing (tindik) yang tidak steril, bahkan pada saat berkelahi (jika
terdapat luka terbuka pada kedua pihak).
2.2.5. DIARE
Penyakit diare masih merupakan salah satu penyebab utama masalah
kesehatan masyarakat Indonesia, baik ditinjau dari segi angka kesakitan maupun
angka kematiannya. Penyakit ini dapat menyerang semua golongan umur dengan
angka kesakitan berkisar 280 per 1000 penduduk dan untuk balita menderita satu
sampai satu setengah kali episode diare setiap tahunnya atau 53% dari semua
kesakitan diare.(Dep.Kes.RI,1998).
Angka kematian diare pada semua umur selama dasawarsa terakhir dapat
diturunkan dari 110,1 per 100.000 penduduk (1985) rnenjadi 56 per 100.000
penduduk ( 1995). Sedangkan kematian karena diare pada kelompok balita
diturunkan dari 5,7 per seribu balita menjadi 2,5 per seribu balita pada episode
yang sama. (Dep. Kes.RI,1998)
12
Bedasarkan UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang ditetapkan
bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi seiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
pemeliharaan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.
Diare dapat timbul dalam bentuk KLB dengan jumlah penderita dan
kematian yang besar. Fasilitas kasus (CFR) terjadi penurunan yang cukup
bermakna dari 35 % (awal Repelita I) menjadi dibawah 3 % pada akhir Repelita
VI. Penurunan CFR yang nyata dikarenakan makin meningkatnya manajemen
penanggulangan KLB. (Dep.Kes. RI, 1998).
Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995
proporsi penyakit infeksi dan parasit sebagai penyebab kematian adalah 22,7%.
Kematian bayi dibawah umur 1 tahun 33,5% disebabkan oleh gangguan prenatal
dan 32,1% oleh penyakit sistem pernapasan. Diare sebagai bagian dari kelompok
penyakit infeksi dan parasit, proporsinya sebesar 9,6 % sebagai penyebab
kematian pada bayi dibawah 1 tahun.
Pada kematian anak balita golongan umur 1-4 tahun, proporsi penyebab
kematian paling tinggi adalah penyakit sistem pernapasan yaitu sebesar 38,8%,
kemudian penyakit diare serta infeksi/parasit lain masing-masing sebesar 14,3%.
Kematian anak pada kelompok umur 1-4 tahun terutama disebabkan oleh penyakit
infeksi dan parasit dengan proporsi sebesar 44,7%, pernapasan 13%. Sedangkan
pada kelompok umur 15-34 tahun, penyakit infeksi dan parasit menduduki
peringkat pertama sebagai penyebab kematian yaitu sebesar 36,5%, berturut-turut
infeksi dan parasit lain 16,8%, kemudian TBC 13,9%.
Tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu antara lain kesehatan lingkungan yang belum memadai,
keadaan gizi, kependudukan, pendidikan, faktor musim dan geografi daerah,
keadaan sosial pencegahan pemberantasan penyakit diare tidak akan berhasil baik
tanpa adanya kesadaran yang tinggi dari masyarakat untuk ikut berpartisipasi
13
didalamnya serta kesiapan petugas kesehatan dilapangan. yang ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan perilaku Gambaran Epidemiologi Penyakit
Diare di Pulau laut RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta pusat pada tahun 2004
menunjukkan bahwa angka kesakitan diare sebanyak 1.066 kasus.
Dengan melihat data di atas maka sangat penting sekali untuk dilakukan
penelitian tentang Gambaran Epidemiologi Penyakit Diare berdasarkan tempat,
orang dan waktu pemberantasan penyakit diare di Pulau laut RSAL Dr.
Mintohardjo Jakarta pusat.
Cara Penularan
Agen infeksius yang menyebabkan penyakit diare biasanya ditularkan
melalui jalur fecal-oral, terutama karena (Depkes RI, 1990):
1. Menelan makanan yang terkontaminasi atau air.
2. Kontak dengan tangan yang terkontaminasi.
3. Tidak memadainya penyediaan air bersih (jumlah tidak cukup).
4. Air tercemar oleh tinja.
5. Kekurangan sarana kebersihan (pembuangan tinja yang tidak higienis).
6. Kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek
14
2.3.1. Pencegahan Penyakit Menular
Pengertian pencegahan secara umum adalah mengambil tindakan terlebih
dahulu sebelum kejadian. Dalam mengambil langkah-langkah untuk pencegahan,
haruskan didasarkan pada data/keterangan yang bersumber dari hasil analisis
epidemiologi atau hasil pengamatan penelitian epidemiologis. Pada dasarnya ada
tiga tingkatan pencegahan secara umum yakni: Pencegahan tingkat pertama
(primary prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus,
sasaran pencegahan pertama dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan
penjamu. Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab atau menurunkan
pengaruh penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi,
pasteurisasi, sterilisasi, yang bertujuan untuk menghilangkan mikro-organisme
penyebab penyakit, penyemprotan inteksida dalam rangka menurunkan
menghilangkan sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan, di
samping karantina dan isolasi yang juga dalam rangka memutuskan rantai
penularannya. Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan
fisik seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan dan perubahan serta
bentuk pemukiman lainnya, perbaikan dan peningkatan lingkungan biologis
seperti pemberantasan serangga dan binatang pengerat, serta peningkatan
lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga, hubungan antar individu dan
kehidupan sosial masyarakat. Meningkatkan daya tahan penjamu yang meliputi
perbaikan status gizi, status kesehatan umum dan kualitas hidup penduduk,
pemberian imunisasi serta berbagai bentuk pencegahan khusus lainnya,
peningkatan status psikologis, persiapan perkawinan serta usaha menghindari
pengaruh faktor keturunan, dan peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan
kualitas gizi, serta olah raga kesehatan. Pencegahan tingkat kedua (secondary
prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat . sasaran
pencegahan ini terutama ditunjukkan pada mereka yang menderita atau dianggap
menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas). Adapun
tujuan usaha pencegahan tingkat kedua ini yang meliputi diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk
mencegah timbulnya wabah, serta untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut
15
serta mencegah terjadi akibat samping atau komplikasi. Pencarian penderita
secara dini dan aktif melalui peningkatan usaha surveveillans penyakit tertentu,
pemeriksaan berkala serta pemeriksaan kelompok tertentu (calon pegawai, ABRI,
mahasiswa dan sebagainya), penyaringan (screening) untuk penyakit tertentu
secara umum dalam masyarakat, serta pengobatan dan perawatan efektif.
Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai berada
pada proses prepatogenesis dan patogenesis penyakit tertentu. Pencegahan tingkat
ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan
rehabilitasi. Sasaran pencegahan tingkat ke tiga adalah penderita penyakit tertentu
dengan tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat permanen, mencegah
bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit
tersebut. Pada tingkatan ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah
terjadinya akibat samping dari penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rehabilitasi
adalah usaha pengembalian fungsi fisik, psikologi dan sosial optimal mungkin
yang meliputi rehabilitasi fisik/medis, rehabilitasi mental/psikologis serta
rehabilitasi sosial. Ketiga tingkat pencegahan tersebut saling berhubungan erat
sehingga dalam pelaksanaan nya sering dijumpai keadaan yang tumpang tindih.
16
Pendidikan kesehatan masyarakat, Pencegahan khusus, meliputi:
Pencegahan keterpaparan, Pemberian kemopreventif.
Pencegahan tingkat kedua: Diagnosis dini, misalnya dengan melakukan
screening. Pengobatan, misalnya kemoterapi atau tindakan bedah.
Pencegahan tingkat ketiga: Meliputi rehabilitasi, misalnya perawatan
rumah jompo, perawatan rumah orang sakit. Contoh Upaya Pencegahan
PTM Upaya pencegahan PTM ditujukan kepada faktor resiko yang telah
diidentifikasikan. Misalnya pada penderita stoke, hipertensi dianggap
sebagai faktor resiko utama disamping faktor resiko lainnya. Upaya
pencegahan stroke diarahkan kepada upaya pencegahan dan penurunan
hipertensi. Sebagai itu ada pendekatan yang menggabungkan ketiga
bentuk upaya pencegahan dengan 4 faktor utama yang mempengaruhi
terjadinya penyakit (gaya hidup, lingkungan, biologis dan pelayanan
kesehatan).
gaya hidup dengan melakukan reduksi stres, makan rendah garam, lemak
dan kalori.
17
sesuai dengan sasaran langsung melawan sumber penularan atau reservoir, sasran
ditujukan pada cara penularan penyakit, sasaran yang ditujukan terhadap penjamu
dengan menurunkan kepekaan penjamu.
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah :
- TBC
- HIV
- Hepatitis
- Campak
- Diare
- Sifilis
18
DAFTAR PUSTAKA
19
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................................ 2
D. Manfaat......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
2.1.Pengertian Penyakit menular........................................................................ 3
2.2.penyakit menular yang ada di indonesia dan luar in donesia........................ 3
2.3. pencegahan penyakit menular.....................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 19
20
Kata Pengantar
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan petunjuknya-NYA, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Makalah yang
memuat tentang PENYAKIT MENULAR " untuk Memenuhi Tugas Mata
Pelajaran ILMU KESEHATAN MASYARAKAT.
Dalam makalah ini, berisi materi tentang penyakit menular di indonesia dan
luar indonesia menurut WHO. Apabila dalam Makalah ini dijumpai banyak
kekurangan, Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Mengingat Penulis
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, dimana segala sesuatu yang
diciptakan oleh manusia pasti memiliki kekurangan. Oleh sebab itu Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaannya
makalah ini, dan juga Penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat dan para penggunanya.
Kelompok 1
21
22