Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan pada identifikasi jamur candida adalah sebagai


berikut:

Tabel 3. Hasil pengamatan pada identifikasi jamur candida

No. Sampel Hasil Keterangan


1 Kuku Hifa:bersepta
nenek Budding:terbentuk
(kuku 1) Sel:bulat

2 Kuku Hifa: tidak bersepta


kakek Budding:tidak
(kuku 2) terbentuk
Sel:lonjong

B. Pembahasan

Jamur berbentuk sel atau benang bercabang, mempunyai dinding dari


selulosa atau kitin atau keduanya, mempunyai protoplasma yang mengandung
satu atau lebih inti, tidak mempunyai klorofil, dan berkembang biak secara
aseksual, seksual, atau keduanya. Praktikum ini dilakukan identifikasi jamur
candida dengan menggunakan sampel kuku kakek dan kuku nenek.identifikasi
jamur candida ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan jamur candida baik
secar makroskopik dan mikroskopik.

Identifikasi jamur candida dapat dilakukan secara makroskopik dan


mikroskopik.Namun,dalam praktikum ini hanya dilakukan identifikasi jamur
candida secara mikroskopik,yaitu dengan melihat adanya Chlamydospore,
Chlamydospore membentuk germ tube baru hingga germ tube mulai terbentuk
hifa sejati.Pemeriksaan mikroskopik dapat pula dilakukan dengan langsung dan
tak langsung.pemeriksaan mikroskopik secara langsung yaitu dengan langsung
mengambil sampel segar kemudian digoreskan pada kaca objek,kemudian
diteteskan zat warna selanjutnya diamati dibawah mikroskop.sedangkan
pemeriksaan tak langsung yaitu dengan menumbuhkan sampel pada media
diambil untuk dibuat preparat apusan untuk pengamatan.dalam praktikum ini
dilakukan pemeriksaan mikroskopik secara tak langsung,karena sampel kuku
kakek dan kuku nenek ditumbuhkan terlebih dahulu pada media SDA (sabouraud
dextrose agar) pada praktikum sebelumnya pemeriksaan jamur candida secara
makroskopik.
Pembuatan preparat dilakukan dengan cara mengambil koloni yang telah
ditumbuhkan pada media SDA (sabouraud dextrose agar) dengan menggunakan
ose steril dengan cara digoreskankan searah lurus diatas kaca objek, pembuatan
preparat ini digoreskan searah lurus kedepan, hindari menggores dengan cara
dibulat bulatkan karena dapat merusak sel. selanjutnya, diteteskan zat warna
giemsa. Giemsa tersusun atas campuran pewarna eosin, methylen blue, dan
methylen azure.campuran methylen blue dan methylen azure akan membentuk
eosinat yang membuat hasil pewarnaan menjadi lebih stabil. Penggunaan zat
warna giemsa ini berfungsi untuk mewarnai sel, sehingga dapat membedakan
bakteri dan fungi, dalam tampilan mikroskop, hifa dari jenis kapang akan
menunjukan warna ungu atau biru setelah dilakukan pewarnaan, setelah dilakukan
pewarnaan dengan zat warna giemsa, selanjutnya dipanaskan diatas spirtus, agar
zat warna menempel sempurna pada objek. Kemudian, dicuci di bawah air
mengalir dan diamati dibawah mikroskop dengan tingkat pembesaran 40x dan
objektif 100x,karena preparat ini merupakan sediaan kering maka harus
menggunakan oil imersi.

Berdasakan hasil pengamatan yang tercantum pada tabel. 3 penampakan


sampel kuku nenek setelah dilakukan pengamatan dibawah mikroskop ditemukan
adanya hifa. hifa pada kuku nenek bersepta artinya hifa pada kuku nenek
memiliki sekat atau septum, Hifa bersepta merupakan bentuk benang yang
dibatasi oleh dinding pemisah sehingga hifa terpisah-pisah menjadi banyak sel,
sedangkan penampakan pada kuku kakek tidak bersepta artinya hifa tidak
memiliki sekat atau septum, hifa tidak bersekat merupakan bentuk benang yang
tidak oleh dinding pemisah. Pernyataan ini didukung oleh teori Lena (2012) yang
menyatakan bahwa Hifa adalah elemen terkecil dari jamur, yaitu berupa benang-
benang filamen yang terdiri dari sel-sel yang mempunyai dinding, protoplasma,
inti dan biasanya mempunyai sekat(septa).

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah tercantum pada tabel. 3


Penampakan kuku nenek terdapat budding yang sudah terbentuk hal ini
menunjukan bahwa pada kuku nenek sudah terbentuk tunas, jamur membentuk
semacam sel berukuran kecil yang kemudian tumbuh menjadi sel ragi dengan
ukuran sempurna yang akhirnya terlepas dari sel induknya menjadi individu
baru.sedangkan pada kuku kakek tidak ada pembentukan budding,artinya pada
jamur ini tidak memiliki pembentukan tunas.Pernyataan ini didukung oleh teori
Kinanti (2014) yang menyatakan bahwa Pembentukan budding adalah
Pembentukan tunas (budding) biasa terjadi pada jamur uniseluler, misalnya ragi
(Saccharomyces cerevisiae). Pada reproduksi dengan cara ini, jamur membentuk
semacam sel berukuran kecil yang kemudian tumbuh menjadi sel ragi dengan
ukuran sempurna yang akhirnya terlepas dari sel induknya menjadi individu baru.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah tercantum pada tabel. 3


Penampakan bentuk sel pada kuku kakek memiliki bentuk lonjong sedangkan
pada kuku nenek penampakan pada sel adalah bulat. jadi, sesuai dengan yang
telah dipaparkan pada pembahasan ini, penampakan setelah diamati dibawah
mikroskop pada pembesaran 40x dan objektif 100x dari bentuk hifa, budding dan
bentuk sel jamur dapat disimpulkan bahwa pada sampel kuku kakek dan kuku
nenek positif terdapat jamur Candida albicans.

Penyakit jamur pada kuku atau onikomikosis merupakan salah satu


penyakit yang masih sering dijumpai yaitu sekitar 18-24% dari kelainan kuku dan
30% dari penyakit dermatomikosis. Onikomikosis dapat disebabkan oleh
golongan jamur dermatofita (91%), nondermatofita (4%) dan yeast/ragi (5%).
Penyebab onikomikosis tersering oleh golongan ragi adalah Candida albicans,
sedangkan dari golongan non dermatofita dapat disebabkan oleh Scopulariopsis
brevicalis, Aspergilus, Fusarium dan Acremonium. Onikomikosis paling banyak
disebabkan oleh golongan dermatofita, dan disebut tinea unguium, biasanya
disebabkan oleh Trichophyton rubrum (71%), T. mentagrophytes (21%),
Epidermophyton floccosum.

Menurut penelitian oleh Bramono (2001) menyatakan bahwa


Onikomikosis pada laki-laki lebih sering terjadi daripada perempuan. Namun,
infeksi Candida lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki.
Penelitian menunjukkan bahwa orang dewasa adalah 30 kali lebih mungkin untuk
terkena onikomikosis daripada anak-anak. Onikomikosis telah dilaporkan terjadi.
pada 2,6% anak-anak muda dari 18 tahun, tetapi sebanyak 90% dari orang tua
itulah sebabnya,pada kuku nenek lebih banyak ditemukan hifa maupun sel dari
jamur candida.

Infeksi jamur pada kuku dapat dicegah dengan cara, menjaga kaki tetap
bersih dan kering, mengganti sepatu, kaos kaki dan stocking setiap hari,
menggunakan kaos kaki yang terbuat dari kain sintetik, dimana dapat menyerap
lembab lebih cepat dibandingkan dengan yang terbuat dari katun atau wool,
menggunakan gunting kuku khusus untuk memotong kuku yang terinfeksi,
menghindari menggunakan cat kuku pada kuku yang sedang terinfeksi, menjaga
kuku tetap terpotong pendek serta menghindari memotong kuku terlalu penderita
bila memungkinkan, kenakan alas kaki yang terbuka sehingga kaki selalu kontak
dengan udara bebas.

Anda mungkin juga menyukai