Anda di halaman 1dari 30

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Puskesmas

2.1.1. Defenisi Puskesmas

Puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan

lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes

No.75 Tahun 2014)

2.1.1 Fungsi Puskesmas

1. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis maslah kesehatan masyarakat

dan analisis kebutuhan pelayana yang diperlukan

2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

3. Melaksanakan komunikasi,informasi edukasi dan pemberdayaan masyarakat

di bidang kesehatan

4. Menyelenggarakan masyarakat untuk mengidentifikasikan dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setipa perkembangan masyarakat yang bekerjasama

dengan sector lain yang terlait

5. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat

6. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas

7. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan

10
Universitas Sumatera Utara
11

8. Melaksanakan pencatatan,pelaporan,dan evaluasi terhadap akses mutu dan

cakupan pelayanan kesehatan

9. Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat termasuk

dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan

penyakit (Permenkes No.75 Tahun 2014)

2.2. Diare

2.2.1. PengertianDiare

Menurut Kemenkes RI (2011), diare adalah buang air besar dengan

konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih

sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari.

2.2.2. Pembagian Diare

Pembagian diare menurut Kemenkes RI(2011), adalah sebagai berikut:

1. Diare Akut Cair

Diare akut adalah buang air besar yang frekuensinya lebih sering dari

biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih) perhari dengan konsistensi cair dan

berlangsung kurang dari 7 hari.

2. Diare Bermasalah

a. Diare berdarah

b. Kolera

c. Diare berkepanjangan (Prolonged Diarrhea)

d. Diare persisten/Diare Kronik

e. Diare dengan gizi buruk

f. Diare dengan penyakit penyerta

Universitas Sumatera Utara


12

2.2.3. Penyebab Diare

Secara klinis penyebab diare dibagi dalam 4 kelompok, tetapi yang sering

ditemukan ataupun klinis adalah diare yang disebabkan infeksi terutama infeksi

virus. Penyebab penyakit diare adalah sebagai berikut, (Kemenkes RI, 2011):

1. Faktor Infeksi

a. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk + Norwalk Like Agent

b. Bakteri:

1) Shigella, Salmonella, Escheria Coli (E.Coli), Golongan Vibrio

2) Bacillus cerecus, clostridium botulinum, Staphylococcus aureus,

Camphylobacter, Aeromonas

c. Parasit:

1) Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia Lamblia, Balantidium Coli,

Cryptosporidium

2) Cacing perut, Ascaris, Trichiuris, Strongyloides, Blastissistis hominis

2. Malabsorpsi

a. Malabsorbsi karbohidrat

b. Malabsorbsi lemak

c. Malabsorbsi protein

3. Keracunan Makanan

a. Keracunan Bahan-bahan kimia

b. Keracunan oleh racun yang dikandung dan diproduksi: Jasad

renik,Ikan,Buah-buahan,sayur-sayuran

4. Diare Terkait Penggunaan Antibiotik

Universitas Sumatera Utara


13

Infeksi masih merupakan penyebab utama diare. Pada penelitian yang

dilakukan oleh IndonesianRotavirus Surveillance Network (IRSN) dan Litbangkes

pada pasien anak di 6 Rumah Sakit, penyebab infeksi terutama disebabkan oleh

Rotavirus dan Adenovirus (70%) sedangkan infeksi karena bakteri hanya 8,4%.

Kerusakan vili usus karena infeksi virus (rotavirus) mengakibatkan berkurangnya

produksi enzim laktase sehingga menyebabkan malabsorpsi laktosa.

Diare karena keracunan makanan disebabkan karena kontaminasi makanan

oleh mikroba misalnya: Clostridium botulinum, Stap. Aureus. Sedangkan diare

terkait penggunaan antibiotika (DTA) terjadi karena penggunaan antibiotika

selama 3 sampai 5 hari yang menyebabkan berkurangnya flora normal usus

sehingga ekosistem flora usus didominasi 15 oleh kuman pathogen khususnya

Clostridium difficile. Angka kejadian DTA berkisar 20-25%

2.2.4. Tanda-Tanda Diare

Tanda-Tanda diare adalah buang air besar cair lebih sering dari biasanya

(tiga kali atau lebih) dalam satu hari, yang kadang disertai dengan muntah

berulang-ulang, rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam dan

tinja berdarah (Depkes RI, 2007)

2.3. Program Pengendalian Penyakit Diare

2.3.1. Tujuan

Tujuan Umum: Menurunkan angka kesakitan dan kematian karena diare bersama

lintas program dan sektor terkait.

Tujuan Khusus:

1. Tercapainya penurunan angka kesakitan

Universitas Sumatera Utara


14

2. Terlaksananya tatalaksana diare sesuai standar

3. Diketahuinya situasi epidemiologi dan besarnya masalah penyakit diare di

masyarakat, sehingga dapat dibuat perencanaan dalam pencegahan,

penanggulangan maupun pemberantasannya pada semua jenjang pelayanan.

4. Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan

hidup sehat melalui promosi kesehatan kegiatan pencegahan sehingga

kesakitan dan kematian karena diare dapat dicegah.

5. Tersusunnya rencana kegiatan pengendalian penyakit diare di suatu wilayah

kerja yang meliputi target, kebutuhan logistik dan pengelolaanya (Lintas

Diare Kemenkes RI, 2011).

2.3.2. Kebijakan

1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar, baik di Sarana

Kesehatan maupun masyarakat/rumah tangga.

2. Melaksanakan Surveilans Epidemiologi dan Penanggulangan KLB Diare.

3. Mengembangkan pedoman pengendalian penyakit diare.

4. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas dalam pengelolaan

program yang meliputi aspek manajerial dan tehnis medis.

5. Mengembangkan jejaring lintas program dan sektor di pusat, propinsi dan

kabupaten/kota.

6. Meningkatkan pembinaan tehnis dan monitoring untuk mencapai kualitas

pelaksanaan pengendalian penyakit diare secara maksimal.

7. Melaksanakan evaluasi untuk mengetahui hasil kegiatan program dan sebagai

dasar perencanaan selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara


15

2.3.3. Strategi

1. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan

melalui Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS DIARE).

2. Meningkatkan tatalaksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan

benar.

3. Meningkatkan SKD dan penanggulangan KLB Diare.

4. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif.

5. Melaksanakan monitoring dan evaluasi (Lintas Diare Kemenkes RI, 2011).

2.3.4. Kegiatan Program

1. Tatalaksana penderita diare.

2. Surveilans epidemiologi.

3. Promosi kesehatan.

4. Pencegahan diare.

5. Pengelolaan logistik.

6. Pemantauan dan evaluasi (Lintas Diare Kemenkes RI, 2011)

2.3.5. Tata Laksana Diare

Prinsip tatalaksana penderita diare adalah LINTAS Diare (Lima Langkah

Tuntaskan Diare), yang terdiri atas (Kemenkes RI, 2011):

1. Berikan Oralit

Oralit merupakan campuran garam elektrolszit seperti natrium klorida

(NaCl), kalium klorida (KCI), trisodium sitrat hidrat dan glukosa anhidrat. Oralit

diberikan segera bila menderita diare, sampai diare berhenti.

Universitas Sumatera Utara


16

Oralit bermanfaat untuk mengganti cairan dan elektolit dalam tubuh yang

terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air

minum tidak mengandung garam elektrolit yang diperlukan untuk

mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Campuran glukosa dan

garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus

pemderita diare Oralit diberikan segera bila anak diare sampai diare berhenti. Cara

pemberian oralit yaitu satu bungkus oralit dimasukkan ke dalam satu gelas air

matang.

a. Anak kurang dari 1 tahun diberi 50-100 cc cairan oralit setiap kali buang air

besar.

b. Anak lebih dari 1 tahun diberi 100-200 cc cairan oralit setiap kali buang air

besar.

Oralit dapat diperoleh di Posyandu, Polindes, Puskesmas Pembantu,

Puskesmas, rumah sakit atau ditempat-tempat pelayanan kesehatan lainnya. Oralit

saat ini tersedia dalam formula baru dengan tingkat osmolaritas yang berbeda.

Perbedaan oralit lama dengan oralit baru yaitu terdapat pada tingkat

osmolaritas. Osmolaritas oralit baru lebih rendah yaitu 245 mmol/l dibanding total

osmolaritas oralit lama yaitu 331 mmol/1.Penelitian inimenunjukkan bahan oralit

formula baru mampu:

a. Mengurangi volume tinja hingga 25%

b. Mengurangi mual-muntah hingga 30%

c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena

Universitas Sumatera Utara


17

Anak yang tidak menjalani terapi intravena, tidak harus dirawat di rumah

sakit. Sehingga risiko anak terkena infeksi di rumah sakit dapat berkurang,

pemberian ASI tidak terganggu dan orangtua dapat menghemat biaya. WHO dan

UNICEF merekomendasikan Negara-negara di dunia untuk menggunakan dan

memproduksi oralit dengan osmolaritas rendah (oralit baru). (Kemenkes RI, 2011)

2. Berikan Zinc Selama 10 Hari Berturut-Turut

Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan

dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh akan menurun dalam jumlah

besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama

diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta

menjaga agar anak tetap sehat. Sejak tahun 2004, WHO dan UNICEF

menandatangani kebijakan bersama dalam hal pengobatan diare yaitu pemberian

oralit dan Zinc selama 10-14 hari. Hal ini didasarkan pada penelitian selama 20

tahun (1983-2003) yang menunjukkan bahwa pengobatan diare dengan pemberian

oralit disertai zinc lebih efektif dan terbukti menurunkan angka kematian akibat

diare pada anak-anak sampai 40%.

Pada saat diare, anak akan kehilangan zinc dalam tubuhnya. Pemberian

Zinc mampu menggantikan kandungan Zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan

mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistim kekebalan

tubuh sehingga dapat mencegah risiko terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah

anak sembuh dari diare.

Zinc diberikan satu kali sehari selama 10 hari berturut-turut. Pemberian

zinc harus tetap dilanjutkan meskipun diare sudah berhenti. Hal ini dimaksudkan

Universitas Sumatera Utara


18

untuk meningkatkan ketahanan tubuh terhadap kemungkinan berulangnya diare

pada 2-3 bulan ke depan.

Obat zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30

detik. Zinc diberikan dengan dosis sebagai berikut:

a. Balita umur <6 bulan : tablet (10 mg)/hari.

b. Balita umur >6 bulan : 1 tablet (20 mg)/hari.

Zinc diberikan dengan cara dilarutkan dalam satu sendok air matang atau

ASI. Untuk anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah. Zinc aman dikonsumsi

dengan oralit. Zinc diberikan satu kali sehari sampai semua tablet habis (selama

10 hari) sedangkan oralit diberikan setiap kali anak buang air besar sampai diare

berhenti.

Pemberian zinc selama 10 hari terbukti membantu memperbaiki mucosa

usus yang rusak dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh secara keseluruhan.

Ketika memberikan konseling pada ibu, petugas kesehatan harus menekankan

pentingnya pemberian dosis penuh selama 10 hari dengan menyampaikan pada

ibu tentang manfaat jangka pendek dan panjang zinc, termasuk mengurangi

lamanya diare, menurunkan keparahan diare, membantu anak melawan episode

diare dalam 2-3 bulan selanjutnya setelah perawatan. Selama itu juga zinc dapat

membantu pertumbuhan anak lebih baik dan meningkatkan nafsu makan.

3. Teruskan ASI Dan Pemberian Makan

Bayi dibawah usia 6 bulan sebaiknya hanya mendapat ASI untuk

mencegah diare dan meningkatkan sistem imunitas tubuh bayi. Jika anak

menderita diare teruskan pemberian ASI sebanyak yang anak inginkan. Pemberian

Universitas Sumatera Utara


19

makan selama anak diare juga harus ditingkatkan sampai dua minggu setelah anak

berhenti diare, karena lebih banyak makan akan membantu mempercepat

penyembuhan, pemulihan dan mencegah malnutrisi.

Anak yang berusia kurang dari 2 tahun, dianjurkan untuk mengurangi susu

formula dan menggantinya dengan ASI sedangkan untuk anak yang berusia lebih

dari 2 tahun dianjurkan untuk meneruskan pemberian susu formula dan dipastikan

agar anak mendapat oralit dan air matang.

4. Berikan Antibiotik Secara Selektif

Pemberian antibiotik tidak diberikan kepada semua kasus diare. Antibiotik

hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena kolera,

atau diare dengan disertai penyakit lain. Tanpa indikasi tersebut tidak perlu

pemberian antibiotik

Penggunaan antibiotik juga harus sesuai dosis yang dianjurkan oleh tenaga

kesehatan. Pemberian antibiotik yang tidak tepat sangat berbahaya karena dapat

menimbulkan resistensi kuman terhadap antibiotik dan dapat membunuh flora

normal yang justru dibutuhkan tubuh. Efek samping dari penggunaan antibiotik

yang tidak rasional dapat menimbulkan gangguan fungsi ginjal, hati dan diare

yang disebabkan oleh antibiotik. Hal ini juga akan mengeluarkan biaya

pengobatan yang seharusnya tidak diperlukan.

5. Berikan Nasihat Pada Ibu/Pengasuh

Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian

oralit, Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anak ke

petugas kesehatan jika mengalami tanda-tanda sebagai berikut : Buang air besar

Universitas Sumatera Utara


20

cair lebih sering, Muntah berulang-ulang, Mengalami rasa haus yang nyata,

Makan atau minum sedikit, Demam, Tinjanya berdarah dan Tidak membaik

dalam 3 hari.(Kemenkes RI, 2011)

2.3.5.1. Prosedur Tata Laksana Penderita Diare

1. Riwayat Penyakit

a. Berapa lama anak diare ?

b. Berapa kali diare dalam sehari ?

c. Adakah darah dalam tinjanya ?

d. Apakah ada muntah ?berapa kali ?

e. Apakah ada demam ?

f. Makanan apa yang diberikan sebelum diare ?

g. Jenis makanan dan minuman apa yang diberikan selama sakit ?

h. Obat apa yang sudah diberikan ?

i. Imunisasi apa saja yang sudah didapat ?

j. Apakah ada keluhan lain ?

2. Menilai Derajat Dehidrasi

Tabel 2.1 Tabel Penilaian Derajat Dehidrasi

A B C
PENILAIAN
Bila ada 2 tanda atau lebih
Lihat :
Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai atau
tidak sadar

Mata Normal Cekung Cekung

Rasa Haus (beri air Minum biasa, Haus,ingin minum Malas minum atau
minum) Tidak Haus banyak tidak bisa minum
Raba :
Turgor Kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat

Universitas Sumatera Utara


21

Lambat (lebih dari


2 detik)

Tentukan Derajat Tanpa dehidrasi Dehidrasi Ringan- Dehidrasi berat


Dehidrasi Sedang (dehidrasi
tidak berat)

Rencana Pengobatan Rencana Terapi A Rencana Terapi B Rencana Terapi C

2.3.5.2. Sarana Rehidrasi

Sarana rehidrasi di Puskesmas disebut pojok Upaya Rehidrasi Oral (URO)

atau lebih dikenal nama pojok oralit.

1. Pojok Oralit

Pojok oralit didirikan sebagai upaya terobosan untuk meningkatkan

pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat/ibu rumah tangga, kader, petugas

kesehatan dalam tatalaksana penderita diare. Pojok oralit juga merupakan sarana

untuk observasi penderita diare, baik yang berasal dari kader maupun masyarakat.

melalui pojok oralit diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan

petugas terhadap tatalaksana penderita diare, khususnya dengan upaya rehidrasi

oral.

a. Fungsi

1) Mempromosikan upaya-upaya rehidrasi oral.

2) Memberi pelayanan penderita diare.

3) Memberikan pelatihan kader (Posyandu).

b. Tempat

Pojok oralit adalah bagian dari suatu ruangan di Puskesmas (ruangan

tunggu pasien) dengan 1-2 meja kecil. Seorang petugas puskesmas dapat

Universitas Sumatera Utara


22

mempromosikan rehidrasi oral pada ibu-ibu yang sedang menunggu giliran

untuk suatu pemeriksaan. Bagi penderita diare yang mengalami dehidrasi

Ringan-Sedang diobservasi di Pojok Oralit selama 3 jam. Ibu/keluarganya

akan ianjurkan bagaimana cara menyiapkan oralit dan berapa banyak oralit

yang harus diminum oleh penderita.

c. Sarana Pendukung

1) Tenaga pelaksana: dokter dan paramedis terlatih.

2) Prasarana:

a) Tempat pendaftaran.

b) Ruangan yang dilengkapi dengan meja, ceret, oralit 200 ml,

gelas, sendok, lap bersih, sarana cuci tangan dengan air mengalir

dan sabun (wastafel), poster untuk penyuluhan dan tatalaksana

penderita diare.

3) Cara membuat pojok oralit.

a) Pilihan lokasi untuk Pojok Oralit :

1. Dekat tempat tunggu (ruang tunggu), ruang periksa, serambi

muka yang tidak berdesakan.

2. Dekat dengan toilet atau kamar mandi.

3. Nyaman dan baik ventilasinya.

b) Pengaturan model di Pojok Oralit

1. Sebuah meja untuk mencampur larutan oralit dan

menyiapkan larutan.

Universitas Sumatera Utara


23

2. Kursi atau bangku dengan sandaran, dimana ibu dapat

duduk dengan nyaman saat memangku anaknya.

3. Sebuah meja kecil dimana ibu dapat menempatkan gelas

yang berisi larutan oralit.

4. Oralit paling sedikit 1 kotak (100 bungkus).

5. Botol susu/gelas ukur.

6. Gelas.

7. Sendok.

8. Lembar balik yang menerangkan pada ibu, bagaimana

mengobati atau merawat anak diare.

9. Leaflet untuk dibawa pulang ke rumah.

Media penyuluhan tentang pengobatan dan pencegahan diare perlu

disampaikan pada ibu selama berada di Pojok Oralit. Selain itu pojok oralit

sangat bermanfaat bagi ibu untuk belajar mengenai upaya rehidrasi oral serta

hal-hal penting lainnya, seperti pemberian ASI, pemberian makanan

tambahan, penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan air mengalir dan

sabun, penggunaan jamban, serta poster tentang imunisasi.

d. Kegiatan Pojok Oralit

1) Penyuluhan upaya rehidrasi oral

a) Memberikan demonstrasi tentang bagaimana mencampur larutan

oralit dan bagaimana cara memberikannya

b) Menjelaskan cara mengatasi kesulitan dalam memberikan

larutan oralit bila ada muntah

Universitas Sumatera Utara


24

c) Memberikan dorongan pada ibu untuk memulai memberikan

makanan pada anak atau ASI pada bayi (Puskesmas perlu

memberikan makanan pada anak yang tinggal sementara di

fasilitas pelayanan).

d) Mengajari ibu mengenai bagaimana meneruskan pengobatan

selama anaknya di rumah dan menentukan indikasi kapan

anaknya dibawa kembali ke Puskesmas.

e) Petugas kesehatan perlu memberikan penyuluhan pada

pengunjung Puskesmas dengan menjelaskan tatalaksana

penderita diare di rumah serta cara pencegahan diare.

2. Pelayanan Penderita

Setelah penderita diperiksa, tentukan diagnosis dan derajat rehidrasi

diruang pengobatan, tentukan jumlah cairan yang diberikan dalam 3 jam

selanjutnya dan bawalah ibu ke Pojok URO untuk menunggu selama diobservasi

serta:

a. Jelaskan manfaat oralit dan ajari ibu membuat larutan oralit.

b. Perhatikan ibu waktu memberikan oralit.

c. Perhatikan penderita secara periodic dan catat keadaanya setiap 1-2 jam

sampai penderita teratasi rehidrasinya (3-6 jam).

d. Catat/hitung jumlah oralit yang diberikan.

e. Berikan pengobatan terhadap gejala lainnya seperti penurunan panas dan

antibiotika untuk mengobati disentri dan kolera.

Universitas Sumatera Utara


25

2.3.6. Surveilans Epidemiologi

Surveilans epidemiologi penyakit diare adalah kegiatan analisis secara

sistematis dan terus menerus terhadap penyakit diare dan kondisi yang

mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit diare agar dapat

melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses

pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada

penyelenggara program kesehatan.(Kemenkes RI, 2011)

Tujuan diketahuinya situasi epidemiologi dan besarnya masalah penyakit

diare di masyarakat, sehingga dapat dibuat perencanaan dalam pencegahan,

penanggulangan maupun pemberantasannya di semua jenjang pelayanan.

Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam

masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan

yang biasa pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

Kejadian Luar Biasa (KLB),yaitu kejadian kesakitan atau kematian yang

menurut pengamatan epidemiologis dianggap terjadi peningkatan yang bermakna

pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu, dengan salah satu

kriteria sebagai berikut

1. Jumlah penderita dan atau kematian penderita diare di suatu daerah

meningkat 2 kali lipat atau lebih dalam suatu periode

(harian/mingguan/bulanan).

2. Peningkatan jumlah penderita dan atau kematian/CFR karena diare dalam

periode tertentu (mingguan/bulan) dibanding dengan periode yang sama pada

tahun lalu.

Universitas Sumatera Utara


26

3. Terdapat satu atau lebih penderita atau kematian karena diare dengan gejala

suspek kolera dalam satu wilayah.

4. Apabila ada penderita/kematian karena diare yang dari usap duburnya

diketahui kuman vibrio cholera.

2.3.6.1. Prosedur Surveilans

Ada 3 (tiga) cara pengumpulan data diare, yaitu:

1. Laporan rutin

Dilakukan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit melalui SP2TP (LB), SPRS

(RL), STP dan rekapitulasi diare. Karena diare termasuk penyakit yang dapat

menimbulkan wabah maka perlu dibuat laporan mingguan (W2). Untuk dapat

membuat laporan rutin perlu pencatatan setiap hari (register) penderita diare yang

datang ke sarana kesehatan, posyandu atau kader agar dapat dideteksi tanda-tanda

akan terjadinya KLB/wabah sehingga dapat segera dilakukan tindakan

penanggulangan secepatnya. Laporan rutin ini dikompilasi oleh petugas RR/Diare

di Puskesmas kemudian dilaporkan ke Tingkat Kabupaten / Kota melalui laporan

bulanan (LB) dan STP setiap bulan.

Petugas/Pengelola Diare Kabupaten/Kota membuat rekapitulasi dari

masing-masing Puskesmas dan secara rutin (bulanan) dikirim ke tingkat Propinsi

dengan menggunakan formulir rekapitulasi Diare. Dari tingkat Provinsi direkap

berdasarkan kabupaten/kota secara rutin (bulanan) dan dikirim ke Pusat (Subdit

Diare, Kecacingan & ISPL) dengan menggunakan formulir rekapitulasi Diare.

Universitas Sumatera Utara


27

a. Laporan KLB/wabah

Setiap terjadi KLB/wabah harus dilaporkan dalam periode 24 jam (W1)

dan dilanjutkan dengan laporan khusus yang meliputi:

1) Kronologi terjadinya KLB.

2) Cara penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

3) Keadaan epidemiologis penderita.

4) Hasil penyelidikan yang telah dilakukan.

5) Hasil penanggulangan KLB dan rencana tindak lanjut.

b. Pengumpulan data melalui studi kasus

Pengumpulan data ini dapat dilakukan satu tahun sekali, misalnya pada

pertengahan atau akhir tahun. Tujuannya untuk mengetahui base line

data sebelum atau setelah program dilkaksanakan dan hasil penilaian

tersebut dapat digunakan untuk perencanaan di tahun yang akan datang.

2. Pengolahan, analisis dan interpretasi

Data-data yang telah dikumpulkan diolah dan ditampilkan dalam bentuk

tabel-tabel atau grafik, kemudian dianalisis dan diinterpretasi. Analisis ini

sebaiknya dilakukan berjenjang dari puskesmas hingga pusat, sehingga kalau

terdapat permasalahan segera dapat diketahui dan diambil tindakan

pemecahannya.

3. Penyebarluasan hasil interpretasi

Hasil analisis dan interpretasi terhadap data yang telah dikumpulkan,

diumpan balikkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan yaitu kepada

pimpinan di daerah (Kecamatan hingga Dinkes Propinsi) untuk mendapatkan

tanggapan dan dukungan penangganannya

Universitas Sumatera Utara


28

2.3.7. Strategi Promosi Kesehatan

Terdapat 3 (tiga) strategi komunikasi dalam promosi kesehatan, yaitu:

1. Advokasi ( Pendekatan Pimpinan / Pengambil Keputusan )

Advokasi merupakan upaya yang sistematis dan terorganisir untuk

memperoleh dukungan kebijakan pemerintah Pusat dan Daerah, Publik, atau

pengambil Keputusan dan berbagai pihak dalam pengendalian Penyakit Diare agar

dapat dilaksanakan secara konsisten dan terus menerus.

Tujuan dari Advokasi adalah diperolehnya dukungan dari pimpinan,

pengambil keputusan serta penyandang dana untuk mencapai kesepakatan dan

rencana tindak lanjut pengendalian penyakit Diare.

Langkah kegiatan dalam advokasi, meliputi :

a. Menentukan dan menetapkan bentuk dukungan yang diharapkan dari para

pengambil keputusan

b. Menentukan sasaran advokasi, yang meliputi:

1) Gubernur, Bupati, Walikota

2) DPRD

3) Bappeda

4) Media Informasi

5) LSM

6) Dunia Usaha

7) Swasta

8) Penyandang Dana

Universitas Sumatera Utara


29

c. Menentukan materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang hendak

dicapai

d. Menentukan metode dan teknis yang disesuaikan dengan segmen sasaran

Advokasi, antara lain: Pendekatan langsung, seminar, rapat kerja,

lokakarya, sarasehan, pertemuan lintas sektor.

e. Menentukan media yang disesuaikan dengan segmen sasaran dan metode

serta tehnik penyampaian, missal: proposal, buku pedoman, makalah dan

leaflet.

f. Menentukan kesepakatan dan rencana tindak lanjut, seperti:

1) Terbentuknya komitmen integrasi pelaksanaan kegiatan.

2) Dukungan politis berupa SK, SE, Kesepakatan, Perda, dan lain-lain.

3) Dukungan sumber daya. (Kemenkes RI, 2011)

2. Bina Suasana

Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang

mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku dalam

pengendalian penyakit diare. Tujuan dari bina suasana adalah terciptanya opini

positif atau suasana yang mendukung untuk penyelenggaraan pengendalian

penyakit diare.

Langkah kegiatan bina suasana adalah:

a. Menentukan dan menetapkan bentuk kerjasama yang diharapkan

b. Menentukan sasaran

Kelompok sasaran lebih ke tingkat teknis operasional secara berjenjang,

antara lain:

Universitas Sumatera Utara


30

1) Wartawan media massa & elektronik

2) Organisasi keagamaan

3) Organisasi kepemudaan

4) LSM

5) PKK

6) Petugas Kesehatan

7) Kelompok Professi

8) Tokoh Masyarakat

c. Menentukan materi yang lebih ke arah operasional misalnya SKD,

pencegahan penyakit diare, tatalaksana diare, dll.

d. Menentukan metode yang digunakan, yaitu: orientasi, pelatihan,

kunjungan lapangan, jumpa pers, dialog terbuka/interaktif TV, Media

elektronik, Penulisan artikel

e. Hasil yang diharapkan

1) Opini positif berkembang di masyarakat tentang pentingnya

pengendalian penyakit diare.

2) Semua kelompok potensial di masyarakat sudah menyuarakan dan

mendukung tentang pentingnya pencegahan dengan berperilaku hidup

bersih dan sehat serta melakukan pengobatan.

3) Adanya dukungan sumberdaya dari kelompok potensial di

masyarakat.(Kemenkes RI, 2011)

Universitas Sumatera Utara


31

3. Gerakan/Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus menerus

dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu

sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu, mau, mampu

dalam melaksanakan upaya pengendalian penyakit diare, dengan mengembangkan

pengetahuan, sikap dan keterampilan masyarakat terutama dalam tatalaksana

penderita di rumah tangga dan pencegahan diare. Tujuan dari gerakan/

pemberdayaan masyarakat adalah agar masyarakat tahu, mau dan mampu

melaksanakan upaya pengendalian penyakit diare.

a. Beri lebih banyak minum cairan rumah tangga, yaitu air tajin, air teh, air

kuah sayur, air sup, oralit.

b. Teruskan pemberian makanan sesuai dengan umur.

c. Bawa anak ke sarana kesehatan untuk mendapatkan pertolongan lanjutan,

bila anak tidak membaik selama 3 hari atau ada salah satu tanda berikut:

1) Diare terus menerus

2) Muntah berulang-ulang

3) Rasa haus yang nyata

4) Tidak bisa makan/minum

5) Demam

6) Ada darah dalam tinja

2.3.8. Tindakan Pencegahan

Tujuan pencegahan adalah untuk tercapainya penurunan angka kesakitan

diare dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap sarana sanitasi. Kegiatan

Universitas Sumatera Utara


32

pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah

(Kemenkes RI, 2011):

1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting yaitu

sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah

membersihkan anak dari BAB, dan sebelum menyiapkan makanan.

2. Pemberian ASI. Pemberian ASI saja, tanpa cairan atau makanan lain dan

tanpa menggunakan botol yang kotor, menghindarkan anak dari bahaya

bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. Keadaan ini

disebut dengan pemberian ASI eksklusif. Bayi-bayi harus disusui secara

penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, pemberian ASI

diteruskan sambil ditambah dengan makanan lain.

3. Makanan pendamping ASI berupa makanan lunak, ketika berusia 6 bulan.

Tambahkan minyak, lemak, dan gula ke dalam nasi atau bubur dan biji-bijian

untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan, daging, kacang-

kacangan, buah-buahan, dan sayur-sayuran.

4. Menggunakan air bersih yang cukup. Masyarakat dapat mengurangi resiko

terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan

melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai

penyimpanan di rumah. Yang harus diperhatikan oleh keluarga:

a. Ambil air dari sumber yang bersih.

b. Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan gayung

khusus untuk mengambil air.

Universitas Sumatera Utara


33

a. Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk mandi anak-

anak.

c. Minum air yang sudah matang.

d. Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan

cukup.

5. Makanan Sehat. Makanan dapat terkontaminasi oleh penyebab diare pada

tahap produksi dan persiapan, dan penyimpanan. Masaklah makanan dengan

benar, pisahkan makanan yang telah dimasak dan yang belum dimasak,

pisahkan pula makanan yang telah dicuci bersih dan yang belum dicuci, dan

jaga makanan dari serangga seperti lalat.

6. Menggunakan Jamban. Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa

upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan

resiko terhadap penyakit diare. Yang harus diperhatikan oleh kelurga:

a. Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat

dipakai oleh seluruh keluarga.

b. Bersihkan jamban secara teratur.

c. Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat buang

air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari rumah,

jalansetapak, dan tidak di tempat anak-anak bermain serta lebih kurang

10 meter dari sumber air.

d. Gunakan alas kaki bila akan buang air besar

7. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga

(lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain).

Universitas Sumatera Utara


34

8. Buang air besar dan air kecil bayi pada tempatnya. Yang harus diperhatikan

oleh keluarga adalah:

a. Kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan buang ke jamban.

b. Bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah

dijangkau olehnya.

c. Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak seperti

dalam lubang atau di kebun kemudia ditimbun.

d. Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangan dengan

sabun.

9. Pemberian imunisasi campak

Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga pemberian

imunisasicampak juga dapat mencegah diare.

2.4. Monitoring

2.4.1. Pengertian Monitoring

1. Dapat dilakukan dengan metoda pengumpulan dan analisis informasi secara

teratur.

2. Dilakukan untuk menilai apakah masukan sudah digunakan, apakah dan

bagaimana kegiatan dilaksanakan, dan apakah keluaran dihasilkan sesuai

rencana.

3. Umumnya berfokus secara khusus pada efisiensi.

4. Sumber data yang penting digunakan adalah alat verifikasi pada tingkat

kegiatan dan keluaran yang umumnya merupakan dokumen internal maupun

eksternal seperti: Laporan bulanan / triwulan, catatan kerja dan perjalanan,

Universitas Sumatera Utara


35

catatan pelatihan, notulen rapat dan sebagainya pada perjalanan pelaksanaan

program / kegiatan, dokumen pengumpulan data, laporan konsultan dan

sebagainya.

5. Dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu :

a. Monitoring melalui kunjungan lapangan (field visits)

b. Monitoring melalui laporan kemajuan yang di peroleh dari laporan dari

masing-masing penanggung jawab baik itu yang menangani program /

kegiatan utama atau pendukung yang meliputi persentase target dan

realisasi serapan dana serta prosentase target dan realisasi kemajuan

kegiatan.

6. Monitoring pelaksanaan program dan kegiatan dilakukan pada :

Perkembangan realisasi penyerapan dana Realisasi pencapaian target kinerja /

output Kendala yang dihadapi

2.4.2. Tujuan Monitoring

Terdapat lima dari tujuan monitoring,diataranya yaitu:

1. Mengkaji apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan

rencana

2. Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi

3. Melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah

tepat untuk mencapai tujuan proyek.

4. Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran

kemajuan.

Universitas Sumatera Utara


36

5. Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah, tanpa menyimpang

dari tujuan

2.4.3. Fungsi Monitoring

a. Ketaatan (compliance). Monitoring menentukan apakah tindakan

administrator, staf, dan semua yang terlibat mengikuti standar dan

prosedur yang telah ditetapkan.

b. Pemeriksaan (auditing). Monitoring menetapkan apakah sumber

danlayanan yang diperuntukkan bagi pihak tertentu bagi pihak tertentu

(target) telah mencapai mereka.

c. Laporan (accounting). Monitoring menghasilkan informasi yang

membantu menghitung hasil perubahan sosial dan masyarakat sebagai

akibat implementasi kebijaksanaan sesudah periode waktu tertentu.

d. Penjelasan (explanation). Monitoring menghasilkan informasi

yangmembantu menjelaskan bagaimana akibat kebijaksanaan dan

mengapa antara perencanaan dan pelaksanaannya tidak cocok.

2.4.4. Prinsip Monitoring

a. Monitoring harus dilakukan secara terus-menerus

b. Monitoring harus menjadi umpan terhadap perbaikan kegiatan program

organisasi

c. Monitoring harus memberi manfaat baik terhadap organisasi maupun

terhadap pengguna produk atau layanan.

d. Monitoring harus dapat memotifasi staf dan sumber daya lainnya untuk

berprestasi

Universitas Sumatera Utara


37

e. Monitoring harus berorientasi pada peraturan yang berlaku

f. Monitoring harus obyektif

g. Monitoring harus berorientasi pada tujuan program

2.4.5. Manfaat

Manfaat Monitoring Bagi Penanggungjawab

1. Salah satu fungsi manajemen yaitu pengendalian atau supervisi. Sebagai

bentuk pertanggungjawaban (akuntabilitas) kinerja

2. Untuk meyakinkan pihak-pihak yang berkepentingan

3. Membantu penentuan langkah-langkah yang berkaitan dengan kegiatan

selanjutnya.

4. Sebagai dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi selanjutnya

Manfaat Monitoring Bagi Pengelola

1. Membantu untuk mempersiapkan laporan dalam waktu yang singkat

2. Mengetahui kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dan menjaga

kinerja yang sudah baik.

3. Sebagai dasar (informasi) yang penting untuk melakukan evaluasi proyek.

Universitas Sumatera Utara


38

2.5 Fokus Penelitian

Pada prinsipnya keberhasilan pelaksanaan program diare dapat diukur

melalui teori PDCA(Plan,Do,Check,Action):

Perencanaan

Pelaksanaan
Angka Kesakitan Diare
Evaluasi

Monitoring

Gambar 2.1 Fokus Penelitian

Berdasarkan gambar diatas,dapat dirumuskan defenisi fokus penelitian

sebagai berikut:

1. Perencanaan ialah tahap menetapkan target atau sasaran yang ingin dicapai

dalam peningkatan proses ataupun permasalahan yang ingin dipecahkan, yaitu

turunnya jumlah kejadian diare, kemudian menentukan metode, strategi dan

kebijakan untuk mencapai target tersebut.

2. Pelaksanaan ialah tahap penerapan semua yang telah direncanakan pada

proses perencanaan sebelumnya seperti pelaksanaan program-program

pencegahan dan pemberantasan diare, program pengendalian diare dan

program penyembuhan diare.

3. Evaluasii ialah tahap pemeriksaan dan peninjauan ulang serta mempelajari

hasil-hasil dari pelaksanaaan program yang telah direncanakan tadi. Dalam

tahap ini dilakukan pembandingan antara hasil yang dicapai dengan target

Universitas Sumatera Utara


39

yang telah ditetapkan, apabila hasil yang dicapai tak sesuai target maka

diperlukan sebuah solusi.

4. Monitoring/Tindakan ialah menerapkan solusi dari permasalahan yang

muncul pada tahapan sebelumnya, solusi tersebut akan diterapkan untuk

mengawasi/memonitor arah perkembangan sebuah program agar sesuai

dengan target yang diharapkan.

5. Angka Kesakitan Diare ialah jumlah kejadian diare yang dipengaruhi oleh

berjalannya proses perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring/

tindakan. Apabila pelaksanaan program pelayanan bagus maka cakupan

kejadian diare bisa ditekan, namun apabila pelaksanaan program tak berjalan

sebagaimana mestinya maka tentunya akan terjadi peningkatan jumlah

kejadian diare.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai