Anda di halaman 1dari 4

1.

Hakikat Supervisi
Untuk memperoleh gambaran yang lebih luas dan mendalam tentang supervise,
diketengahkan sejumlah definisi dari para ahli.
a. P.Adam dan Frank G.Dickey: Supervisi adalah program yang terencana untuk Supervisi
memperbaiki pengajaran.
Tujuan utama dari program supervisi adalah untuk memperbaiki proses belajar dan
mengajar. Program ini hanya akan berhasil jika Supervisor memiliki keterampilan dan
cara kerja yang tepat untuk bekerja sama dengan orang lain (guru dan tenaga
kependidikan lainnya).
b. Dalam Carter Goods Dictionary of Education, dikemukakan definisi supervisi sebagai
segala usaha pejabat sekolah dalam memimpin guru dan ketenagakerjaan lainnya, untuk
memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan
perkembangan jabatan-jabatan guru, menyeleksi, dan merevisi tujuan-tujuan pendidikan,
bahan pengajaran dan metode-metode mengajar serta ealuasi pelajaran.

Pidarta (1988) dengan mengutip pendapat Jones, mengungkapakan bahwa supervisi


merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang
ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang
berhubungan dengan tugas-tugas utama pendidikan. Dalam hal ini supervisi dipandang
sebagai subsistem dari sistem administrasi sekolah. Sebagai sub sistem, supervisi tidak
terlepas dari system administrasi dalam arti luas yang meliputi pengelolaan sarana, prasarana,
dana, tenaga, lingkungan, dan lain-lain. Namun, titik berat supervisi seharusnya adalah
perbaikan dan pengembangan kinerja professional guru. Melalui perbaikan dan
pengembangan kinerja mereka, diharapkan usaha pembimbingan, pengajaran, pelatihan
peserta didik juga dapat berkembang; serta secara langsung dapat meningkatkan efektivitas
proses belajar-mengajar. Inilah supervisi akademik, supervisi pengajaran.

Dapat dipahami bahwa sasaran supervisi bukansja pada aspek proses pembelajaran
melainkan juga factor-faktor yang mendukung proses pembeljaran seperti buku, alat peraga,
alat pelajaran, lingkungan fisik, suasana pembelajaran dan sebagainya. Ketercukupan sarana
belajar, terciptanya lingkungan belajar yang kondusif besar sekali pengaruhnya terhadap
proses pembelajaran yang bermutu. Sutisna (1985) mendeskripsikan supervisi sebagai
bantuan dalam pengembangan situasi belajar-mengajar yang lebih baik. Menurutnya,
supervisi adalah suatu kegiatan pembelajaran untuk membantu para guru agar dalam
menjalankan pekerjaan menjadi lebih baik. Peran supervisor adalah mendukung, membantu;
bukan menyuruh bukan mencela dan bukanlah memarahi. Sejalan dengan itu, Wiles
mengungkapkan bahwa supervisi yang baik hendaknya mengembangkan kepemimpinan di
dalam kelompok, membangun program latihan dan jabatan untuk meningkatkan keterampilan
dan kemampuan guru dalam menilai hasil pekerjaan.
Sahertian (1990) mengemukakan bahwa supervisi merupakan usaha mengawali,
mengarahkan, mengkoordinasi dan membimbing secara individual maupun secra kolektif,
agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh pengajaran sehingga dapat
menstimulasi dan membimbing pertumbuhan tiap murid secra kontinyu sehingga dapat lebih
cepat berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern. Pengertian tersebut menunjukkan
bahwa supervisi bukanlah kegiatan sesaat seperti inspeksi, tetapi merupakan kegiatan yang
kontinyu dan berkesinambungan sehingga guru-guru selalu berkembang dalam mengerjakan
tugas dan mampu memecahkan berbagai masalah pendidikan dan pengajaran secara efektif
dan efisien.
Definisi tersebut diatas secara implisit menyodorkan konsep baru wawasan baru,
pendekatan baru tentang supervisi yang menekankan pada peranan supervisi sebagai bantuan,
pelayanan serta fasilitasi (pemberi kemudahan) kepada guru dan para personil pendidikan
lain untuk meningkatkan kemmampuan dan kualitas pendidikan umumnya, khususnya
kualitas proses belajar-mengajar di sekolah.
Pada hakikatnya supervisi mengandung beberapa kegiatan pokok, yaitu pembinaan yang
kontinyu, pengembangan professional personil, perbaikan situsi belajar-mengajar, dengan
sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi peserta didik. Dengan
kata lain, dalam supervisi ada proses pelayanan untuk membantu dan membimbing guru-guru
guna perbaikan atau peningkatan kemampuan profesioanl guru. Perbaikan dan peningkatan
kemampuan tersebuat kemudian ditransfer ke dalam perilaku mengajar sehingga tercipta
situasi belajar-mengajar yang lebih menyenangkan, lebih emndorong kreativitas anak, lebih
mendorong anak bereksplorasi, bereksperimentasi, melakukan aktivitas positif, yang pada
gilirannya meningkatkan mutu output.

2. Tujuan supervisi
Secara operasional supervisi pendidikan bertujuan untuk memberikan bantuan kepada
guru guna peningakatan kemampuan mereka dalam rangka mewujudkan proses pembelajaran
yang lebih baik yaitu yang mampu menumbuhkembangkan potensi para siswa potensi
intelektual, emosional, social, keagamaan maupun jasmaniahnya.
Mulyasa (2002) merumuskan tujuan supervisi sebagai bantuan dan kemudahan yang
diberikan kepada guru untuk belajar bagaiamann meningkatkan kemampuan mereka guna
mewujudkan tujuan belajar. Dengan supervisi diharapkan kegiatan belajar mengajar menjadi
lebih baik.
Sehertian (1981) mengemukakan tujuan supervisi adalah
a. Membantu guru melihat dengan jelas tujuan pendidikan.
b. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar murid.
c. Membantu guru dalam menggunakan sumber pengalaman belajar.
d. Membantu guru dalam menggunakan metode dan alat pelajaran modern.
e. Membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid.
f. Membantu guru dalam menilai kemajuan murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri.
g. Membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam rangka
pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka.
h. Membantu guru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang
diperolehnya.
i. Membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan
cara-cara menggunakan sumber masyarakat dan seterusnya.
j. Membantu guru agar waktu dan tenaga guru tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan
sekolah.

Tujuan supervisi menurut Ametembun (1981):

a. Membina kepala sekolah dan guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan yang
sebenarnya dan peranan sekolah dalam merealisasikan tujuan tersebut.
b. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru untuk mempersiapkan peserta
didiknya menjadi anggota masyarakat lebih efektif.
c. Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap aktiitas
dan kesulitan beljar-mengajar, serta menolong mereka merencanakan perbaikan.
d. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru serta warga sekolah kain terhadap cara
kerja yang demokratis dan komperehensip, serta memperbesar kesediaan untuk tolong-
menolong.
e. Memperbesar semangat guru-guru dan meningkatkan motivasi berprestasi untuk
mengoptimalkan kinerja secara maksimal dalam profesinya.
f. Membantu kepala sekolah untuk mempopulerkan pengembangan program pendidikan di
sekolah kepada masyarakat.
g. Melindungi orang yang disupervisi terhadap tuntutan yang tidak wajar dan kritik yang
sehat dari masyarakat.
h. Membantu kepala sekolah dan guru dalam mengealuasi aktiitasnya untuk
mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik.
i. Mengembangkan rasa kesatuan dan persatuan (kolegialitas) di antara guru.

Supervisi pendidikan dilakukan atas dasar kerja sama, partisipasi dan kolaborasi; tidak
berdasarkan atas paksaan dan kepatuhan apalagi ancaman. Supervisi lebih mengutamakan
peningkatan proses pembelajaran. Dengan demikian supervisi dengan sasaran tercukupinya
perangkat administrasi pembelajaran tidaklah cukup. Supervisi berarti juga bagaimana
memberikan kemudahan dan membantu guru untuk mengembangakan potensinya secara
optimal, dalam memberdayakan sumber dan alat pembelajaran. Supervisi hendaknya
melahirkan kepemimpinan yang mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi program
sekolah; memperkaya lingkungan para guru, memberi kesempatan kepada mereka untuk
bekerja dan meningkatkan kerja, mengidentifikasi serta memecahkan masalah; melibatkan
guru dalam merumuskan tujuan dan sebagainya.

Untuk merealisasikan konsep-konsep tersebut Gwyn merumuskan 10 tugas utama


superisor:

a. Membantu guru mengerti dan memahami peserta didik.


b. Membantu mengembangkan dan memperbaiki baik secara individual maupun
bersama-sama.
c. Membantu seluruh staf sekolah agar lebih efektif dalam melaksanakan proses belajar-
mengajar.
d. Membantu guru meningkatkan cara mengajar yang efektif.
e. Membantu guru secara individual.
f. Membantu guru agar dapat menilai peserta didik lebih baik.
g. Menstimulir guru agar dapat menilai diri dan pekerjaannya.
h. Membantu guru agar merasa bergairah dalam pekerjaannya dengan penuh rasa aman.
i. Membantu guru dalam melaksanakan kurikulum di sekolah.
j. Membantu guru agar dapat memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada
masyarakat tentang kemajuan sekolahnya.

Anda mungkin juga menyukai