Anda di halaman 1dari 5

Bukti yang menunjukkan bahwa supervisi menjadi bagian dari manajemen

pendidikan nasional adalah terdapatnya bab khusus mengenai pengawasan


dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 yang
diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Daresh (1989), mendefinisikan supervise sebagai suatu proses mengawasi


kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan organisasi.

Wiles (1955), mendefinisikan sebagai bantuan dalam perkambangan situasi


belajar mengajar.

Lucio dan McNeil (1978), mendefinisikan tugas supervise, yang meliputi :

a. Tugas perencanaan, yaitu untuk menetapkan kebijaksanaan dan


program
b. Tugas administrasi, yaitu pengambilan keputusan serta
pengkooornidasian melalui konferensi yang dilakukan dalam usaha
mencari perbaikan kualitas pengajaran
c. Partisipasi secar langsung dalam pengembagan kurikulum, yaitu dalam
kegiatan merumuskan tujuan, membuat penuntun mengajar bagi guru,
memilih isi pengalaman belajar
d. Melaksanakan demonstrasi mengajar untuk guru-guru, serta
e. Melaksanakan penelitian

Tugas seorang supervisor, Harris (1975), membantu guru dalam dalam hal :

1. Tugas Pendahuluan
a. Mengembangkan kurikulum
b. Menyediakan fasilitas
2. Tugas Operasional
a. Mengorganisasikan pengajaran
b. Memberikan orientasi kepada guru
c. Mengusahakan layanan khusus murid dan layanan lain
d. Mengembangkan hubungan masyarakat
3. Tugas perkembangan
a. Mengatur pendidikan dalam jabatan
b. Melakukan evaluasi pengajaran

Goldhammer, Anderson dan Krajweski (1980), mengemukakan Sembilan


karakteristik supervise klinis :

a. Merupakan teknologidalam memperbaiki pengajaran


b. Merupakan intervensi secara sengaja ke dalam proses pengajaran
c. Berorientasi kepada tujuan, mengombinasikan tujuan sekolah dan
mengembangkan kebutuhan pribadi
d. Mengandung pengertian hubungan kerja antara guru dan supervisor
e. Memerlukan saling kepercayaan yang dicerminkan dalam pengertian,
dukungan dan komitment untuk berkembang
f. Suatu usaha yang sistematik, namun memerlukan keluwesan dan
perubahan metodologi yeng terus menerus
g. Menciptakan ketegangan yang kreatif untuk menjembatani
kesenjangan antara keadaan real dan ideal
h. Mengasumsikan bahwa supervisor mengetahui lebih banyak
dibandingkan dengan guru
i. Memerlukan latihan untuk supervisor
Sumber : Jurnal ke dua

Tujuan umum supervisi pendidikan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
tujuan umum pendidikan, yaitu kedewasaan (Poerwanto, 1981: 25). Suatu
proses supervisi diharuskan membantu guru agar dapat membantu anak
mencapai kedewasaan, yaitu membuat anak didik sanggup mengambil
keputusan sendiri dan bertanggung jawab sendiri (Ametembun, 1981: 25).

Menurut Franseth, (dalam Sahertian, 1982: 25) supervisi akan dapat


memberikan bantuan terhadap program pendidikan melalui bermacam-
macam cara sehingga kualitas kehidupan akan diperbaikioleh karenanya.
Ayer, Fred E, menganggap fungsi supervisi untuk memelihara program yang
ada sebaik-baiknya sehingga ada perbaikan.
Lebih tegas lagi pendapat Burton dan Leo J. Brucker (Sahertian, 1982: 25)
bahwa fungsi utama supervisi modern menilai dan memperbiki faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar. Kimball Wiles, pula mengatakan fungsi
dasar supervisi adalah memperbaiki situasi belajar mengajar anak.
Lebih lengkap dipaparkan berbagai fungsi supervisi yang dikemukakan
beberapa orang penulis, yaitu:
a) Menurut Rifai (1982: 49-54) fungsi supervisi itu terdiri atas 7 (tujuh)
fungsi, yaitu:
- Sebagai kepemimpinan.
- Sebagai inspeksi.
- Sebagai penelitian.
- Sebagai latihan dan bimbingan.
- Sebagai sumber dan pelayanan.
- Sebagai koordinasi.
- Sebagai evaluasi.
b) Menurut Ametembun (1981: 33-37) fungsi supervisi terdiri atas 4 (empat)
macam, yaitu
- Penelitian.
- Penilaian.
- Perbaikan.
- Peningkatan.
c) Menurut Sutisna (1983: 235-248) fungsi supervisi terdiri atas 4 (empat)
macam, yaitu
- Sebagai penggerak perubahan.
- Sebagai program pelayanan untuk memajukan pengajaran.
- Sebagai keterampilan dalam hubungan manusia
- Sebagai kepemimpinan kooperatif.
d) Menurut Pidarta (1986: 23) fungsi supervisi itu dapat dibagi (dibedakan)
menjadi dua bagian besar, yaitu
- Fungsi utama ialah membantu sekolah yang
sekaligus mewakili pemerintah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
yaitu membantu perkembangan individu para siswa;
- Fungsi tambahan ialah membantusuiswa dalam membina guru-guru agar
dapat bekerja dengan baik dan dalam mengadakan kontak dengan
masyarakat dalam rangka mernyesuaikan diridengan masyarakat serta
mempelopori kemajuan masyarakat.

Beberapa kenyataan dilapangan telah membuktikan, seperti yang


diungkapkan
Harahap (1983: 8) bahwa diantara keengganan guru untuk disupervisi
adalah
(1) guru melihat bahwa supervisor kurang mampu;
(2) kepribadian supervisor kurang menarik;
(3) sikap supervisor yang otoriter.
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Soetopo (1984: 62) bahwa banyak
kepala sekolah yang kurang siap untuk menjadi supervisor. Kurangnya
pengetahuan dan keterampilan supervisory dari kepala sekolah dan
pemimpinpemimpin pendidikan lainnya, yang akan menghambat
pelaksanaan supervisi pendidikan.

Menurut Harahap (1983: 7) guna supervisi pendidikan itu adalah:


a) Dapat menemukan kegiatan yang sudah sesuai dengan tujuan;
b) Dapat menemukan kegiatan yang belum sesuai dengan tujuan;
c) Dapat memberikan keterangan tentang apa yang perlu dibenahi terlebih
dahulu (yang diprioritaskan);
d) Dapat mengetahui petugas-petugas, seperti guru, kepala sekolah,
pegawai tata usaha, dan penjaga sekolah yang perlu di tatar;
e) Dapat mengetahui petugas yang perlu diganti;
f) Dapat mengettahui buku-buku yang tidak sesuai dengan tujuan
pengajaran;
g) Dapat mengetahui kelemahan kurikulum;
h) Dapat meningkatkan mutu proses belajar mengajar; dan
i) Dapat memertahankan sesuatu yang sudah baik.
Sumber : Jurnal ke 7

Menurut Dantes, Pengawas sekolah memiliki tugas pokok membina sekolah


baik dari sisi manajerial maupun akademik. Dalam melaksanakan tugas
tersebut mereka tentu harus memiliki pengetahuan, pengalaman, wawasan,
dan kinerja yang memadai.5 Berkaitan dengan hal di atas telah disebutkan
peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 12 Tahun 2007
tentang standar pengawas sekolah atau madrasah. Peraturan ini memuat
dua hal, yaitu kualifikasi calon pengawas, dan kompetensi yang harus
dimiliki oleh seorang pengawas sekolah atau madrasah. Lebih lanjut (Dantes
et al., 2013) menguraikan bahwa kegiatan supervisi yang selama ini
dilakukan ternyata belum membawa kemajuan yang signifikan pada
peningkatan mutu pendidikan. Hal ini disebabkan karena kesiapan supervisi
hanya menekankan pada aspek administrasi dan kelengkapan sarana
pendukung pembelajaran. Tinjuan yang tertumpu pada aspek administrasi
dilakukan berdasarkan asumsi bahwa dengan melihat kelengkapan
administrasi tersebut, terutama pada lesson plan dapat diketahui bagaimana
langkah-langkah dari pola pembelajaran yang didesain oleh seorang guru.
Asumsi semacam ini kelihatannya sangat menyesatkan karena banyak bukti
dilapangan bahwa guru hanya mengcopy paste lesson plan yang ada, baik
dari sesama guru ataupun dari sumber lain yang belum tentu sama
relevansinya dengan situasi dan kondisi yang mereka alami, supervisor atau
pengawas justru tidak paham sehingga menimbulkan jarak yang agak jauh
antara guru dan pengawas. Akhirnya mereka melaksanakan formalitas
dengan alat ukur yang didesain sedemikian rupa sehingga sasaran
peningkatan kualitas jauh dari harapan.
Sumber : jurnal ke 4

Menurut Kimball Wiles Dalam Arikunto (2006:11) Supervisi adalah bantuan


dalam pengembangan situasi belajar mengajar agar memperoleh kondisi
yang lebih baik. Sedangkan Sahertian (2000:17) mendefinisikan supervise
adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi, dan membimbing secara
kontinu pertumbuhan guru disekolah baik secara individual maupun secara
kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh
fungsi pengajaran.
Menurut Suharsimi Arikunto tujuan supervisi di bagi menjadi dua bagian
yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
Menurut Ngalim Purwanto (2009:120) secara garis besar cara atau teknik
supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu teknik perseorangan dan
teknik kelompok. Sumber : jurnal ke 5
Istilah supervisi pendidikan dapat dijelaskan baik menurut asal usul
(etimologi), bentuk perkataannya (morfologi), maupun isi yang terkandung
dalam perkataan itu ( semantik). Etimologi, istilah supervisi diambil dalam
perkataan bahasa Inggris Supervision artinya pengawasan di bidang
pendidikan. Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor.
Morfologis,supervisi dapat dijelaskan menurut bentuk perkataannya.
Supervisi terdiri dari dua kata.Super berarti atas, lebih. Visi berarti lihat,
tilik, awasi. Seorang supervisor memang mempunyai posisi diatas atau
mempunyai kedudukan yang lebih dari orang yang disupervisinya. Semantik,
pada hakekatnya isi yang terkandung dalam definisi yang rumusannya
tentang sesuatu tergantung dari orang yang mendefinisikan (Dadan Wahidin,
2009:1).

Anda mungkin juga menyukai