Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran
kemih, termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme.
Untuk menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri di
dalam urin. Suatu infeksi dapat dikaran jika terdapat 100.000 atau lebih
bakteri/ml urin. Namun, jika hanya terdapat 10.000 atay kurang bakteri/ml
urin, hal itu menunjukkan bahwa adanya kontaminasi bakteri.
Kasus lower UTI ini banyak menyerang pada perempuan dibandingkan
kasus pada laki-laki. Sering terjadi pada perempuan dimasa remaja dan
masa produktif. Wanita dewasa 30 kali lebih mungkin terkena ISK
dibandingkan laki-laki. Seiring bertambahnya usia, peningkatan lower UTI
juga menambah. Pada usia lebih dari 50 tahun hinggan usia 60 tahunan,
prevalensi antara wanita dan pria sama tingginya.
Faktor protektif yang melawan infeksi saluran kemih pada wanita adalah
bentukan selaput mukus yang dependen estrogen di kandung kemih. Mukus
ini mempunyai fungsi sebagai antimikroba. Pada menopause, kadar estrogen
menurun dan sistem perlindungan ini lenyap sehingga pada wanita yang
sudah mengalami menopause rentan terkena infeksi saluran kemih.
Proteksi terhadap infeksi saluran kemih pada wanita dan pria, terbentuk
oleh sifat alami urin yang asam dan berfungsi sebagai antibakteri. Infeksi
saluran kemih pada pria jarang terjadi, pada pria dengan usia yang sudah
lanjut, penyebab yang paling sering adalah prostitis atau hyperplasia prostat.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat lebih mengerti dan
memahami tentang infeksi saluran kemih (ISK) bawah atau yang disebut
dengan lower uretra traktus infection (UTI).
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui konsep dasar dari lower UTI (Urinary Tract Infection)
2. Mengetahui asuhan keperawatan secara umum yang ada dalam kasusu
lower UTI
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Urinary Tract Infection (UTI) atau dalam bahasa Indonesia sering
disebut Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu infeksi yang menyerang
daerah saluran kemih yang sering disebabkan oleh bakteri, namun tak jarang
juga disebabkan oleh jamur atau virus. Pada ISK bawah atau lower UTI berarti
infeksi saluran kemih yang menyerang bagian bawah, yaitu infeksi pada area
kandung kemih dan urethra. Lower UTI ini ada 3 macam, yaitu cystitis,
urethritis, dan prostatitis. Cyctitis adalah peradangan pada kandung kemih
(baldder) yang disertai bakteriuria. Urethritis ialah peradangan pada bagian
urethra. Sedangkan prostatitis yaitu inflamasi pada kelenjar prostat yang
dapat disebabkan oleh bakterial maupun non-bakterial. Pada prostatitis ini
ada yang akut dan kronik.

2.2. Epidemiologi
Kasus lower UTI ini banyak menyerang pada perempuan dibandingkan
kasus pada laki-laki. Sering terjadi pada perempuan dimasa remaja dan
masa produktif. Wanita dewasa 30 kali lebih mungkin terkena ISK
dibandingkan laki-laki. Seiring bertambahnya usia, peningkatan lower UTI
juga menambah. Pada usia lebih dari 50 tahun hinggan usia 60 tahunan,
prevalensi antara wanita dan pria sama tingginya.

2.3. Patofisiologi
Secara normal, urine adalah steril alias bebas kuman. Infeksi terjadi bila
bakteri atau kuman yang berasal dari saluran cerna jalan-jalan ke uretra atau
ujung saluran kencing untuk kemudian berkembang biak disana. Maka dari
itu kuman yang paling sering menyebabkan ISK adalah E.coli yang umum
terdapat dalam saluran pencernaan bagian bawah.
Pertama-tama bakteri akan menginap di uretra dan berkembang biak
disana. Akibatnya, uretra akan terinfeksi yang kemudian disebut dengan
nama Urethritis. Jika kemudian bakteri naik ke atas menuju saluran kemih
dan berkembang biak disana maka saluran kemih akan terinfeksi yang
kemudian disebut dengan istilah Cystitis. Jika infeksi ini tidak diobati maka
bakteri akan naik lagi ke atas menuju ginjal dan menginfeksi ginjal yang
dikenal dengan istilah Pyelonephritis (ISK atas).
Mikroorganisme seperti Klamidia dan mikoplasma juga dapat
menyebabkan ISK namun infeksi yang diakibatkan hanya terbatas pada
uretra dan system reproduksi. Tidak seperti E.coli, kedua kuman ini
menginfeksi orang melalui perantara hubungan seksual.
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius.
Masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih dapat melalui :
1. Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat
(ascending) yaitu :
Masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih, antara lain :
faktor anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih
pendek daripada laki-laki sehingga terjadinya ISK lebih tinggi,
faktor tekanan urine saat kencing, kontaminasi fekal, pemasangan
alat ke dalam traktus urinarius (pemasangan kateter), adanya
dekubitus yang terinfeksi.
Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal
dari flora normal usus (E.Coli). Dan hidup secara komersal di dalam
introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan di sekitar
anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra
prostate vas deferens testis (pada pria) buli-buli ureter, dan
sampai ke ginjal.
2. Hematogen
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal
yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehinggal mempermudah
penyebaran hematogen, yaitu adanya : bendungan total urine yang dapat
mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut.

3. Limfogen
Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi bakteri
pada ginjal, tubulus, dan jaringan interstisial dari salah satu atau kedua
ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal
meskipun ginjal 20% sampai 25% curah jantung ; bakteri jarang
mencapai ginjal melalui aliran darah ; kasus penyebaran secara
hematogen kurang dari 3%. Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat
infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi
melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua
ginjal. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan
biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau
refluks vesikoureter.
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran
balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks urtrovesikal),
kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suati infeksi yang menyebar naik
yang digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis gonoreal
disebabkan oleh Neisseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak
seksual. Uretritis non gonoreal : uretritis yang tidak berhubungan dengan
Neisseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh Klamidia frakomatik atau
urea plasma urelytikum.

2.4. Factor resiko

E. coli adalah penyebab dari 8085% infeksi saluran kemih, dan


Staphylococcus saprophyticus menjadi penyebab pada 510%. Meskipun
jarang, infeksi virus atau jamur dapat menyebabkan penyakit ini. Bakteri
penyebab lainnya meliputi: Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, Enterococcus
dan Enterobacter. Hal ini tidak umum ditemukan dan biasanya berkaitan
dengan abnormalitas saluran kemih atau pemasangan kateter urin. Infeksi
saluran kemih yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus biasanya terjadi
sekunder akibat infeksi yang ditularkan melalui darah.

1. Jenis kelamin
Sering terjadi pada wanita. Berhubungan dengan anatomi yang dimiliki
wanita, yaitu urethra yang lebih pendek dan lebih dekat dengan anus.
Karena tingkat estrogen perempuan menurun seiring menopause,
risikonya terkena infeksi saluran kemih meningkat karena hilangnya flora
vagina yang melindungi.
2. Pemasangan kateter
3. Lainnya
Faktor risiko lainnya meliputi diabetes, belum disunat, dan mengalami
prostat besar. Pada anak, ISK dikaitkan dengan refluks vesikoureteral
(pergerakan abnormal urin dari kandung kemih menuju ureter atau ginjal)
dan konstipasi.

2.5. Manifestasi klinis


1. Anyang-anyangan atau rasa ingin BAK lagi, tetapi meski sudah
mencoba untuk berkemih tetap tidak ada urin yang keluar
2. Sering kencing dan sakit saat kencing
3. Air kencing dapat berwarna putih, coklat atau kemerahan, dan baunya
menyengat
4. Kadang juga dapat warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang
kemerahan jika ada darah
5. Demam dan menggigil, berarti menandakan bahwa infeksi sudah
menjalar ke ginjal, kadang diikuti rasa mual atau muntah

2.6. Pemeriksaan diagnostic


Untuk mendiagnosa ISK ditentukan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan laboratorium. Dari anamnesis dibedakan menjadi 2
gejala, yaitu gejala ISK bawah dan ISK atas. Gejala akibat ISK bawah ialah
berupa frekuensi urinasi yang meningkat, disuria terminal, polakisuria, dan
nyeri suprapubik. Sedangkan gejala ISK atas berupa nyeri pinggang, demam,
menggigil, mual, muntah, dan hematuria.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemui tanda berupa fibris, nyeri tekan
suprapubis, nyeri ketok sudut kostovertebra.
Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium akan ditemukan
leukosistosis, leukosituria, kultur urin positif dengan bakteriuria lebih dari
100.000/cc urin.
Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
o Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting
adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
o Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB
sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan
patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
o Mikroskopis
o Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap
sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
o Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit
(tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif:
maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif
jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi
nitrit.
o Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) :
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal,
klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
o Tes- tes tambahan :
Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga
dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas
traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau
hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan
prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.

2.7. Penatalaksanaan medis


Pada kasus Urethritis
Penatalaksanaan terapi berdasarkan panduan The Center for Disease
Control and Prevention. Antibiotika yang direkomendasikan untuk N.
gonnorrheae
a Cefixime 400 mg oral

b Ceftriaxone 250 mg IM

c Ciprofloxacine 500 mg oral

d Ofloxacin 400 mg oral

Keempat antibiotika diatas diberikan dalam dosis tunggal.


Infeksi gonorrheae sering diikuti dengan infeksi chlamydia. Oleh karena itu
perlu ditambahkan antibiotika anti-chlamydial :

a Azithromycin, 1 gr oral (dosis tunggal)

b Doxycycline 100 mg oral 2 kali sehari selama 7 hari

c Erythromycine 500 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari

d Ofloxacin 200 mg oral 2 kali sehati slama 7 hari

Seperti pada penyakit menular seksual lainnya, penatalaksanaan terhadap


pasangan seksual perlu diberikan.

Pasien dengan infeksi klamidia harus dimonitor selama 2 minggu.


Pemberian informasi kepada pasangan, pencegahan hubungan seksual
sementara serta penyelesaian terapi dengan benar harus dicek. Dalam hal ini
pasangan maupun semua orang yang memiliki kontak seksual langsung
dengan penderita harus diidentifikasi dan diberikan saran untuk mendapatkan
terapi serupa.

Pengobatan untuk infeksi mycoplasma genital, sama dengan pengobatan


pada chlamydia. Fluorokuinolon dapat digunakan sebagai terapi alternatif
untuk M. Hominis dan Ureaplasma sp. pada kondisi resistensi terhadap
antibiotik lain.

Pada kasus Cystitis


Penggunaan medikasi yang umum mencakup sulfisoxazole (Gantrisin),
trimethoprim/ sulfamethoxazole (TMP/SMZ, Bactrim, Septra) dan nitrofurantoin
(Macrodantin). Kadang-kadang, medikasi seperti ampisilin atau amoxilin
digunakan, tetapi Escherichia coli telah resisten terhadap agen ini. Pyridium,
suatu analgesic urinarius, juga dapat diresepkan untuk mengurangi
ketidaknyamanan akibat infeksi.

Pada kasus Prostatitis


Prostatitis Bakterial Akut ( Kategori I )

Dipilih antibiotika yang sensitif terhadap kuman penyebab infeksi dan


kalau perlu pasien harus menjalani perawatan di rumah sakit guna
pemberian obat secara parenteral. Antibiotika yang dipilih adalah dari
golongan fluroquinolone, trimetoprim-sulfametoksazol dan golongan
aminoglikosida. Setelah keadaan membaik antibiotika per oral diteruskan
hingga 30 hari.

Jika terjadi gangguan miksi sehingga menimbulkan retensi urin


sebaiknya dilakukan pemansangan kateter suprapubik karena dalam
tindakan ini pemasangan kateter transuretra kadang-kadang sulit dan
menimbulkan rasa nyeri.

Prostatitis Bakterial Kronis ( Kategori II )

Pada prostatitis bakterial akut, hampir semua antibiotik dapat menembus


barier plasma-epitelium dan masuk ke dalam sel-sel kelenjar prostat,
tetapi pada infeksi kronis tidak banyak jenis antibiotik yang dapat
menembus barier itu. Jenis antimikroba yang dapat menembus adalah
trimetoprin-sulfametoksasol, doksisiklin, minosiklin, karbenisilin,
fluroquinolone. Antimikroba diberikan dalam jangka lama hingga
pemeriksaan kultur ulangan tidak menunjukkan adanya kuman.

Prostatitis non Bakteral ( Kategori III )

Subkategori IIIA

Beberapa penulis menduga bahwa inflamasi ini disebabkan karena


infeksi dari Ureaplasma urealitikum/Chlamidia trachomatis sehingga
mereka memberikan antibiotika yang sensitif terhadap kuman itu,
antara lain minosiklin, doksisiklin atau eritromisin selama 2-4 minggu.

Subkategori IIIB

Pemberian obat-obatan simtomatik berupa obat penghantar adrenergik


alfa dapat mengurangi keluhan miksi.

Prostatitis inflamasi asimtomatik ( Kategori IV )

Sebagian besar prostatitis yang tanpa menunjukkan gejala seperti pada


kategori ini tidak memerlukan terapi, tetapi didapatkannya selsel inflamasi
pada analisis semen seorang pria yang mandul perlu mendapatkan terapi
antibiotika.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS LOWER URINARY TRACT
INFECTION (UTI)

1. Diagnosa : Hipertermi berhubungan dengan adanya infeksi yang


dimanifestasikan oleh adanya peningkatan suhu, tachicardi, menggigil dan
malaise.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pasien
menunjukkan :
NOC : Thermoregulation
NO Indikator 1 2 3 4 5
1 Peningkatan temperatur
kulit
2 RR
3 Nadi
4 hipertermia

NIC : Vital Sign Monitoring


1. Monitor suhu sesering mungkin
2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
4. Monitor untuk melaporkan tanda dan gejala hipertemia

NIC : Infection Control


1. Berikan anti piretik

2. Kelola Antibiotik

3. Ajarkan bagaimana unutk menghindari infeksi

2. Diagnosa : Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada jaringan mukosa


saluran perkemihan yang dimanifestasikan oleh adanya nyeri pada saat
berkemih, nyeri pinggang, nyeri supra pubik, low back pain dan spasme
kandung kemih.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien
menunjukkan :
NOC : Pain Level
NO Indikator 1 2 3 4 5
1 Laporan nyeri
2 Lamanya nyeri
3 Ekspresi wajah saat
nyeri

NOC : Pain Control


NO Indikator 1 2 3 4 5
1 Mengenali onset nyeri
2 Menggunakan
analgesis=k yang
direkomendasikan
3 Melaporkan perubahan
gejala nyeripada tankes

NIC : Pain Management

1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi,


distraksi, kompres hangat/ dingin.

NIC : Analgesic Administration

1. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri


2. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
3. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
pertama kali

3. Diagnosa : Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan adanya infeksi


saluran kemih yang dimanifestasikan oleh adanya nocturia, inkontinensia dan
hematuri.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam pasien
menunjukkan :
NOC : Urinary Elimination
No INDIKATOR 1 2 3 4 5
1. Pola eliminasi

2. Urinary clarity
3. Urinary color

4. Pain with urination

5. Nocturia

6. Urinary
incontinence

NIC: Urinary Elimination Management

1 Identifikasi faktor penyebab inkontinensia (output urin, pola


berkemih, dll)
2 Monitor eliminasi urin (warna, bau, frekuensi, volume)
3 Monitor tanda dan gejala retensi urin
4 Menjelaskan ke pasien tanda dan gejala dari UTI
5 Catat waktu terakhir kali eliminasi urin
6 Instruksikan pasien untuk memonitor tanda dan gejala dari UTI

BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan
Infeksi saluran kemih bawah adalah salah satu penyakit pada
sistem urin yang tidak jarang terjadi pada masyarakat. Wanita memang
lebih cenderung terkena lower UTI karena beberapa faktor resiko, tetapi
pada saat usia mencapai lebih dari 50 tahun, prevalensi antara wanita
dan pria sama untuk terkena lower UTI ialah sama. Lower UTI sering
disebabkan oleh mikroorganisme E. Colli. Manifestasi klinis yang muncul
pada lower UTI ini juga bervariasi, yaitu mulai keinginan berkemih yang
sering tetapi jumlah urin yang keluar sedikit, dan menimbulkan rasa sakit
atau nyeri. Hingga terjadi demam akibat terjadinya infeksi. Untuk
pemeriksaan diagnostik dapat dilakukan mulai urinalisis hingga kultur urin
yang bertujuan untuk mengidentifikasi organisme spesifik.

3.2Saran
Penulis sangatlah sadar akan kekurangan dari pengerjaan tugas ini. Maka
dari itu penulis berharap kepada teman (mahasiswa) dan dosen
pembimbing untuk memberikan kritik dan saran yang membangun, untuk
menjadikan tugas ini lebih baik lagi.

REFERENSI

Doengoes, Marylynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :


EGC
Purnomo BB. Dasar-dasar Urologi ed. 2. Jakarta : Penerbit. CV sagung
Seto ; 2003 : p197-9.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku ajar keperawatan medical bedah
Brunner & Suddart. Jakarta : EGC.
PATOFIOLOGI

Infeksi ditandai dengan


adanya peningkatan suhu
(demam), RR meningkat, dll
TUGAS MANDIRI URINARY SYSTEM
LOWER URINARY TRACT INFECTION

Disusun Oleh:

FITRIA MARINA SANDY


135070218113021
REGULER 1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

Anda mungkin juga menyukai