Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PRAKTIKUM

OPERASI TEKNIK KIMIA I

BILANGAN REYNOLD
Disusun Oleh :

Nama : Bilqis Latifah

NIM : 011400373

Prodi : Teknokimia Nuklir

Semester : III

Kelompok : A5

Teman Kerja : Arbi Widiyantoro

Dosen Pembimbing : Deni Swantomo

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA

2015
BILANGAN REYNOLD

ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA DAN PENCAMPURAN

I. TUJUAN
1.1 Aliran Fluida dalam Pipa
1.1.1 Menentukan nilai bilangan Reynold (NRe) aliran fluida di dalam
pipa dan menghitung besarnya faktor friksi (f) pada aliran laminer,
transisi dan turbulen.
1.1.2 Membuat grafik hubungan antara NRe dengan f dan
memperkirakan NRe kritis hasil percobaan
1.1.3 Membandingkan nilai NRe kritis hasil percobaan dengan NRe
kritis teori
1.2 Pencampuran (Mixing)
1.2.1 Menggambarkan pola aliran yang dibentuk oleh pengaduk
dalam tangki
1.2.2 Menggambarkan pola aliran dalam berbagai keepatan putaran
pengaduk
1.2.3 Mencampur dua cairan yang saling melarut

II. DASAR TEORI


2.1 Airan Fluida dalam Pipa
Fluida adalah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk
(distorsi) secara permanen. Bila kita mencoba merubah bentuk massa duatu
fluida, maka di dalam fluida itu akan terbentuk lapisan-lapisan di mana lapisan
yang satu meluncur di aats yang lain hingga mencapai bentuk baru. Selama
perubahan bentuk ini, terdapat tegangan geser (shearstress) yang besarnya
bergantung pada viskositas fluida dan laju luncur. Tetapi, bila fluida itu sudah
mendapat bentukakhirnyam semua tegangan geser itu hilang. Fluida yang di
dalam kesetimbangan itu bebas dari tegangan geser.
(http://4shared.com/get/374ORJQZ/percobaan_5_osborne_reynold.html)

Aliran fluida dalam pipa, berdasarkan besarnya bilangan reynold


dibedakan atas aliran laminer, turbulen, dan transisi. Aliran laminer adalah
aliran yang bergerak dalam lapisan-lapisan atau lamina-lamina, tukar-menukar
momentum secara molekuler saja. Dalam hal ini, jika nilai Re kecil, aliran
akan meluncur di atas lapisan lain. Peninjauan dengan pesawat pezometer

Bilqis Latifah (011400373) 1


yang dipasangkan pada sebuah pipa dengan aliran zat cair yang laminer adalah
beraturan untuk tinggi kenaikan yang tetap stationer.
Aliran turbulen mempunyai gerakan partikel-partikel fluida yang
sangat tidak menentu atau aliran-alirannya tidak terdapat garis edar tertentu
yang dapat dilihat, dengan saling tukar menukar momentum dalam arah
melintang.
Laminer NRE < 2100 Laminer NRE > 4000
Pada pipa :
- Aliran laminer terjadi jika Re < 2100
- Aliran turbulen terjadi jika Re > 4000
Kondisi 2100 < Re < 4000 aliran ini diklasifikasikan sebagai aliran transisi,
saluran tertutup bilangan Reynolds dinyatakan sebagai berikut :

Pada saluran terbuka :


- Aliran laminer terjadi jika Re < 500
- Aliran turbulen terjadi jika Re < 1000
Untuk kondisi 500 < Re < 1000 aliran ini diklasifikasikan sebagai aliran
transisi. Di mana : Dengan R = jari-jari hidrolis (m).
Guna menentukan makna kelompok tanpa dimensi, Reynold
melakukan eksperimennya mengenai aliran air melalui lubang kaca. Sebuah
tabung kaca dipasang horisontal dengan satu ujungnya di dalam tangki dan
sebuah katup pada ujung lainnya. Pada ujung hulu terpasang lubang masuk
corong lonceng yang licin, dengan cat warna yang diatur demikian sehinga
arus zat waktu yang halus dapat disemprotkan di titik setiap di depan corong
lonceng tersebut. Sebagai kecepatan karakteristik, Reynold memakai
kecepatan rata-rata V dan sebagai panjang karakteristik garis tengah tabung
(D) sehingga untuk debit yang kecil harus zat warna bergerak melalui tabung
membentuk lamina-lamina (benang-benang) yang menunjukkan bahwa aliran
tersebut merupakan aliran laminer. Dengan meningkatnya laju aliran tersebut
maka bilangan reynold akan bertambah besar karena parameter V berbanding
lurus dengan laju aliran sedangkan parameter D adalah konstan. Zat warna
pada kondisi tersebut akan bercampur dengan air. Aliran telah berubah
menjadi aliran turbulen dengan pertukaran momentumnya yang besar yang
telah sepenuhnya menggangu gerakan teratur aliran laminer.

(http://acm-blokmasis.blogspot.com/2012/04/laporan-mekanika-fluida-acara-
2.html)

Bilqis Latifah (011400373) 2


Jenis- jenis aliran fluida :
1. Aliran laminer
Adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikel-
partikel fluidanya sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran
laminer, partikel-partikel fluida seolah-olah bergerak sepanjang lintasan-
lintasan yang halus dan lancar, dengan satu lapisan meluncur secara mulus
pada lapisan yang bersebelahan. Sifat kekentalan zat cair berperan penting
dalam pembentukan aliran laminer. Aliran laminer bersifat steady
maksudnya alirannya tetap. Tetap menunjukkan bahwa di seluruh aliran
air, debit alirannya tetap atau kecepatan aliran tidak berubah menurut
waktu. Aliran fluida pada pipa, diawali dengan aliran laminer kemudian
pada fase berikutnya aliran berubah menjadi aliran turbulen. Fase antata
laminer menjadi turbulen disebut aliran transisi. Aliran laminer mengikuti
hukum Newton tentang viskositas yang menghubungkan tegangan geser
dengan laju perubahan bentuk sudut. Tetapi pada viskositas yang rendah
dan kecepatan yang tinggi aliran laminer tidak stabil dan berubah menjadi
aliran turbulen. Bisa diambil kesimpulan mengenai ciri-ciri aliran laminer
yaitu : fluda bergerak mengikuti garis lurus, kecepatan fluidanya rendah,
viskositasnya tinggi da lintasan gerak fluida teratur antara satu dengan
yang lain.

2. Aliran Turbulen
Kecepatan aliran yang relatif besar akan menghasilkan aliran yang
tidak laminer melainkan kompleks, lintasan gerak partikel saling tidak
teratur antara satu dengan yang lain. Sehingga didapatkan ciri dari aliran
turbulen : tidak adanya keteraturan dalam lintasan fluidanya, aliran banyak
bercampur, kecepatan fluida tinggi, panjang skala aliran besar, dan
viskositasnya rendah. Karakteristikaliran turbulen ditunjukkan oleh
terbentuknya pusaran-pusaran dalam aliran, yang menghasilkan
pencampuran terus menerus antara partikel-partikel cairan di seluruh
penampang aliran.

3. Aliran Transisi
Merupakan aliran peralihan dari aliran laminer ke aliran turbulen.
Aliran berdasarkan bisa tidaknya dicompres :

Bilqis Latifah (011400373) 3


Compressible flow, di mana aliran ini merupakan aliran yang mampu
mampat
Incompressible flow, aliran ini merupakan aliran yang tidak mampu
mampat
Empat faktor penting dalam pengukuran aliran fluida dalam pipa adalah:
o Kecepatan fluida
o Friksi/gesekan fluida dengan pipa
o Viskositas/hambat alir fluida
o Densitas/kerapatan fluida

Gambar 1. Aliran Fluida dalam Pipa

(http://aya-snura.blogspot.com/2012/01/aliran-fluida-dalam-pipa.html)

Reynolds juga mempelajari kondisi di mana satu jenis aliran berubah


menajdi jenis lain, yaitu aliran transisi, di mana aliran zat warna menunjukkan
suatu gejolak singkat dari pencampuran kemudian diikuti aliran yang lebih
bersifat laminer. Pada aliran transisi, kecepatan kritis di mana aliran laminer
berubah menjadi aliran turbulen, bergantung pada empat buah besaran;
diameter tabung, serat viskositas, densitas, dan kecepatan linier rata-rata zat
cair. Lebih jauh ia menemukan bahwa keeempat faktor itu dapat digabungkan
menjadi suatu gugus dan bahwa perubahan macam aliran berlangsung pada
suatu nlai tertentu gugus itu, pengelompokan variabel menrut penemuannya
itu ialah :

Dv Dv
N Re
v
(1)
Di mana,
D = diameter tabung
v
= kecepatan rata-rata zat cair

Bilqis Latifah (011400373) 4



= viskositas zat cair

= densitas zat cair
V = viskositas kinematik zat cair (lihat tabel)

Gugus variabel tanpa dimensi itu yang didefinisikan oleh persamaan


(1) dinamakan Reynolds Number. Besarnya tidak bergantung pada satuan yang
digunakan, asal saja satuan-satuan itu konsisten. Pengamatan-pengamatan
selanjutnya menunjukkan bahwa transisi dari alian laminer menjadi aliran
turbulen dapat berlangsung pada suatu kisaran Reynolds Number yang cukup
luas. Aliran laminer selalu ditemukan pada Reynolds Number dibawah 2100
tetapi bisa terdapat pada Reynolds Number sampai beberapa ribu, yaitu dalam
kondisi khusus di mana lubang-lubang tabung sangat baik kebundarannya dan
zat cair di dalam tangki sangat tenang. Pada kondisi aliran biasa, aliran
turbulen pada Reynolds Number di atas 4000, antara 2100 dan 4000 itulah
yang disebut transisi, di mana jenis aliran itu mungkin lainer dan mungkin
turbulen, bergantung pada kondisi lubang masuk tabung dan jaraknya dari
lubang itu.
Pada percobaan ini tipe aliran di dalam pipa diperkirakan dengan
melihat bentuk aliran secara pengamatan dengan mata, yaitu dengan cara
mengamati aliran zat warna (KMnO4) yang dialirkan ke dalam air yang
mengalir di dalam pipa gelas.

Menurut persamaan kontinuitas


P v 2
z W F
g g
(2)
v
Karena tidak ada perbedaan panjang pipa yang diamati, maka = 0,

Z
selisih antara kedua titik yang diamati juga tidak ada, maka =0, W=0
karena tidak ada kerja. Oleh karena itu persamaan 2 dapat ditulis sebagai
berikut:

Bilqis Latifah (011400373) 5


P
F
g
(3)
Karena
f L v2
F
2g D
(4)
Disubstitusikan persamaan 3 dan 4 maka akan menghasilkan persamaan :
2g Dh
f
Lv2
(5)
Data D, h, L, diperoleh dari pengukuran, sedangkan g merupakan
tetapan yaitu 9,807 m/s2. Kecepatan linier v dihitung berdasarkan dari jumlah
air yang ditampung tiap detik (Q=mL/S)
Q 4Q
v
A D2
(6)
(Brown, 1978)
2.2 Pencampuran (Mixing)
Pengadukan adalah operasi yang menciptakan terjadinya gerakan dari
bahan yang diaduk seperti molekul-molekul, zat-zat yang bergerak atau
komponennya menyebar (terdispersi). Pencampuran adalah operasi yang
menyebabkan tersebarnya seara acak suatu bahan ke bahan yang lain di mana
bahan-bahan tersebut terpisah dalam dua fasa atau lebih. Pemilihan pengaduk
yang tepat menjadi salah satu faktor penting dalam menghasilkan proses dan
pencampuran yan efektif. Pengaduk jenis baling-baling (propeller) dengan
aliran aksial dan pengaduk jenis turbi denga aliran radial menjadi pilihan yang
lazim dalam pengadukan dan pencampuran.

2.2.1 Bejana
Syarat tertentu bejana :
1. Biasanya bagian bawahnya (bottomend) berbentuk melengkung
(bulat/lonjong) untuk mencegah penumpukan di sudut bejana
(staghnasi), sehingga pengadukan terjadi dengan sempurna.
2. Diameter bejana hampir sama dengan tinggi permukaan fluida.
(h=d)

Bilqis Latifah (011400373) 6


3. Harus mempunyai ruang kososng yang tidak dipenuhi oleh
fluida, hal ini untuk mengatasi pergolakan fluida akibat adukan,
khususnya untuk fluida yang cenderung fuming (berbusa) bila
diaduk. h=2/3 h atau h=3/4 ht
4. Bahan bejana terbuat dari bahan inert dan cukup kuat.

Gambar 3. Bejana

2.2.2 Jenis jenis pengaduk


Secara umum terdapat tiga jenis pengaduk yang biasa digunakan
secara umum, yaitu pengaduk baling-baling, pengaduk turbin, dan
pengaduk dayung.
2.2.1 Pengaduk jenis baling-baling (propeller)
Ada beberapa jenis pengaduk yang biasa digunakan. Salah
satunya adalah baling-naling berdaun tiga.
Baling-baling ini digunakan pada kecepatan berkisar antara 400
hingga 1750 rpm (revolutions per minutes) dan digunakan
untuk cairan dengan viskositas rendah.

Gambar 4. Jenis Pengaduk Baling-Baling


2.2.2 Pengaduk Dayung (Paddle)
Berbagai jenis pengaduk dayung biasanya digunakan pada
kecepatan rendah diantaranya 20 hingga 200 rpm. Dayung
datar berdaun dua atau empat biasa digunakan dalam sebuah
proses pengadukan. Panjang total dari pengadukan dayung
biasanya 60-80% dari diameter tangki dan lebar dari daunnya
1/6 -1/10 dari panjangnya.

Bilqis Latifah (011400373) 7


Gambar 5. Pengaduk
Paddle

Pengaduk dayung menjadi tidak efektif untuk suspensi


padatan, karena aliran radial bisa terbentuk namun aliran aksial
dan vertikal menjadi kecil. Sebuah dayung jangkar atau pagar
yang terlihat pada gambar 6 biasa digunakan dalam
pengadukan. Jenis ini menyapu dan mengeruk dinding tangki
dan kadang-kadang bagian bawah tangki. Jenis ini digunakan
pada cairan kental di mana endapan pada dinding dapat
terbentuk dan juga digunakan untuk meningkatkan transfer
panas dari dan ke dinding tangki. Bagaimanapun jenis ini
adalah pencampuran yang buruk. Pengaduk dayung sering
digunakan untuk proses pembuatan pasn kanji, cat, bahan
perekat, dan kosmetik.

2.2.3 Pengaduk Turbin


Pengaduk turbin adalah pengduk dayung yang memiliki banyak
daun pengaduk dan berukuran lebih pendek, digunakan pada
kecepatan tinggi untuk cairan dengan rentang kekentalan yang
sangat luas. Diameter dari sebuah turbin biasanya antara 30-
50% dari diameter tangki. Turbin biasanya memiliki empat atau
enam daun pengaduk. Turbin dengan daun yang datar
memberikan aliran yang radial. Jenis ini juga berguna untuk
dispersi gas yang baik, gas akan dialirkan dari bagian bawah
pengadukan dan akanmenuju ke bagian bawah daun pengaduk
lalu terpotong-potong menjadi gelembung gas.

Gambar 6. Jenis Pengaduk Turbin

Bilqis Latifah (011400373) 8


Pada turbin dengan daun yang dibuat miring sebesar 45 0,
seperti yang terlihat pada gambar 8, beberapa aksial akan
terbentuk sehingga sebuahkombinasi dari aliran aksial dan
radial akan terbentuk, jenis ini berguan dalam suspensi padatan
karena aliran langsung ke bawah dan akan menyapu padatan ke
atas. Terkadang sebuah turbin dengan hanya empat daun miring
digunakan dalam suspensi padat. Pengaduk dengan aliran aksial
mengahasilkan pergerakan fluida yang lebih besar dan
pencampuran per satuan daya dan sangat berguna dalam
suspensi padatan.

2.2.3 Kebutuhan Daya Pengaduk


Bilangan Reynold merupakan bilangan tak berdimensi yang
menyatakan perbandingan antara gaya inersia dan gaya viskos yang
terjadi pada fluida. Sistem pengadukan yang terjadi bisa diketahui
bilangan Reynold-nya dengan menggunakan persamaan 3.
D ( ND) D 2 N
Re

Di mana :
Re = bilangan Reynold

= densitas fluida

= viskositas fluida

Dalam sistem pengadukan terdapat 3 jenis bentuk aliran


yaitulaminer, transisi, dan turbulen. Bentuk aliran laminer terjadi pada
bilangan reynold hingga 10, sedangkan transisi terjadi pada bilangan
Reynold 10 hingga 104 dan turbulen berada diantara keduanya.
2.2.4 Laju dan Waktu Penccampuran
Waktu pencampuran (mixing time) adalah waktu yang
dibutuhkan sehingga diperoleh keadaan yang homogen untuk
menghasilkan campuran atau produk denga kualitas yang telah
ditentukan. Sedangkan laju pencampuran (rate of mixing) adalah laju
di mana proses pencampuran berlangsung hinngga mencapai kondisi
akhir.
Pada operasi pencampuran dalam tangki berpengaduk, waktu
pencmapuran ini dipengaruhi oleh beberapa hal :
1. Yang berkaitan dengan alat, seperti :

Bilqis Latifah (011400373) 9



Ada tidaknya buffle atau cruciform vaffle

Bentuk atau jenis pengaduk (turbin, propele, padle)

Ukuran pengaduk (diameter, tinggi)

Laju putaran pengaduk

Kedudukan pengaduk pada tangki, seperti :
a) Jarak pengaduk terhadap dasar tangki
b) Pola pemasangan :
o Center, vertikal
o Off center, vertikal
o Miring (inclined) dari atas
o Horisontal
Jumlah daun pengaduk
Jumlah pengaduk yang terpasang pada poros pengaduk
2. Yang berhubungan dengan cairan yang diaduk :
Perbandingan kerapatan atau densitas cairan yang
diaduk
Perbandingan viskositas cairan yang diaduk
Jumlah kedua cairan yang diaduk
Jenis cairan yang diaduk (miscible, immiscible)

Faktor-faktor tersebut dapat dijadikan variabel yang dapat


dimanipulasi untuk mengamati pengaruh setiap faktor terhadap
karakteristik pengadukan, terutama terhadap waktu pencampuran.
Waktu pencampuran secara umum diberikan oleh Norwood dan
Metzner adalah:


2 1 1 1
2
t T nDa
2 3
g6 Da Dt 2 g 6
ft 1
ntT 2
D t H n Da
H Dt
2

(1)
Untuk pengaduk propeler,


2 1 3 1 1
t T nDa
2 3
g 6 Da 2
Dt 2 g 6
ft 1
nt T H 2
H 2 Dt D t n Da
(2)
Di mana:
Da = Diameter pengaduk (m) Dt = Diameter tangki (m)
H = Tinggi tangki (m) ntT = Mixing time factor
g = Percepatan gravitasi (m/dt2) n = kecepatan putar (rpm)
ft = Blending time factor

Bilqis Latifah (011400373) 10


Mixing time factor dapat diperkirakan dari gambar grafik di bawah

Gambar 7. Grafik Hubungan mixing time factor dengan Bilangan


Reynold

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Aliran Fluida dalam Pipa
3.1.1 Alat yang dibutuhkan

Bilqis Latifah (011400373) 11


Rangkaian alat percobaan
Stopwatch
Mistar
Gelas ukur 100 mL
Jangka sorong
Suntikan
Gelas beker 100 mL
3.1.2 Bahan yang dibutuhkan
Air kran
Larutan KMnO4

3.2 Pencampuran (Mixing)


3.2.1 Alat yang dibutuhkan
Gelas beker
Rangkaian alat pencampur
3.2.2 Bahan yang dibutuhkan
Larutan KMnO4
Air suling
Stopwatch

IV. LANGKAH KERJA


4.1. Aliran Fluida dalam Pipa
4.1.1 Bak/tangki diisi air kran
4.1.2 Larutan KMnO4 dimasukkan ke dalam suntikan
4.1.3 Air kran dialirkan hingga air di dalam pipa terisi penuh
4.1.4 Larutan KMnO4 dimasukkan ke dalam aliran pipa
4.1.5 Kran pengatur dibuka perlahan agar air mengalir dan keadaan aliran di
dalam pipa diamati
4.1.6 Beda tinggi permukaan air pada manometer dicatat
4.1.7 Waktu alir dicatat sampai debit aliran air 50 mL
4.1.8 Langkah 4.1.3 sampai 4.1.7 diulangi pada debit yang berbeda
(merubah keran) namun aliran yang terbentuk masih laminer sebanyak 3 kali
percobaan dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali untuk setiap jenis aliran
4.1.9 Densitas, viskositas, panjang pipa, dan diameter pipa diukur dan
dihitung
4.1.10 Dilakukan analisis data

4.2. Pencampuran (Mixing)


4.2.1. Buffet besi dipasangkan pada mixer dan gelas beker diisi dengan air
4.2.2. Kecepatan pengaduk diatur pada kecepatan paling rendah
4.2.3. Larutan KMnO4 diteteskan sebanyak 2 tetes ke dalam gelas beker
kemudian mixer dihidupkan
4.2.4. Pada saat larutan KMnO4 diteteskan sampai larutan campuran menjadi
homogen waktu dan banyaknya putaran pada blade dicatat
4.2.5. Langkah 4.2.2 sampai 4.2.4diulangi sebanyak 2 kali dan dilakukan 3
kali pengulangan dengan kecepatan yang berbeda

Bilqis Latifah (011400373) 12


4.2.6. Langkah 4.2.1 sampai 5.2.5 diulangi dengan mengganti blade besi
dengan blade kaca

V. DATA PENGAMATAN
1. Viskositas
T aquades = 30C
aquades pada suhu 30C = 0,7834cP

t air kran =7,42 s


t2 air kran = 7,34 s
t3 air kran = 7,40 s
t rata-rata air kran = 7,39 s

2. Densitas
m piknometer kosong = 12,4811 g
m pikno+aquades = 22,5009 g
m pikno = 22,5168 g
densitas aqd pada suhu 30C = 995,68kg/m3

3. Diamaeter pengaduk kaca = 1 cm


Diameter pengaduk besi = 4,5cm
Diamater pipa kaca = 1,525cm
Diamater pipa keluar = 1,025cm

4. Menggunakan BUFFLE

KACA
Homogen
Jumlah Waktu Untuk
N Pada
Putaran 10 Putaran (S)
o Waktu (S)
Jenis Aliran = Cepat
1 10 7,08 72,74
2 10 6,75 75,15
3 10 7,11 79,26
Jenis Aliran = Sedang
1 10 8,93 91,37
2 10 8,97 91,02
3 10 8,73 91,32
Jenis Aliran = Lambat
1 10 16,09 100,49
2 10 16,1 109,54
3 10 16,05 108,33

Bilqis Latifah (011400373) 13


BESI
Jenis Aliran = Cepat
Homogen
N Jumlah Waktu Untuk
Pada
o Putaran 10 Putaran (S)
Waktu (S)
1 10 7,00 4,43
2 10 7,10 4,48
3 10 7,05 3,55
Jenis Aliran = Sedang
1 10 10,61 9,64
2 10 10,51 9,30
3 10 10,51 9,42
Jenis Aliran = Lambat
1 10 16,32 24,52
2 10 16,34 24,82
3 10 16,33 24,73

5. Menggunakan ALIRAN

Volume
H2 Waktu
No Jenis aliran H1 (cm) air
(cm) (s)
(mL)
1 Lambat 6,5 5,5 100 13,4
6,5 5,4
6,4 5,3
2 Sedang 16 14,9 100 7,58
15,9 14,8
15,8 14,9
3 Cepat 28,4 27,1 100 4,49
28,4 27,2
28,2 27

VI. PERHITUNGAN
6.1 Aliran Fluida dalam Pipa
6.1.1 Menghitung Densitas Air

Dari tabel didapatkan densitas air pada suhu 30 0C adalah
sebesar 0,99571 g/ml
g 1 mL 30,48 1lbm
3
0,99571
mL 1 cm 3 1 ft 3 454 g
Konversi

62,1043 lbm / ft 3

Bilqis Latifah (011400373) 14


6.1.2 Menghitung Viskositas Air
Viskositas air suhu 300C atau 303 K adalah 0,000789 Pa.s
1Pa.s = 1000 cps
1000cp
0,000798Pa.s 0,798 cps
1Pa.s
sehingga

6,72.10 4 lbm/fts
Konversi 0,798 cp
1cp
0,000536lb m/ftdetik

6.1.3 Menentukan Kecepatan Linier Aliran Larutan


3

1ft 1 cm 3
Volume larutan 100 mL
30,48 cm 1 mL
0,00353 ft 3

Waktu = 13,4 detik

V
Debit (Q)
t
0,00353 ft 3

13,4 detik
0,000263 ft 3 /s

1 ft
Diameter dalam pipa 1,525 cm
30,48 cm
0,0500 ft

1
Luas alas pipa ( A) D 2
4
1
(3,14)(0,0500 ft 2 )
4
0,001966 ft 2

Q
Kecepa tan Alir (v)
A
0,000263 ft 3 / s

0,001966 ft 2
0,1337 ft s

Bilqis Latifah (011400373) 15


6.1.4 Menghitung Bilangan Reynold
vD
Bilangan Re ynold ( N Re )

62,1043 lbm / ft 3 0,1337 ft / s 0,0500 ft

0,000536 lbm / ft det
776,761
De
ngan cara perhitungan yang sama, maka nilai N Re untuk setiap
percobaan lainnya dapat dihitung dan hasilnya adalah sebagai berikut

t v D A
Jenis
NRe
(s) (lbm/ft3) (ft/det) (ft) ft2 (lbm/ft.s) aliran

13,4 62,1043 0,13399 0,050033 0,00196 0,000536 776,761 Lamine


r
7,58 62,1043 0,23687 0,050033 0,00196 0,000536 1373,16 Lamine
r
4,49 62,1043 0,399884 0,050033 0,00196 0,000536 2318,17 Transisi

6.1.5 Menghitung Faktor Friksi (f) Aliran


g 32,174 ft / s 2

D 0,050033 ft


1 ft
L 162,3 cm
30, 48 cm
5,324803 ft

1 ft
h 1 cm
30,48 cm
0,032808 ft

v = 0,13399 ft/s
2.g.D.h
f
L.v 2
2 (32,174 ft / s 2 )(0,050033 ft )(0,032808 ft )

(5,324803 ft )(0,178978 ft / s ) 2
0,672906

Dengan cara perhitungan yang sama didapatkan nilai faktor friksi


untuk setiap percobaan adalah sebagai berikut

Bilqis Latifah (011400373) 16


Friksi
Jenis Kecepatan (h1-h2) Faktor
(rata- NRe
Aliran (ft/s) Ft friksi
rata)
0,03280 1,3595
Laminer 0,13399113 0,03608 1,4954 1,4501 776,761
0,03608 1,4954
0,03608 0,4785
0,2368708 1373,16
Transisi 0,03608 0,4785 0,4495
6 7
0,02952 0,3915
0,04265 0,1984
0,3998844 2318,17
Turbulen 0,03937 0,1831 0,1882
4 5
0,03937 0,1831

Grafik1. Hubungan antara faktor friksi dengan bilangan reynold

Grafik hubungan antara faktor friksi dengan bilangan reynold


2

1.5

friksi 1

0.5

0
600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400 2600

NRe

Bilqis Latifah (011400373) 17


6.2 Pencampuran (Mixing)
1. Menghitung Bilangan Reynold (NRe)
D2 N
N Re

1,4124
62,1043 lbm / ft 3 (0,050033 ft ) 2
det ik
0,000536 lbm / ft det
409,669

Dengan cara perhitungan yang sama diperoleh nilai Bilangan Reynold


untuk setiap percobaan adalah sebagai berikut

PENGADUK KACA
Waktu
Jumlah Waktu 10 Jenis
No Homogen rps Nre
Putaran Putaran (S) Aliran
(s)
Kecepatan = Cepat
1 10 7,08 72,74 1,4124 409,669
2 10 6,75 75,15 1,4814 429,697 Laminer
3 10 7,11 79,26 1,4064 407,940
Kecepatan = Sedang
1 10 8,93 91,37 1,1198 324,799
2 10 8,97 91,02 1,1148 323,350 Laminer
3 10 8,73 91,32 1,1454 332,240
Kecepatan = Lambat
1 10 16,09 100,49 0,6215 180,264
2 10 16,1 109,54 0,6211 180,152 Laminer
3 10 16,05 108,33 0,6230 180,713

Pen PENGADUK BESI


Waktu 10 Waktu
Jumlah Jenis
No Putaran Homogen rps Nre
Putaran Aliran
(S) (s)
Kecepatan = Cepat
1 10 7 4,43 1,4285 414,351
2 10 7,1 4,48 1,408 408,515 Laminer
3 10 7,05 3,55 1,4184 411,412
Kecepatan = Sedang
1 10 10,61 9,64 0,9425 273,370
2 10 10,51 9,3 0,9514 275,971 Laminer
3 10 10,51 9,42 0,9514 275,971
Kecepatan = Lambat
1 10 16,32 24,52 0,612 177,724108
2 10 16,34 24,82 0,6120 177,506575 Laminer
3 10 16,33 24,73 0,6123 177,615275
Bilqis Latifah (011400373) 18
2. Menentukan faktor friksi (f)
Untuk jenis aliran yang lambat digunakan rumus faktor friksi sebagai
berikut:
64
f
N Re

Untuk jenis aliran yang sedang dan cepat digunakan rumus faktor friksi
sebagai berikut:
4 (0,791)
f 1
N Re 4

PENGADUK KACA
Jenis
Nre Friksi
Aliran
Kecepatan = Cepat
409,669
0,1562
1
429,697
transisi 0,1489
4
407,940
0,1568
6
Kecepatan = Sedang
324,799
0,1970
3
323,350
transisi 0,1979
9
332,240
0,1926
3
Kecepatan = Lambat
16,09 0,3550
16,1 transisi 0,3552
16,05 0,3541

PENGADUK BESI
Jenis
Nre Friksi
Aliran
Kecepatan = Cepat
414,35 transisi
0,15446
1
408,51 0,15666
5

Bilqis Latifah (011400373) 19


411,412 0,15556
Kecepatan = Sedang
273,37 0,23411
275,97
0,23191
1 transisi
275,97
0,23191
1
Kecepatan = Lambat
177,72
0,36011
4
177,50
transisi 0,36055
7
177,61
0,36033
5

Bilqis Latifah (011400373) 20


VII. PEMBAHASAN

Dalam percobaaan ini telah dilakukan penentuan bilangan reynold berdasarkan


hasil pengamatan jenis aliran fluida, serta pengamatan grafik hubungan nilai bilangan
reynold terhadap nilai friksi.

Penentuan bilangan reynold ini dilakukan pada tiga kondisi kecepatan aliran
yang berbeda; yakni saat aliran berbentuk lamminer, transisi, turbulen. Bentuk aliran
fluida diamati dengan menginjeksikan sedikit larutan KMnO4 ke dalam fluida. Pada
aliran laminer, KMnO4 akan membentuk seperti garis lurus, pada aliran transisi akan
membentuk gelombang, sedangkan pada aliran turbulen terjadi olakan yang tidak
teratur.

Penentuan Bilangan Reynold dilakukan untuk setiap jenis aliran dengan tiga
kali pengulangan. Selain itu dilakukan juga penentuan nilai bilangan Reynold kritis
berdasarkan grafik hubungan nilai bilangan Reynold dengan faktor friksinya. Pada
praktikum ini, penentuan bilangan Reynold dilakukan dengan 2 metode. Metode
pertama yaitu dengan pencampuran (mixing) menggunakan buffel besi dan kaca,
sedangkan metode ke dua yaitu dengan menentukan aliran fluida dalam pipa dengan
mengatur sudut pembukaan kran pada pipa.

Aliran laminer pada percobaan KMnO4 akan membentuk seperti garis lurus
dan stabil dalam jarak tertentu. Pada aliran ini nilai Reynold adalah sekitar 776,76.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa aliran laminer memiliki
bilangan reynold <2100.

Aliran transisi pada percobaan diindikasikan dengan bentuk aliran KMnO 4


sedikit bergelombang. Pada kran bukaan 2 ini diperoleh hasil bahwa nilai bilangan
Reynold sebesar 1373,16. Hasil ini belum sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa aliran transisi berada pada kisaran bilangan Reynold antara 2100 sampai 4000.
Bilangan reynold pada aliran ini memenuhi untuk jenis laminer.

Aliran turbulen pada percobaan terlihat KMnO4 langsung membentuk olakan


yang tidak teratur dan melebur dengan aliran air kran. Dari hasil percobaan dan
perhitungan diketahui bahwa nilai bilangan Reynold pada kondisi ini adalah sekitar
2318,17. Hasil ini juga tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa aliran
turbulen memiliki nilai bilangan Reynold yang lebih besar dari 4000. Bilangan
reynold pada aliran ini memenuhi untuk jenis transisi.

Selain penentuan bilangan Reynold dalam percobaan, juga dilakukan


penentuan nilai faktor friksi dari ke tiga kondisi jenis aliran yang berbeda. Pada
kondisi aliran laminer diperoleh nilai faktor friksi sebesar rata-rata sebesar 1,4501.
Pada aliran transisi diperoleh nilai faktor friksi rata-rata sebesar 0,4495. Serta pada
alian turbulen diperoleh nilai rata-rata faktor friksi sebesar 0,1182.

Untuk menentukan nilai bilangan Reynold kritis dan mengetahui hubungan


antara nilai bilangan Reynold dengan faktor friksi dapat diketahui berdasarkan grafik
hubungan antara bilangan dengan faktor friksi pada tiap-tiap jenis aliran. Dari grafik
tersebut dapat diamati bahwa nilai faktor friksi berbanding terbalik dengan bilangan
Reynold. Yang mana semakin besar nilai Bilangan Reynoldnya maka nilai faktor
friksinya akan semakin kecil. Nilai NRe kritis adalah nilai bilangan Reynold tempat
terjadinya perubahan jenis aliran dari laminer menajdi turbulen. Dari hasil percobaan
belum dapat diketahui nilai NRe kritis karena tidak adanya hasil percobaan yang
menunjukan aliran turbulen sehingga tidak ada titik potong antara garis aliran laminer,
transisi, dan turbulen. Namun secara teoritis menyatakan bahwa nilai N Re kritis berada
diantara Bilangan Reynold 2100 sampai 4000 (daerah transisi).

Perbedaan yang terjadi antara nilai bilangan reynold secara praktik dan teori
dapat disebabkan karena kondisi percobaan yang berbeda dengan yang dilakukan oleh
Osborne Reynolds saat menentukan nilai Bilangan Reynolds. Kriteria yang memiliki
similaritas dinamis (kesamaan hasil) dapat diperoleh dengan peralatan percobaan
yang memiliki kesamaan geometrik (geomatrically similar systems). Kondisi
percobaan seperti pipa yang digunakan (dapat meliputi diameter dan panjang pipa).
Indikator aliran yang digunakan (meliputi zat, kekentalan, konsentrasi, dan sifat fisis
serta kimia) dan kondisi-kondisi percobaan lainnya yang mungkin berbeda, dapat
menjadi faktor yang menyebabkan berbedanya hasil percobaan yang diperoleh dengan
nilai teoritisnya.

Berdasarkan analisis dimensi, nilai Reynold dapat mempengaruhi friksi-friksi


yang ditunjukkan saat fluida mengalir pada test section di mana terjadi gesekan antara
fluida dan dinding pipa. Berdasarkan perhitungan, nilai Reynold berbanding terbalik
dengan faktor friksinya. Friksi yang digunakan adalah pipa halus (kaca) maka lost
work yang terbuang ke lingkungan sangat kecil sehingga dapat diabaikan.

Pada percobaan mixing ini dilakukan kembali penentuan nilai bilangan


Reynold. Pecobaan ini menggunakan dua buffel yang berbeda jenis dan diameternya
yaitu buffel besi (digunakan pengaduk jenis turbin) dan buffel kaca (digunakan
pengaduk jenis dayung). Secara teori nilai Bilangan Reynold menggunakan metode
pengadukan dan aliran fluida dalam pipa memiliki nilai yang berbeda. Di mana pada
pengadukan ini bilangan Reynold untuk aliran laminer adalah kurang dari 10, untuk
jenis transisi dari diantara 10 sampai 104 dan untuk turbulen lebih dari 104.

Pada percobaan menggunakan buffel kaca diperoleh nilai N Re berada di antara


1800 sampai 400, sedangkan jika menggunakan buffel besi didapatkan N Re nya di
antara 170 sampai 420. Dari hasil praktikum ini hanya didapatkan satu jenis aliran
saja yaitu aliran transisi baik itu menggunakan buffel besi maupun buffel kaca.

Panjang diameter buffle antara jenis kaca dan besi berbeda. Diameter buffel
besi lebih panjang dari diameter buffel kaca makan bilangan Reynold pengaduk besi
lebih besar dari pengaduk kaca. Dalam praktikum ini, ketika kecepatan pengaduk
dinaikkan, maka waktu untuk homogen semakin sedikit sehingga rpm yang dihasilkan
pun semakin banyak. Karena rpm semakin besar maka nilai bilangan Reynold
semakin besar, hal ini sesuai dengan teori jika nilai bilangan Reynold berbanding
lurus terhadap banyaknya putaran per satuan waktu (N).

Menurut teori, ketika digunakan pengaduk dengan jenis turbine dan dayung
akan didapatkan pola aliran fluidanya adalah flat-blade turbine/pola aliran radial.
Namun pada percobaan ini pola aliran fluidanya tidak dapat teramati dengan jelas
karena penambahan lartuan KMnO4 yang sedikit. Selain itu kesulitan pengamatan
pola aliran fluida juga karena letak pengaduk yang berada pada jarak 1/3 dari
permukaan fluida. Akan lebih mudah diamati jikaa ujung dari pengaduk berada di
dekat dasar tangki.
VIII. KESIMPULAN
8.1.1. Nilai Bilangan Reynold hasil percobaan pada aliran fluida dalam pipa
adalah sebagai berikut
1. Aliran Laminer : 776,761
2. Aliran Transisi: 1372,167
3. Aliran Turbulen : 2318,175
8.1.2. Nilai Faktor Friksi hasil percobaan aliran fluida dalam pipa adalah
1. Aliran Laminer : 1,4501
2. Aliran Transisi : 0,4495
3. Aliran Turbulen : 0,1882
8.1.3. Nilai NRe berbanding terbalik dengan faktor friksi, semakin besar N Re
semakin kecil nilai faktor friksinya, begitu juga sebaliknya.
8.1.4. Nilai bilangan Reynold hasil percobaan mixing adalah sebagai berikut
1. Pengaduk kaca
a. Lambat: 180,3770
b. Sedang : 326,7968
c. Cepat : 415,7690
2. Pengaduk besi
a. Pelan : 177,6153
b. Sedang : 275,1042
c. Cepat : 411,4262

8.1.5. Nilai faktor friksi hasil percobaan mixing adalah sebagai berikut
1. Pengaduk kaca
a. Pelan : 0,3548
b. Sedang : 0,1959
c. Cepat : 0,1540
2. Pengaduk besi
a. Pelan : 0,3603
b. Sedang : 0,2326
c. Cepat : 0,1555
8.1.6. Nilai NRe berbanding lurus dengan diameter pengaduk, semakin
panjang diameter pengaduk, semakin besar NRe nya
8.1.7. Laju kecepatan semakin cepat, maka waktu yang diperlukan semakin
sedikit, rpm yang dihasilkan semakin banyak, dan NRe semakin besar.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Swantomo, Deni. 2015. Petunjuk Praktikum Operasi Teknik Kimia 1, Bilangan
Reynold (Aliran Fluida dalam Pipa dan Pencampuran/Mixing).
Yogyakarta:STTN-BATAN.
MODUL 1.09 Tangki Berpengaduk. Departemen Teknik Kimia ITB.
Brown, G. G. (1978). Unit Operation, Fourteenth Printing. john wiley and sos inc,
New York, Charles E Tuttle Co, Tokyo.
Yogyakarta, Desember 2015
Dosen Pembimbing Praktikan

Deni Swantomo Bilqis Latifah

Anda mungkin juga menyukai