Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

APLIKASI TEKNOLOGI NUKLIR

MATERI :
MENENTUKAN TEBAL SAMPEL KERTAS HVS, MIKA, DAN PLASTIK
MENGGUNAKAN TEKNIK BETA THICKNESS GAUGING

Disusun Oleh :
Nama : Bilqis Latifah
NIM : 011400373
Jurusan : Teknokimia Nuklir
Kelompok : 8
Rekan Kerja : 1. Arkadius Aban
2. Rizky Dian Fitrianto
Dosen Pembimbing : Riko Iman D., S.ST

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2017
A. Tujuan
1. Mengetahui prinsip kerja beta thickness gauging
2. Mengukur ketebalan sampel dengan radiasi beta

B. Dasar Teori
Nuclear gauge adalah sistem peralatan (terdiri atas sumber radiasi dan detektor
radiasi) yang memanfaatkan sifat-sifat unik radiasi pengion untuk pengontrolan proses
dan kualitas produk. Perlu diketahui bahwa data yang diperoleh dari detektor akan
diteruskan ke sistem komputasi yang terkoneksi secara integral dengan sistem kontrol.
Penerapan teknik nuklir dalam proses kontrol mempunyai beberapa kelebihan
dibanding dengan teknik lainnya, antara lain :
1. Sumber radioaktif dapat dipilih sesuai dengan sifat bahan yang diukur
2. Tidak merusak, tidak ada kontak, dan tidak meninggalkan bekas pada bahan
3. Pengukuran cepat dan dapat dipercaya
4. Sesuai untuk bahan kimia yang berbahaya atau bahan yang bertemperatur ekstrim.
Teknik Gauging adalah teknik pengukuran dengan menggunakan radioisotop dan
teknik pengukuran ini ada beberapa macam, yaitu thickness gauging, level gauging, dan
density gauging. Cara kerja teknik pengukuran ini berdasarkan :
1. Cara Back Scaterring.
Cara Back Scaterring atau hamburan balik banyak digunakan dalam industry
karena dapat di singkat. Cara pakai seara luas di berbagai bidang kegiatan dan
hasilnya dapat diperoleh dalam waktu singkat. Cara hamburan balik ini, sering
juga disebut dengan uji tak merusak, karena radiasi yang datang tidak bereaksi
dengan bahan yang diamati, tetapi hanya sekedar memanfaatkan pantulan radiasi
atau hamburan balik dari radiasi yang mengenai bahan.
Cara hamburan balik yang pada umunya digunakan adalah sesuai dengan
sumber radiasi yang digunakan yaitu:
a. Cara hamburan balik radiasi neutron.
b. Cara hamburan balik radiasi fluorescensi sinar-X ( XRF).
c. Cara hamburan balik radiasi sinar-X dan radiasi Gamma.
d. Cara hamburan balik radiasi Beta.
Analisis bahan dengan cara tak merusak yang banyak dijumpai dalam bidang
industry dan hasilnya dapat diperoleh dalam waktu singkat adalah teknik
fluorescensi sinar-X( XRF), karena peralatannya mudah dibawa ke lapangan dan
hasilnya segera diketahui.
2. Cara Transmisi.
Teknik pengukuran dengan cara transmisi adalah dengan memanfaatkan sifat
atenuasi atau peneyerapan zarah radiasi oleh suatu bahan. Perbedaan intensitas
radiasi sebelum melewati suatu bahan dan sesudah melewati suatu bahan
digunakan untuk mengukur bahan tersebut.
Perbandingan intensitas pancaran yang datang dan intensitas yang masih
diteruskan, tergantung pada tebal bahan, Jenis bahan dan energi radiasi gamma.
Secara matematis hubungan tersebut dinyatakan dengan

I I 0 e x
dengan
I0 = Intensitas paparan radiasi yang datang (mR/jam)
I = Intensitas paparan radiasi yang diteruskan (mR/jam)
= Koefisienn serap linier bahan pada energi tertentu (mm-1)
x = Tebal bahan (mm)
Bila intensitas pancaran radiasi gamma tersebut digambarkan terhadap tebal bahan,
maka akan sesuai dengan gambar 1

Gambar 1. Kurva Intensitas Radiasi vs Tebal Bahan


Tebal paro (HVT) merupakan tebal bahan yang dapat menyerap sebagian
intensitas paparan radiasi yang datang sehingga intensitas paparan radiasi yang
diteruskan tinggal setengah intensitas mula-mula.

I 1
e HVT
I0 2
1
ln HVT
2
0,693
HVT

Nilai HVT dapat ditentukan secara matematis dengan persamaan 3 di atas
atau dapat juga ditentukan secara eksperimen dengan melakukan beberapa
pengukuran dan menggambarkan kurva peluruhan intensitas paparan radiasi
sebagaiman gambar 1. Nilai HVT sangat bermanfaat untuk keperluan praktis di
lapangan, yaitu untuk menentukan tebal suatu bahan yang diperlukan sebagai
penahan radiasi
n
I 1

I0 2
dengan
n = banyaknya HVT penyusun tebal penahan radiasi
= x/HVT

Beta Thickness Gauging


Beta thickness gauging terdiri dari dua komponen dasar yaitu sumber
radiasi dan detektor radiasi. Web yang akan diukur ditempatkan antara sumber
dan detektor. Selain itu, beberapa jenis komputer yang digunakan untuk
memproses informasi dari detektor, dan mengubahnya menjadi pengukuran.
Gambar 2. Beta thickness gauging

Partikel beta tidak lebih electron yang bergerak cepat, yang dipancarkan
dari isotop radioaktif tertentu, yang disebut sumber. Elektron ini dipancarkan
ketika atom mengalami peluruhan.
Ketika mereka menumbuk materi, beberapa partikel akan melewati,
sementara yang lain akan berhenti. Semakin tebal (atau lebih padat) materi,
semakin banyak partikel akan dihentikan. Dengan mengukur rasio jumlah
partikel yang melewati materi ke nomor tanpa bahan, ketebalan (atau berat) bahan
dapat ditentukan.
Untuk membuat pengukuran yang akurat, penting bahwa materi tidak
begitu berat sehingga menghentikan semua (atau terlalu banyak) dari partikel
beta. Hal ini juga penting bahwa menghentikan sejumlah partikel beta . Jika
terlalu ringan, sehingga sedikit dari partikel beta akan dihentikan sehingga akan
sulit untuk mengukur jumlah yang berhenti. Dengan kata lain, hanya sejumlah
kecil partikel beta akan dihentikan.
Kesempatan bahwa partikel beta akan membuatnya melalui materi
tergantung pada seberapa berat bahan tersebut, dan pada kecepatan partikel beta.
Sebuah partikel bergerak lebih cepat memiliki kesempatan yang lebih baik
melalui materi. Sumber yang berbeda menghasilkan partikel beta dengan
kecepatan yang berbeda. Jadi, dengan memilih sumber yang menghasilkan
partikel beta dari kecepatan yang benar, kita bisa mencocokkan kecepatan yang
dengan berat bahan kami mencoba untuk mengukur.
Ada tiga sumber beta yang umum digunakan:
1. Promethium (Pm147)
Ini adalah sumber energi beta termurah umum digunakan, sangat cocok untuk
pengukuran hingga sekitar 275 g / m2.
2. Krypton (Kr85)
Ini adalah sumber energi beat media. Sangat cocok untuk pengukuran di
kisaran 150 sampai 1500 gram / m2
3. Strontium (SR90)
Ini adalah sumber beta energi tertinggi yang umum digunakan. Sangat cocok
untuk pengukuran di kisaran 1.000-8.000 g / m2.

C. Alat dan Bahan


1. Sumber Beta Sr-90
2. Sampel : Plastik, kertas, mika (dengan ketebala tertentu)
3. Gunting
4. Jangka sorong
5. Detektor GM
6. Bahan standar

D. Langkah Kerja
1. Detektor GM dihidupkan dan dipasang pada tegangan kerja 760 V dan
waktu cacahan 100 detik
2. Pencacahan background dilakukan
3. Pencacahan dengan sumber standar Sr-90 dilakukan tanpa shielding dan
dicatat sebagai data Io
4. Pencacahan dengan sumber standar Sr-90 dilakukan dengan shielding tipe
A dan dicatat sebagai data I.
5. Langkah ke- 4 diulangi dengan variasi shielding tipe B, C, D dan E
6. Dibuat plot grafik antara ln I/Io vs ketebalan shielding untuk didapatkan
koefisien atenuasi
7. Sampel kertas mika diukur setebal 0.8 mm dengan jangka sorong
8. Sampel mika diletakkan di kolom detektor GM dan dilakukan pencacahan
dengan Sr-90
9. Nilai ketebalan sampel kertas mika dihitung dengan data ln I/Io dan
koefisien atenuasi
10. Langkah 7-9 diulangi dengan variasi sampel kertas HVS dan plastik
fotocopy

E. Data Percobaan
Detektor GM
HV = 760 V
Waktu = 100 detik
Sumber standar = Sr-90
5.1 Cacah Background
Cacah Hasil
ke cacahan
1 53

2 63

3 64

5.2 Cacah Standar Tanpa Shielding


Cacah Hasil
ke cacahan
1 12110
2 12272
3 12195

5.3 Cacah sumber standar dengan shielding standar


Shielding Densitas
Tebal (inch) Tebal (mm) Cacahan
Standar (mg/cm3)
11812
A 4.5 0.0007 0.01778 11870
11782
11585
B 6.5 0.001 0.0254 11555
11384
11572
C 9.6 0.004 0.1016 11657
11642
11226
D 19.2 0.008 0.2032 11095
11217
8832
E 59.1 0.03 0.762 8850
8855

5.4 Cacah Sampel


Sampel Tebal (mm) Cacah
6922
Kertas
0.8 7103
6942
8871
Kertas HVS
0.8 8911
8981
8497
Plastik Fotocopy
0.8 8662
8386
F. Perhitungan
6.1 Penentuan Grafik ln I/Io vs Ketebalan

Io adalah cacahan standar tanpa menggunakan shieldhing, maka

Penentuan ln I/Io
Dari data pencacahan standar dengan shielding tipe A diketahui bahwa :
- Rata-rata cacahan = 11821.33
- Cps net = 118.21 cps
- Ketebalan = 0.01778 mm

Dengan langkah dan cara yang sama didapatkan data sebagai berikut:
Tebal
Tipe cps nett I/I0 ln I/I0
(mm)
A 0,01778 117,6133 0,96942 -0,0311
B 0,0254 114,48 0,94359 -0,0581
C 0,1016 115,6367 0,95313 -0,0480
D 0,2032 111,1933 0,91650 -0,0872
E 0,762 87,8567 0,72415 -0,3228

Plot grafik antara Tebal Shield vs ln (I/I0) adalah sebagai berikut :


Kurva Standar Tebal Shielding vs ln
(I/I0)
1

0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
-1 y = 4,404x - 3,3486
ln (I/I0)

R = 0,7927
-2 Series1

-3 Linear (Series1)

-4

-5
Tebal Shield (mm)

Oleh Karena regresi hanya 0.7927 maka dilakukan seleksi kurva dengan memotong data
shield E, shingga didapatkan grafik sebagai berikut :

Kurva Standar Tebal Shielding vs ln


(I/I0)
0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25
-1 y = 1,285x - 4,0136
R = 0,9307
-2
ln (I/I0)

Series1
-3 Linear (Series1)

-4

-5
Tebal Shield (mm)

Dari plot grafik tersebut diketahui bahwa:


- Slope = 1.285
- Intercept = -4.0136
x
I=I .e
o

-slope = -

= -1.285/mm
6.2 Menentukan Ketebalan Sampel
Kertas Kertas Plastik
Cacah Mika 0,8 HVS 0,8 FC 0,8
Sumber mm mm mm
dengan 6922 8871 8497
sampel 7103 8911 8662
6942 8981 8386
rerata 6989 8921 8515
cps 69,89 89,21 85,15
cps nett 69,29 88,61 84,55

Setelah nilai didapatkan, maka dapat digunakan untuk menghitung tebal bahan dengan
rumus
( )

Dari data sampel kertas mika 0.8 mm diketahui bahwa :


- Cps net = 69.29
- Ketebalan = 0.8 mm
Maka, nilai ketebalan yang dihitung menggunakan teknik gauging ini adalah
( )

| |

| |

Dengan langkah dan cara yang sama didapatkan data sebagai berikut:
Tebal Tebal
pengukuran dengan
Sampel cps nett (I/I0) ln (I/I0) Error (%)
Manual gauging
(mm) (mm)
Kertas
0,8 69,29 0,57112 -0,56015 0,435 45,50
Mika
kertas
0,8 88,61 0,73036 -0,31421 0,244 69,43
HVS
Plastik
0,8 84,55 0,69690 -0,36111 0,281 64,87
FC

G. Pembahasan
Beta Thickness gauging adalah teknik pengukuran ketebalan bahan dengan
memanfaatkan radiasi beta. Sampel bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
kertas HVS, mika, dan plastik fotocopyan. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan
radiasi beta yang berasal dari Stronsium-90.
Thickness gauging kali ini menggunakan sumber radiasi beta. Penggunaan radiasi
alpha akan mengakibatkan radiasi akan menembus aluminium foil sangat kecil.
Sedangkan jika menggunakan radiasi gamma, sampel akan sangat transparan terhadap
radiasi gamma karena daya tembus radiasi yang sangat tinggi.
Dalam pengukuran ketebalan suatu sampel, dilakukan dengan membuat grafik ln
I/Io vs Ketebalan. I/I0 merupakan cacah sumber menggunakan shielding standar dibagi
dengan cacah sumber standar tanpa shielding menggunakan detektor GM. Shielding yang
digunakan untuk penentuan grafik ini merupakan standar yang telah diketahui tebalnya.
Dari persamaan yang diperoleh dari grafik, maka HVL dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan y = 1,285x - 4,0136 dengan regresi liniear (R) 0,9307.

Mengingat persamaan I I 0 e x ; maka slope sama dengan . adalah koefisien

atenuasi, dengan nilai sebesar 1,285/mm.


Setelah itu, dilakukan penentuan ketebalan sampel. Tebal bahan dihitung
( )
menggunakan rumus . Koefisien atenuasi dan perbandingan intensitas radiasi

atau cacahan yang diperoleh tanpa menggunakan bahan (Io) dan cacahn setelah
menggunakan bahan(I) telah diketahui, maka tebal dapat dihitung. Tebal bahan ketika
diukur dengan jangka sorong yaitu 0,8 mm; sedangkan tebal bahan yang dihitung
menggunakan teknik gauging adalah

Tebal dg jangka Tebal dengan


Sampel Error (%)
sorong (mm) gauging (mm)
Kertas Mika 0,8 0,435 45,50
kertas HVS 0,8 0,244 69,43
Plastik FC 0,8 0,281 64,87
Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa perbedaan perhitungan ketebalan
manual dan perhitungan ketebalan dengan teknik gauging terdapat perbedaan yang
signifikan, sehingga cara menghitung tebal bahan menggunakan thickness gauging
dengan radiasi beta pada praktikum ini hasil belum dapat di validasi.

H. Kesimpulan
1. Thickness gauging adalah teknik pengukuran dengan menggunakan radioisotop
untuk mengukur ketebalan menggunakan sifat tranmisi radiasi beta.
2. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa perbedaan perhitungan ketebalan
manual dan perhitungan ketebalan dengan teknik gauging terdapat perbedaan
yang signifikan, sehingga cara menghitung tebal bahan menggunakan thickness
gauging dengan radiasi beta pada praktikum ini hasil belum dapat di validasi.

I. Daftar Pustaka

Decamarta, R. I. (2017). Petunjuk Praktikum Aplikasi Teknik Nuklir: Thickness Gauging.


Yogyakarta: STTN-BATAN.
Wardhana, W. A. (2007). Teknologi Nuklir Proteksi Radiasi dan Aplikasinya.
Yogyakarta: Andi Press.

Yogyakarta, 28 Juni 2017


Pembimbing, Praktikan,

Riko Iman Decamarta, S.ST Bilqis Latifah

Anda mungkin juga menyukai