Anda di halaman 1dari 9

DOSIMETER Cellulose Triacetate (CTA)

A. Tujuan
Mengetahui nilai laju dosis dan keseragaman dosis serap sepanjang jendela pemayar
MBE

B. Dasar Teori
Mesin Berkas Elektron (MBE)
Berkas elektron untuk keperluan proses
radiasi

didapatkan

dari

suatu

alat

pemercepat (accelerator) elektron. Alat


pemercepat elektron sering disebut Mesin
Berkas Elektron (MBE) karena elektron
yang dihasilkan berupa berkas elektron
atau hujan elektron berdensitas tinggi.
Komponen utama MBE terdiri dari :
sumber elektron, sumber tegangan tinggi
(generator),

tabung

akselerator

(pemercepat), sistem optik (terdiri dari :


pengarah, pemfokus dan pemayar), sistem
hampa, sistem instrumentasi dan kendali
serta sistem conveyor. Sumber elektron
merupakan komponen MBE yang sangat
penting. Fungsi sumber elektron dalam
MBE adalah untuk menghasilkan berkas elektron yang akan diradiasikan pada suatu
bahan.
Dalam proses radiasi dengan berkas elektron, ada tiga parameter utama yang harus
diperhatikan agar suatu proses radiasi berjalan efisien dan mencapai sasaran (Djaloesis,
1996), yaitu :
1. Radiasi berkas elektron, parameter radiasi berkas elektron meliputi energi radiasi dan
arus berkas elektron. Energi radiasi menentukan daya penetrasi radiasi dan laju dosis

terhadap cuplikan yang diiradiasi, sedangkan arus berkas hanya menentukan laju dosis
radiasi.
2. Cuplikan yang diiradiasi, parameter cuplikan yang diiradiasi meliputi fasa, densitas dan
geometri.
3. Teknik radiasi, teknik iradiasi terhadap bahan dapat dilakukan secara batch, semi batch
dan sinambung (continue).

Dosimetri
Dosimetri radiasi adalah suatu metode pengukuran kuantitas energi radiasi, baik yang
berupa gelombang elektromagnet maupun berupa arus partikel bermuatan yang
dipancarkan oleh sumber radiasi pada titik geometris tertentu atau diserap oleh materi
yang diradiasi. Dosimetri dalam pengolahan bahan dengan MBE perlu diperhatikan agar
diperoleh pengolahan yang optimum dan tepat guna. Dosis radiasi ini merupakan jumlah
energi yang diserap per satuan massa bahan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan proses radiasi terhadap
suatu bahan berkaitan dengan dosis yang diterima, yaitu:
1. Densitas materi (bahan): Semakin besar densitas materi maka penetrasi berkas elektron ke
dalam materi akan semakin sulit/kecil.
2. Energi berkas elektron sebagai fungsi arus dan tegangan: Semakin besar energi berkas
elektron maka penetrasinya juga semakin besar.
3. Lama waktu yang diperlukan elektron mengenai materi: Semakin lama waktu materi
terkena radiasi, maka semakin banyak dosis yang diterima.
4. Arus berkas: Semakin besar arus yang dialirkan, maka dosis yang diterima akan semakin
besar.
Pada penggunaan MBE, dosis dari radiasi yang dilakukan diamati dengan 2 cara,
yaitu kuantitatif dan kualitatif. Uji kualitatif (terjadi proses radiasi atau tidak) dilakukan
dengan menggunakan indicator radiasi yang berupa zat warna yang peka terhadap radiasi
yaitu dosimeter go-no go. Dosimeter ini merupakan dosimeter yang peka terhadap radiasi,
yang apabila terkena radiasi akan berubah warnanya menjadi lebih gelap sebanding
dengan dosis radiasi yang mengenainya. Sedangkan uji kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan dosimeter cellulose triacetate (CTA)

Dosimeter cellulose triacetate (CTA)


Pengukuran dosis radiasi terserap dilakukan dengan
menggunakan

dosimeter

cellulose

triacetate

(CTA).

Panjang gelombang maksimum pengukuran CTA dilakukan


pada 280 nano meter. CTA film dosimeter memiliki lebar 8
mm dengan ketebalan 0,125 mm. Evaluasi dosis serap
dilakukan berdasarkan perubahan rapat optik (optical density), dimana semakin tinggi
dosis yang diterima maka nilai rapat optiknya juga akan semakin tinggi. Rapat optik
diukur pada waktu sebelum dan sesudah iradiasi. Alat baca film dosimeter tersebut
adalah Spektrofotometer Genesys-5 . Menurut Tanaka dkk, perhitungan dosis serap
menggunakan dosimeter CTA dapat dihitung dengan persaman berikut :
D=

OD x t o x f
Kxt

dengan :
D

= dosis serap (kGy)

OD = perbedaan rapat optik sebelum dan sesudah diiradiasi (OD1-OD). Caranya yaitu
dengan mencacah CTA sebelum dan sesudah iradiasi menggunakan Spektrofotometer
t

Genesys-5
= tebal dosimeter nominal (0,125 mm)

= tebal dosimeter terukur (mm)

= perubahan rapat optic per kGy = 0,0063

= faktor penyimpanan; f=1 apabila pengukuran rapat optik dosimeter CTA dilakukan
30 menit setelah diiradiasi. (Saptaaji, 2004: 6-7)

Laju dosis, Penetrasi dan Keseragaman Dosis


Pada hakekatnya dosimetri industri merupakan unsur pokok dari langkah-langkah
menuju penggunaan radiasi secara baik dan cara memproduksi barang dengan baik.
Karena dosimetri merupakan upaya pengendalian dosis radiasi terserap pada bahan
sehingga menghasilkan produk yang berkualitas maka seluruh parameter yang terlibat

dalam proses radiasi harus diperhitungkan dan diperhatikan pengaruhnya. Diantara


parameter yang dimaksud adalah :
a. Sumber radiasi (jenis dan energi radiasi, kekuatannya, efisiensi)
b. Bagaimana cara produk diiradiasi (apakah menggunakan konveyor, berapa kecepatannya,
berapa kali melintas sumber)
c. Dimensi produk yang diiradiasi
d. Bagaimana profil distribusi dosis dalam produk, posisi dosis maksimum dan dosis
minimum
e. Bagaimana lingkungan/kondisi iradiasi (temperatur, inert, atau lingkungan oksigen)
f. Bagaimana pelaksanaan pengukuran dosis radiasi terserap sehingga dapat memenuhi
syarat statistik dan keselamatan kerja.
Dalam percobaan ini parameter yang akan dipelajari terbatas pada laju dosis serap,
penetrasi elektron, dan tingkat keseragaman dosis sepanjang window pemayar.

C. Alat dan Bahan


1. Dosimeter CTA
2. CTA reader
3. Dosimeter go-nogo
4. MBE 350 kEV/10 mA
5. Selotip
6. Tissue
7. Gunting
Keterangan rangkaian alat:
1. Sumber tegangan tinggi
2. Sumber elektron (electron gun)
3. Tabung akselerator
4. Magnet pemayar (scanning system)
5. Corong pemayar (scanning horn)
6. Jendela pemayar
7. Pompa turbomolekular
8. Sumber tegangan terisoler
9. Pompa rotari
10. Konveyor

D. Cara Kerja
Pemeriksaan dilakukan dengan pengisian lembaran ceklis.
2. Dosimeter CTA dipotong sepanjang kira kira 7 cm.
3. Dosimeter ditempel pada amplop, pada amplop ditempel pula dosimeter go no go.
4. Dosimeter CTA diiradiasi menggunakan MBE dengan tegangan, arus, dan
kecepatan konveyor tertentu.
5. Dosimeter CTA yang telah diiradiasi dikondisikan selama kurang lebih 2 jam.
6. Rapat optik/absorban dosimeter CTA setelah diiradiasi diukur menggunakan UVVis Spectrophotometer.
Dosis terserap ditentukan berdasarkan absorbansi yang terukur

E. Data Pengamatan

Posisi

0 20 cm

20 40 cm

40 60 cm

60 80 cm

80 100 cm

100 120 cm

Absorban

Dosis (KGy)

0,271
0,278
0,291
0,299
0,302
0,333
0,332
0,340
0,347
0,342
0,274
0,278
0,276
0,281
0,282
0,331
0,318
0,328
0,329
0,333
0,409
0,414
0,421
0,424
0,425
0,194
0,191
0,188
0,189
0,194

21,0
22,0
23,8
25,0
25,4
29,7
29,5
30,6
31,6
30,9
21,5
22,0
21,7
22,4
22,6
29,4
27,6
29,0
29,1
29,7
39,8
40,5
41,4
41,6
41,9
9,9
9,4
9,0
9,1
9,0

Dosis Rerata
(KGy)
23,4

Dmaks/Dmin

41

23.4
1,75

30,4

41

30,4
1,34

22

41

22
1,86

28,9

41

28,9
1,41

41

41

41
1

9,5

41
9,5
= 4,31

Dosimeter Go No Go
Dosimeter go-no go mengalami perubahan warna:
Sebelum

Sesudah Radiasi

F. Pembahasan
Dosimeter CTA merupakan dosimeter standar primer sehingga dosimeter ini
digunakan untuk mengukur dosis pada MBE. Seperti yang kita ketahui bahwa dosis
MBE tidak bisa diketahui secara langsung tetapi hanya dapat mengukur besar arusnya
karena arus sebanding dengan dosisnya.
Dalam identifikasi berkas elektron dilakukan dengan mengoperasikan MBE Lateks
pada tegangan pemercepat 208 kV sehingga dihasilkan arus berkas elektron 25 A pada
kondisi vakum 5.10-6 mbar. Berkas elektron diiradiasaikan ke target yang sudah dipasang
dosimeter go no go dan dosimeter CTA. Dari hasil iradiasi terlihat pada dosimeter go no
go ada perubahan warna dari kuning menjadi merah kecoklatan, hal ini menandakan ada
berkas elektron yang sampai ke target. Sedangkan untuk mengukur besarnya dosis di
target menggunakan dosimeter CTA. Dosimeter CTA yang digunakan adalah tipe FUJI
FTR 125 buatan Jepang berupa pita panjang warna bening dengan dimensi lebar 8 mm,
tebal 0,125 mm, densitas 1,298 gr/cm3 dan dapat dibaca pada panjang gelombang 280
nm. Sebelum melakukan pengukuran dosis serap menggunakan dosimeter CTA tipe FUJI
FTR 125 ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tidak merubah kondisi dosimeter
CTA, yaitu pada kedua permukaan tidak boleh kotor, terkena minyak/lemak, debu, tidak
boleh dipegang langsung tangan dan tidak boleh terlipat, karena kondisi tersebut akan
mempengaruhi data hasil pengukuran rapat optik/absorban. Alat yang digunakan untuk
membaca

nilai

rapat

optik/absorban

sebelum

dan

sesudah

iradiasi

adalah

Spectrophotometer Genesys 5 buatan Amerika.


Pada praktikum ini dilakukan pengamatan pada keseragaman dosis pada
dosimeter CTA, dari grafik hubungan antara dosis dengan posisi window dibawah ini

dapat dilihat bahwa dosis tidak tersebar secara merata.

Kurva hubungan antara Dosis dengan Posisi sepanjang Window MBE


50
40
30
Dosis (KGy)

20
10
0
0

20

40

60

80

100

120

Panjang Window (cm)

Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti, jarak waktu antara
dosimeter CTA setelah diradiasi dengan pengukuran dosimeter terlalu lama.
Optimumnya selang waktunya hanya 2 jam, tapi pada praktikum ini pengukuran
dilakukan selang waktu 48 jam. Apabila pengukuran dilakukan sebelum 2 jam
setelah diiradiasi, maka harga rapat optik/absorban di bawah nilai sebenarnya, dan jika
pengukuran dilakukan setelah 2 jam maka harga rapat optik/absorbanakan bertambah
besar seiring dengan bertambahnya waktu.
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa dosis yang paling tinggi senilai 41
KGy yang terletak pada jarak 80-100 cm. Nilai tersebut merupakan nilai dosis
maksimal (Dmaks) dan nilai dosis minimal dalam data ini merupakan nilai dari dosis
rerata pada jarak dengan range 20 cm. Dalam proses iradiasi, pengukuran dosis
maksimal (Dmaks) dan dosis minimal (Dmin) sangat penting, dan bila terdapat perbedaan
yang amat menyolok dari harga Dmaks dan Dmin berarti iradiasi tidak homogen.
Homogenitas atau keseragaman distribusi dosis radiasi pada sepanjang window
MBE dinyatakan dari perbandingan Dmaks/Dmin. Bila harga ini bernilai mendekati
1, maka distribusi dosis dapat dikatakan homogen. Dalam praktek khususnya dalam
industri, perbandingan Dmaks/Dmin dapat mencapai 1 sampai 1,5. Dari data pengukuran
keseragaman dosis sepanjang window MBE, diperoleh keseragaman dosis serap
Dmaks/Dmin = 4,31, dengan demikian keseragaman dosis sepanjang window MBE
menunjukkan tidak homogen. Keseragaman distribusi dosis pada luasan window MBE

masih bisa ditingkatkan dengan menyempurnakan sistem optik yang belum bekerja
secara maksimal.
Bila nilai Dmax/Dmin mendekati 1 berarti dosis yang diterima bahan semakin
seragam.

Keseragaman dosis dipengaruhi oleh kemampuan pemayar dalam

mengarahkan/mendistribusikan elektron dan bentuk window yang ada dan juga oleh
jarak lintasan elektron menuju bahan. Dari grafik distribusi dosis yang ada
menunjukkan bahwa bagian tengah window (posisi 80 cm) adalah bagian yang paling
banyak menjadi lokasi paparan elektron dan semakin ke pinggir maka jumlahnya akan
semakin berkurang. Jarak lintasan elektron ke bahan yang di tengah (tepat di bawah
sumber elektron) lebih pendek dibanding lintasan pada bahan yang di pinggir. Karena
jarak yang lebih pendek, maka energi elektron yang menembus bahan yang berada
ditengah juga lebih besar juga berbeda sehingga dosisnya lebih besar di bagian tengah.
Untuk mengetahui suatu materi telah terkena radiasi atau belum, digunakan
dosimeter go-nogo sebagai indikator radiasi yang dapat diamati secara visual melalui
perubahan warna, dimana perubahan warna yang terjadi adalah go-nogo yang awalnya
berwarna kuning muda, berubah warna menjadi lebih gelap (merah tua) setelah terkena
radiasi. Dosimeter go-no go merupakan salah satu dari radiochromic dosimeter , yaitu
dosimeter yang menggunakan perubahan warna sebagai indikator radiasi. Dosimeter
jenis ini hanya dapat digunakan sebagai dosimeter kualiitatif (ada atau tidak adanya
radiasi) namun tidak dapat digunakan sebagai kuantitatif sebagaimana CTA. Indikator
go-no go mengandung leuko-dye yang merupakan zat kimia yang sensitif terhadap
paparan radiasi, contohnya adalah kalium dikromat, triphenyl tetrazolium chloride
(TTC), dan tryphenyl methane leucocyanides .

G. Kesimpulan

H. Daftar Pustaka
1. Christina, Maria. dkk. 2008. Dasar-Dasar Kimia Radiasi, Percobaan-Percobaan,
Dan Contoh Aplikasinya. Yogyakarta:STTN-BATAN.

2. Rany Saptaaji, Sumaryadi, Suhartono. 2008. Penentuan Dosis Serap Berkas


Elektron Untuk Pengolahan Gas Buang Skala Laboratorium Menggunakan Mesin
Berkas Elektron Ptapb. Yogyakarta : PTAPB.
3. Sukaryono, Rany Saptaaji, Suhartono, Heri Sudarmanto. 2012. Identifikasi Arus
Berkas Elektron Pada Pra Komisioning Mesin Berkas Elektron (Mbe) Lateks.
Yogyakarta: PTAPB.
4. Utami, Endar Tri. 2007. Pengukuran Distribusi Dosis Radiasi Berkas Elektron
pada Tabung Proses Iradiasi FGT (Flue Gas Treatment).Semarang: UNNES
Yogyakarta, 10 November 2014
Asisten,

Sukaryono

Praktikan,

Siti Hanna

Anda mungkin juga menyukai