A. Tujuan
Mengetahui nilai laju dosis dan keseragaman dosis serap sepanjang jendela pemayar
MBE
B. Dasar Teori
Mesin Berkas Elektron (MBE)
Berkas elektron untuk keperluan proses
radiasi
didapatkan
dari
suatu
alat
tabung
akselerator
terhadap cuplikan yang diiradiasi, sedangkan arus berkas hanya menentukan laju dosis
radiasi.
2. Cuplikan yang diiradiasi, parameter cuplikan yang diiradiasi meliputi fasa, densitas dan
geometri.
3. Teknik radiasi, teknik iradiasi terhadap bahan dapat dilakukan secara batch, semi batch
dan sinambung (continue).
Dosimetri
Dosimetri radiasi adalah suatu metode pengukuran kuantitas energi radiasi, baik yang
berupa gelombang elektromagnet maupun berupa arus partikel bermuatan yang
dipancarkan oleh sumber radiasi pada titik geometris tertentu atau diserap oleh materi
yang diradiasi. Dosimetri dalam pengolahan bahan dengan MBE perlu diperhatikan agar
diperoleh pengolahan yang optimum dan tepat guna. Dosis radiasi ini merupakan jumlah
energi yang diserap per satuan massa bahan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan proses radiasi terhadap
suatu bahan berkaitan dengan dosis yang diterima, yaitu:
1. Densitas materi (bahan): Semakin besar densitas materi maka penetrasi berkas elektron ke
dalam materi akan semakin sulit/kecil.
2. Energi berkas elektron sebagai fungsi arus dan tegangan: Semakin besar energi berkas
elektron maka penetrasinya juga semakin besar.
3. Lama waktu yang diperlukan elektron mengenai materi: Semakin lama waktu materi
terkena radiasi, maka semakin banyak dosis yang diterima.
4. Arus berkas: Semakin besar arus yang dialirkan, maka dosis yang diterima akan semakin
besar.
Pada penggunaan MBE, dosis dari radiasi yang dilakukan diamati dengan 2 cara,
yaitu kuantitatif dan kualitatif. Uji kualitatif (terjadi proses radiasi atau tidak) dilakukan
dengan menggunakan indicator radiasi yang berupa zat warna yang peka terhadap radiasi
yaitu dosimeter go-no go. Dosimeter ini merupakan dosimeter yang peka terhadap radiasi,
yang apabila terkena radiasi akan berubah warnanya menjadi lebih gelap sebanding
dengan dosis radiasi yang mengenainya. Sedangkan uji kuantitatif dilakukan dengan
menggunakan dosimeter cellulose triacetate (CTA)
dosimeter
cellulose
triacetate
(CTA).
OD x t o x f
Kxt
dengan :
D
OD = perbedaan rapat optik sebelum dan sesudah diiradiasi (OD1-OD). Caranya yaitu
dengan mencacah CTA sebelum dan sesudah iradiasi menggunakan Spektrofotometer
t
Genesys-5
= tebal dosimeter nominal (0,125 mm)
= faktor penyimpanan; f=1 apabila pengukuran rapat optik dosimeter CTA dilakukan
30 menit setelah diiradiasi. (Saptaaji, 2004: 6-7)
D. Cara Kerja
Pemeriksaan dilakukan dengan pengisian lembaran ceklis.
2. Dosimeter CTA dipotong sepanjang kira kira 7 cm.
3. Dosimeter ditempel pada amplop, pada amplop ditempel pula dosimeter go no go.
4. Dosimeter CTA diiradiasi menggunakan MBE dengan tegangan, arus, dan
kecepatan konveyor tertentu.
5. Dosimeter CTA yang telah diiradiasi dikondisikan selama kurang lebih 2 jam.
6. Rapat optik/absorban dosimeter CTA setelah diiradiasi diukur menggunakan UVVis Spectrophotometer.
Dosis terserap ditentukan berdasarkan absorbansi yang terukur
E. Data Pengamatan
Posisi
0 20 cm
20 40 cm
40 60 cm
60 80 cm
80 100 cm
100 120 cm
Absorban
Dosis (KGy)
0,271
0,278
0,291
0,299
0,302
0,333
0,332
0,340
0,347
0,342
0,274
0,278
0,276
0,281
0,282
0,331
0,318
0,328
0,329
0,333
0,409
0,414
0,421
0,424
0,425
0,194
0,191
0,188
0,189
0,194
21,0
22,0
23,8
25,0
25,4
29,7
29,5
30,6
31,6
30,9
21,5
22,0
21,7
22,4
22,6
29,4
27,6
29,0
29,1
29,7
39,8
40,5
41,4
41,6
41,9
9,9
9,4
9,0
9,1
9,0
Dosis Rerata
(KGy)
23,4
Dmaks/Dmin
41
23.4
1,75
30,4
41
30,4
1,34
22
41
22
1,86
28,9
41
28,9
1,41
41
41
41
1
9,5
41
9,5
= 4,31
Dosimeter Go No Go
Dosimeter go-no go mengalami perubahan warna:
Sebelum
Sesudah Radiasi
F. Pembahasan
Dosimeter CTA merupakan dosimeter standar primer sehingga dosimeter ini
digunakan untuk mengukur dosis pada MBE. Seperti yang kita ketahui bahwa dosis
MBE tidak bisa diketahui secara langsung tetapi hanya dapat mengukur besar arusnya
karena arus sebanding dengan dosisnya.
Dalam identifikasi berkas elektron dilakukan dengan mengoperasikan MBE Lateks
pada tegangan pemercepat 208 kV sehingga dihasilkan arus berkas elektron 25 A pada
kondisi vakum 5.10-6 mbar. Berkas elektron diiradiasaikan ke target yang sudah dipasang
dosimeter go no go dan dosimeter CTA. Dari hasil iradiasi terlihat pada dosimeter go no
go ada perubahan warna dari kuning menjadi merah kecoklatan, hal ini menandakan ada
berkas elektron yang sampai ke target. Sedangkan untuk mengukur besarnya dosis di
target menggunakan dosimeter CTA. Dosimeter CTA yang digunakan adalah tipe FUJI
FTR 125 buatan Jepang berupa pita panjang warna bening dengan dimensi lebar 8 mm,
tebal 0,125 mm, densitas 1,298 gr/cm3 dan dapat dibaca pada panjang gelombang 280
nm. Sebelum melakukan pengukuran dosis serap menggunakan dosimeter CTA tipe FUJI
FTR 125 ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tidak merubah kondisi dosimeter
CTA, yaitu pada kedua permukaan tidak boleh kotor, terkena minyak/lemak, debu, tidak
boleh dipegang langsung tangan dan tidak boleh terlipat, karena kondisi tersebut akan
mempengaruhi data hasil pengukuran rapat optik/absorban. Alat yang digunakan untuk
membaca
nilai
rapat
optik/absorban
sebelum
dan
sesudah
iradiasi
adalah
20
10
0
0
20
40
60
80
100
120
Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti, jarak waktu antara
dosimeter CTA setelah diradiasi dengan pengukuran dosimeter terlalu lama.
Optimumnya selang waktunya hanya 2 jam, tapi pada praktikum ini pengukuran
dilakukan selang waktu 48 jam. Apabila pengukuran dilakukan sebelum 2 jam
setelah diiradiasi, maka harga rapat optik/absorban di bawah nilai sebenarnya, dan jika
pengukuran dilakukan setelah 2 jam maka harga rapat optik/absorbanakan bertambah
besar seiring dengan bertambahnya waktu.
Dari hasil pengukuran diketahui bahwa dosis yang paling tinggi senilai 41
KGy yang terletak pada jarak 80-100 cm. Nilai tersebut merupakan nilai dosis
maksimal (Dmaks) dan nilai dosis minimal dalam data ini merupakan nilai dari dosis
rerata pada jarak dengan range 20 cm. Dalam proses iradiasi, pengukuran dosis
maksimal (Dmaks) dan dosis minimal (Dmin) sangat penting, dan bila terdapat perbedaan
yang amat menyolok dari harga Dmaks dan Dmin berarti iradiasi tidak homogen.
Homogenitas atau keseragaman distribusi dosis radiasi pada sepanjang window
MBE dinyatakan dari perbandingan Dmaks/Dmin. Bila harga ini bernilai mendekati
1, maka distribusi dosis dapat dikatakan homogen. Dalam praktek khususnya dalam
industri, perbandingan Dmaks/Dmin dapat mencapai 1 sampai 1,5. Dari data pengukuran
keseragaman dosis sepanjang window MBE, diperoleh keseragaman dosis serap
Dmaks/Dmin = 4,31, dengan demikian keseragaman dosis sepanjang window MBE
menunjukkan tidak homogen. Keseragaman distribusi dosis pada luasan window MBE
masih bisa ditingkatkan dengan menyempurnakan sistem optik yang belum bekerja
secara maksimal.
Bila nilai Dmax/Dmin mendekati 1 berarti dosis yang diterima bahan semakin
seragam.
mengarahkan/mendistribusikan elektron dan bentuk window yang ada dan juga oleh
jarak lintasan elektron menuju bahan. Dari grafik distribusi dosis yang ada
menunjukkan bahwa bagian tengah window (posisi 80 cm) adalah bagian yang paling
banyak menjadi lokasi paparan elektron dan semakin ke pinggir maka jumlahnya akan
semakin berkurang. Jarak lintasan elektron ke bahan yang di tengah (tepat di bawah
sumber elektron) lebih pendek dibanding lintasan pada bahan yang di pinggir. Karena
jarak yang lebih pendek, maka energi elektron yang menembus bahan yang berada
ditengah juga lebih besar juga berbeda sehingga dosisnya lebih besar di bagian tengah.
Untuk mengetahui suatu materi telah terkena radiasi atau belum, digunakan
dosimeter go-nogo sebagai indikator radiasi yang dapat diamati secara visual melalui
perubahan warna, dimana perubahan warna yang terjadi adalah go-nogo yang awalnya
berwarna kuning muda, berubah warna menjadi lebih gelap (merah tua) setelah terkena
radiasi. Dosimeter go-no go merupakan salah satu dari radiochromic dosimeter , yaitu
dosimeter yang menggunakan perubahan warna sebagai indikator radiasi. Dosimeter
jenis ini hanya dapat digunakan sebagai dosimeter kualiitatif (ada atau tidak adanya
radiasi) namun tidak dapat digunakan sebagai kuantitatif sebagaimana CTA. Indikator
go-no go mengandung leuko-dye yang merupakan zat kimia yang sensitif terhadap
paparan radiasi, contohnya adalah kalium dikromat, triphenyl tetrazolium chloride
(TTC), dan tryphenyl methane leucocyanides .
G. Kesimpulan
H. Daftar Pustaka
1. Christina, Maria. dkk. 2008. Dasar-Dasar Kimia Radiasi, Percobaan-Percobaan,
Dan Contoh Aplikasinya. Yogyakarta:STTN-BATAN.
Sukaryono
Praktikan,
Siti Hanna