Anda di halaman 1dari 24

SPEKTROFOTOMETRI

Oleh

Wulan Asmarani (119280009)


Anggun Theresia Manurung (119280011)
Fransisco Xala Hutabarat (119280047)

Dikumpulkan kepada
Desi Riana Saputri,S.Si.,M.T
Muhammad Zulfikar Luthfi,S.TP.,M.T
Martin Sugiarto Manurung

TK2101
Program Studi Teknik Kimia
Institut Teknologi Sumatera
Ganjil 2020
SPEKTROFOTOMETRI
Abstrak

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui analisa spektrofotometri,


aplikasi dari analisa spektrofotometri, dan menentukan kadar sulfat dalam sampel (air
sulingan). Dalam percobaan ini ada beberapa parameter yang harus dipertimbangkan,
antara lain panjang gelombang yang digunakan, ketelitian ketika menggunakan
spektrofotometer, dan nilai absorbansi yang diperoleh. Metode yang dilakukan adalah
menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Pada preparasi larutan, untuk membuat
larutan K2SO4 100 ppm sebanyak 250 ml, masa K2SO4 yang dibutuhkan sebanyak
0.025 gram. Sedangkan untuk membuat larutan HCl 2 M sebanyak 50 ml, dibutuhkan
masa HCl sebanyak 3.65 gram. Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan
dengan mengukur absorbansi larutan. Pada percobaan ini larutan yang akan diukur
adalah Kalium Sulfat dan larutan blanko yang digunakan adalah akuades. Penentuan
panjang gelombang maksimum menggunakan sinar tampak pada rentang 410-520 nm
diperoleh nilai absorbansi pada penentuan panjang gelombang 410 nm, 430 nm, 450
nm, 470 nm, 490 nm, dan 520 nm berturut-turut 0.145 A, 0.123 A, 0.116 A, 0.113 A,
0.107 A, dan 0.102 A. Sedangkan nilai transmitan yang diperoleh yaitu sebesar
71.6%, 75.3%, 76.6%, 77.1%, 78.2%, dan 79.1%. Berdasarkan nilai absorbansi yang
diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa panjang gelombang 410 nm merupakan
panjang gelombang maksimum. Hal ini dikarenakan nilai absorbansi paling besar
terdapat pada panjang gelombang tersebut. Pada percobaan pembuatan kurva
kalibrasi dilakukan pengenceran larutan Kalium Sulfat 100 ppm menjadi 20 ppm, 40
ppm, 60 ppm, dan 80 ppm. Setelah diukur, diperoleh nilai absorbansi dari masing-
masing konsentrasi larutan sebesar 0.087 A, 0.112 A, 0.121 A, dan 0.128 A. Dari
data tersebut, diperoleh persamaan regresi linear y = 0.0012x + 0.0376 dan nilai
regresi R2 sama dengan 0.7741. Pada penentuan kadar sulfat dalam sampel,
digunakan panjang gelombang 480 nm dan diperoleh nilai absorbansi sebesar 0.0056
A. Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa panjang gelombang
yang digunakan mempengaruhi nilai absorbansi. Semakin tinggi panjang gelombang,
maka nilai absorbansi yang diperoleh akan semakin kecil. Kurva kalibrasi dapat
menentukan persamaan dan nilai regresi linear. Dengan persamaan regresi linear
maka konsentrasi suatu larutan dapan ditentukan. Konsentrasi sulfat dalam sampel
sebesar -26.67. Setelah dilakukan percobaan ini, maka dapat diberikan rekomendasi
untuk percobaan berikutnya yaitu agar lebih meningkatkan kualitas video dari
percobaan dan mencari area jaringan internet yang baik agar dapat mempermudah
pengamatan pada praktikum yang dilakukan.

Kata Kunci : absorbansi, konsentrasi, panjang gelombang, spektrofotometri

i
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
METODE ...................................................................................................................... 3
HASIL PERCOBAAN .................................................................................................. 8
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 9
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 12
LAMPIRAN A ............................................................................................................ 13
LAMPIRAN B ............................................................................................................ 16
LAMPIRAN C ............................................................................................................ 17
LAMPIRAN D ............................................................................................................ 19
TABEL
Tabel 1. Panjang Gelombang Maksimum, 100 ppm ................................................. 8
Tabel 2. Data Kurva Kalibrasi .................................................................................. 9
GAMBAR
Gambar 1 : Kurva Hubungan Antara Panjang Gelombang dengan Nilai
Absorbansi ................................................................................................................ 8
Gambar 2 : Kurva Hubungan Antara Konsentrasi Larutan dengan Nilai
Absorbansi ................................................................................................................ 9

ii
SPEKTROFOTOMETRI

PENDAHULUAN

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui metode analisa spektrofotometri,


mengetahui aplikasi analisa pada spektrofotometri, dan menentukan kadar sulfat
dalam sampel. Dalam percobaan ini ada beberapa parameter yang harus
dipertimbangkan, antara lain panjang gelombang yang digunakan, ketelitian ketika
menggunakan spektrofotometer, dan nilai absorbansi yang diperoleh.
Spektrofotometri merupakan ilmu yang mempelajari tentang penggunaan
spektrofotometer. Spektrofotometri adalah suatu metode analisa yang didasarkan
pada pengukuran absorbsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu
larutan yang kemudian ditentukan konsentrasinya (Lestari, 2010).
Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optik dan elektronika serta
sifat-sifat kimia fisiknya. Dimana detektor dapat mengukur intensitas cahaya yang
dipancarkan secara tidak langsung cahaya yang di absorbsi (Sembiring dkk, 2019).
Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan
cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu. Spektrofotometer
menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu (Neldawati,
2013).
Berdasarkan sumber cahaya yang digunakan, spektrofotometri terbagi atas
beberapa jenis diantaranya Spektrofotometri Visible, Spektrofotometri Ultraviolet
(UV), Spektrofotometri Infra-Red Dan Spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometri
UV-Vis merupakan gabungan antara Spektrofotometri UV dengan Spektrofotometri
Vis. Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah
ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu senyawa
(Anonim, 2011).
Metode Spektrofotometri UV-Vis lebih sering digunakan karena metode ini
memiliki beberapa keunggulan, antara lain ketika menentukan jumlah zat yang sangat
kecil proses yang dilakukan lebih sederhana dan ketika melakukan analisis, biaya
yang diperlukan lebih sedikit dibanding metode yang lain. Kebanyakan sampel yang
digunakan pada spektrofotometri berupa larutan. Larutan tersebut harus dilarutkan
dengan pelarut yang digunakan. Pelarut yang digunakan pada spektrofotometri harus
bisa melarutkan cuplikan dan bisa meneruskan radiasi di daeerah panjang gelombang
yang sedang dipelajari (Novriyanto, 2020).

1
Spektrofotometri UV-Vis mengacu pada Hukum Lambeer-Bert (Bert’s Law).
Hukum Lambeer-Bert adalah hubungan linearitas antara absorban dengan konsentrasi
larutan sampel. Konsentrasi pada sampel dapat ditentukan dengan mengukur
absorbansi dengan panjang gelombang tertentu. Hukum Lambeer-Bert dapat
dirumuskan sebagai berikut (Suarsa, 2015).

𝐴 = 𝑎 .𝑏 .𝑐 atau 𝐴 = 𝜀 .𝑏 .𝑐

𝐴 = −𝐿𝑜𝑔 𝑇

Keterangan : A = absorbansi
𝜀 = koefisien ekstingsi molar (M-1.cm-1)
a = absorbtivitas
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi (M)
T = Transmitan

Secara garis besar, bagian spektrofotometri terdiri atas :


a. Sumber cahaya
- Lampu deutrium digunakan untuk daerah UV pada panjang gelombang
190-50 nm
- Lampu Tungsten digunakan untuk daerah visible pada panjang 350-900
nm
b. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi
cahaya monokromatis dengan panjang gelombang tertentu. Bagian
monokromator antaralain prisma, kisi difraksi, celah optis, dan filter.
c. Kompartemen sampel
Kompartemen sampel digunakan sebagai tempat diletakkannya kuvet. Kuvet
berfungsi sebagai tempat sampel yang akan dianalisis.
d. Detektor
Detektor berfungsi untuk menerima dan mencatat intensitas sinar setelah
melewati sel sampel.
(Sembiring dkk, 2019)

2
METODE
Ada beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam percobaan ini diantaranya
melakukan preparasi larutan, menentukan panjang gelombang maksimum, membuat
kurva kalibrasi, dan menetapkan kadar sulfat dalam sampel larutan. Pada tahap
preparasi larutan, larutan yang perlu disiapkan yaitu larutan Kalium Sulfat 100 ppm
sebanyak 250 ml dan larutan Asam Klorida 2 M sebanyak 50 ml. Dalam menentukan
panjang gelombang maksimum, nilai transmitan(%) perlu diukur. Kemudian dibuat
kurva hubungan antara panjang gelombang dengan dengan nilai absorbansi. Pada
percobaan untuk membuat kurva kalibrasi perlu dilakukan pengenceran larutan
kalium sulfat 100 ml menjadi 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm dan 80 ppm. Kemudian
masing-masing larutan ditambahkan Barium klorida dan dikocok. Kmudian
dilakukan perhitungan transmitan pada panjang gelombang maksimum dan dibuat
kurva kalibrasinya. Pada pecobaan meenentukan kadar sulfat dalam sampl dilakukan
juga pengukuran transmitan pada panjang gelombang 480 nm. Sampel yang
digunakan adalah air sulingan.
Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain batang pengaduk, beaker
glass, botol akuades, indikator ph, kuvet, erlenmeyer dan gelas arloji. Sedangkan
bahan yang digunakan antara lain Akuades (H2O), Asam klorida (HCl), Kalium sulfat
(K2SO4), Barium klorida (BaCl2.2H2O) dan sampel 1 (air sulingan).

3
Diagram Alir Percobaan

a. Melakukan Preparasi Larutan

Mulai

Buat Buat
larutan Pencam larutan
Pencam
K2SO4 kalium puran HCl 2
puran HCl dan
dan sulfat HCl dan M, 50
K2SO4 akuades
akuades 100 ppm akuades ml
dan
akuades sebanyak
250 ml

Hasil percobaan

Selesai

4
b. Menentukan Panjang Gelombang Maksimum

Mulai

Pipet larutan
Larutan K2SO4 Pencampuran K2SO4 K2SO4 100 ppm
100 ppm dan dengan BaCl2 sebanyak 50 ml
0,2 gram BaCl2 dan
ditambahkan 0,2
gram BaCl2

Dikocokselama
kuranglebih 1
menit sampai
Pengocokan dan terbentu
Pendiaman endapan
BaSO4dan
didiamkan
kurang lebih 5
menit
Ukurnilai %T
dan nilai A dari
larutan 100 ppm
Pengukuran menggunakan dengan
spektrofotometer spektrofotometer
sinar tampak
pada panjang
gelombang 410-
520 nm

Gunakan larutan
Menghitung nilai %T blangko untuk
mengenolkan %T
sebelum
pengukuran
serapan larutan
standar pada
setiap pergantian
Ulangi panjang
YA
percobaan? gelombang

TIDAK

Hasil percobaan

Selesai

5
c. Membuat Kurva Kalibrasi

Mulai

Encerkan
Larutan K2SO4 Pengenceran K2SO4 100
100 ppm ppm menjadi
20, 40, 60, 80
ppm sebanyak
50 ml

BaCl2 0,2 gram Padasetiaplatut


Penambahan
danakuades anditambahkan
0,2 gram
BaCl2sebelum
di
tambahkanakua
des

Kocokkurangle
Pengocokandan bih 1
pendiaman menitsampaiad
aendapan
BaSO4,
laludiamkansel
ama 5menit

Ukurbesatnilait
ransmitanpadap
Pengukuran anjanggelomba
ngmaksimum

Hasilpercobaan

Selesai

6
d. Menetapkan Kadar Sulfat Dalam Sampel Larutan

Mulai

Pipet 10 ml
Larutan K2SO4 Penambahandanp sampel
danHCl 1 N encampuran (K2SO4)kedalam
labuukur 50 ml,
lalutambahkanH
Cl 1 N
untukmengukur
pH 1

Tambahkan 0,2
BaCl2 0,2 gram Penambahan,
gram BaCl2
danakuades pengocokandanp
sebelummenam
endiaman bahkanakuades,
lalukocokkurang
lebih 1
menitsampaiterb
entukendapan
BaSO4,
dandiamkansela
makuranglebih
5 menit

Hasilpercobaan

Selesai

7
HASIL PERCOBAAN

Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh data sebagai berikut.

1. MenentukanPanjang Gelombang Maksimum

Tabel 1. Panjang Gelombang Maksimum, 100 ppm


Panjang Gelombang Absorbansi (A) Transmitan (%)
410 nm 0,145 71,61434 %
430 nm 0,123 75,33556 %
450 nm 0,116 76,55966 %
470 nm 0,113 77,0903 %
490 nm 0,107 78,16278 %
520 nm 0,102 79,06786 %

Panjang gelombang maksimum,


A
100 ppm
0.16
y = -0.000x + 0.278
0.14 R² = 0.846
0.12

0.1

0.08

0.06

0.04

0.02

0
400 420 440 460 480 500 520 540
Panjang Gelombang

Gambar 1 : Kurva Hubungan Antara Panjang Gelombang dengan Nilai


Absorbansi

8
b. Pembuatan Kurva Kalibrasi

Tabel 2. Data Kurva Kalibrasi


Konsentrasi Absorbansi (A)
0 0
20 0,087
40 0,112
60 0,121
80 0,128
100 0,145

A Kurva Kalibrasi
0.18
0.16 y = 0.001x + 0.037
R² = 0.774
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi Larutan

Gambar 2 : Kurva Hubungan Antara Konsentrasi Larutan dengan Nilai


Absorbansi

PEMBAHASAN

Pada percobaan penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan


dengan mengukur absorbansi larutan. Pada percobaan ini larutan yang akan diukur
absorbansinya adalah Kalium Sulfat dan larutan blanko yang digunakan adalah
akuades. Penentuan panjang gelombang maksimum menggunakan sinar tampak
pada rentang 410-520 nm diperoleh nilai absorbansi pada penentuan panjang
gelombang 410 nm, 430 nm, 450 nm, 470 nm, 490 nm, dan 520 nm berturut-turut
0.145 A, 0.123 A, 0.116 A, 0.113 A, 0.107 A, dan 0.102 A. Sedangkan nilai
transmitan yang diperoleh yaitu sebesar 71.6%, 75.3%, 76.6%, 77.1%, 78.2%, dan
79.1%. Panjang gelombang yang digunakan adalah panjang gelombang yang
mempunyai absorbansi maksimal. Hal ini dikarenakan pada panjang gelombang
maksimal, karena perubahan absorbansi untuk tiap satuan konsentrasi paling
besar. Berdasarkan nilai absorbansi yang diperoleh, maka dapat disimpulkan

9
bahwa panjang gelombang 410 nm merupakan panjang gelombang maksimum.
Hal ini dikarenakan nilai absorbansi paling besar terdapat pada panjang
gelombang tersebut yaitu sebesar 0.145 A. Dari data yang diperoleh dan kurva
yang terbentuk, dapat disimpulkan bahwa panjang gelombang yang digunakan
mempengaruhi nilai absorbansi. Hubungan antara nilai panjang gelombang dan
nilai absorbansi adalah berbanding terbalik. Semakin besar nilai panjang
gelombang, maka nilai absorbansi yang diperoleh akan semakin kecil.
Untuk membuat kurva kalibrasi, diperlukan larutan standar. Tujuannya
supaya memperoleh panjang gelombang maksimum dari larutan standar.
Berdasarkan teori, panjang gelombang maksimum dipilih karena di sekitar
panjang gelombang maksimum akan terbentuk garis kurva yang linear sehingga
hukum Lambert-Beer dapat terpenuhi dengan baik. Jika Lambert-Beer terpenuhi,
maka kesalahan yang ditimbulkan pengukuran dapat diperkecil atau dengan kata
lain hasil pengukuran absorbansinya tepat. Pada percobaan ini, larutan yang
digunakan yaitu Kalium Sulfat dengan konsentrasi 20,40,60,60, dan 80 ppm.
Dengan konsentrasi tersebut, diperoleh nilai absorbansi seperti yang tertera pada
tabel 2. Dari data, diperoleh kurva hubungan antara konsentrasi dengan nilai
absorbansi adalah berbanding lurus. Semakin tinggi konsentrasi larutan, maka
nilai absorbansi yang diperoleh juga semakin tinggi. Dari kurva tersebut diperoleh
persamaan regresi linear senilai y = 0.0012x + 0.0376 dan nilai regresinya R² =
0.774. Tepat atau tidaknya hasil pengukuran dapat dilihat dari nilai regresinya.
Ketika nilai regresi mendekati 1, maka hasil pengukuran semakin baik. Dengan
nilai regresi tesebut, maka pengukuran pada percobaan ini masih dikategorikan
baik.
Pada penentuan kadar sulfat pada sampel, panjang gelombang yang
digunakan adalah 480 nm, karena panjang gelombang ini dianggap sudah
optimum untuk melakukan uji absorbansi larutan sampel untuk mendapatkan hasil
yang optimum. Dengan panjang gelombang tersebut diperoleh nilai absorbansinya
sebesar 0.0056 A. Berdasarkan perhitungan, kadar sulfat dalam sampel air
sulingan sebesar -26.67 dan nilai transmitannya sebesar 0.987. Kadar sulfat dalam
sampel bernilai negatif dikarenakan nilai absorbansi dari sampel lebih kecil
dibandingkan nilai intersep. Nilai absorbansi terukur negatif dapat disebabkan
oleh kuvet yang digunakan untuk pengukuran sampel dan blanko berbeda, kuvet
tersentuh jari praktikan, kuvet baru saja dipakai untuk larutan yang lebih pekat
dan kuvet belum tercuci bersih ketika digunakan.

10
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah dilakukan percobaan ini maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai


berikut.
1. Semakin besar nilai panjang gelombang, absorbansi larutan semakin kecil
2. Panjang gelombang maksimumnya adalah 410 nm, karena pada nilai
absorbansinya paling besar
3. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka nilai absorbansi makin tinggi
juga.
4. Pada penentuan kurva kalibrasi antara absorbansi dengan konsentrasi
larutan diperoleh persamaan regresi linear senilai y = 0.0012x + 0.0376
dan nilai regresinya R² = 0.774
5. Pada panjang gelombang 480 nm dengan absorbansi sebesar 0.0056 A
diperoleh kadar sulfat dalam sampel air sulingan sebesar -26,67.

Adapun saran kami untuk percobaan selanjutnya antara lain resolusi video
percobaan sebaiknya lebih ditingkatkan kembali dan disesuaikan antara apa yang
dijelaskan dengan gambar yang ditampilkan. Untuk praktikan harus lebih siap
dalam mengikuti responsi maupun praktikum. Untuk asisten dosen, semoga tetap
mampu membagi ilmunya dengan praktikan dan diusahakan mempersiapkan
koneksi yang baik .

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2011). Spektrofotometri. eprints.undip .

Lestari, F. (2010). Bahaya Kimia Sampling dan Pengukuran Kontaminan Kimia


di Udara. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Neldawati, d. (2013). Analisis Nilai Absorbansi dalam Penentuan Kadar


Flavonoid untuk Berbagai Jenis Daun Tanaman Obat. PILLAR OF PHYSICS ,
Vol. 2. 76-83.

Novriyanto, F. (2020). Penetapan Kadar Ketoprofen dengan Metode


Spektrofotometri UV-Vis. Bandung, Jawa Barat: Media Sains Indonesia.

Sembiring dkk. (2019). Alat Penguji Material. Guepedia.

Suarsa, I. W. (2015). SPEKTROSKOPI. simdos.unud .

12
LAMPIRAN A

 Preparasi Larutan
 Menghitung massa pada preparasi larutan
 K2SO4 100 ppm sebanyak 250 ml
𝑚
Ppm = ; 250 ml = 0,25 L
𝐿
𝑚
100 =
0,25
massa = 25 mg
massa = 0,025 gram

 HCl 2M sebanyak 50 ml
𝑛
VM = ; 50 ml = 0,05 L
𝐿
𝑛
2 =
0,05
n =0,1 mol
𝑚
n = ;Mr HCl= 36,5
𝑀𝑟
𝑚
0,1 =
36,5
m =0,1*36,5
m =3,65 gram

 Menghitung volume pengenceran


 K2SO4 100 ppm menjadi 20 ppm
M 1 * V1 = M2 * M2
100 * V1 = 20 * 50
1000
V1 =
100
= 10 ml
 K2SO4 100 ppm menjadi 40 ppm
M 1 * V1 = M2 * M2
100 * V1 = 40 * 50
2000
V1 =
100
= 20 ml
 K2SO4 100 ppm menjadi 60 ppm
M 1 * V1 = M2 * M2
100 * V1 = 60 * 50
3000
V1 =
100
= 30 ml
 K2SO4 100 ppmmenjadi 80 ppm
M 1 * V1 = M2 * M2
100 * V1 = 80 * 50
4000
V1 =
100
= 40 ml

13
 Menghitung %T

 Panjang gelombang 410 nm, A= 0,145


%T = 10-A * 100%
= 10 -0,145 * 100%
= 71,614%
 Panjang gelombang 430 nm, A= 0,123
%T = 10-A * 100%
= 10 -0,123 * 100%
= 75,335%
 Panjang gelombang 450 nm, A= 0,116
%T = 10-A * 100%
= 10 -0,116 * 100%
= 76,559%
 Panjang gelombang 470 nm, A= 0,113
%T = 10-A * 100%
= 10 -0,113 * 100%
= 77,09%
 Panjang gelombang 490 nm, A= 0,107
%T = 10-A * 100%
= 10 -0,107 * 100%
= 79,163%
 Panjang gelombang 520 nm, A= 0,102
%T = 10-A * 100%
= 10 -0,102 * 100%
= 79,068%

 Penentuan Regresi Secara Manual


x y x2 xy
0 0 0 0
20 0,087 400 1,74
40 0,112 1600 4,48
60 0,121 3600 7,26
80 0,128 6400 10,24
100 0,145 10000 14,5
∑x= 300 ∑y= 0,593 ∑x = 22000
2
∑xy= 38,22
x= konsentrasi
y= absorbansi

Diketahui:
n =6
∑x = 300 (∑x)2= 90000
∑y = 0,593
∑x2 = 22000
∑xy = 38,22

14
Dit:
Intercept (a), slope (b), y= ….?
Dij:

∑𝑦 ∑𝑥 2 −(∑𝑥)(∑𝑥𝑦 )
a =
𝑛 ∑𝑥 2 −(∑𝑥)2
0,593 22000 −(300)(38,22)
=
6 22000 −(300)2

13,046−11466
=
132000 −90000
1580
=
4200
=0,0376

𝑛 ∑𝑥𝑦 − ∑𝑥 (∑𝑦 )
b =
𝑛 ∑𝑥 2 −(∑𝑥)2
6 38,22 −(300)(0,593)
=
6 22000 −(300)2

229,32−177,9
=
132000−90000
51,42
=
4200
=1,22*10-3
=0,0012

y= bx + a
y= 0,0012x + 0,0376

 Menghitung T, saat panjang gelombang= 480 nm, A= 0,0056


T = 10-A
= 10-0,0056
= 0,987
Menentukan konsentrasi sulfat dalam sampel
Y = 0,0012x + 0,0376
0,0056 = 0,0012x + 0,0376
0,0012x = -0,032
x = -26.67

15
LAMPIRAN B

Pertanyaan responsi

1. Apa tujuan dari praktikum ini?


Jawab : Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui metode analisa
spektrofotometri, mengetahui aplikasi analisa pada spektrofotometri, dan
menentukan kadar sulfat dalam sampel.

2. Apa yang dimaksud dengan spektrofotometri UV-Vis?


Jawab : Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah
ultraviolet (200-400 nm) dan sinar tampak (400-800 nm) oleh suatu
senyawa.
3. Sebutkan pengaplikasian spektrofotometri dalam kehidupan nyata (ruang
lingkup teknik kimia)
Jawab : pengaplikasian spektrofotometri:
- Industri pangan, untuk menentukan konsentrasi zat aditif yang akan
diberikan pada produk makanan supaya tetap aman untuk dikonsumsi
- Industri tekstil, untuk menentukan konsentrasi pewarna yang
diperlukan untuk memproduksi sekian banyak pakaian dan sebagainya.

4. Apa yang kalian ketahui tentang kurva kalibrasi ?


Jawab : Kurva kalibrasi merupakan salah satu metode untuk untuk menentukan
konsentrasi suatu spesi yang ada dalam suatu larutan. Cara membuat kurva
kalibrasi adalah dengan cara plot.

5. Bagaimana rumus mencai Transmitan?


Jawab : Rumus mencari transmitan
A = -Log T
Log T = -A
T = 10-A

6. Bagaimana rumus menentukan konsentrasi sulfat dalam sampel?


Jawab : Menggunakan persamaan : y = bx + a
Dimana y adalah absorbansi, x adalah konsentrasi, b adalah intercept dan a
adalah slope .
∑𝑦 ∑𝑥 2 −(∑𝑥)(∑𝑥𝑦 )
a =
𝑛 ∑𝑥 2 −(∑𝑥)2
𝑛 ∑𝑥𝑦 − ∑𝑥 (∑𝑦 )
b = n = jumlah larutan
𝑛 ∑𝑥 2 −(∑𝑥)2

16
LAMPIRAN C

Penimbangan padatan K2SO4 Pemasukan K2SO4 kedalam


sebanyak 0.025 gram erlenmeyer

Padatan barium klorida Pengocokan larutan K2SO4


dimasukkan ke dalam larutan dan barium klorida
K2SO4

Kuvet Pemasukan kuvet berisi


kalium sulfat ke dalam
spektrofotometer

Nilai absorbansi yang Sampel yang akan


ditunjukkan oleh dimasukkan dalam beaker
spektrofotometer glass

17
Penambahan 3 tetes HCl Pengukuran pH, menggunakan
keedalam larutan indicator pH

18
LAMPIRAN D

TEKNIK Assessment oleh:


KIMIA  Wulan Asmarani
 Anggun Theresia Manurung
 Fransisco Xala Hutabarat

Risk Assessment Lokasi: Institut Teknologi Sumatera


Form
Tanggal: 6 Desember 2020

Dokumen: 1 lembar

Judul Praktikum : Spektrofotometri

Deskripsi Kegiatan
Penelitian/laboratorium Utilitas :✓Air ✓ Listrik N2 Suhu: o
C Tekanan:

Identifikasi Bahaya – Peralatan yang digunakan & Rancangan Percobaan

Sebagian alat praktikum yang digunakan mudah pecah karna terbuat dari kaca, sehingga
harus brhati-hati.

19
Identifikasi Bahaya - Material

Flammable

Oxidizing
corrosive

harmful

Irritant
Bahan yang digunakan

Toxic
reaktan/ produk Lainnya

Akuades 0 0 0 0 0 0 Reactivity= 0

Kalium Sulfat (K2SO4) 0 ✓ 0 1 ✓ ✓ Reactivity= 0

Barium Klorida 0 ✓ 0 2 0 ✓ Reactivity= 0

Sampel (air sulingan) 0 0 0 0 0 0 Reactivity= 0


Reactivity= 1
Asam klorida (HCl) 0 ✓ ✓ 3 0 0
Contact= 4
Kontrol untuk mengurangi resiko
Flammability Toxicity Body contact Reactivity Choric Health
Volume:  Menggunaka  safety  Dry  Kewaspadaan
 Tidak ada sumber n fumehood. goggles atmosphere laboran
api
 Menggunaka  Face  Inert  Monitoring
 Menggunakan n ruang asam shield atmosphere harus
fumehood dilakukan
 Ada tanda  Gloves  Blast Shield
 Suhu reaksi dijaga bahaya  Cegah
o
pada C  Safety apabila hamil
 Menggunaka apron
 Inert atmosphere n alat bantu  Cegah
pernapasan  Eye wash apabila
 Static discharge terjadi alergi
protection  Safety
Shower

20
Potensi Bahaya, Konsekuensi dan Alat pengaman
Potensi Bahaya Konsekuensi Safeguard Action

Asam klorida
Menyebabkan Gunakan sarung Tanggalkan semua pakaian
tumpahdan
mengenai kulit iritasi kulit, kulit tangan lateks, yang terkena percikan
ketika proses
memrah dan pakaian jas lab larutan kemudian bilas
penambahan HCl
terasa terbakar panjang, dan espatu bagian kulit yang terkena
tertutup dengan air yang mengalir

Asam klorida, Menyebabkan Gunakan safty Bilas mata dengan air yang
Kalium Sulfat, iritasi mata dan goggles mengalir
Barium Klorida mata merah
mengenai mata

21

Anda mungkin juga menyukai