Nurbani Yusuf
PPKn FKIP Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia
Email: nurbani@umm.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai restorasi pemikiran Ahmad Syafii Maarif selaku
anggota dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila terhadap Pancasila sebagai
ideologi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Sedangkan metode penelitian adalah deskriptif. Adapun hasil dalam penelitian ini adalah
Restorasi Ideologi Pancasila dalam pemikiran Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan
Ideologi Pancasila yakni Ahmad Syaf’I Ma’arif merupakan usaha berpikir kritis dalam
mengejawantahkan dan mengembangkan ideologi Pancasila agar mampu bertahan dengan
kondisi perubahan zaman. Pengejawantahan yang di lakukan oleh Ahmad Syaf’I Ma’arif
merupakan suatu bentuk pemikiran yang sistematis, metodis dan valid dalam
mengembangkan ideologi Pancasila agar dapat tetap relevan dengan kondisi dan tantangan
zaman. Dengan tujuan agar ideologi Pancasila dapat terus membumi atau dapat di tarik
kebumi sehingga Pancasila sebagai ideologi negara dapat benar-benar menjadi pedoman
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sehingga tujuan akhir yakni
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dapat segera atau mengalami percepatan
dalam laju gerak langkah negara ini.
ABSTRACT
This study discusses the restoration of Ahmad Syafii Maarif's thought as a member
of the Agency Steering Committee for Pancasila Ideology Education. The approach used in
this study is a qualitative approach. While the research method is descriptive. The results in
this study are the Restoration of Pancasila Ideology in the thought of Ahmad Syaf'I Ma'arif
as a member of the Agency Steering Committee of the Pancasila Ideology Education, which
is an effort to think critically in embodying and developing the Pancasila ideology so that it
can stay relevant in today's conditions and/or today's challenges. The manifestation carried
out by Ahmad Syaf'I Ma'arif is a form of systematic, methodical and valid thinking in
developing the Pancasila ideology so that it can remain relevant to the conditions and
challenges of the times. With the aim that the Pancasila ideology can continue to be
grounded or be grounded so that Pancasila as the state ideology can truly become a
guideline in the life of society, nation and state. So that the final goal, namely social justice
for all Indonesia's citizens, can immediately experience an acceleration in the pace of this
country's steps.
Nurbani Yusuf, Restorasi Ideologi Pancasila Dalam Pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif
224
jelaskan dengan mengatakan Indonesia juga memuat dimensi-dimensi secara
sebagai bangsa itu belum menjadi, masih menyeluruh.
dalam proses menjadi. Pancasila sebagai Sifat terbuka yang dimiliki oleh
ideologi dan dasar negara sejatinya sudah ideologi Pancasila tersebut bila dilihat
dalam posisi yang kokoh. Walaupun berdasarkan teori causalitas, causa
masih terdapat kelompok-kelompok kecil materialis Pancasila berasal dari adat
yang menolak Pancasila, namun tidak kebiasaan, kebudayaan, dan agama yang
memberikan dampak yang cukup ada di Indonesia. Dengan demikian, tidak
signifikan. Hanya berupa riak-riak kecil dapat diragukan bahwa dasar negara yang
dalam kehidupan bermasyarakat, kita miliki digali dari nilai yang terdapat
berbangsa, dan bernegara. Walaupun dalam masyarakat. Nilai tersebut tersebar
hanya berupa riak riak kecil, namun harus pada masyarakat, digunakan untuk
tetap menjadi fokus perhatian seluruh mengatur kehidupan masyarakat. oleh
elemen bangsa baik pemerintah maupun karena itu, tidak diragukan lagi bahwa
civil society yang konsisten terhadap Pancasila sebenarnya merupakan budaya
ideologi Pancasila. Hal ini demi dan pembudayaan bangsa Indonesia yang
mempertahankan dan melihat Indonesia perlu dipahami secara ilmiah oleh bangsa
sampai masa yang akan datang nanti. Indonesia (Amien, 2006).
Ahmad Syafi’I Ma’arif lebih lanjut Ideologi Pancasila sejak semula
menjelaskan bagaimana sejatinya suasana mengandung sifat dan ciri keterbukaan,
kebatinan yang terjadi di dalam Badan yang mampu menampung serta
Persiapan Usaha Kemerdekaan Indonesia. menghargai berbagi aspirasi yang tumbuh
Dimana pada saat itu Bangsa Indonesia dari segenap bagian dari kepulauan
dihadapkan pada tiga pilihan, yakni Islam, nusantara, dan menuangkannya ke dalam
Pancasila, dan Sosial intisari yang mewadahi keragaman
Ekonomi. Yang kemudian Sosial-Ekonomi aspirasi tersebut dalam dalam kesatuan
itu pendukungnya tidak banyak, lalu orientasi yang tumbuh dan padat
bergabung ke Pancasila. Kita seharusnya (Supriyatno, 1995). Keterbukaan ideologi
merasa beruntung punya filsafat Pancasila bukan saja merupakan suatu penegasan
yang hebat, digali oleh Bung Karno tanpa kembali dari pola pikir yang dinamis dari
teks pada 1 Juni 1945. Yang menjadi para pendiri negara kita dalam tahun
persoalan Pancasila dewasa ini adalah Sila 1945, tetapi juga merupakan suatu
ke Lima yakni “keadilan sosial bagi kebutuhan konseptual dalam dunia modern
seluruh rakyat Indonesia” yang belum yang berubah dengan cepat (Lanur, 1995).
menjadi pedoman dalam membangun Ideologi terbuka hanya berisi
bangsa sejak kita merdeka. orientasi dasar, sedangkan
Dari hasil pemikiran tersebut (Aco, penerjemahannya ke dalam tujuan-tujuan
2016) jelaskan bahwa Pancasila sebagai dan norma-norma sosial-politik selalu
ideologi memiliki sifat yang terbuka. Hal dapat dipertanyakan dan disesuaikan
ini berarti Pancasila dapat menerima dan dengan nilai dan prinsip moral yang
mengembangkan pemikiran baru dari luar berkembang di masyarakat. Operasional
dan dapat berinteraksi dengan cita-cita yang akan dicapai tidak dapat
perkembangan/ perubahan zaman dan ditentukan secara apriori, melainkan harus
lingkungannya, bersifat demokratis dalam disepakati secara demokratis. Dengan
arti membuka diri masuknya budaya luar sendirinya ideologi terbuka bersifat
dan dapat menampung pengaruh nilai nilai inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat
dari luar yang akan di inkorporasi, dipakai melegitimasi kekuasaan
untuk memperkaya aneka bentuk dan sekelompok orang. Ideologi terbuka hanya
ragam kehidupan bermasyarakat Indonesia dapat ada dan
Nurbani Yusuf, Restorasi Ideologi Pancasila Dalam Pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif
226
dalam laju gerak langkah negara ini. Lebih konkret yang di lakukan oleh Ahmad
lanjut Koento Wibisono (dalam Bakry, Syafii Maarif dalam mengembangkan
2001) menjelaskan unsur yang kedua, ideologi Pancasila. Dalam berbagai
adalah unsur mitos. Setiap ideologi selalu kesempatan di mimbar akademik, karya
memitoskan ajaran dari seseorang atau ilmiah, dan media baik cetak maupun
“badan” sebagai kesatuan, yang secara elektronik, Ahmad Syafi’i Ma’arif
fundamental mengajarkan cara bagaimana berupaya secara nyata mensosialisasikan
hal yang ideal itu pasti dapat dicapai. Hal rasionalitas ideologi Pancasila agar
ini pula yang dilakukan oleh kedua tokoh mendapatkan penerimaan sosial yang baik
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila di masyarakat. Sehingga penghayatan atas
Ahmad Syafi’I Ma’arif dan Yudi Latief. sosialisasi yang dilakukan oleh Ahmad
Mitos yang peneliti pahami bukan lah Syafi’i Ma’arif dapat dilaksanakan
suatu hal yang gaib, melainkan kedua sebagai pedoman kesusilaan dalam
tokoh tersebut menggunakan peristiwa kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
peristiwa sejarah di masa lampau sebagai bernegara.
media dalam setiap syiar kebangsaan yang Pengembangan ideologi Pancasila
mereka lakukan. yang di lakukan oleh Ahmad Syafi’I
Berdasarkan hasil temuan di Ma’arif saat ini dijelaskan sebagai bentuk
lapangan, syiar-syiar kebangsaan atau upaya dalam merasionalisasikan ideologi
sosialisasi mengenai ideologi Pancasila Pancasila dalam menanggapi tantangan
yang Ahmad Syafi’I Ma’arif lakukan dan ancaman ideologi-ideologi luar yang
menggunakan berbagai macam forum merangsak maksud kedalam masyarakat
yang dalam setiap acaranya selalu Indonesia. Ahmad Syafi’I Ma’arif sebagai
memaparkan mengenai historycal asal salah satu tokoh nasional dari golongan
muasal ideologi Pancasila menjadi suatu islam memilih untuk tampil ke muka dan
kesepakatan bersama. Dalam setiap isi menangkal berbagai macam paham radikal
pemaparan mengenai ideologi Pancasila, yang dewasa ini cukup memberikan
keduanya selalu menjadikan Bung Karno kegaduhan di kalangan masyarakat.
dengan Pancasila 1 Juni 1945 sebagai Sosialisasi tersebut Ahmad Syafi’I
tokoh utama dalam menggani ideologi Ma’arif lakukan semata mata bertujuan
Pancasila. agar Pancasila dapat menjadi tenda besar
Terakhir Koento Wibisono (dalam pelindung bangsa dimana semua golongan
Bakry, 2001) menjelaskan unsur dapat hidup dibawah naungannya.
mengembangkan ideologi Pancasila, yakni Pemikiran Anggota Dewan Pengarah
loyalitas. Setiap ideologi selalu menuntut Badan Pembinaan Ideologi Pancasila yakni
adanya loyalitas serta keterlibatan optimal Ahmad Syafi’i Ma’arif tersebut dapat
para pendukungnya untuk mendapatkan membuktikan dasar ontologis yang di
derajat penerimaan optimal. Selain itu, ungkapkan oleh Notonagoro (1975) yang
dalam ideologi terkandung juga adanya pada hakekatnya adalah manusia. Karena
tiga sub-unsur, yaitu rasional, manusia lah yang memiliki hakekat mutlak
penghayatan dan susila. Ahmad Syafi’I monopluralis, hakekat dasar ini juga
Ma’arif dalam praktik kesehariannya yang disebut sebagai dasar antropologis. Subjek
peneliti amati masuk dalam kategori ini, pendukung pokok-pokok pancasila adalah
kedua tokoh Badan Pembinaan Ideologi manusia itu sendiri. Demikian juga jika
Pancasila ini merupakan tokoh yang benar- kita pahami dari segi filsafat negara bahwa
benar konsisten dan loyal dalam Pancasila sebagai dasar filsafat negara,
memberikan kontribusi pemikirannya adapun pendukung pokok negara adalah
terhadap pengembangan ideologi bangsa. rakyat dan unsur rakyat adalah manusia itu
Dalam hasil observasi dan studi sendiri.
dokumentasi menunjukan usaha-usaha
Nurbani Yusuf, Restorasi Ideologi Pancasila Dalam Pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif
228
dapat mengetahui arah laju perkembangan Pertunjukan. Harmonia: Journal of
proses kenegaraan yang sedang Arts Research and Education, 11(2),
berlangsung dengan memahami ideologi 173–179. https://doi.org/10.15294/
yang di gunakan oleh negaranya, yakni harmonia.v11i2.2210
Pancasila. Masih sesuai atau tidak Hidayat, F. (2018). Survei LSI: Pro-
sesuainya arah laju negara dapat warga Pancasila Turun 10%, Pro-NKRI
negara ketahui apa bila telah memahami Bersyariah Naik 9%. Www.Detik.Com.
dan memaknai ideologi Pancasila sebagai https:// news.detik.com/berita/d-4119173/
bintang penuntun dan bukan sebagai suatu survei-lsi-pro-pancasila-turun-10- pro-
slogan semata dalam kehidupan nkri-bersyariah-naik-9
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hidayatullah, S. (2006). Notonagoro dan
Religiusitas Pancasila. Jurnal
DAFTAR PUSTAKA Filsafat, 16(1), 34-41.
Aco, A. A. (2016). Relevansi Pancasila https://doi.org/10.22146/ jf.23214
Sebagai Ideologi Terbuka di Era Kaelan. (1993). Pancasila Yuridis
Reformasi. Jurnal Office, 2(2), 229- Kenegaraan. Liberty.
238. Lanur, A. (1995). Pancasila sebagai
Amien, M. M. (2006). Causa Materialis ideologi terbuka : problema dan
Pancasila Menurut Notonagoro. tantangannya. 140 p.
Jurnal Filsafat, 39(1), 18–26. https:// Maimun. (2000). Meredam Ideologi
jurnal.ugm.ac.id/wisdom/article/ Radikal Di Indonesia Melalui Praktik
view/23212/15303 Keteladanan Nilai Pancasila Oleh
Apinino, R. (2018). Detail Kejadian Dosen Program Studi Ilmu Politik
Keluhan Suara Azan dan Kerusuhan Universitas Syiah Kuala
di Tanjung Balai. Www.Tirto.Id. ABSTRACK People’s lives are
As’ad, S. A. (2009). Negara Pancasila : driven by the basic idea of a
jalan kemaslahatan berbangsa. foundation to fight for his life. The
Pustaka LP3ES. basic idea w. Jurnal Administrasi
Asrori, A. (2017). Radikalisme Di Negara, 3(2), 26–33.
Indonesia: Antara Historisitas dan Manan, B., & Harijanti, S. D. (2014).
Antropisitas. KALAM, 9(2), 253. Artikel Kehormatan: Saat Rakyat
https://doi. org/10.24042/klm.v9i2.331 Bicara: Demokrasi dan
Azman. (2018). Gerakan Dan Pemikiran Kesejahteraan. Pandjadjaran Jurnal
Hizbut Tahrir Indonesia. Al-Daulah Ilmu Hukum, 1(1), 1–18.
Jurnal Hukum Pidana Dan https://doi.org/https://doi.
Ketatanegaraan, 7(1), 99–113. org/10.22304/pjih.v1n1.a1
Bakry, N. (2001). Orientasi Filsafat Mudhofir, A. (2006). Pancasila sebagai
Pancasila. Liberty. Pokok Pangkal Sudut Pandang Bagi
Budi, T. (2018). BIN: 39 Persen Ilmu Menurut Notonagoro. Jurnal
Mahasiswa Terpapar Paham Filsafat, 39(1), 27–33.
Radikal. Www. Okezone.Com. https://journal.
Budisutrisna, B. (2017). Teori Kebenaran ugm.ac.id/wisdom/article/view/23213
Pancasila sebagai Dasar Nanggala, A. (2020). Pendidikan
Pengembangan Ilmu. Jurnal Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan
Filsafat, 16(1), 57–76. Multikultural. Jurnal Soshum Insentif,
https://journal.ugm.ac.id/wisdom/ 3(2), 197–210. https://doi.
article/view/23216 org/https://doi.org/10.36787/jsi.v3i2.354
Dewantara, K. H., & E-mail, S. (2011). Notonagoro. (1975). Beberapa Hal
Deskripsi Kualitatif Sebagai Mengenai Falsafah Pancasila. Pancoran
Satu Metode Dalam Penelitian Tujuh.
Nurbani Yusuf, Restorasi Ideologi Pancasila Dalam Pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif