http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jurnalcivichukum
Volume 5, Nomor 2, November 2020 Hal. 220-229 DOI: https://doi.org/10.22219/jch.v5i2.11776
P-ISSN 2623-0216 E-ISSN 2623-0224
Nurbani Yusuf
PPKn FKIP Universitas Muhammadiyah Malang, Indonesia
Email: nurbani@umm.ac.id
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai restorasi pemikiran Ahmad Syafii Maarif selaku
anggota dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila terhadap Pancasila sebagai
ideologi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Sedangkan metode penelitian adalah deskriptif. Adapun hasil dalam penelitian ini adalah
Restorasi Ideologi Pancasila dalam pemikiran Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan
Ideologi Pancasila yakni Ahmad Syaf’I Ma’arif merupakan usaha berpikir kritis dalam
mengejawantahkan dan mengembangkan ideologi Pancasila agar mampu bertahan dengan
kondisi perubahan zaman. Pengejawantahan yang di lakukan oleh Ahmad Syaf’I Ma’arif
merupakan suatu bentuk pemikiran yang sistematis, metodis dan valid dalam mengembangkan
ideologi Pancasila agar dapat tetap relevan dengan kondisi dan tantangan zaman. Dengan
tujuan agar ideologi Pancasila dapat terus membumi atau dapat di tarik kebumi sehingga
Pancasila sebagai ideologi negara dapat benar-benar menjadi pedoman dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sehingga tujuan akhir yakni keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia dapat segera atau mengalami percepatan dalam laju gerak langkah
negara ini.
ABSTRACT
This study discusses the restoration of Ahmad Syafii Maarif's thought as a member of
the Agency Steering Committee for Pancasila Ideology Education. The approach used in this
study is a qualitative approach. While the research method is descriptive. The results in this
study are the Restoration of Pancasila Ideology in the thought of Ahmad Syaf'I Ma'arif as a
member of the Agency Steering Committee of the Pancasila Ideology Education, which is an
effort to think critically in embodying and developing the Pancasila ideology so that it can
stay relevant in today's conditions and/or today's challenges. The manifestation carried out
by Ahmad Syaf'I Ma'arif is a form of systematic, methodical and valid thinking in developing
the Pancasila ideology so that it can remain relevant to the conditions and challenges of the
times. With the aim that the Pancasila ideology can continue to be grounded or be grounded
so that Pancasila as the state ideology can truly become a guideline in the life of society,
nation and state. So that the final goal, namely social justice for all Indonesia's citizens, can
immediately experience an acceleration in the pace of this country's steps.
didalam organisasi melalui program kerja Indonesia telah ikut mendorong timbulnya
yang dimilikinya terdapat proses-proses kelompok eksklusif yang sering menuduh
transformasi nilai yang akan berpengaruh orang lain yang berada di luar kelompok
kepada pembentukan watak warga Negara mereka sebagai musuh, kafir dan boleh
berdasarkan Pancasila yang merupakan diperangi. Faktor ketiga adalah kemiskinan.
bagian dari warganegara dalam kehidupan Meski faktor ini tidak secara langsung
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berpengaruh terhadap merebaknya aksi
(Wibowo et al., 2016). radikalisme, namun perasaan sebagai
Pancasila sebagai das sollen dalam elemen masyarakat yang termarjinalkan
usaha-usaha menemukan stelsel dan dapat menjadi faktor pendorong bagi
mekanisme demokrasi yang cocok bagi seseorang untuk terjebak dalam proganda
masyarakat Indonesia sangat dihargai. radikalisme.
Namun, pada tataran das sein bukan sesuatu Padahal Pancasila menurut Kaelan
yang mudah dijelmakan. Hal itu disebabkan secara ilmiah merupakan satu objek
perpaduan-perpaduan konseptual ternyata pembahasan di mana Pancasila merupakan
tidak disertai dengan penjabaran mengenai hasil budaya bangsa Indonesia sendiri.
rule of the game yang juga menggambarkan Pancasila karena perlakuan seperti itu pada
perpaduan tersebut. Selain itu, tingkah laku akhirnya berbenturan dengan sumber-
politik turut memberikan kontribusi yang sumber norma atau ideologi yang hidup
serius. Akibatnya, para pelaku demokrasi bebas dimasyarakat seperti sosialisme, kapotalisme
menciptakan rule of the game menurut paham dan terutama islam sebagai agama yang di
dan pengetahuan yang memengaruhi diri peluk mayoritas bangsa Indonesia. Benturan
mereka serta keinginan-keinginan politik yang itu tidak hanya pada level gagasan, bahkan
hendak dicapai (Manan & Harijanti, 2014). manjalar menjadi benturan sosial-politik.
Kehidupan berpolitik bangsa Indonesia Contohnya pemaksaan asas tunggal bagi
yang diwakili oleh tata kelola partai politik parpol dan ormas, penangkapan terhadap
masih jauh dari keadaan yang ideal. mereka yang tidak setuju pada asas
Pertama, partai politik yang menjadi salah tunggal dan lain-lain, trauma itu masih
satu pilar utama kehidupan berdemokrasi belum lenyap hingga sekarang.Namun
dan berpolitik masih harus terus berproses demikian mengabaikan Pancasila adalah
dalam menjalankan amanat sebagai penyalur sebuah kesalahan. Pancasila adalah dasar
aspirasi masyarakat. Kedua, partai politik resmi kenegaraan. Pancasila adalah milik
belum menjadikan pendidikan politik sebagai semua warga Negara, karena itu adalah
sorotan utama (Wibowo dan Wahono, 2017). layak dan penting mempelajari dan
Dalam penelitiannya Asrori (2017) mengkontekstualisasikan Pancasila secara
sekurang-kurangnya melihat ada 3 faktor, terus menerus (Kaelan, 1993).
yakni pertama, perkembangan di tingkat Dalam filsafat Pancasila, terdapat
global, Kedua, penyebaran paham Wahabisme tiga tingkatan yaitu nilai dasar, nilai
dan yang ketiga adalah kemiskinan. Situasi instrumental, dan nilai praktis. Pertama,
yang kacau di negara-negara Timur Tengah nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah
khususnya di Afghanistan, Palestina, Irak, nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai
Yaman, Mesir, Syiria, dan Turki, dipandang persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai
oleh kelompok-radikal sebagai akibat keadilan; Kedua, nilai instrumental, adalah
dari campur tangan Amerika, Israel, dan nilai yang berbentuk norma sosial dan norma
sekutunya. Pada saat yang sama, Masuknya hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi
faham Wahabisme yang mengagungkan dalam peraturan dan mekanisme lembaga-
budaya Islam ala Arab yang konservatif ke lembaga negara; dan Ketiga, nilai praktis,
adalah nilai yang sesungguhnya kita secara holistic dan dengan cara deskripsi
laksanakan dalam kenyataan. Nilai ini dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
merupakan batu ujian apakah nilai dasar suatu konteks khusus yang alamiah dan
dan nilai instrumental itu benar-benar dengan memanfaatkan berbagai metode
hidup dalam masyarakat. alamiah (Dewantara, 2011).
Restorasi Pancasila sebagai faktor Oleh karena itu penelitian kualitatif
intergratif dan salah satu fundamen identitas ini pula dapat disebut juga sebgaai
nasional perlu digagas kembali. Gagasan penelitian naturalistik, karena data yang
demikian tampak signifikan karena proses dikumpulkannya bercorak kualitatif dan
amandemen UUD 1945 sempat memunculkan bukan kuantitatif yang dapat di ukur dengan
gagasan menghidupkan kembali Piagam menggunakan alat-alat tertentu. Sehingga
Jakarta. Indonesia juga dilanda gerakan penelitian ini bersifat natural atau apa
terorisme mengatasnamakan agama. Kemudian adanya tanpa dimanipulasi (Rahmat, 2009).
muncul Perda Syari’ah di sejumlah daerah, Adapun yang menjadi subyek dalam
gerakan separatism di sejumlah propinsi penelitian ini adalah Ahmad Syafii Maarif
seakan melangkapi kegelisahan publik sebagai Anggota Dewan Pengarah Badan
selama reformasi yang mempertanyakan Pembinaan Ideologi Pancasila pada Tahun
arah gerakan reformasi dan demokratisasi. 2018-2019. Selanjutnya data dikumpulkan
Azrumardi Azra menyerukan kembali dengan cara melakukan wawancara, observasi,
gagasan tentang revitalisasi Pancasila dan studi dokumentasi dengan analisis data
sebagai Ideologi dan Falsafah bangsa banyak pengumpulan data, reduksi data, penyajian
direspon berbagai lapisan masyarakat data, verifikasi data. Sedangkan teknik dalam
terutama kalangan akademisi dan politisi. pengolahannya dilakuakn dengan triangulasi
Dengan alasan itu maka sangatlah data agar dapat membandingkan, mengecek
wajar bila diskursus tentang Pancasila balik kepercayaan informasi yang diperoleh.
dihidupkan lagi; bukan untuk mengulang
sejarah melainkan bagaimana meletakkan HASIL DAN PEMBAHASAN
kembali Pancasila secara proporsional Pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif
dan kontekstual dengan semangat zaman. Terhadap Restorasi Ideologi Pancasila
Berbeda dengan masa Orde baru yang Hasil temuan di lapangan,
mengharamkan segala bentuk perbedaan pemikiran Ahmad Syafii Maarif terhadap
tafsir tentang Pancasila karena pemerintah restorasi ideologi Pancasila selaku anggota
yang paling berhak memberi tafsir atasnya dewan pengarah Badan Pembinaan Ideologi
maka pada saat era pasca reformasi ini Pancasila memang berfokus terhadap
telah menghasilkan sejumlah wacana dan pengembalian atau pemulihan kembali
bahasan menarik yang perlu dicermati dan nilai-nilai ideologi Pancasila dalam
disimak. menghadapi tantangannya yang dewasa
ini semakin tergerus oleh perkembangan
METODE zaman. Pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif
Pendekatan yang digunakan dalam sebagai Anggota Dewan Pengarah Badan
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pembinaan Ideologi Pancasila tersebut
Sedangkan metode penelitian adalah berusaha menyesuaikan nilai-nilai yang
deskriptif. Hakekat penelitian kualitatif terkandung dalam Pancasila dengan
adalah merupakan penelitian yang bermaksud keadaan dan tantangan zaman yang
memahami fenomena tentang apa yang semakin berubah tanpa mengubah nilai-
dialami oleh subjek penelitian misalnya nilai dasar yang terkandung didalamnya.
perilaku, presepsi, motivasi, tindakan dan lain Hal tersebut Ahmad Syafi’I Ma’arif
Nurbani Yusuf, Restorasi Ideologi Pancasila Dalam Pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif
224
mengada dalam sistem yang demokratis ilmu untuk mencapai kenyataan dalam
(Maimun, 2000). objektivitas segala sesuatu dalam dirinya
Perbincangan kefilsafatan Ideologi (nilai ontologis) dan dalam hubungannya
Pancasila tersebut karena Pancasila sebagai dengan manusia berupa kebenaran (nilai
sistem filsafat telah memenuhi tiga teori logis) (Mudhofir, 2006).
kebenaran, yakni teori kebenaran koherensi, Ahmad Syaf’I Ma’arif memaparkan
korespondensi, dan pragmatik. Teori tentang persoalannya sudah bukan lagi
koherensi, menurut teori ini, pernyataan antara Islam dan Pancasila. Melainkan
dianggap benar jika pernyataan bersifat Pancasila itu masih di atas, di awan yang
konsisten dengan pernyataan sebelumnya sangat tinggi. Yang artinya keadilan belum
yang dianggap benar. Setiap sila Pancasila tegak dan kesenjangan sosial di negara
di dalamnya mengandung sila yang Indonesia ini masih sangat tajam sekali.
lainya. Terdapat hubungan yang saling Padahal jikalau kembali melihat Pidato 1
mengkualifikasi. Ketuhanan Yang Maha Esa Juni 1945, Bung Karno menjelaskan “di
adalah ketuhanan yang berkemanusiaan, dalam Indonesia merdeka tidak akan ada
berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan. lagi kemiskinan”. Artinya yang menjadi
Begitu seterusnya dengan sila yang lain urgensitas ideologi Pancasila saat ini
pula. Hubungan satu kesatuan dan saling adalah bagaimana membawa nilai-nilai
mengkualifikasi ini terjadi karena tidak Pancasila ini turun ke bumi, sehingga Sila
ada pertentangan sila yang satu dengan sila kelima dalam Pancasila yakni “keadilan
yang lainnya, hubungan sila kesatu sampai sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” dapat
sila kelima bersifat runtut. Inilah satu dirasakan oleh seluruh masyarakat.
penerapan teori koherensi. Bila melihat pemikiran kedua tokoh
Teori korespondensi, menurut Badan Pembinaan Ideologi Pancasila tersebut
teori ini, satu pernyataan benar jika materi selaras dengan Koento Wibisono (dalam
pengetahuan yang dikandung pernyataan itu Bakry, 2001) yang menyatakan bahwa
berhubungan dengan objek yang dituju oleh untuk mengembangkan Pancasila, pertama
pernyataan tersebut. Menurut Notonagoro, harus ada unsur keyakinan. Setiap ideologi
ada hubungan yang mutlak antara Pancasila selalu memuat konsep-konsep dasar yang
dengan bangsa Indonesia, yaitu hubungan menggambarkan seperangkat keyakinan
sebab-akibat. Maka kebenaran menurut yang diorientasikan kepada tingkah laku
sistem filsafat Pancasila, bahwa kandungan para pendukungnya untuk mencapai suatu
pernyataan sila-sila Pancasila harus cocok, tujuan yang dicita-citakan.
sesuai, terjelma dalam keadaan senyatanya Pengejawantahan yang di lakukan
bermasyarakat dan bernegara. Sila-sila oleh Ahmad Syafi’i Ma’arif tersebut
dalam Pancasila berkesesuaian atau kores merupakan suatu bentuk dukungan yang
pondensi dengsn objek yang dituju. dilakukannya dalam mengembangkan
Teori pragmatik, menurut teori ini, ideologi Pancasila agar dapat tetap relevan
nilai kebenaran proposisi diukur dengan dengan kondisi dan tantangan zaman.
kriteria apakah proposisi tersebut berfungsi Dengan tujuan agar ideologi Pancasila dapat
dalam kehidupan praksis atau tidak. Teori terus membumi atau dapat di tarik kebumi
ini tercermin dalam Pancasila sebagai sehingga Pancasila sebagai ideologi negara
pemersatu bangsa Indonesia. Hal ini dapat benar-benar menjadi pedoman dalam
menunjukan bahwa sistem filsafat Pancasila kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
berfungsi secara praktis (Budisutrisna, bernegara. Sehingga tujuan akhir yakni
2017). Sehingga Pancasila sebagai ideologi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
memiliki sifat universal dan objektif dapat segera atau mengalami percepatan
Nurbani Yusuf, Restorasi Ideologi Pancasila Dalam Pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif
226
Nurbani Yusuf, Restorasi Ideologi Pancasila Dalam Pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif
228
Nurbani Yusuf, Restorasi Ideologi Pancasila Dalam Pemikiran Ahmad Syafi’i Ma’arif