Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

RADIOGRAFI

SUMBER RADIASI SINAR-X

DISUSUN OLEH

NAMA : ADNAN SINTAN RIFAI


NIM : 031400379
PRODI : ELEKTROMEKANIK
JURUSAN : TEKNOFISIKA NUKLIR

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR


BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL
YOGYAKARTA
2016
Teknik Radiografi Dengan Sumber Radiasi
Pesawat Sinar-X

I. TUJUAN
Menyiapkan film yang siap dipakai dalam radiografi (Loading film).
Membuat gambar radiografi lasan besi bentuk plat yang sensitivitasnya sesuai
dengan standard, dengan menggunakan Radiasi dari Pesawat sinar-X.
Melakukan proses film yang telah dilakukan penyinaran radiografi sesuai
dengan prosedur.
Mengukur densitas film serta menentukan lokasi dan jenis cacat dari
radiograp yang telah dihasilkan.

II. TEORI
Radiografi dapat dilakukan dengan sumber radiasi yang berupa sinar-x maupun
sinar gamma. Radiasi yang berasal dari suatu pesawat sinar-X dengan focal spot f
menembus benda uji (speciment) dengan tebal t. Di dalam benda uji, radiasi akan
terserap bervariasi tergantung pada tebal dan kerapatan bagian benda uji. Bagian yang
lebih tripis dan kerapatan yang lebih kecil akan menghasilkan akumulasipaparan yang
ditransmisikan yang lebih banyak, sebagai contoh defect gas inclusion.Apabila sinar
yang ditransmisikan ini diproyeksikan ke film radiografi, maka dengan reaksi
photokimia, bagian bagian ini akan menjadi lebih hitam dibanding bagian
sekelilingnya.
Bayangan yang terbentuk pada film radiografi bersifat diperbesar dan
membentuk kekaburan atau pnumbra ( unsharpness geometry, Ug)., karena sinar
yang datang bersifat divergen dan sumber radiasi mempunyai dimensi f. Agar
perbesaran dan penumbra bayangan tidak terlalu besar, maka harus diperhatikan
hubungan jarak sumber radiasi dengan film (source to film distance, SFD),
dimensi sumber f dan tebal benda uji t, dengan asumsi film dipasang
menempel pada benda uji.
Skema proses radiografi dapat digambarkan sebagai berikut:

Focal Spot
Berkas radiasi
SFD

Cacat interna

Benda uji

Paparan transmisi yang akan direkam /


dideteksi film

Film
Ug

Gambar 1. Proses radiografi, penyinaran radiasi pada benda uji dan film.

Film radiografi yang sudah diproses di ruang gelap atau disebut radiograp, dikatakan
mempunyai kualitas baik bila film tersebut dapat mendeteksi cacat yang dimensinya
tertentu sesuai dengan standard yang dinginkan atau lebih kecil. Radiograp yang dapat
mendeteksi cacatdengan ukuran relatif kecil dikatakan mempunyai sensitifitas
eadiografi tinggi. Sensitifitas radiografi absolut dinyatakan dalam mm, sedang
sensitivitas relatif dinyatakan dalam %.
Untuk memperoleh kualitas radiograp yang baik, dua faktor yang perlu diperhatikan
yaitu kontras dan definisi. Indikator yang menunjukkan sensitivitas radiografi adalah
bayangan penetrameter.
Bahan penetrameter adalah sama dengan bahan benda uji. Pemilihan nomor
penetrameter yang digunakan bergantung dengan % sensitivitas yang diinginkan dan
tebal benda uji. Penentuan waktu penyinaran diperoleh dari grafik exposure chart,
hubungan antara mA-waktu terhadap tebal benda uji.
III. ALAT DAN BAHAN
A. Peralatan
1. Proteksi radiasi:
Monitor radiasi personil ( Dosimeter saku (pen dose), Film Badge/TLD
badge
Surveyleter
Tanda radiasi dan tali kuning
Long tang dan lembar timbal
2. Radiografi:
Pesawat Sinar-X dan asesoriesnya ( Panel kontrol dan lampu tanda Radiasi)
Penetrameter
Sigmat
Fasilitas ruang gelap dan asesories ( densitometer, viewer )
B. Bahan
Film radiografi
Larutan proses film (developer, stop bath, fixer, air)
Benda uji (lasan pipa, plat).

IV. LANGKAH KERJA


Pelaksanaan radiografi Pesawat sinar-X
Persiapan sebelum penyinaran:
Lakukan pengukuran dimensi dan tebal benda uji, dan hitung / tentukan:
1. Teknik penyinaran
2. Tentukan Tegangan kerja pesawat yang akan digunakan.
3. Jarak Sumber ke film SFD (lihat lampiran 1, cara perhitungan).
4. Penetrameter dan shim yang digunakan
Penetrameter yang digunakan sesuai dengan standard yang
digunakan. Jenis penetrameter standard yang disediakan untuk
praktek radiografi, yaitu ASTM kawat dan ASTM plat , DIN
Penempatan penetrameter ada 2 cara, ke arah sumber radiasi (
Source side) dan didekat dengan film (film side). Penempatan
penetrameter disesuikan dengan ketentuan teknik penyinaran
yang digunakan.
Pemilihan penetrameter sesuai dengan lampiran tabel 1
Penempatan/ Lokasi marker seperti gambar-2
Benda uji
I. Plat
1. Dengan menggunakan Kurva Penyinaran - Exposure chart-
(Tebal (mm) vs mA-waktu), hitung waktu penyinaran -Wp,
2. Set up penyinaran seperti gambar 2
Diusahakan spesimen dan film melekat/kontak

Sb Radiasi

Penny kawat
Penny Plat
SFD Shim

TL

Film Kaset

Gambar 2. Set up Penyinaran benda uji plat

Catatan:
SFD : Jarak sumber film
TL : Tebal lasan

Proteksi Radiasi Saat Penyinaran


Persiapan
1. Sebelum memulai kegiatan penyinaran, seluruh pekerjaan yang tidak
memerlukan penyinaran radiasi harus dlaksanakan terlebih dahulu:
Pengukuran tebal, perhitungan waktu penyinaran, pemilihan
penetrameter, perhitungan tegangan kerja,
Set up /pemasangan pada perlengkapan pada specimen
2. Siapkan peralatan Proteksi radiasi sebelum melakukan pekerjaan radiografi
:
Surveymeter, Periksa surveymeter yang akan digunakan: baterai,
sertifikat dan kalibrasi, hidupkan dan pelajari cara pemakaian dan
pembacaan skalanya
Film Badge//Pocket dosimeter
Peralatan diatas harus berfungsi dengan baik dan terkalibrasi.
Tali kuning dan tanda radiasi/ Lampu alarm

Pelaksanaan
A. Sebelum penyinaran
1. Gunakan peralatan monitor radiasi perorangan, baca dosimeter saku dan
catat.
2. Sebelum memasuki ruangan / daerah kerja pastikan pesawat dalam
kondisi terkunci dan posisi pengukur waktu (timer) pesawat pada posisi
angka 0 (nol). Pastikan dengan menggunakan survey meter bahwa
didalam ruangan tidak terdapat paparan radiasi
3. Lakukan set up pekerjaan, Letakkan specimen pada posisi penyinaran
(SFD) yang telah ditentukan, pemasangan huruf B atau F bila diperlukan
4. Pasang tanda radiasi dipasang pada daerah radiasi dengan laju dosis 0.75
mR/jam di luar ruangan kerja radiasi.
5. Periksa sekali lagi dan pastikan tidak terdapat seorangpun di daerah
penyinaran. Atur tegangan, arus tabung dan timer sesuai dengan waktu
penyinaran yang diperlukan.
6. Tempatkan surveymeter di sebelah panel control, perlu diperhatikan
panel control harus berada di daerah aman ( paparan radiasi <0,25
mRem/Jam)
7. Nyalakan lampu tanda radiasi (pesawat ada yang terhubung dengan
lampu yang terhubung dengan control panel)
B. Saat Penyinaran
1. Nyalakan pesawat dengan menekan tombol ON pada control panel
2. Selama penyinaran berlangsung, lakukan survey dan pengawasan daerah
radiasi disekeliling daerah penyinaran. Jika tanda radiasi kurang tepat,
lakukan penempatan tanda radiasi dengan menggeser yang sesuai dengan
pengukuran dari surveymeter.
3. Waktu penyinaran berakhir, pesawat secara otomatis akan mati, kembalikan
pengatur waktu ke posisi angka 0 (nol) dan putar kunci pengaman ke posisi
LOCK

C. Setelah Penyinaran
1. Survey kedalam ruangan dengan menggunakan surveymeter untuk
memastikan tidak terdapat radiasi
2. Ambil specimen dan film
3. Matikan lampu tanda bahaya ( lampu tanda bahaya yang terhubung dengan
control panel akan mati secara otomatis setelah timer penyinaran dicapai).
Lepas tanda-tanda radiasi (rambu) serta peralatan lainnya
4. Baca dosimeter saku dan baca penunjukkannya.( catat dan bandingkan
dengan bacaan sebelum penyinaran)
5. Matikan surveymeter.

Proses dan Pembacaan Film


Pemasangan Film ( Loading Film)
1. Nyalakan lampu penerang dan bersihkan ruangan proses film.
2. Siapkan Film Radiografi (masih dalam kemasan), Screen Film, kaset dan
plakban pada meja loading.
3. Pastikan kaset tidak rusak dan screen dalam kondisi bersih dan baik
4. Atur dan ingat susunan peralatan tersebur (Film, Screen, kaset, plakban)
sehingga mudah diambil dalam kondisi gelap.
5. Matikan lampu penerangan dan gunakan lampu intensitas rendah
(safelight)
6. Biarkan mata menyesuaikan selama beberapa menit
7. Keluarkan film dari kemaan dan amplop pembungkus, ambil selapis film
8. Lepaskan kertas pengapit film pelan-pelan, ambil filmnya
9. Tempatkan film diantara screen Pb (atas dan bawah), kemudian masukkan
film yang ber-screen dalam kaset dengan mulut saling menutup.
10. Untuk mencegah kebocoran, lakban ujung kasetnya.
11. Tutup kembali amplop film dan masukkan dalam kemasan (kardusnya)
12. Nyalakan lampu penerang dan rapi dan bersihkan meja loading dari
sampah, kertas dsbnya.

Pembongkaran Film ( Unloading Film) dan proses film


Bawa kaset film yang telah diradiografi ke ruang proses film. Nyalakan
lampu penerang ruang proses film
Aduk larutan developer dan fixer (masing masing larutan punya pengaduk
dan jangan dicampur), kemudian ukur temperatur larutan developer.
Dengan suhu pengukuran, lihat dalam tabel waktu yang diperlukan untuk
pengembangan film dalam larutan developer.
Bersihkan tangan, Siapkan hanger kering pada meja loading dengan mulut
bagian depan
Matikan lampu penerangan dan gunakan lampu intensitas rendah (safelight)
Biarkan mata menyesuaikan seama beberapa menit
Buka plakban penutup kaset film, keluarkan screen dan film dari kaset
Ambil film, pegang bagian tepi dan pasang pada hanger
Masukkan hanger dan film dalam larutan developer untuk proses
pengembangan film dengan waktu yang telah ditentukan, sambil diagitasi (
agitasi naik turun)
Selesai waktu pengembangan, tiriskan sebentar kemudian masukkan dalam
stopbath untuk menghentikan prose pengembangan film, kira-kira setengah
waktu di developer. Dalam stopbath agitasi tetap dilakukan.
Selesai waktu stopbath, tiriskan sebentar, kemudian masukkan dalam fixer
untuk penetapan bayangan pada film, dengan waktu kira-kira 2 kali waktu
developer, dan tetap dilakukan agitasi. Pada keadaan difixer, lampu
penerangan boleh dinyalakan (bila ada yang sedang melakukan proses
pengembangan, lampu jangan dinyalakan.)
Selesai waktu fixer, tiriskan sebentar, kemudian masukkan dalam air untuk
pencucian film.
Lakukan pencucian film dengan air kran, sambil digosok dengan jari
sehingga film tidak licin (peret)
Bilas dengan drying agent, bila tidak tersedia dapat digubakan atr diberi
sedikit sampo, kemudian dilakukan pengeringan.

Pembacaan Film
Siapkan viewer dan densitometer
Nyalakan viewer, dan atur kuat penerangannya
Pasang film hasil radiografi yang telah kering, perhatikan bentuk
bayangan radiograp
Amati bayangan penetrameter, amati kawat terkecil pada las yang
nampak dalam radiograp
Dengan densitometer, ukur densitas pada las disekitar kawat terkecil yang
nampak sebagai densitas penetrameter (Dp)
Ukur densitas bada base material (diluar las dalam bayangan benda uji)
sebagai densitas material
Ukur densitas pada las (kira-kira 1 cm diatas dan dibawah sumbu) pada
kondisi paling terang dan paling gelap, biasanya 3 pengukuran, sebagai
densitas las yang mempunyai harga densitas minimum (Dmin) dan harga
densitas maksimum (Dmaks)
Amati cacat yang tergambar dalam radiograp, tentukan jenisnya
Bila pengamatan sudah selesai, Matikan densitometer, dan matikan
viewer.
Rapi dan bersihkan ruang baca film tersebut.
V. DATA PENGAMATAN
Benda uji : plat
Tebal : 14,6 mm
Tegangan kerja : 140 kV
Arus : 5 mA
Waktu penyinaran : 2,6 menit
SFD : 510 mm
Penetrameter kawat set B,
Jumlah kawat yang muncul : 6 kawat
Diameter kawat terkecil : 0,010 in
Densitas meterial : 3,94
Densitas lasan : a. 3,13
b. 3,17
c. 3,16
Densitas penetrameter : 3,15
Cacat :
- IP
- Slag

VI. PERHITUNGAN
1. Penentuan SFD
Unsharpness Geometri
SFD = 510 mm

(2 ). (14,6 )
= 5
(510 14,6)

= 0,294
Pada tabel untuk ketebalan < 2in (50,8mm), diperoleh nilai Ug maks = 0,51 mm
Karena Ug < Ug maks, maka film diterima.

SFD = 510 mm > SFD min = 70,38 mm, maka film diterima.

2. Pemilihan penetrameter

Penetrameter
Rentang tebal (in) Sisi sumber Sisi film
No. IQI No. IQI No. IQI No. IQI
Lubang Kawat Lubang Kawat
Sampai/termasuk 0,25 in. 12 5 10 4
Lebih 0.25 hingga 0.375 15 6 12 5
Lebih 0.375 hingga 0.50 17 7 15 6
Lebih 0.50 hingga 0.75 20 8 17 7
Lebih 0.75 hingga 1.00 25 9 20 8
Lebih 1.00 hingga 1.50 30 10 25 9
Lebih 1.50 hingga 2.00 35 11 30 10
Lebih 2.00 hingga 2.50 40 12 35 11
Lebih 2.50 hingga 4.00 50 13 40 12
Lebih 4.00 hingga 6.00 60 14 50 13
Lebih 6.00 hingga 8.00 80 16 60 14
Lebih 8.00 hingga 10.00 100 17 80 16
Lebih 10.00 hingga 12.00 120 18 100 17
Lebih 12.00 hingga 16.00 160 20 120 18
Lebih 16.00 hingga 20.00 200 21 160 20
Pada tabel dapat dilihat analisis untuk penetrameter untuk tebal nominal antara
12,7 19 mm, yaitu :
Source Side hole = 20
Wire = 8 ( 4 kawat pada Set B )
Film Side hole = 17
Wire = 7 ( 5 kawat pada Set B )
Karena posisi penetrameter di atas spesimen, jadi yang digunakan adalah
Source Side sehingga kawat yang muncul adalah 4 kawat pada Set B.

3. Penentuan tegangan kerja (kV) pesawat


rumus kV = A + Bx
Untuk bahan besi dengan tebal 5 mm < x < 50 mm berlaku rumus
kV = 75 + 4,5x , dimana x adalah tebal bahan.
Sehingga: kV = 75 + 4,5.(14,6)
= 140,7 kV
140 kV

4. Perhitungan waktu penyinaran


Waktu penyinaran sesuai grafik untuk 140 kV dan arus 5 mA

Waktu penyinaran sebenarnya :

(510 )2
= 5
(700 )2

= 2,6

5. Penentuan sensitivitas radiograph (S)


Dari hasil pembacaan film, kawat yang muncul adalah 6 kawat, sehingga dari
tabel dipeoleh diameter terkecilnya adalah 0,010 in.

Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D

0.0032 0.010 0.032 0.1


0.004 0.013 0.04 0.126
0.005 0.016 0.05 0.16
0.0063 0.020 0.063 0.2
0.008 0.025 0.08 0.25
0.010 0.032 0.1 0.32
Tebal (t) = 14,6 mm
Diameter kawat terkecil yang tampak= 0,010 in = 0,254 mm

0,254
= 100 %
14,6 mm

= 1,74 %
Sensitivitas film radiograph 1,74%
Semakin kecil nilai dari sensitivitas menunjukan penggambaran cacad yang
lebih kecil.

6. Densitas
Densitas meterial : 3,94

Densitas lasan : a. 3,13


b. 3,17
c. 3,16
Densitas penetrameter : 3,15

Densitas minimum untuk penyinaran dengan menggunakan sinar x adalah 1,8


4,0 sehingga densitas diatas masih dapat diterima
7. Penentuan variasi densitas
Syarat :
VDmaks 30%
VDmin -15%

3,17 3,15
VDmaks = 100 %
3,15 mm

VDmaks = 0,635 %
3,13 3,15
= 100 %
3,15 mm

= 0,635 %

VDmaks 30% 0,635 % 30%

VDmin -15% - 0,635% -15%

Karena VDmaks dan VD min memenuhi syarat, maka film tersebut dapat
diterima.
8. Penentuan Artifact dan Cacat

Artifact

Incomplete Penetration

Slag
Incomplete Penetration
IP : garis lurus hitam
Slag : titik hitam tak beraturan
Artifact : Goresan hanger pencuci film

VII. PEMBAHASAN

Pada praktikum radiografi kali ini kita menggunkan spesimen plat besi dengan
ketebalan 14,6 mm. Teknik penyinaran yang dipakai dalam penyinaran kali ini adalah
SWSI (Single Wall Single Image). Sebelum dilakukan penyinaran, terlebih dahulu
dilakukan penetuan parameter-parameter yang diperlukan seperti SFD, jenis
penetrameter, tegangan kerja dan lamanya waktu penyinaran. SFD pada percobaan kali
ini adalah 510 mm. Angka ini lebih besar dari SFD minimum yaitu 71,86 mm, sehingga
film dapat diterima. Tegangan kerja yang dipakai selama penyinaran yaitu 140 kV
dengan lama penyinaran yaitu 2,6 menit. Penetrameter yang digunakan adalah
penetrameter kawat set B yang dipasang pada sisi spesimen. Selain itu, ditentukan pula
unsharpeness geometry (Ug) untuk mengetahui besarnya daerah yang tidak tajam. Dari
hasil perhitungan diperoleh Ug sebesar 0,294 ,nilai ini lebih kecil dari Ug maksimum
untuk plat ketebalan yang kurang dari 50,8 mm yaitu 0,51, sehingga film tersebut dapat
diterima.
Jika parameter diatas sudah benar, kemudian dilakukan loading film. Proses
loading film dilakukan di ruang gelap agar film tidak rusak karena terkena cahaya. Film
diletakkan di antara dua screen timbal (Pb) dengan ketebalan masing-masing screen
adalah 0,125 mm. Fungsi dari screen Pb bagian atas adalah untuk mengintensifikasi
penyinaran. Sedangkan screen bagian bawah adalah untuk menahan adanya raddiasi
hambur. Setelah itu, film dimasukkan ke dalam kaset kecil dan besar yang tidak tembus
cahaya agar tidak merusak film.
Selanjutnya dilakukan penyinaran dengan menggunakan pesawat sinar X
dengan ketentuan yang sudah ditentukan sebelumnya. Sebelum penyinaran dimulai,
dilakukan pemasangan tanda radiasi untuk daerah radiasi bagi pekerja radiasi. Selama
penyinaran juga dilakukan pengukuran dosis paparan di beberapa titik untuk
mengetahui kebocoran pesawat sinar X yang mungkin terjadi. Dari hasil pengukuran
selama penyinaran berlangsung tidak terukur dosis yang melebihi batas yang diijinkan,
jadi dapat dikatakan bahwa tidak terjadi kebocoran pada pesawat sinar X tersebut.
Prinsip dasar dalam radiografi atau uji tak merusak ini adalah bahwa radiasi
akan menembus benda yang diperiksa, namun karena adanya cacat dalam bahan maka
banyaknya radiasi yang diserap oleh bagian-bagian pada bahan tidak sama. Dengan
memanfaatkan sifaat interaksi antara radiasi foton dengan bahan seperti ini, maka
radiasi dapat dimanfaatkan untuk memeriksa cacat yang ada di dalam bahan. Rongga
sekecil apapun dapat dideteksi dengan teknik radiografi ini. Apabila radiasi yang
diteruskan dan keluar dari bahan ditangkap oleh film fotografi yang dipasang di
belakang bahan tersebut, maka perbedaan intensitas radiasi akan menimbulkan
kehitaman yang berbeda pada film sehingga cacat dalam bahan yang diperiksa akan
tergambar pada film. Dengan teknik ini dapat diketahui mutu sambungan las.
Setelah dilakukan penyinaran, film kemudian diproses dalam ruang gelap. Film
radiografi dikeluarkan dari kaset dan dilakukan pencelupan ke dalam larutan developer
selama 1,5 menit, dilanjutkan ke dalam stopbath selama 45 detik, kemudian ke dalam
larutan fixer selama 3 menit dan terakhir dilakukan pencucian dengan air. Penentuan
lamanya proses pencucian ini ditentukan berdasarkan suhu larutan yaitu 29oC kemudian
dibaca dalam grafik. Fungsi dari pencelupan ke dalam larutan developer adalah untuk
proses pengembangan film. Selanjutnya proses pengembangan dihentikan di stopbath
dan dilanjutkan dengan penetapan bayangan pada film oleh larutan fixer. Pencucian
fillm dari ketiga larutan sebelumnya dilakukan oleh washer yang dalam hal ini
digunakan air. Selanjutnya film dikeringkan di dalam lemari pengering.

Film yang telah kering selanjutnya dilakukan pengukuran densitas dengan


densitometer. Dari hasil pembacaan itu, diperoleh densitas penetrameter 3,15 dan
densitas lasan diperoleh 3,13, 3,17 dan 3,16. Dari hasil perhitungan, diperoleh hasil
variasi densitas maksimumnya adalah 0,635% dan variasi densitas minimumnya adalah
-0,635%. Hasil ini sudah memenuhi variasi densitas yang diijinkan, sehingga film dapat
diterima. Selanjutnya dilakukan pembacaan film dengan menggunakan viewer untuk
melihat cacat yang ada. Selain itu dapat dilihat pula kawat penetrameter yang muncul
dalam film. Dari hasil pembacaan, diketahui bahwa kawat penny yang muncul
berjumlah 6 kawat yang sesuai gambar yang ditampilkan. Hal ini sudah sesuai
parameter yang ditentukan sebelumnya bahwa kawat yang akan muncul paling tidak
ada 4 buah. Diameter kawat terkecil yang muncul yaitu 0,010 in, selanjutnya digunakan
untuk menentukan sensitivitas radiograph dan diperoleh 1,74% dimana nilai sensitivitas
yang semakin kecil menunjukkan atau dapat menggamarkan cacad yang semakin kecil.

Pembacaan dengan viewer dapat menampilkan cacat yang ada pada bahan. Pada
lasan bahan plat yang dipakai dalam pernyinaran diketahui terdapat berbagai cacat
antara lain : IP dan slag. IP (Incomplete Penetration) dapat terjadi ketika logam
sambungan gagal untuk melakukan penetrasi kedalam sambungan. Munculnya IP ini
dapat menyebabkan keretakan secara kontinyu yang dapat menyebar. IP ini ditandai
dengan garis lurus hitam jelas dan berada ditengah-tengah sambungan. Slag atau yang
biasa dikenal dengan slug inclusion ini dapat terjadi ketika bahan padat non material
terperangkap didalam sambungan logam atau terperangkap didalam sambungan dan
base metal. Sedangkan untuk artefact yang dapat terlihat dengan jelas adalah adanya
goresan yang disebabkan saat mengambil atau memasang film di hanger pencucian
kurang berhati hati tetapi letak artefact di berada diluar daerah lasan sehingga masih
ada kemungkinan film diterima.

VIII. KESIMPULAN

Parameter ASME V, Article 2 Hasil Keterangan


No

Ug Max 0.02 (0.51 mm) 0,294 mm Diterima


1

Sensitivitas < 20% 1,74 % Diterima


2
Densitas Diterima
1.8 4 3,94
3 material
-0,635% s/d Diterima
Variasi densitas -15% s/d +30%
4 0,635%

Artifact Tidak ada Ada Diterima


5

Penetrameter set B, 4 kawat 6 kawat Diterima


6
IX. DAFTAR PUSTAKA

Marjanto, Djoko, dkk. 2016. Petunjuk Praktikum Teknik Radiografi.


Yogyakarta : STTN-BATAN

Anda mungkin juga menyukai