Anda di halaman 1dari 103

METODA

ULTRASONIK
Tujuan uji Ultrasonik adalah untuk
menditeksi cacat bahan, baik didalam
maupun dipermukaan.
Prinsip pemeriksaan Ultrasonik
adalah merambatkan gelombang
Ultrasonik yang dikeluarkan oleh
Transmiter ( pemancar ) pada benda
yang akan diuji dan gelombang
tersebut diterima kembali oleh
receiver ( penerima ) dan selanjutnya
ditampilkan pada layar berupa pulsa-
pulsa untuk menentukan ada atau
tidaknya cacat, tebal benda uji,
dalamnya cacat dan dimensi cacat
IP R BE IP R BE IP R BE

0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10

59
METHODA PENGUKURAN

Untuk memeriksa tebal bahan


atau adanya cacat didalam
suatu bahan dapat dilakukan
dengan cara
- Transmisi
- Pantulan gema.
- Resonansi,
- Imersion
Methoda yang paling banyak
digunakan adalah, Pantulan/
Gema, Imersion dan Transmisi
Transmisi :

dimana bahan yang diperiksa diletakan


antara dua probe ada atau tidaknya cacat
terlihat dari getaran yang diterima oleh
probe penerima.

100 %
intensity

High frequency Amplifier


generator
Pantulan/gema :

dimana probe secara bergantian


mengeluarkan/menerima getaran tebal
bahan letak cacat ditentukan dari letak
getaran/gema pada layar Osiloskop,
sedang besarnya ditentukan dari
simpangan tinggi getaran yang diterima
kembali, ditampilkan pada layar (CRT)
untuk dianalisa

IP R BE

0 2 4 6 8 10
Getaran UT adalah getaran seperti suara
yang frequensinya > 20 KHz frequensi
yang digunakan untuk NDT antara 250
KHz sd 15.000 KHz

Untuk pengujian logam dan sambungan


las 1 MHz sd 6 MHz

Getaran UT adalah getaran mekanik

Getaran UT dihasilkan oleh probe yang


bekerja berdasarkan perubahan energi
listrik menjadi energi mekanik dan bisa
sebaliknya.
 
Getaran UT ditembuskan kedalan bahan
yang diperiksa dan apabila getaran
mengenai bidang pantul termasuk cacat
akan dipantulkan kembali dan diterima
oleh probe diteruskan ke layar CRT untuk
dianalisa
Perambatan :

- Getaran longitudinal :
getaran yang arah
rambatannya sejajar
dengan arah getaran
(benda uji).

- Getaran Transversal 10203040

(Shear wave) :
getaran yang arah
rambatnya tegak
lurus terhadap arah
getaran.
Sumber getaran :
 
Sumber getaran UT adalah kristal
piezo elektrik yang mempunyai sifat
menge-luarkan getaran bila diberi
tegangan listrik.
Sebaliknya bila kristal ini menerima
getaran akan mengeluarkan
tegangan listrik yang sesuai
besarnya dengan kekuatan getaran.
housing
socket

matching-
element
damping-
block

crystal probe delay


Sensitivitas dan Resolusi :

- Sensitivitas adalah kemampuan


kristal untuk mendeteksi cacat
terkecil
- Resolusi adalah kemampuan
kristal untuk memisahkan dua
jarak yang berdekatan

5 10 15

0 2 4 6 8 10
APLIKASI PENGUJIAN

Dengan metoda uji ultrasonik


untuk pencarian cacat pada
benda uji menggunakan
probe yang bervariasi seperti
probe normal (Tunggal/
Ganda) dengan berbagai
macam dimensi dan
frequensi yang berbeda-
beda, dengan tujuan untuk
dapat mendeteksi cacat
didalam benda uji seteliti
mungkin dan seakurat
mungkin
Metoda :
Sinar elektromagnet (sinar X
atau sinar δ) ditembuskan pada
bahan lalu direkam oleh film,
dapat mengamati cacat-cacat
bahan.
Juga dapat diperoleh rekaman
yang permanen

Tujuan :
Untuk mendeteksi cacat-cacat
didalam seperti cacat akibat
tuangan, cacat lasan dll
SKETSA UJI RADIOGRAPHY
Sumber Radiography.

Sinar – ∂ (∂ -ray), isotop : Ir, Co, Cs, Tm


Proses terjadinya sinar–∂ adalah akibat
peluruhan isotop radio aktif yang
memancarkan sinar radiasi.

Sinar – X (X-ray)
Proses terjadinya sinar X : sumber listrik pada
filamen-filamen, kutub listrik Anoda dan
Katoda diberi perbedaan tegangan dalam
ruang hampa maka akan timbul panas, akan
mengektensikan elektron-elektron bergerak
cepat kearah anoda yang bermuatan positif,
pada anoda tersebut diberi target (Tu, W,
terjadilah tumbukan elektron ke target dan
berinteraksi sehingga elektron kehilangan
energi yang berubah menjadi panas dan sinar-
X (1 – 2 %) selebihnya ± 98 % panas.
Setting RT
PORTABLE VIDEO X-RAY
SINAR – X SINAR - ∂ GAMMA
 Dipancarkan oleh alat  Dipancarkan oleh zat radio
pemancar sinar–x isotop
 Pancaran sinarnya dapat  Pancaran sinarnya tak
dikendalikan hanya di “on” terkendalikan diperlukan
kan bila diperlukan alat penyimpanan (Kamera)

 Waktu habisnya alat tidak  Mempunyai waktu paruh (T


diketahui, tergantung dari si ½), dimana aktifasinya jadi
pemakai separuh bila T ½ dilampaui.
 Energinya dapat diatur (KV)  Energinya tetap, tergantung
dari jenis isotopnya
 Pemeliharaannya sukar dan  Pemeliharaannya mudah
mudah rusak dan tak mudah rusak
 Operasinya diperlukan  Operasinya tak memerlu-
tegangan listrik kan tegangan listrik
 Diperlukan pendingin dan  Tidak perlu pendingin dan
pemakaiannya terbatas pemakaian tak terbatas
 Kalau keadaan darurat  Sukar diperbaiki bila rusak
mudah menanganinya sinar terpancar terus
listrik dimati-kan maka sinar  Alat kecil mudah untuk set-
tak memancar up
 Alat besar sukar untuk set-  Sensitifitas sedang, untuk
up metal yang makin besar
 Sensitifitas baik untuk metal sensitifitas membaik
tipis  Harga relatif murah
 Harga mahal
FILM RADIOGRAPHY
Film radiography berfungsi untuk
merekam gambar benda uji yang
diperiksa

Pada umumnya film radiography


terbuat dari bahan dasar plastic
transparan yaitu selulosa acetate
yang mempunyai sifat fleksibel,
ringan, tembus cahaya dan tidak
mudah pecah/robek.
Kedua permukaannya dilapisi suatu
emulsi gelatin yang mengandung
persenyawaan AgBr (perak
bromida), untuk melindungi lapisan
AgBr agar tidak cepat rusak maka
di atasnya dilapisi lagi dengan
bahan gelatin. 3. Lapisan pelindung (gelatin)

2. Lapisan emulsi Ag Br
1. Plastik transparant
(Cellusa acetat)
2

3
PROSES KERJA

Sinar radiasi → emulsi AgBr →


berinteraksi dengan AgBr →
inetraksi electron yang dihasilkan
screen mempengaruhi emulsi dan
terionisasi sehingga terbentuk
logam Ag (perak), logam yang
terbentuk ini merupakan bayangan
laten, untuk dapat melihatnya
dilakukan proses lebih lanjut →
Depelover → bayangan hitam.
FAKTOR PENTING FILM
RADIOGRAPHY

•Density adalah tingkat atau derajat


kehitaman pada film (radiography)
•Kontras adalah perbedaan density film
dari daerah pada film hasil radiography.
Perbedaan Density makin besar, maka
kontras makin baik.
•Definisi film adalah suatu ukuran yang
berkenaan dengan bayangan dari hasil
radiography, bayangan hasil radiography
mempunyai definisi baik apabila batas-
batas daerah yang berbeda densitynya
tajam dan jelas.
PENETRAMETER (PENI)

Dalam pekerjaan radiography


penetrameter (Peni) adalah salah
satu perlengkapan yang sangat
menentukan, tanpa peni sebuah
film radiography tidak dapat
diterima, peni digunakan untuk
menenentukan sensitifitas

Sensitifity : kemampuan film


radiography untuk mendeteksi
cacat terkecil.

Peni terbuat dari bahan yang sama


dengan benda uji
PROSES FILM RADIOGRAPHY
Film hasil radiography diproses pada suatu ruangan
gelap dimana cahaya dikontrol, cahaya merah dapat
digunakan

DEVE STOP AIR


LOPE BATH FIXE
R R

AIR

DEVELOPER
Merubah Ag Br (Basa) yang telah disinari menjadi
Ag (metal) yang hitam warnanya.
 
STOP BATH
Berisi larutan asam asetat yang encer ±5% →
untuk menghilangkan Developer yang bersipat
basa, juga untuk menjaga kontaminisasi

FIXER
Larutan bersipat asam berpungsi untuk
melarutkan senyawa Ag Br pada lapisan emulsi
yang belum terkena cahaya,untuk menguatkan
dan mempertajam gambar hasil proses developer
PENCUCIAN (WASHER)

Untuk membersihkan sisa -sisa fixer →


waktu 20 -30 menit

WETTING AGENT
Untuk mengurangi bintik-bintik air
setelah pembersihan → dengan Larutan
Aerosol

PENGERINGAN (DRYER)
Untuk mengeringkan film hasil proses.

VIEWER
Alat untuk membaca/menginterpretasi
hasil film radiography
INTERPRETASI FILM RADIOGRAFY

• Prosedur uji Radiography (ASME Sec. V


art. 2, AWS D1.1, API 1104, JIS, DIN dll)
• Penentuan Mutu film :
- Marking : indentipikasi bahan, tanggal,
tebal benda uji → harus jelas dengan
viewer.
- Density film → densitometer.
- Film harus bebas dari cacat-cacat
goresan pd daerah benda uji, cacat
kimia akibat proses dark room
(foging) ini harus bebas karena akan
mengganggu interfretasi dengan
viewer.
- Ug max yang di ijinkan
- Penentuan SFD
- Sensitivity dengan melihat peny yaitu
no peny, jumlah kawat atau lubang
pada peny Film side. Source side
 Penentuan Mutu Benda Uji

- Jenis-jenis cacat las


- Dimensi cacat las
- Kriteria penerimaan sesuai code/
standard
- Spec ouner, user

• Mutu Film
- Diterima Accepted
- Ditolak Reshoot

• Mutu Benda Uji


- Diterima Accepted
- Ditolak Rejected
Tujuan :
Uji Magnetic Particle adalah untuk
mendeteksi cacat-cacat bahan logam ferro
pada permukaan atau cacat sub surface
Seperti : Crack, Porus dll

Prinsip Uji :
Benda uji dialiri arus listrik untuk
mendapatkan medan magnet, daerah benda
uji akan menghasilkan garis-garis gaya
medan magnet akibat adanya beda
potensial, kemudian daerah yang diuji
tersebut ditaburkan sebuk ferro magnetic.
Selanjutnya serbuk tersebut akan mengikuti
bagian yang cacat
MAGNET

Sifat Magnet :
Mampu menarik besi.

Kutub Magnet :
Daerah pada benda magnet yang
mempunyai kekuatan menarik
terbesar, yaitu pada ujung-ujung
besi.
Pada benda magnet selalu ada 2
kutub :
kutub utara dan kutub selatan.
Garis gaya magnet
Magnet permanen
Pada bahan-bahan tertentu
(hardsteel dan beberapa
paduan) sekali dimagnetisasi,
akan tetap termagnet untuk
waktu yang lama yang disebut
magnet permanen.

Elektromagnet
bahan ferromagnetik bila
diletakkan dalam medan
magnet akan termagnetisasi,
salah satu sumber magnet
adalah arus listrik.
Medan magnet yang dihasilkan arus listrik,
berarah sesuai kaidah tangan kanan
Contoh :
METODA MAGNETISASI
Metoda magnetisasi dikelompokkan
berdasarkan hasil magnetisasi :
- magnetisasi longitudinal
- magnetisasi sirkular.

- Magnetisasi longitudinal
Dihasilkan dari arus listrik yang
dialirkan dalam coil.
- Magnetisasi sirkular.

Pemberian arus langsung biasanya di


lokasi-lokasi tertentu yang terbatas,
menggunakan prod.
Hal penting yang tidak boleh dilupakan
adalah bahan harus tidak bermagnet,
bersih dari hal-hal yang dapat
menyebabkan loncatan arus.
Ada beberapa cara magnetisasi bahan :

-  Magnet permanen
Pada beberapa jenis bahan (hard steel,
paduan), bila dimagnetisasi akan terus
bersifat magnet untuk waktu yang lama.

Dalam pengujian magnet permanen


jarang digunakan, karena jauh lebih
fleksibel menggunakan metoda
elektromagnet, arus bisa diatur.

 - Elektromagnet
Magnetisasi menggunakan arus listrik.
Coil Shot ( Magnetisasi Longitudinal )
- digunakan pada benda batang, cacat
yang tegak lurus sumbu.

Yoke
- untuk pelat baja, posisi yoke diubah-
ubah sesuai dengan orientasi cacat.

Head Shot
- pada benda batang, cacat sejajar
sumbu.

Central Conductor
- pada benda pipa, benda cincin, cacat
sejajar sumbu.

Prod
- untuk pelat, posisi juga dapat diubah-
ubah.
A. Coil

Untuk benda uji batang dengan posisi


cacat tegak lurus sumbu batang.
Cacat di atas efektif diuji dengan posisi yoke
seperti di atas. Yoke baik digunakan untuk
inspeksi diskontinuitas dekat permukaan.
Dengan cara di atas (metoda magnetisasi
sirkular langsung), digunakan pada
benda uji batang, dengan cacat yang
sejajar dengan sumbu batang.
D. Prod
Ada dua jenis prod :
Kontak prod tunggal (terdiri dari 2
prod yang terpisah) Kontak prod dobel
(kedua prod tergabung menjadi satu).
E. Koduktor Pusat

Cacat yang terdeteksi adalah yang


sejajar dengan sumbu. Cara ini
digunakan untuk benda uji pipa
METODA-METODA PEKERJAAN

Ada beberapa metoda yang perlu diketahui, karena


digunakan dalam pengujian partikel magnetik.

Waktu magnetisasi

-   Medan magnet kontinu :


Magnetisasi berlangsung terus pada saat
digunakan bubuk kering atau suspensi
basah.

-   Medan magnet Remanen :


Partikel ferromagnetik (kering atau suspensinya)
digunakan setelah bahan dimagnetisasidan gaya
magnetisasinya dihilangkan.
Pemakaian partikel ferromagnetik ada 2 cara :
cara kering dan cara basah.
Partikel magnetik tersedia dalam beberapa warna.

Pemilihan warna berdasarkan kekontrasannya


terhadap bahan yang akan diuji.
Ada partikel yang dilapisi bahan berfluoresen.
Metoda kering :

partikel magnetik
berupa bubuk
kering. Cara ini baik
untuk permukaan
benda uji yang
kasar. Warna dipilih
agar kontras
terhadap benda uji.
Bubuk diarahkan
pada lokasi yang
diinginkan perlahan-
lahan kelebihannya
dihilangkan
Metoda basah :

partikel magnetik digunakan


dalam bentuk suspensi, cairan
suspensinya dapat fluoresen
atau non fluoresen. Cara ini
bisa digunakan pada metoda
medan kontinu maupun
permanen. Metoda basah baik
digunakan untuk permukaan
yang halus. Bila digunakan
cairan fluoresen terhadap UV
(menyerap sinar hitam dan
memancarkan sinar tampak),
sensitivitasnya akan naik.
METODA DEMAGNETISASI

Demagnetisasi
adalah proses menghilangkan
magnet sisa (yang lebih kecil dari
medan magnet semula dan searah
dengan medan magnet semula ).
Demagnetisasi perlu dilakukan
baik sebelum maupun setelah
inspeksi.
Demagnetisasi dapat dilakukan
menggunakan arus AC atau DC.
A. AC – Coil
Untuk bahan yang cukup kecil
dimasukan kedalam coil yang dialiri
arus AC.
Arus perlahan-lahan diturunkan (atau
coil dan bahan dijauhkan perlahan).

B. DC, multi point reversing step


down.
Step down bolak balik berulang
dengan kontak lansung atau
konduktor inti. Arus dibalik dan
dikecilkan secara berulang.
 
- Unit Portabel 

Range arusnya adalah 1000 A dengan


sumber tegangan 220 V (AC atau DC)
menggunakan Prod. Coil atau tempat kontak
(contact Head).
Dapat digunakan untuk cara kering maupun
cara basah. Alat demagentisasi biasanya
bersatu dalam alat ini.
-  Unit mobile

Seperti unit portable akan tetapi range


arusnya mencapai 6000 A.
- Unit statis

Dapat menggunakan sumber AC atau DC, alat


ini baik untuk digunakan metoda fluresen
basah karena partikel fluresennya dapat
digunakan kembali.
Alat Ukur Medan Magnet :

-Indikator medan magnet


(Magnetoscope)
alat untuk menunjukkan adanya bocoran
medan magnet. Indikator medan magnet
membandingkan kuat medan di luar
dengan di dalam indikator, bila indikator
didekatkan dengan bocoran magnet,
Indikator menunjukkan perbandingan
kekuatan kedua medan magnet dan
polaritas magnet bocoran.
Field Indicator
Ada beberapa tahap pelaksanaan inspeksi meng
gunakan partikel magnetik.

A. Persiapan permukaan
Kondisi permukaan harus diperhatikan,
permukaan harus kering dan bersih.
Permukaan yang kasar cenderung menyulitkan
pemeriksaan.
 
B. Magnetisasi
Disesuaikan dengan bahan, bentuk dan ukuran
yang akan diperiksa.
 
C. Pemilihan Jenis Partikel Magnetik
Dilihat dari kondisi permukaan, bila kasar
digunakan metoda kering, bila halus digunakan
metoda basah. Pemilihan warna partikel
digunakan warna yang kekontrasannya
tinggi terhadap bahan.
 
D. Interpretasi Diskontinuitas
Hal ini memerlukan keterampilan dan
pengalaman.
E. Demagnetisasi
Kadangkala demagnetisasi diperlukan baik
sebelum maupun sesudah inspeksi.
Tujuannya adalah agar bahan uji betul-
betul tidak bermagnet.

 
F. Pembersihan setelah Inspeksi
Semua partikel magnetik yang digunakan,
dihilangkan dari permukaan bahan setelah
inspeksi.
 
Standar/Code yang digunakan 
Standar penerimaan hasil pemeriksaan
partikel magnetik berdasarkan persetujuan
pihak yang bersangkutan, sesuaikan dengan
spesifikasi/code.
 
ASME Article 25 Practice for Magnetic
Particle Examination
ASTM No. SE-709 E-125 Reference
Photography for
Magnetic Particle
Indication on Ferrous
Castings
ASTM No. SE-269 Definition of Terms
Relating to Magnetic
Particle Examination.
Indication of a crack in a saw blade
Indication of cracks in a weldment
Magnetic particle wet fluorescent indication of a crack in a crane hook.
2.  PRINSIP KERJA 

Prinsip dasar uji penetran adalah sifat


kapilaritas. Bila celah yang sangat sempit
diberi cairan, maka cairan tersebut akan
mampu meresap kedalam celah
sehingga celah akan terisi cairan.
Cairan yang ada di dalam celah dapat
disedot ke luar pada permukaan bila
ujung celah diberi developer yang daya
kapilaritasnya lebih kuat.
Cairan yang disedot oleh developer pada
ujung celah akan memberikan indikasi
bahwa di tempat tersebut terdapat celah.
3. TAHAP-TAHAP PELAKSANAAN

Uji cairan penetran dilaksanakan dengan


tahapan sebagai berikut :
1. Permukaan yang diperiksa dibersihkan dari
kotoran yang mungkin menyumbat/menutupi
celah
2. Permukaan yang telah bersih dilapisi oleh
cairan penetrant dalam waktu tertentu agar
cairan penetrant dapat masuk ke dalam
celah.

Pelapisan dapat dilakukan melalui


- penyemprotan
- pengolesan
- pencelupan.
3. Sisa cairan penetrant dipermukaan
yang tidak masuk ke dalam celah
dibersihkan.

4. Permukaan dilapisi developer untuk


menyedot keluar cairan penetran
yang berada dalam celah, agar
menghasilkan indikasi.
5. Permukaan diinspeksi secara visual

6. Benda uji dicuci/dibersihkan dari bekas/sisa


bahan yang dipergunakan
4.  SIFAT-SIFAT
CAIRAN PENETRAN
Cairan penetran harus mepunyai kemampuan
meresap ke dalam celah/cacat oleh karenanya
cairan ini harus memenuhi persyaratan Sebagai
berikut :

1. Mampu memasuki celah yang sangat sempit.


2. Mampu berada di dalam celah yang besar
3. Tidak mudah menguap
4. Bila berada dipermukaan benda uji mudah
dibersihkan
5. Bila berada didalam celah sukar dibersihkan
6. Mudah disedot dari dalam celah
7. Mampu menyebar dalam bentuk film
8. Tidak mudah berubah warna menjadi pucat
9. Tidak korosif
10. Tidak berbau
11. Tidak mudah menyala
12. Stabil bila disimpan
13. Tidak beracun
14. Murah.
5.  SIFAT FISIS

1. Viskositas (Kekentalan)
Viskositas tinggi menyebabkan
turunnya daya penetrasi.
Viskositas rendah menyebabkan cairan
terlalu cepat menyebar atau mengalir
ke tempat lain.

2. Tegangan Permukaan 
Bila harga tegangan permukaan tinggi,
daya melarutkan zat warna sangat baik
Bila tegangan permukaan rendah
kemampuan penetrasi dan
penyebarannya sangat baik.
3. Daya Pembasah 

Daya pembasah ada kaitannya dengan sudut


kontak cairan dengan permukaan.
Daya pembasah merupakan faktor terpenting.
Contoh :
Air daya pembasahnya tinggi, tegangan
permukaan air cukup tinggi sedangkan air juga
merupakan pelarut yang baik.

Untuk meningkatkan daya penetrasinya dapat


ditambahkan zat lain yang dapat menurunkan
tegangan permukaan, sedangkan daya
melarutkannya cukup baik.

4. Massa Jenis 
Massa jenis tidak banyak pengaruhnya terhadap
kemampuan penetrasi.
Umumnya massa jenis cairan penetran antara
0,86 – 1,06 pada 16oC.
5. Volatilitas

Cairan penetran tidak boleh bersifat volatil.


Penguapan sedikit akan membantu
pengintensipan pemunculan warna dan
menjaga agar indikasi tidak menyebar secara
berlebihan.
Bila cairan penetran mengandung solven
yang volatil, penguapan yang cepat akan
mengakibatkan :

- Formula tidak stabil, dapat terjadi perubahan


sifat dari cairan penetran.
- Mengurangi daya penyebaran sehingga
cairan cepat menjadi kering.
- Akan menyebabkan pengurangan sensitivit
terutama bila cairan ditempatkan dalam
tangki/bak terbuka.
6. Titik Nyala 

Titik nyala cairan penetran harus tinggi


supaya tidak mudah terbakar. Umumnya titik
nyala tidak mempengaruhi kemampuan
penetrasi kecuali bila ditambahkan sedikit
cairan yang titik nyalanya rendah akan
mampu meningkatkan sensitivity.

7. Korosivitas 

Cairan penetran harus non korosif


terhadap benda uji maupun tempat
penyimpanannya.

Paduan titan dan baja paduan nikel


tinggi mudah berkarat bila cairan
mengandung natrium, belerang dan
halogen
6. TIPE DAN SISTIM

Ditinjau dari cara inspeksinya, ada dua tipe


cairan penetran yakni :
1.Cairan penetran fluoresen
Inspeksi pada uji penetran dengan cara ini
dilakukan dengan bantuan sinar
ultraviolet.
Cairan ini mengandung zat warna yang
akan berfluorensi bila disinari dengan sinar
ultraviolet.
2. Cairan penetran non fluoresen

Inspeksi pada uji penetran dengan cairan


ini dilakukan secara visual tanpa bantuan
sinar ultraviolet.
Cairan mengandung zat warna yang
memiliki kontras yang tinggi pada ruangan
terang.
7. SISTIM PEMBERSIHAN PENETRAN
 
1.      Sistim water washable
2.      Sistim post emmulsified
3.      Sistim solvent removable

Ketiga sistim ini berlaku untuk cairan


penetran tipe fluoresen maupun
nonfluoresen.
Masing-masing sistim dan tipe memiliki
keuntungan dan kerugian.
Umumnya pembersihan dilakukan
dengan cara menyemprot, melap atau
mencuci hingga permukaan benda uji
bersih dari sisa-sisa penetran yang
tidak terpakai.
Sistim “Water Washable” Fluoresen
Pembersihan dilakukan dengan menggunakan air.
Cairan penetran terdiri dari solven untuk
penetrasi, zat warna, zat pengemulsi dan zat
penstabil

Sistim “Post Emulsified” Fluoresen


Pembersihan juga dilakukan dengan air seperti
pada water washable.
Perbedaan terletak pada komposisinya yaitu
penetran ini tidak mengandung zat pengemulsi,
zat pengemulsi dilapiskan secara terpisah, tanpa
melapiskan zat pengemulsi, penetran tidak dapat
dibersihkan dari permukaan benda uji

Sistim “Solvent Removable” Fluoresen


Sistim ini digunakan bila metoda water washable
tidak dapat digunakan.
Karena kelebihan penetran dalam dua tahap.
Pre-Clean

Apply Penetrant

Remove Excess
Penetrant by
Water Rinsing

Apply Wet
Dry Surface
Developer

Apply Dry or
Non-aquaeous Dry Surface
Wet Developer

Inspect

Post Clean
FLUORESCENT POST-EMULSIFIED
PENETRANT INSPECTION PROCESSES

Pre-Clean

Apply Penetrant

Apply Oil Based Water Rinse


Penetrant Emulsifier
Apply Oil Based
Penetrant Remover

Water Rinse Water Rinse

Dry Surface of
Dry Surface of Apply Aqueous
Components
Components Developer

Dry Surface of
Components
Apply Non-aquaeous
Apply Dry
Wet Developer
Developer
Inspect for Defect
Under UV Light

Post-Clean
Cairan Penetran Non Fluoresen

Sistem “Water Washable”


digunakan pada benda uji yang besar
untuk sensitivitas rendah. 

Sistem “Post Emulsified”


sensitivitasnya lebih baik daripada sistem
“water washable” fluoresen.

Sistem “Solvent Removable”


digunakan untuk spot inspection bilamana
pembersihan dengan air tidak
memungkinkan.
8. PRE-CLEANING

Untuk membersihkan agar permukaan benda


uji bersih dari kotoran yang mungkin
menyumbat celah/cacat atau mengganggu
proses penetrasi serta menghilangkan
kontaminan yang mungkin ada
pada.permukaan.benda.uji.
Pre-cleaning dapat dilakukan dengan
menggunakan:

Detergen
Dilakukan antara 10 – 15 menit pada suhu 75o
– 95oC
Solven
Harus bebas residu, dengan titik nyala mulai
90o C, baik dengan cara lap atau pencelupan,
cocok untuk membersihkan oli atau grease
Vapour Degreasing
Digunakan untuk pembersihan minyak
berat, grease atau senyawa organik lainnya.
  

Larutan Pembuang Kerak


Pembuang/pengupas Cat atau Striper
basa
Pembersih Ultrasonik
Blasting
Pembakaran
Pengeringan setelah Pembersihan

INSPEKSI
Saat unit beroperasi (On Stream)

Inspeksi ini dimaksudkan untuk menditeksi


secara dini adanya kerusakan, kelainan,
gangguan dll.
 
Langkah ini bertujuan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan / kerusakan
Yang dapat dilakukan pada waktu On Stream

1. Pengukuran
2. Pendeteksian

 
Saat unit berhenti (Shut Down)

1. Shut Down yang direncanakan


2. Shut Down Emergency

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai