Anda di halaman 1dari 19

4.

METODA ULTRASONIK
4.1. Prinsip Dasar Metoda Ultrasonik
4.1.1. Pendahuluan
Gelombang ultrasonik adalah gelombang mekanik seperti gelombang suara yang
mempunyai frekuensi lebih besar dari 20 kHz. Gelombang ini dapat dihasilkan oleh
probe yang bekerja berdasarkan perubahan energi listrik menjadi mekanik.
Sebaliknya probe juga dapat mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.
Selama perambatannya di dalam material, gelombang ini dipengaruhi oleh sifat-
sifat bahan yang dilaluinya misalnya : masa jenis, hogenitas, besar butiran,
kekerasan dan sebagainya. Dari sifat tersebut, gelombang ini dapat dipakai untuk
mengetahui jenis bahan, tebal dan ada tidaknya cacat di dalam bahan tersebut.
Gelombang ultrasonik dapat dipantulkan dan dibiaskan oleh permukaan batas
antara dua bahan yang berbeda. Dari sifat pantulan tersebut dapat ditentukan tebal
bahan, lokasi cacat serta ukuran cacat.
Cacat/permukaan yang mudah diperiksa dengan gelombang ultrasonik adalah
cacat/permukaan yang tegak lurus terhadap arah rambatan gelombang, karena
cacat/permukaan tersebut mudah memantulkan kembali gelombang untuk diterima
oleh probe.
Metoda ini digunakan untuk menguji baik bahan logam maupun non-logam . Metoda
ini dapat untuk mendeteksi diskontinuitas di dalam atau sub-permu­kaan benda uji.
Gelombang ultrasonik yang dipancarkan oleh probe (transducer) berasal dari suatu
kristal khusus yang dapat menimbulkan "Piezoelectric Effect".
Suatu diskontinuitas akan memantulkan gelombang ultrasonik yang diaplikasikan,
sehingga pada alat penca­tat gelombang pantul dicatat adanya pulsa dari gelom­bang
pantul yang bukan dari permukaan benda uji.
jenis gelombang ultrasonik yang banyak dipakai :
- Gelombang longitudinal
- Gelombang transversal
- Gelombang permukaan
Hukum-hukum fisika seperti : hamburan, difraksi, dispersi dan hukum-hukum gelombang
lainnya berlaku juga bagi gelombang ultrasonik. Tetapi dalam bahasan selanjutnya
diutamakan perhitungan tentang jarak, panjang gelombang, pantulan dan pembiasan.
Dalam perambatannya pada bahan yang sama, kecepatan dan frekuensi dianggap
tetap. Dalam perambatan pada berbagai bahan, frekuensi gelombang selalu dianggap
tetap, sedangkan kecepatan rambat tergantung pada jenis bahan dan mode gelombang.
Berikut ditunjukkan cepat rambat gelombang transversal dan longitudinal di dalam
beberapa jenis material.
Tabel 4.1. Cepat Rambat Gelombang

Jenis Material Cepat Rambat Gelombang (m/detik)


Longitudinal Transversal
Baja 5920 3255
Air 1490 -
Udara 340 -
Aluminium 6300 3090
Plexi 2740 1120

Panjang gelombang ultrasonik dapat dihitung melalui rumus  = v/f. Jika kita menggunakan
frekuensi 1 MHz, maka
6.30 x 10 6
 L, Al   6.30 m m
1 x 10 6

T,Al = 3.09 x 106/1x106 = 3.09 mm

L,BJ = 5.92 x 106/1x106 = 5.92 mm L = Longitudinal , T = Transversal

T,BJ = 3.23 x 106/1x106 = 3.23 mm


ATENUASI
Dalam perambatannya, gelombang ultrasonik mengalami pengurangan
intensitas, baik karena penyebaran, absorbsi maupun hamburan oleh butiran.
Pengurangan instensitas diperngaruhi oleh frekuensi gelombang yang melalui
bahan tersebut, yang dinyatakan oleh rumus atenuasi sebagai berikut :

I t  I 0 e  t

I o = Intensitas mula-mula

I t = Intensitas setelah melalui tebal t


γ = koefisien atenuasi
Nilai  untuk baja dan aluminium bila frekuensi gelombang sebesar 2 MHz adalah =
10 x 10-3 dB/mm, sedangkan untuk besi tuang sebesar = 1x 10 -3 dB/mm. dB adalah satuan
tingkat kekuatan gelombang yang didefinisikan sebagai :

dB = - 20 log Io/Istnd

Oleh karenanya besi tuang lebih banyak mengatenuasi gelombang ultrasonik dibandingkan
dengan baja/aluminium terutama bila digunakan frekuensi yang lebih tinggi karena ukuran
butiran besi tuang jauh lebih besar dibandingkan dengan baja/aluminium. Ukuran butiran yang
lebih besar akan lebih banyak menghamburkan gelombang ke arah lain.
4.1.3. PESAWAT ULTRASONIK
Jenis pesawat ultrasonik tergantung pada teknik yang digunakan. Peralatan untuk teknik
resonansi berbeda dengan peralatan untuk teknik gema/transmisi. Berikut ini
digambarkan diagram blok yang biasa digunakan dalam teknik gema.
Pesawat ini mirip osiloskop dimana pengukuran yang dilakukan berdasarkan pada
pengukuran waktu dan tegangan. Pengukuran waktu yang dilakukan melalui skala
horizontal dapat diterjemahkan menjadi pengukur jarak ( s = v.t ) sedangkan pengukuran
tegangan yang dipresentasikan pada skala vertikal adalah untuk mengetahui besarnya
cacat. Skala horisontal dan vertikal ini harus linear agar interpolasi dapat dilakukan dan
tidak mengurangi ketelitian pembacaan.
Timer
Sweep

CRT
Reseiver
Diagram Blok Alat Trans
Ultrasonik mitter
Amplifier

Probe

Benda Uji Lasan


Alat Ultrasonik dengan kelengkapan :
Blok Kalibrasi (K1 & K2), Probe, Kabel probe,
Kuplan.
4.1.4. Probe Ultrasonik
Probe ultrasonik terdiri dari transduser piezoelektrik, bahan pendukung,
kemasan probe serta matching transformer yang menyebandingkan
impedansi elektrik transduser piezoelektrik dan kabel untuk
memindahkan energi maksimum dari kabel ke transduser dan sebalik­
nya.
Probe yang memancarkan gelombang tegak lurus permukaan disebut
"probe normal". Kebanyakan probe normal memancarkan dan
menerima gelombang longitudinal. Sedangkan probe yang
memancarkan gelombang dan membentuk sudut tertentu terhadap
permukaan disebut "probe sudut".
Normal probe
longitudinal

Backing
material Angle probe
Plexi
Interface
Piezoelectrical
crystal
Steel longitudinal
Plexi

transversal 45 0
Normal Angle
Probe probe probe

Weld
Couplant joint

Air
Rough surface

Ф = 900 Ф = 45; 60; 700


Object

Less or no transmitted sound Other Type Probe :


wave into the object •Tip probe
• High temperature probe

• Probe for creeping/surface wave


Couplant : • T-R probe
1. Fill in and smooth out the irregularities
• Immersion probe
2. Aids in the movement transducer
3. Easy to apply and harmless to the parts
Blok Kalibrasi

K1

25

K2
4.3.1. Kalibrasi Probe normal
Dalam pemakaian probe normal yang perlu dikalibrasi adalah nilai skala pada layar penampil
(CRT -screen), sedangkan probenya sendiri tidak perlu dikalibrasi. Untuk melakukan kalibrasi
dapat digunakan standard block K1 atau K2. Layar penampil mempunyai skala yang dibagi
menjadi 10 bagian skala mendatar dan 5 bagian skala vertikal. Kalibrasi ini dimaksudkan untuk
menyesuaikan skala 0 – 10 pada layar dengan jangkauan dari gelombang ultrasonik dalam benda
uji/blok kalibrasi. Perlu diperhatikan bahwa gelombang yang merambat di dalam benda uji/blok
kalibrasi adalah gelombang longitudinal.
Contoh kalibrasi dan aplikasinya :
Suatu benda uji pelat mempunyai tebal 85 mm, akan diperiksa dengan ultrasonik untuk
mengetahui cacat di dalamnya. Blok kalibrasi yang tersedia mempunyai tebal 25 mm. Dalam hal
ini probe yang dipakai adalah probe normal, karena geometri benda uji teratur dan mempunyai
tebal merata.
Probe
Layar

Test Range

jeli Pulsa awal


Pulsa
Pantul

Blok Standar

Untuk menjangkau ketebalan 85 mm, maka Test Range yang dipilih adalah 100 mm. Karena skala pada layar
dibagi 10 bagaian, maka 1 bagian skala = 100 mm : 10 = 10 mm. Kalibrasi mempergunakan blok standar
setebal 25 mm. Jumlah pulsa yang tampak pada layar adalah sebanyak = 100 mm : 25 mm = 4 pulsa.
Pulsa I terletak pada skala = (1 x 25) : 10 = 2,5 bagian skala.
Pulsa II terletak pada skala = (2 x 25) : 10 = 5 bagian skala.
Pulsa III terletak pada skala = (3 x 25) : 10 = 7,5 bagian skala.
Pulsa IV terletak pada skala = (4 x 25) : 10 = 10 bagian skala.
I
II
III
IV

0 2 4 6 8 10

Letak pulsa kalibrasi pada layar waktu kalibrasi


1 2 3

t1 t2
t
1 2 3

t2
t

1 2 3

BW No defect- and
No defect BW echo appear
echo appear
Defect echo

Anda mungkin juga menyukai