POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
VIII ULTRASONIC TEST
1
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
Timer
Amplifier osiloskop
Penguat/
Pembangkit pulsa
prob
e
Benda
uji
I1 r22
= (least aquare law) ................................................................................................... (8.4)
I 2 r12
Hukum seperti hamburan, difraksi, disfersi, disperse dan hukum gelombang ultrasonic. Tetapi dalam
bahasan selanjutnya diutamakan perhitungan tentang jarak, panjang gelombang, pantulan dan
pembiasan. Dalam perambatannya pada bahan yang sama, kecepatan dan frekuensi dianggap tetap.
Dalam perambatannya dalam berbagai bahan, frekuensi gelombang selalu dianggap tetap, sedangkan
kecepatan rambat bergantung pada jenis bahan dan mode gelombang. Frekuensi yang sering
digunakan untuk uji tanpa rusak umumnya antara 250 kHz-15 MHz, sedangkan pada pemeriksaan las
digunakan frekuensi 2 MHz-6 MHz.
2
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
3) Mode
Dari cara bergetar dan perambatannya maka gelombang ultrasonic dapat menjalar di dalam bahan
dalam berbagai mode :
a) Mode Longitudinal
Mode longitudinal terjadi bila gelombang ultrasonic merambat pada suatu arah sejajar dengan arah
gerakan atom yang digetarkan, misal atom digerakkan ke kanan dan ke kiri sedangkan gelombang
bergerak merambat ke kiri atau kanan. Gelombang longitudinal dapat merambat pada semua
bahan, baik gas, cair maupun padat.
b) Mode Transversal
Mode Transversal terjadi bila gelombang ultrasonic merambat pada suatu arah tegak lurus pada
arah gerakan atom yang di getarkan , missal atom digetarkan ke atas dan ke bawah, sedangkan
gelombang merambat ke arah kanan dan kiri. Gelombang transversal hanya bisa merambat pada
benda padat
d) Mode Plat
Mode plat terjadi pada bila gelombang transversal merambat pada bahan plat tipis yang tebalnya
kurang dari setengah panjang gelombang. Gerakan atom yang bergetar berbentuk elips. Gelombang
plat merambat pada seluruh benda uji tipis tersebut, baik dalam bentuk gelombang simetris atau
gelombang asimetris.
4) Perubahan Mode
Gelombang ultrasonic yang merambat dalam suatu bahan dapat merubah mode dari satu mode ke
mode lainnya. Perubahan mode ini terjadi misalnya karena pantulan atau pembiasan. Bila mode
berubah maka kecepatan rambatnya berubah, sedangkan frekuensinya tetap, akibatnya panjang
gelombangnya juga akan berubah.
5) Kemampuan Deteksi
Cacat kecil dapat memantulkan kembali gelombang ultrasonic bila permukaannya cukup luas. Cacat
terkecil yang dapat dideteksi oleh gelombang ultrasonic adalah bila :
minimum= 1
2 .......................................................................................................................... (8.6)
6) Kecepatan rambat dan panjang gelombang
Kecepatan rambat (v) gelombang ultrasonic dalam suatu bahan tergantung pada jenis bahan yang
dilalui oleh mode gelombang tersebut.
7) Transmisi
Bila gelombang ultrasonic menjalar dari bahan yang satu ke bahan dua tegak lurus pada permukaan
batas pada kedua bahan tersebut, maka sebagian bahan akan diteruskan sedangkan sebagian lagi
4
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
dipantulkan. Intensitas yang diteruskan atau dipantulkan tergantung pada koefisien transmisi atau
refleksinya.
W2 − W1
R= ..........................................................................................................................(3.7)
W2 − W1
D= 1-R ....................................................................................................................................(3.8)
W1 = 1V1 (3.9)
300mm
25mm
30m
85mm 100mm
m
100mm 91mm
35mm
6
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
maka kalibrasi telah selesai dan pesawat siap digunakan untuk pengukuran. Kalibrasi harus diulang
bila terjadi pergantian probe, kabel probe maupun bila alat dinyalakan kembali. Perlu diperhatikan
bahwa untuk kalibrasi jarak diperlukan timbulnya minimum 2 buah indikasi tidak termasuk pula
awal. Karena jarak yang sesuai dengan ketebalan bahan adalah jarak antara dua indikasi, bukan jarak
antara dua buah pulsa awal dan indikasi pertama.
- Pengukuran tebal bahan
Untuk mengukur tebal bahan, range harus dipilh berdasarkan perkiraan tebal benda uji. Setelah
kalibrasi dengan range yang sesuai, probe diletakkan pada benda uji untuk memperoleh indikasi.
Tebal bahan ditentukan dari :
D = (Skala/10) x range .............................................................................................................(3.11)
- Penentuan lokasi cacat
Perhitungan jarak dapat dilakukan seperti pada pengukuran tebal, bila indikasi yang muncul
banyak maka indikasi harus dianalisa satu-persatu, dimulai dari indikasi pertama.
b. Probe Sudut
Probe sudut hanya digunakan untuk menentukan lokasi dan besar cacat yang memiliki permukaan
yang membentuk sudut tehadap permukaan benda uji. Hal yang memudahkan dalam pengukuran
dengan probe sudut adalah bahwa dari suatu cacat umumnya menghasilkan satu indikasi sehingga
mudah dianalisa.
- Penentuan lokasi cacat
Penetuan lokasi cacat dengan probe sudut memerlukan ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan
dengan probe normal karena dituntut suatu kondisi dimana indikasi yang muncul pada layar harus
maksimum, agar dapat diyakini bahwa cacat berada pada central beam.
Kalibrasi Probe Sudut
Pelaksanaan probe sudut lebih sulit dibandingkan dengan kalibrasi probe normal. Hal ini
disebabkan karena posisi probe harus tepat yang dapat diketahui dari amplitudo indikasi yang
timbul pada layar. Posisi probe yang tepat akan menimbulkan indikasi yang amplitudonya
maksimum. Bila amplitudo belum maksimum maka posisi probe belum benar dan hasil kalibrasi
maupun pengukurannya belum benar. Sebelum melakukan kalibrasi hal yang harus dilakukan
terlebih dahulu adalah menentukan exit point pada probe dan mengecek sudut dari probe yang
akan kita gunakan, apakah masih presisi atau tidak, karena probe yang sering digunakan akan
mengalami keausan sehingga sudutnya tidak presisi lagi. Sudut bias gelombang yang masuk
kedalam benda uji dapat dapat diukur dengan beberapa macam.
7
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
- Pengukuran sudut dengan blok kalibrasi dapat dilakukan dengan cara meletakkan probe pada V1
menghadap lengkung 100 mm. probe digeser maju-mundur disekitar skala yang sesuai dengan
sudut probe sehingga diperoleh indikasi maksimum.
- Cara lain untuk menentukan atau memeriksa sudut dari probe sudut dapat dilakukan dengan
perhitungan gonometri.
- Kalibrasi jarak
- Jarak tempuh
Indikasi 1 = 100/200 x 10 = 5 mm
Indikasi 2 = (2x100)/200 x 10 = 10 mm
Penempatan indikasi pada skala di atas dilakukan dengan cara mengatur tombol range dan tombol
penggeser pulsa.
- Kalibrasi dengan blok V2
Blok V2 memiliki 2 lengkungan konsentris berjari-jari 25 mm dan 50 mm. untuk itu dapat
memahami terjadinya indikasi pada layar maka perlu diikuti perambatan gelombang pada blok
kalibrasi V2. secara umum bila lengkungan adalah r1dan r2maka indikasi mewakili jarak-jarak :
r1= r1+(r1+r2); r1+2(r1+r2) dan seterusnya (probe menghadap r1)
r2= r2 (r1+r2); r2+2(r1+r2) dan seterusnya (probe menghadap r2)
8
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
3.4 Prosedur Keselamatan
Sebelum praktikum pengujian bahan dilaksanakan, mahasiswa harus meyakinkan dahulu telah
melengkapi diri dengan APD (Alat Pelindung Diri) sebagai berikut :
1. Pakaian dan celana bengkel.
2. Safety shoes.
3. Kaca mata pelindung harus digunakan bila melakukan penggerindaan dengan gerinda mesin.
- Mengoleskan oli pada block, kemudian menempelkan probe yaitu probe Normal pada bidang
tersebut sehingga muncul indikasi pada layar pesawat ultrasonic.
- Jika kalibrasi sudah dilakukan dengan benar, setelah itu ambil speciment dan probe diletakkan pada
sisi yang akan diuji.
9
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
- Catat pada titik berapa indikasi yang muncul pada layar pesawat ultrasonic setelah probe diletakkan
pada spesimen, dan gambarkan ukuran serta posisi cacat pada spesimen.
Gambar 3.9 Perspektif Hasil Pengujian Ultrasonic Test dengan Probe Normal
11
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
Pada Display pesawat ultrasonik muncul gelombang pada absis (divisi) yakni pada skala 2
D = 18 mm
Tebal indikasi = ( 30-18 ) mm = 12 mm
▪ Indikasi 2
Pada Display pesawat ultrasonik muncul gelombang pada absis (divisi) yakni pada skala 2
D = 12 mm
Tebal indikasi = ( 30-12 ) mm = 18 mm
▪ Indikasi 3
Pada Display pesawat ultrasonik muncul gelombang pada absis (divisi) yakni pada skala 2,5
D = 25 mm
Tebal indikasi = ( 30-25 ) mm = 5 mm
▪ Indikasi 4
Pada Display pesawat ultrasonik muncul gelombang pada absis (divisi) yakni pada skala 1,8
D = 20 mm
Tebal indikasi = ( 30-20 ) mm = 10 mm
3.8 Kesimpulan
Ultrasonic Test merupakan salah satu uji NDT (Non Destructive Test) yang menggunakan gelombang
Ultrasonic untuk mengetahui indikasi pada bagian dalam benda uji. Indikasi yang dihasilkan dalam
pengujian NDT ini dapat berbentuk persegi panjang, garis, dan tabung. Untuk dapat mengetahui letak dari
indikasi pada bagian dalam benda uji dapat dilakukan dengan cara scaning dengan menggunakan probe.
12
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
Kelebihan ultrasonic test dibanding dengan pengujian yang lain adalah dapat mendeteksi discontinuity
yang berada pada sub surface, dan juga dapat mengetahui kedalaman dari dicontinuity yang dimaksud.
Daftar Pusataka
• ASME Section V Article 7. Ultrasonic Examination Methods for Materials, 2010 Edition.
• ASME Section VIII Division 1. Mandatory Appendix 12 Ultrasonic Examination of Welds (UT),
2010 Edition.
• Harsono, Dr, Ir & T. Okamura, Dr. 1991. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: PT. Pradya
Paramita
• Metode Ultrasonic, 1997, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
• Budi Prasojo, ST. 2012. Jobsheet Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, PPNS
• Widharto,Sri. 2004. Inspeksi Teknik Buku 5. Jakarta: PT Padnya Paramita.
13