Anda di halaman 1dari 13

D4

POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
VIII ULTRASONIC TEST

8.1 Sub Kompetensi


Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi modul ini adalah sebagai berikut:
1) Mahasiswa mampu menjelaskan syarat-syarat suatu komponen dapat diuji dengan Ultrasonic test.
2) Mahasiswa mampu menentukan bentuk dan lokasi cacat pada suatu material atau komponen mesin.

8.2 Dasar Teori


Gelombang Ultrasonic adalah gelombang mekanik seperti gelombang suara yang frekuensinya lebih
besar dari 20 kHz. Gelombang ini dapat dihasilkan dari probe yang berdasarkan perubahan energi listrik
menjadi energi mekanik. Sebaliknya probe juga dapat mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.
Selama perambatannya di dalam material, gelombang ini dipengaruhi oleh sifat-sifat bahan yang dilalui,
misalnya masa jenis, homogenitas, besar butiran, kekerasan dan sebagainya. Sehingga gelombang ini
dapat dipakai untuk mengetahui jenis bahan, tebal dan ada tidaknya cacat di dalam bahan tersebut.
Gelombang Ultrasonic dapat dipantulkan dan dibiaskan oleh permukaan batas antara dua bahan yang
berbeda. Berdasarkan sifat pantulan tersebut dapat ditentukan tebal bahan, lokasi cacat serta ukuran
cacat.
1) Prinsip Dasar Ultrasonic
Pemeriksaan tebal bahan atau adanya cacat dalam bahan dengan gelombang ultrasonic dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu : teknik resonansi, teknik transmisi dan teknik gema. Dari ketiga
teknik tersebut, teknik gema kontak langsung paling sering digunakan terutama pada pemeriksaan di
lapangan.
Pantulan/Gema:
Pada teknik ini, probe secara bergantian mengeluarkan dan menerima getaran. Tebal bahan dan letak
cacat ditentukan dari letak getaran/gema pada layar osiloskop, sedangkan besarnya ditentukan dari
simpangan tinggi getaran yang diterima kembali.

1
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A

Timer

Amplifier osiloskop

Penguat/
Pembangkit pulsa

prob
e

Benda
uji

Gambar 8.1 Rangkaian Pesawat Ultrasonic


2) Gelombang Ultrasonic.
Gelombang ultrasonic adalah gelombang mekanik seperti suara, yang frekuensinya lebih besar dari
pada 20 kHz. Gelombang ini mempunyai besaran fisis seperti pada suara yakni panjang gelombang
(  ), kecepatan rambat (v), waktu getar (T), amplitudo (A), frekuensi (f), fasa (  ) dan sebagainya.
Formula yang berlaku bagi gelombang suara berlaku pula pada gelombang ultrasonic, missal :
v
= . ............................................................................................................................................ (8.1)
f
s = v.t .............................................................................................................................................. (8.2)
sin  v1
= (snellius) ................................................................................................................. (8.3)
sin  v2

I1 r22
= (least aquare law) ................................................................................................... (8.4)
I 2 r12

I f = I 0 e −t (attenuation) ........................................................................................................... (8.5)

Hukum seperti hamburan, difraksi, disfersi, disperse dan hukum gelombang ultrasonic. Tetapi dalam
bahasan selanjutnya diutamakan perhitungan tentang jarak, panjang gelombang, pantulan dan
pembiasan. Dalam perambatannya pada bahan yang sama, kecepatan dan frekuensi dianggap tetap.
Dalam perambatannya dalam berbagai bahan, frekuensi gelombang selalu dianggap tetap, sedangkan
kecepatan rambat bergantung pada jenis bahan dan mode gelombang. Frekuensi yang sering
digunakan untuk uji tanpa rusak umumnya antara 250 kHz-15 MHz, sedangkan pada pemeriksaan las
digunakan frekuensi 2 MHz-6 MHz.

2
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
3) Mode
Dari cara bergetar dan perambatannya maka gelombang ultrasonic dapat menjalar di dalam bahan
dalam berbagai mode :
a) Mode Longitudinal
Mode longitudinal terjadi bila gelombang ultrasonic merambat pada suatu arah sejajar dengan arah
gerakan atom yang digetarkan, misal atom digerakkan ke kanan dan ke kiri sedangkan gelombang
bergerak merambat ke kiri atau kanan. Gelombang longitudinal dapat merambat pada semua
bahan, baik gas, cair maupun padat.
b) Mode Transversal
Mode Transversal terjadi bila gelombang ultrasonic merambat pada suatu arah tegak lurus pada
arah gerakan atom yang di getarkan , missal atom digetarkan ke atas dan ke bawah, sedangkan
gelombang merambat ke arah kanan dan kiri. Gelombang transversal hanya bisa merambat pada
benda padat

Gambar 8.2 Mode Gelombang Transversal dan Longitudinal


c) Mode Permukaan
Mode transversal terjadi bila gelombang transversal merambat pada permukaan. Gerakan atom
yang bergetar berbentuk elips. Sesuai dengan namanya gelombang permukaan hanya merambat
pada permukaan padat dengan kedalaman maksimum satu panjang gelombang.
3
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A

Gambar 8.3 Mode Permukaan

d) Mode Plat
Mode plat terjadi pada bila gelombang transversal merambat pada bahan plat tipis yang tebalnya
kurang dari setengah panjang gelombang. Gerakan atom yang bergetar berbentuk elips. Gelombang
plat merambat pada seluruh benda uji tipis tersebut, baik dalam bentuk gelombang simetris atau
gelombang asimetris.

Gambar 8.4 Mode Plat

4) Perubahan Mode
Gelombang ultrasonic yang merambat dalam suatu bahan dapat merubah mode dari satu mode ke
mode lainnya. Perubahan mode ini terjadi misalnya karena pantulan atau pembiasan. Bila mode
berubah maka kecepatan rambatnya berubah, sedangkan frekuensinya tetap, akibatnya panjang
gelombangnya juga akan berubah.
5) Kemampuan Deteksi
Cacat kecil dapat memantulkan kembali gelombang ultrasonic bila permukaannya cukup luas. Cacat
terkecil yang dapat dideteksi oleh gelombang ultrasonic adalah bila :

 minimum= 1 
2 .......................................................................................................................... (8.6)
6) Kecepatan rambat dan panjang gelombang
Kecepatan rambat (v) gelombang ultrasonic dalam suatu bahan tergantung pada jenis bahan yang
dilalui oleh mode gelombang tersebut.
7) Transmisi
Bila gelombang ultrasonic menjalar dari bahan yang satu ke bahan dua tegak lurus pada permukaan
batas pada kedua bahan tersebut, maka sebagian bahan akan diteruskan sedangkan sebagian lagi
4
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
dipantulkan. Intensitas yang diteruskan atau dipantulkan tergantung pada koefisien transmisi atau
refleksinya.

W2 − W1
R= ..........................................................................................................................(3.7)
W2 − W1

D= 1-R ....................................................................................................................................(3.8)
W1 = 1V1 (3.9)

dimana : R = Koefisien refleksi


D = Koefisien transmisi
W = Impedansi akustik
 = Massa jenis (kg/m3)
V = Kecepataqn rambat. (m/s2)
8) Probe (Transducer)
Dalam suatu probe dapat berisi suatu kristal yang disebut probe tunggal, tetapi dapat pula berisi dua
kristal yang identik (probe kembar). Bila bidang permukaan kristal sejajar dengan bidang permukaan
probe, maka disebut probe normal. Dalam probe normal gelombang yang keluar dari probe adalah
gelombang longitudinal dan arah tegak lurus terhadap permukaan probe. Bila bidang permukaan tidak
sejajar dengan probe maka disebut probe sudut. Gelombang yang masuk ke benda uji adalah
gelombang transversal dan membentuk sudut tertentu terhadap garis normal permukaan probe. Jadi ada
empat macam probe yakni :
1. Probe normal : - tunggal
- kembar
2. Probe sudut : - tunggal
- kembar
Selain empat macam probe diatas terdapat satu jenis probe tunggal lainnya yaitu probe universal
dimana kristal dapat diputar dari luar probe sehingga dapat berfungsi sebagai probe normal maupun
probe sudut.
a. Probe Normal
Probe normal digunkan untuk mengukur tebal bahan, menentukan lokasi cacat yang sejajar dengan
permukaan benda uji dan menetukan ukuran cacat tersebut.
- Pengukuran tebal bahan
Untuk mengukur tebal bahan, range harus dipilh berdasarkan perkiraan tebal benda uji. Setelah
kalibrasi dengan range yang sesuai, probe diletakkan pada benda uji untuk memperoleh indikasi.
5
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
Tebal bahan ditentukan dari :
D = (Sk/10) x range ..................................................................................................................(3.10)
- Penentuan lokasi cacat
Perhitungan jarak dapat dilakukan seperti pada pengukuran tebal, bila indikasi yang muncul
banyak maka indikasi harus dianalisa satu-persatu, dimulai dari indikasi pertama.
Kalibrasi Probe Normal
Setiap kali digunakan, pesawat ultrsonic harus dikalibrasi dengan bantuan blok kalibrasi, misal blok
kalibrasi V1 stepwedge dan sebagainya.

300mm

25mm

30m
85mm 100mm
m
100mm 91mm

35mm

Gambar 5.5 Block Kalibrasi


Kalibrasi dimaksudkan untuk menyesuaikan skala 0-10 pada layar dengan jangkauan dari
gelombang ultrasonic dalam benda uji/blok kalibrasi. Jarak yang dikalibrasi adalah jarak tempuh
yakni jarak yang dilalui oleh gelombang-gelombang dalam benda uji/blok kalibrasi. Untuk
mengkalibrasi range 100 mm maka mula mula pulsa harus timbul pada skala 0. Tombol range kasar
di set pada 100 mm dan probe diletakkan pada ketebalan 25 mm dari blok kalibrasi V1. Indikasi
yang timbul pada layar harus berjumlah 100/25 = 4 buah dan terletak pada skala :
25
Indikasi I : x10,0 = 2,2,5
5mm mm
100
2 x 25
Indikasi II : x10,0 = 5,5,0
0mm mm
100
3x 25
Indikasi III : x10,0 = 7,7,5
5mm mm
100
4 x 25
Indikasi IV : x10,0 = 1010,0
,0mmmm
100
Agar indikasi menempati skala yang seharusnya,tombol range halus dan tombol penggeser pulsa
harus diputar secara bergantian. Bila seluruh indikasi menempati skala-skala tersebut secara tepat,

6
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
maka kalibrasi telah selesai dan pesawat siap digunakan untuk pengukuran. Kalibrasi harus diulang
bila terjadi pergantian probe, kabel probe maupun bila alat dinyalakan kembali. Perlu diperhatikan
bahwa untuk kalibrasi jarak diperlukan timbulnya minimum 2 buah indikasi tidak termasuk pula
awal. Karena jarak yang sesuai dengan ketebalan bahan adalah jarak antara dua indikasi, bukan jarak
antara dua buah pulsa awal dan indikasi pertama.
- Pengukuran tebal bahan
Untuk mengukur tebal bahan, range harus dipilh berdasarkan perkiraan tebal benda uji. Setelah
kalibrasi dengan range yang sesuai, probe diletakkan pada benda uji untuk memperoleh indikasi.
Tebal bahan ditentukan dari :
D = (Skala/10) x range .............................................................................................................(3.11)
- Penentuan lokasi cacat
Perhitungan jarak dapat dilakukan seperti pada pengukuran tebal, bila indikasi yang muncul
banyak maka indikasi harus dianalisa satu-persatu, dimulai dari indikasi pertama.
b. Probe Sudut
Probe sudut hanya digunakan untuk menentukan lokasi dan besar cacat yang memiliki permukaan
yang membentuk sudut tehadap permukaan benda uji. Hal yang memudahkan dalam pengukuran
dengan probe sudut adalah bahwa dari suatu cacat umumnya menghasilkan satu indikasi sehingga
mudah dianalisa.
- Penentuan lokasi cacat
Penetuan lokasi cacat dengan probe sudut memerlukan ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan
dengan probe normal karena dituntut suatu kondisi dimana indikasi yang muncul pada layar harus
maksimum, agar dapat diyakini bahwa cacat berada pada central beam.
Kalibrasi Probe Sudut
Pelaksanaan probe sudut lebih sulit dibandingkan dengan kalibrasi probe normal. Hal ini
disebabkan karena posisi probe harus tepat yang dapat diketahui dari amplitudo indikasi yang
timbul pada layar. Posisi probe yang tepat akan menimbulkan indikasi yang amplitudonya
maksimum. Bila amplitudo belum maksimum maka posisi probe belum benar dan hasil kalibrasi
maupun pengukurannya belum benar. Sebelum melakukan kalibrasi hal yang harus dilakukan
terlebih dahulu adalah menentukan exit point pada probe dan mengecek sudut dari probe yang
akan kita gunakan, apakah masih presisi atau tidak, karena probe yang sering digunakan akan
mengalami keausan sehingga sudutnya tidak presisi lagi. Sudut bias gelombang yang masuk
kedalam benda uji dapat dapat diukur dengan beberapa macam.

7
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
- Pengukuran sudut dengan blok kalibrasi dapat dilakukan dengan cara meletakkan probe pada V1
menghadap lengkung 100 mm. probe digeser maju-mundur disekitar skala yang sesuai dengan
sudut probe sehingga diperoleh indikasi maksimum.
- Cara lain untuk menentukan atau memeriksa sudut dari probe sudut dapat dilakukan dengan
perhitungan gonometri.
- Kalibrasi jarak
- Jarak tempuh
Indikasi 1 = 100/200 x 10 = 5 mm
Indikasi 2 = (2x100)/200 x 10 = 10 mm
Penempatan indikasi pada skala di atas dilakukan dengan cara mengatur tombol range dan tombol
penggeser pulsa.
- Kalibrasi dengan blok V2
Blok V2 memiliki 2 lengkungan konsentris berjari-jari 25 mm dan 50 mm. untuk itu dapat
memahami terjadinya indikasi pada layar maka perlu diikuti perambatan gelombang pada blok
kalibrasi V2. secara umum bila lengkungan adalah r1dan r2maka indikasi mewakili jarak-jarak :
r1= r1+(r1+r2); r1+2(r1+r2) dan seterusnya (probe menghadap r1)
r2= r2 (r1+r2); r2+2(r1+r2) dan seterusnya (probe menghadap r2)

3.3 Alat dan bahan


Alat
1) Pesawat Ultrasonic
2) Probe normal
3) Block Kalibrasi V1
4) Spesimen
5) Jangka sorong
6) Penggaris
Bahan
1) Coupalant / Oli
2) Tissue

8
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
3.4 Prosedur Keselamatan
Sebelum praktikum pengujian bahan dilaksanakan, mahasiswa harus meyakinkan dahulu telah
melengkapi diri dengan APD (Alat Pelindung Diri) sebagai berikut :
1. Pakaian dan celana bengkel.
2. Safety shoes.
3. Kaca mata pelindung harus digunakan bila melakukan penggerindaan dengan gerinda mesin.

3.5 Prosedur Pengujian


Pada pelaksanaan percobaan Ultrasonic ini, terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan. Prosedur
tersebut adalah sebagai berikut :
- Mempersiapkan peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan.
- Menentukan Range, sesuai dengan ketebalan material yang akan di inspeksi kemudian melakukan
kalibrasi mnggunakan block kalibrasi V1 pada ketebalan 25 sehingga didapat indikasi
range
(  indikasi = )
tebal ..blok

Gambar 3.6 Pesawat ultrasonic telah di kalibrasi

- Mengoleskan oli pada block, kemudian menempelkan probe yaitu probe Normal pada bidang
tersebut sehingga muncul indikasi pada layar pesawat ultrasonic.
- Jika kalibrasi sudah dilakukan dengan benar, setelah itu ambil speciment dan probe diletakkan pada
sisi yang akan diuji.

9
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
- Catat pada titik berapa indikasi yang muncul pada layar pesawat ultrasonic setelah probe diletakkan
pada spesimen, dan gambarkan ukuran serta posisi cacat pada spesimen.

Gambar 3.7 Pesawat ultrasonic mendeteksi tepi cacat pada material

3.6 Hasil Pengujian

Gambar 3.8 3D Hasil Pengujian Ultrasonic Test dengan Probe Normal


10
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A

Gambar 3.9 Perspektif Hasil Pengujian Ultrasonic Test dengan Probe Normal

Tabel 3.1 Hasil Pengukuran Spesimen


Diameter/Tebal
No Bentuk Indikasi Panjang (mm) Lebar (mm)
(mm)
1 Balok 57,00 26,00 12,00
2 Balok 33,50 5,00 18,00
3 Balok 41,00 41,00 5,00
4 Tabung 33,50 - 20,00

3.7 Analisa Hasil Pengujian


Pengujian ultrasonik yang telah dilakukan bertujuan untuk mencari ketebalan serta cacat yang berada pada
bagian dalam suatu spesimen dengan menggunakan teknik gema.
Penetuan tebal indikasi :
Pada pengujian digunakan range 100 dan pulsa muncul pada jarak 3 dari kurva awal sehingga diketahui
tebal benda uji adalah 30 mm yang diketahui dari 3/10 x 100 = 30 mm
▪ Indikasi 1

11
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
Pada Display pesawat ultrasonik muncul gelombang pada absis (divisi) yakni pada skala 2

D = 18 mm
Tebal indikasi = ( 30-18 ) mm = 12 mm
▪ Indikasi 2
Pada Display pesawat ultrasonik muncul gelombang pada absis (divisi) yakni pada skala 2

D = 12 mm
Tebal indikasi = ( 30-12 ) mm = 18 mm
▪ Indikasi 3
Pada Display pesawat ultrasonik muncul gelombang pada absis (divisi) yakni pada skala 2,5

D = 25 mm
Tebal indikasi = ( 30-25 ) mm = 5 mm
▪ Indikasi 4
Pada Display pesawat ultrasonik muncul gelombang pada absis (divisi) yakni pada skala 1,8

D = 20 mm
Tebal indikasi = ( 30-20 ) mm = 10 mm

3.8 Kesimpulan
Ultrasonic Test merupakan salah satu uji NDT (Non Destructive Test) yang menggunakan gelombang
Ultrasonic untuk mengetahui indikasi pada bagian dalam benda uji. Indikasi yang dihasilkan dalam
pengujian NDT ini dapat berbentuk persegi panjang, garis, dan tabung. Untuk dapat mengetahui letak dari
indikasi pada bagian dalam benda uji dapat dilakukan dengan cara scaning dengan menggunakan probe.

12
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
Kelebihan ultrasonic test dibanding dengan pengujian yang lain adalah dapat mendeteksi discontinuity
yang berada pada sub surface, dan juga dapat mengetahui kedalaman dari dicontinuity yang dimaksud.

Daftar Pusataka

• ASME Section V Article 7. Ultrasonic Examination Methods for Materials, 2010 Edition.
• ASME Section VIII Division 1. Mandatory Appendix 12 Ultrasonic Examination of Welds (UT),
2010 Edition.
• Harsono, Dr, Ir & T. Okamura, Dr. 1991. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: PT. Pradya
Paramita
• Metode Ultrasonic, 1997, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
• Budi Prasojo, ST. 2012. Jobsheet Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, PPNS
• Widharto,Sri. 2004. Inspeksi Teknik Buku 5. Jakarta: PT Padnya Paramita.

13

Anda mungkin juga menyukai