Anda di halaman 1dari 14

D4

POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
VI UJI TUMBUK (IMPACT TEST)

6.1 Sub Kompetensi


Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi modul ini adalah sebagai berikut :
1) Mahasiswa mampu menganalisa pengaruh takikan (notch) terhadap kekuatan material.
2) Mahasiswa mampu menganalisa energi dan kekuatan impact dari hasil pengujian suatu material.
3) Mahasiswa mampu menganalisa pengaruh temperatur terhadap kekuatan material.
4) Mahasiswa mampu menganalisa temperatur transisi suatu material.
5) Mahasiswa mampu menganalisa jenis patahan suatu material.

6.2 Uraian Materi


Beberapa peralatan pada otomotif dan transmisi serta bagian-bagian pada kereta api, akan mengalami
suatu beban kejutan dalam operasinya. Maka dari itu ketahanan suatu material terhadap beban mendadak,
serta faktor-faktor yang mempengaruhi sifat material tersebut perlu diketahui dan diperhatikan. Pengujian
ini berguna untuk melihat efek-efek yang ditimbulkan oleh adanya takikan, bentuk takikan, temperatur,
dan faktor-faktor lainnya. Impact test bisa diartikan sebagai suatu tes yang mengukur kemampuan suatu
bahan dalam menerima beban tumbuk yang diukur dengan besarnya energi yang diperlukan untuk
mematahkan spesimen dengan ayunan sebagaimana ditunjukkan pada (gambar 6.1).

Scala

Starting position

Pointer

End of Swing

Speciment

Anvill

Gambar 6.1 Mesin Uji Impact

1
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
Bandul yang mempunyai ketinggian tertentu berayun dan memukul spesimen. Berkurangnya energi
potensial dari bandul sebelum dan sesudah memukul benda uji merupakan energi yang diserap oleh
spesimen.


ho 

h1

Gambar 6.2 Sketsa Perhitungan Energi Impact Teoritis


Keterangan :
ho = Ketinggian bandul sebelum dilepas (m)
h1 = Ketinggian bandul setelah dilepas (m)
ℓ = panjang lengan bandul (m)
α = sudut awal (o)
β = sudut akhir (o)

Besarnya energi impact (joule) dapat dilihat pada skala mesin penguji. Sedangkan besarya energi impact
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Eo =W.ho………………….…………………………………………..…................................(6.1)
E1 = W.h1……………………………………………………………......................................(6.2)
∆E = Eo - E1
= W (ho - h1)………....……………………………….……………….................................(6.3)
dari (gambar 6.2) didapatkan ho = ℓ - ℓcos α
= ℓ (1 - cos α)……………....………..................................(6.4)
h1 = ℓ - ℓ cos β
= ℓ (1 - cos β)……...…………...........................................(6.5)
Dengan substitusi persamaan 6.4 dan 6.5 pada 6.3 didapatkan :
∆E = W ℓ(cosβ - cosα )…………………………...………..…………………………..……......(6.6)
dimana Eo = Energi awal (J)
E1 = Energi akhir (J)

2
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
W = Berat bandul (N)
ho = Ketinggian bandul sebelum dilepas (m)
h1 = Ketinggian bandul setelah dilepas (m)
ℓ = panjang lengan bandul (m)
α = sudut awal (o)
β = sudut akhir (o)

Untuk mengetahui kekuatan impact atau impact strength (Is) maka energi impact tersebut harus dibagi
dengan luas penampang efektif spesimen (A) sehingga :
Is = ∆E/A
= W ℓ(cos β - cos α )/A…..........………………………………………………………….(6.7)
Pada suatu konstruksi, keberadaan takik atau nocth memegang peranan yang amat berpengaruh terhadap
kekuatan impact. Adanya takikkan pada kerja yang salah seperti diskontinuitas pada pengelasan, atau
korosi lokal bisa bersifat sebagai pemusat tegangan (stress concentration). Adanya pusat tegangan ini
dapat menyebabkan material brittle (getas), sehingga patah pada beban di bawah yield strength.
Ada tiga macam bentuk takikan pada pengujian impact yakni takikan V, U dan key hole sebagaimana
ditunjukkan pada (gambar 6.3) di bawah ini.

Gambar 6.3 Jenis Takikan pada Spesimen Uji Impact

Fracture atau kepatahan pada suatu material dapat digolongkan sebagai brittle (getas) atau ductile (ulet).
Suatu material yang mengalami kepatahan tanpa mengalami deformasi plastis dikatakan patah secara
brittle. Sedangkan apabila kepatahan didahului dengan suatu deformasi plastis dikatakan mengalami
ductile fracture. Material yang mengalami brittle fracture hanya mampu menahan energi yang kecil saja
sebelum mengalami kepatahan. Perbedaan permukaan kedua jenis patahan sebagaimana ditunjukkan pada
(gambar 6.4).

3
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A

Gambar 6.4 Pola Patahan Pada Penampang Spesimen Uji Impact

6.3 Metode Pengujian Impact


Metode pengujian impact dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Metode Charpy
a. Pada metode sebagaimana ditunjukkan pada (gambar 1.5a), spesimen diletakkan mendatar dan
kedua ujung spesimen ditumpu pada suatu landasan. Letak takikan (notch) tepat ditengah
dengan arah pemukulan dari belakang takikan. Biasanya metode ini digunakan di Amerika dan
banyak negara yang lain termasuk Indonesia.
2) Metode Izod
a. Pada metode ini sebagaimana ditunjukkan pada (gambar 1.5b), spesimen dijepit pada salah satu
ujungnya dan diletakkan tegak. Arah pemukulan dari depan takikan. Biasanya metode ini
digunakan di Inggris.

Gambar 1.5 Metode Pengujian Charpy Dan Izod

1.4 Temperatur Transisi


Kemampuan suatu material untuk menahan energi impact sangat dipengaruhi oleh temperatur kerja.
Pengaruh temperatur terhadap kekuatan impact setiap jenis material berbeda-beda. Baja karbon

4
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
merupakan salah satu contoh logam yang kekuatan impact-nya turun drastis bila berada pada temperatur
yang sangat dingin (-1000 C). Sebaliknya aluminium adalah contoh logam yang masih mempunyai
kekuatan impact yang cukup tinggi pada temperatur yang sangat dingin tersebut. Pada umumnya kenaikan
temperatur akan meningkatkan kekuatan impact logam, sedangkan penurunan temperatur akan
menurunkan kekuatan impact-nya. Diantara kedua kekuatan impact yang ekstrim tersebut ada suatu titik
temperatur yang merupakan transisi dari kedua titik ekstrim tersebut yakni suatu temperatur yang
menunjukkan perubahan sifat material dari ductile menjadi brittle. Titik temperatur tersebut disebut
“temperatur transisi” (gambar 6.6).

Gambar 6.6 Temperatur Transisi

Apabila temperatur operasi dari suatu peralatan berada di bawah temperatur transisi dari material yang
digunakan, maka adanya crack pada material fracture akan menyebabkan kerusakan pada peralatan,
sedangkan apabila temperatur operasi terendah masih diatas temperatur transisi dari material, maka brittle
fracture bukan merupakan masalah.

1.5 Material
1) Spesimen uji impact untuk temperatur panas (1 buah)
2) Spesimen uji impact untuk temperatur kamar (1 buah)
3) Spesimen uji impact untuk temperatur dingin (1 buah)
4) Es batu

1.6 Peralatan
1) Mesin Uji Impact
2) Thermo couple
3) Kompor listrik dan panci

5
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
4) Stopwatch
5) Jangka sorong
6) Kikir
7) Stamping
8) Ragum
9) Tang
10) Palu
11) Sarung tangan
12) Thermos
13) Hand grinding

1.7 Prosedur Keselamatan


Sebelum praktikum pengujian bahan dilaksanakan, mahasiswa harus meyakinkan dahulu telah
melengkapi diri dengan APD (Alat Pelindung Diri) sebagai berikut :
1) Pakaian dan celana bengkel.
2) Safety shoes.
3) Kaca mata pelindung harus digunakan bila melakukan penggerindaan dengan gerinda mesin.
4) Sarung tangan.

1.8 Langkah Kerja


1) Menyiapkan Spesimen
- Bersihkan permukaan benda kerja dengan hand grinder.
- Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
2) Kodifikasi
- Ambil stamping dan tandai tiap spesimen dengan kode 2 digit
- Digit menunjukkan temperature kerja :
3 = Temperatur Panas (90,9oC)
2 = Temperatur Ruangan (29,50C)
1 = Temperatur Dingin (1,10C)
3) Pengukuran Dimensi
- Ambil spesimen, kemudian ukur dimensinya.
- Catat kode spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja.

6
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
- Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
4) Pengkondisian Spesimen Pada Temperatur Kerja
Temperatur panas (90,9o C)
- Masukkan air ke dalam panci dan letakkan di atas kompor listrik yang telah dinyalakan.
- Tunggu sampai air mendidih dan masukkan spesimen berkode 3 ke dalam panci dan tunggu ± 5
menit.
- Ukur temperatur air sesaat sebelum spesimen diambil untuk diuji impact.
- Catat pada lembar kerja.
Temperatur ruangan (29,5° C)
- Untuk temperatur kamar, spesimen berkode 2 bisa langsung diuji.
Temperatur dingin (1,10 C)
- Siapkan es batu dan masukkan ke dalam termos.
- Masukan spesimen yang berkode 1 ke dalam termos.
- Tunggu ± 10 menit kemudian ukur temperatur spesimen dalam termos.
- Catat pada lembar kerja, temperatur sesaat sebelum spesimen diambil untuk diuji impact.

5) Pengujian pada Mesin Uji Impact


- Catat data mesin pada lembar kerja.
- Tempatkan bandul pada posisi awal untuk pengujian.
- Atur jarum penunjuk pada posisi 0.
- Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat dan cepat, terutama untuk kondisi panas
dan dingin.
- Letakkan tangan kiri pada pen pengunci beban dan tangan kanan pada rem.
- Tekan pen pengaman dan pen pengunci beban, sehingga bandul meluncur menumbuk spesimen.
- Tekan rem dengan tangan kanan ketika bandul hendak mengayun untuk yang kedua kalinya.
- Amati dan catat besarnya sudut dan besarnya energi yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk.
- Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
6) Menentukan panjang lengan bandul
- Angkat bandul sehingga membentuk sudut 100 dari garis tegak.
- Lepaskan bandul sehingga berayun.
- Ukur dengan stopwatch waktu yang dibutuhkan untuk 50 ayunan (T50).
- Hitung lengan bandul dengan menggunakan persamaan berikut :

7
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
T = 2 ( / g ) ……………...........……………………….......................................................(6.8)

Dimana: T = periode (detik) = T50 / 50


ℓ = panjang lengan bandul (m)
g = percepatan gravitasi (m/det2)

6.9 Gambar Hasil Pengujian


1) Pada temperatur 90,9 0 C (panas)
Jenis patahan yang ditimbulkan adalah ulet (ductile) seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah
ini.

Gambar 6.7 Spesimen pada Kondisi Panas Setelah Mengalami Pengujian

2) Pada temperatur 29,5 0C (kamar)


Jenis patahan yang ditimbulkan adalah ulet (ductile) seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah
ini.

Gambar 6.8 Spesimen pada Kondisi Kamar Setelah Mengalami Pengujian

8
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
0
3). Pada temperatur 1,1 C (dingin)
Jenis patahan yang ditimbulkan adalah ulet (ductile) seperti yang ditunjukkan oleh gambar di bawah
ini.

Gambar 6.9 Spesimen pada Kondisi Dingin Setelah Mengalami Pengujian

a. Spesimen 1 b. Spesimen 2 c. Spesimen 3

Gambar 6.10 a.b.c. Penunjukkan Energi Impact Spesimen

4) Perhitungan Kekuatan Impact (J/mm2) sesuai Pengujian


1) Spesimen “3” (panas) temperatur 90,9 oC
Diketahui :
Eimpact (E) = 148,2 joule
Luas Penampang (An) = 80 mm2
Maka kekuatan Impact
I = E/An
= 148,2 joule/80 mm2

9
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
2
= 1,852 joule/mm
2) Spesimen “1” (dingin) temperatur 1,1 oC
Diketahui:
Eimpact (E) = 139,5 joule
Luas Penampang (An) = 79 mm2
Maka kekuatan Impact
I = E/An
= 139,5 joule/79 mm2
= 1,765 joule/mm2
3) Spesimen “2” (ruangan) temperatur 29,5 oC
Diketahui :
Eimpact (E) = 142,6 joule
Luas Penampang (An) = 79 mm2
Maka kekuatan Impact
I = E/An
= 142,6 joule/79 mm2
= 1,805 joule/mm2
5) Perhitungan Kekuatan Impact (J/mm2) sesuai Teori
Mencari panjang lengan (L)
Waktu 50 periode (T50) = 90 detik
Periode 90/50 = 1,8 detik

T = √

1,8 = √

(1,8)2 = 42.

L = 0,8 m
Berat bandul (W) = 96,5 N
Sudut Awal (α) = 160,43o
1) Spesimen “3” (panas) temperatur 90,9 oC
Diketahui :
Sudut akhir (β) = 12o
Luas Penampang (An) = 80 mm2
10
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A

Maka kekuatan Impact


I = W. ℓ (cos β - cos α)/An
= 96,5 N.0,8 m (cos 12o – cos 160,43o)/80 mm2
= 1,853 joule/mm2
2) Spesimen “1” (dingin) temperatur 1,1 oC
Diketahui:
Sudut akhir (β) = 30o
Luas Penampang (An) = 79 mm2
Maka kekuatan Impact
I = W. ℓ (cos β - cos α)/An
= 96,5 N.0,8 m(cos 30o – cos 160,43o)/79 mm2
= 1,767 joule/mm2
3) Spesimen “2” (ruangan) temperatur 29,5oC
Diketahui:
Sudut akhir (β) = 25,2o
Luas Penampang (An) = 79 mm2
Maka kekuatan Impact
I = W. ℓ (cos β - cos α)/An
= 96,5 N.0,8 m(cos 25,2o – cos 160,43o)/79 mm2
= 1,804 joule/mm2

Tabel 1.2 Perbandingan kekuatan Impact hasil pengujian dan hasil perhitungan

Selisih Kekuatan Impact


Temperatur Kekuatan Impact hasil Kekuatan Impact hasil
Spesimen hasil pengujian dan
( 0C ) pengujian (Joule/mm2) perhitungan (Joule/mm2)
hasil perhitungan
1 1,1 1,765 1,767 0,002
3 90,9 1,852 1,853 0,001
2 29,5 1,805 1,804 0,001

11
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A

Grafik Kekuatan Impact


1.860
1.840
Energi Impact (J/mm2)

1.820
1.800
1.780 Hasil Pengujian
1.760 Hasil Perhitungan
1.740
1.720
1.1 29.5 90.9
Temperatur (0C)

Gambar 6.11 Grafik Kekuatan Impact

6.11 Analisa Grafik


Dari gambar 6.11 grafik kekuatan impact, spesimen dengan temperatur pengujian 90,90C mempunyai
kekuatan impact yang lebih besar dari spesimen yang lainnya. Kekuatan impact paling rendah baik dari
perhitungan maupun dari hasil pengujian adalah spesimen 1(D) dengan temperatur pengujian 1,10C.
Trend kurva kekuatan uji impact hasil perhitungan (teori) dan kurva kekuatan uji impact hasil pengujian
sama dengan trend grafik temperatur transisi yaitu, semakin tinggi temperatur, semakin tinggi kekuatan
impact.
Spesimen pada temperatur panas (spesimen 3) mempunyai kekuatan impact yang lebih besar daripada
temperatur ruang maupun temperatur dingin (spesimen 2 maupun spesimen 1), hal ini terjadi karena pada
kondisi temperatur tinggi partikel-partikel merenggang (internal stress rendah), sehingga apabila diberi
tekanan dari luar, spesimen menjadi lebih sulit patah. Sedangkan, spesimen pada temperatur ruang
maupun temperatur dingin (spesimen 2 maupun spesimen 1) mempunyai kekuatan impact lebih rendah
daripada temperatur panas (spesimen 3), hal ini terjadi karena pada kondisi temperatur rendah partikel-
partikel merapat (internal stress tinggi), sehingga apabila diberi tekanan dari luar, spesimen menjadi
mudah patah.
Ketidaktepatan data hasil pengujian dengan hasil perhitungan dapat disebabkan oleh terjadinya
ketidaktepatan pada perhitungan mencari panjang lengan. Hal ini terjadi karena ketidaktepatan dalam
pencatatan waktu 50 periode, sehingga berpengaruh pada perhitungan dalam menentukan periode.
Selain itu, ketidaktepatan pada saat membaca nilai energi impact dan sudut akhir pada alat ukur,
berpengaruh pada nilai kekuatan Impact dari hasil pengujian dan perhitungan.
12
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
1.12 Kesimpulan
Uji kekuatan tumbuk (impact test) merupakan salah satu cara untuk mengukur kekuatan material
terhadap beban mendadak. Pengujian ini dilakukan pada tiga keadaan yang berbeda yakni pada
temperatur 90,9oC, 29,5oC, dan 1,1oC. Dari analisa perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa
perubahan temperatur mempengaruhi kekuatan impact. Semakin tinggi temperatur, kekuatan impact
semakin tinggi dan semakin rendah temperatur, kekuatan impact semakin rendah.

13
D4
POLITEKNIK
TEKNIK
PERKAPALAN
NEGERI PERPIPAAN
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
Daftar Pustaka

- Dosen Metallurgi, [1986], Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI, ITS
- Harsono, Dr, Ir & T.Okamura, Dr, [1991], Teknologi Pengelasan Logam, PT. Pradya Paramita, Jakarta
- M.M. Munir, [2000], Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan Kapal, PPNS
- Prasojo,Budi ST [2012], Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, PPNS
- Wachid Suherman, Ir, [1987], Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan Teknik Mesin FTI, ITS

14

Anda mungkin juga menyukai