Anda di halaman 1dari 26

POLITEKNIK

LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI


PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
1.1.1 Latar belakang
Material merupakan suatu aspek penting dalam suatu proses desain
dan perancangan suatu benda. Dimana setiap karakter dan sifat material
tersebut disesuaikan dengan kebutuhan yang akan digunakan. Sifat
material seperti kekuatan, kekerasan, kelenturan, tahan panas, dan lain
sebagainya menjadi poin penting yang harus diketahui sebelum proses
produksi produk dilakukan.
Salah satu sifat material yang sangat penting untuk diketahui adalah
material logam. Dimana salah satu pengujian yang digunakan untuk
mengetahui sifat mekanis logam adalah uji tarik. Uji tarik merupakan
salah satu metode pengujian yang sederhana dan sering dilakukan oleh
teknisi, akademisi teknik, dan mahasiswa. Untuk mengetahui sifat-sifat
mekanik dari suatu material, khususnya kekuatan tarik, kekerasan,
keuletan, dan ketangguhan maka dilakukan pengujian uji tarik.
Oleh karena itu, maka dilakukan percobaan uji tarik pada mata kuliah
Uji Bahan agar mahasiswa mampu dan menguasai cara mengukur dan
mengetahui kekuatan dan sifat suatu material, khususnya logam.
1.1.2 Tujuan
a. Tujuan instruksional umum
Mahasiswa dapat melakukan pengujian tarik (tensile test) terhadap
suatu material.
b. Tujuan instruksional khusus
 Mahasiswa mampu membuat diagram tegangan-regangan teknik
dan sebenarnya berdasarkan diagram beban-pertambahan panjang
yang di dapat dari hasil pengujian.

1
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

 Mahasiswa mampu menjelaskan, menganalisa sifat-sifat mekanik


material yang terdiri dari kekuatan tarik maksimum, kekuatan tarik
luluh, reduction of area, elongation dan modulus elastisitas.

2
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori


Salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam suatu
perancangan konstruksi dan proses manufaktur adalah kekuatan tarik.
Kekuatan tarik suatu bahan di dapat dari hasil uji tarik (tensile test) yang
dilaksanakan berdasarkan standar pengujian yang telah baku seperti ASTM
(Assotiation Society Test and Material), JIS (Japan Industrial Standart), DIN
(Deutches Institut for Nurmunge), dan yang lainnya. Terdapat beberapa
Spesimen pada uji tarik. Bentuk spesimen sebagaimana ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.
2.1.1 Spesimen
2.1.1.1 Spesimen plat
Batang uji berupa plat ditentukan dahulu Gauge Lengthnya, yaitu
60 mm. Kesemuanya itu diberi tanda dengan penitik kemudian diukur
kembali panjang Gauge Lenghtnya apakah tepat 60 mm atau tidak,
setelah itu nilainya dimasukkan kedalam penandaan (ℓ0 ). Gambar 2.1
berikut ini merupakan spesimen plat yang akan mendapat perlakuan uji
tarik.

𝑤0

Gauge Length 𝑡0

Gambar 2.1 Spesimen Plat

3
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

2.1.1.2 Spesimen round bar


Batang uji berupa rounded ditentukan dulu Gauge Lenghtnya, yaitu
60 mm lalu ditentukan titik tegah Gauge Lenghtnya. Setelah itu
dimasukkan kedalam penandaan (ℓ0 ). Setelah itu ditandai dengan penitik.
Gambar 2.2 berikut ini merupakan spesimen round bar yang akan
mendapat perlakuan uji tarik.

Gauge Length ∅0

Gambar 2.2 Spesimen Round Bar


2.1.1.3 Spesimen beton neser
Batang uji berupa deformed diratakan dahulu ujung-ujungnya supaya
dapat diperoleh pengukuran panjang yang lebih presisi. Ujung batang
dapat diratakan dengan cara dikikir maupun dipotong dengan alat
pemotong logam, kemudian timbang massa baja tulangan sirip. Setelah
itu diukur panjang batang uji menggunakan jangka sorong, lalu
ditentukan titik tengahnya dan dapat ditandai dengan menggunakan
penitik. Untuk menentukan gauge lenghtnya, kita harus menghitung
diameter baja tulangan sirip terlebih dahulu menggunakan rumus D =
4.m
√π.ρ.ℓ. Setelah itu tentukan gauge lengthnya menggunakan rumus ℓ0 =

8 × d0 . Gambar 2.3 berikut ini merupakan spesimen baja tulangan sirip


yang akan mendapat perlakuan uji tarik.

4
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

Ø0

Gauge Length

Gambar 2.3 Spesimen Beton Neser


Pada pengujian tarik spesimen diberi beban uji aksial yang semakin
besar secara kontinyu. Sebagai akibat pembebanan aksial tersebut,
spesimen mengalami perubahan panjang. Perubahan beban (P) dan
perubahan panjang (∆ℓ) tercatat pada mesin uji tarik berupa grafik, yang
merupakan fungsi beban dan pertambahan panjang dan disebut sebagai
grafik P − ∆ℓ dan kemudian dijadikan grafik Stress-Strain (Grafik P −
∆ℓ) yang menggambarkan sifat bahan secara umum. Gambar 2.4
berikut ini merupakan grafik Stress-Strain (Grafik P − ∆ℓ)

Gambar 2.4 Grafik P − ∆ℓ Hasil Pengujian Tarik Beberapa Logam

5
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

Dari Gambar 2.4 diatas tampak bahwa sampai titik p perpanjangan


sebanding dengan pertambahan beban. Pada daerah inilah berlaku hukum
Hooke, sedangkan titik p merupakan batas berlakunya hukum tersebut.
Oleh karena itu titik p di sebut juga batas proporsional. Sedikit di atas
titik p terdapat titik e yang merupakan batas elastis di mana bila beban
dihilangkan maka belum terjadi pertambahan panjang permanen dan
spesimen kembali kepanjang semula. Daerah dibawah titik e disebut
daerah elastis. Sedangkan diatasnya disebut daerah plastis.Di atas titik e
terdapat titik y yang merupakan titik yield (luluh) yakni dimana logam
mengalami pertambahan panjang tanpa pertambahan beban yang berarti.
Dengan kata lain titik yield merupakan keadaan dimana spesimen
terdeformasi dengan beban minimum. Deformasi yang dimulai dari titik
y ini bersifat permanen sehingga bila beban dihilangkan masih tersisa
deformasi yang berupa pertambahan panjang yang disebut deformasi
plastis. Pada kenyataannya, karena perbedaan antara ke tiga titik
p, e, dan y sangat kecil maka untuk perhitungan teknik seringkali
keberadaan tiga titik tersebut cukup diwakili dengan titik y saja. Dalam
kurva titik y ditunjukkan pada bagian kurva yang mendatar atau beban
relatif tetap. Penampakan titik y ini tidak sama untuk semua logam. Pada
material yang ulet seperti besi murni dan baja karbon rendah, titik y
tampak sangat jelas. Namun pada umumnya penampakan titik y tidak
tampak jelas. Untuk kasus seperti ini cara menentukan titik y dengan
menggunakan metode offset. Metode offset dilakukan dengan cara
menarik garis lurus yang sejajar dengan garis miring pada daerah
proporsional dengan jarak 0,2% dari regangan maksimal. Titik y di dapat
pada perpotongan garis tersebut dengan kurva σ − ε. Gambar 2.5
berikut ini merupakan metode offset

6
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

Gambar 2.5 Metode Offset untuk Menentukan Titik Yield

Kenaikan beban lebih lanjut akan menyebabkan deformasi yang akan


semakin besar pada keseluruhan volume spesimen. Beban maksimum
ditunjukkan dengan puncak grafik sampai pada beban maksimum ini,
deformasi yang terjadi masih homogen sepanjang spesimen. Pada
material yang ulet (ductile), setelahnya beban maksimum akan terjadi
pengecilan penampang setempat (necking), selanjutnya beban turun dan
akhirnya spesimen patah. Sedangkan pada material yang getas (brittle),
spesimen akan patah setelah tercapai beban maksimum.

2.1.2 Grafik tegangan-regangan teknik (grafik σt − εt )


Hasil pengujian yang berupa grafik P − ∆ℓ tersebut sebenarnya belum
menunjukkan kekuatan material, tetapi hanya menunjukkan kekuatan
spesimen saja. Untuk mendapatkan kekuatan materialnya maka grafik
P − ∆ℓ tersebut harus dikonversikan kedalam grafik tegangan-regangan
teknik (grafik σt − εt ). Grafik σt − εt dibuat dengan asumsi luas
penampang spesimen konstan selama pengujian (A0 = Ai ). Oleh karena
itu penggunaan grafik ini terbatas pada konstruksi yang mana deformasi
permanen tidak diperbolehkan terjadi. Berdasarkan

7
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

asumsi luas penampang konstans tersebut maka persamaan yang


digunakan adalah
P
σt = A .............................................................................................. (2.1)
0

∆ℓ
εt = ( ℓ ) × 100%............................................................................. (2.2)
0

kN
Dimana : σt = tegangan teknik (mm2 )

P = beban(kN)
A0 = luas penampang(mm2 )
εt = regangan teknik (%) ∆ℓ =
perubahan panjang(mm)
∆l = ℓ𝑖 − ℓ0
ℓ0 = panjang awal spesimen (mm)

Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan grafik P − ∆ℓ


kedalam grafikσt − εt adalah sebagai berikut.
a. Menambahkan sumbu tegak sebagai P dan sumbu mendatar
sebagai∆ℓ.
b. Menentukan skala beban (P) dan skala pertambahan panjang (∆ℓ)
pada grafik P − ∆ℓ . Untuk menentukan skala beban,membagi beban
maksimal yang didapat dari mesin dengan tinggi grafik maksimal atau
membagi beban yield (bila ada) dengan tinggi yield pada grafik.
Sedangkan untuk menentukan skala pertambahan panjang, membagi
panjang setelah patah dengan panjang pertambahan total pada grafik
Dari perhitungan tersebut akan didapatkan data.
 Skala beban(P) 1 mm =. . . . . . . . . . . . kN
 Skala pertambahan panjang (∆ℓ)1 mm =. . . . . . . . . . . . mm
c. Mengambil 3 titik di daerah elastis,3titik di sekitar yield (termasuky),
3 titik di sekitar beban maksimal(termasuk u), dan satu titik patah (f).
Menentukan besar beban dan pertambahan panjang sepuluh titik
tersebut berdasarkan skala yang telah dibuat diatas.

8
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

Untuk membuat tampilan yang baik terutama pada daerah elastis,


menentukan terlebih dahulu kemiringan garis proporsional (α) dengan
memakai persamaan Hooke di bawah ini.
σ = E. ε ....................................................................................... (2.3)
σ
E=
ε
E = tan ∝ .................................................................................... (2.4)
kN
Dimana : σ = tegangan (mm2 ; MPa; psi)
kN
E = modulus elastisitas (mm2 ; MPa; psi)

ε = regangan
d. Mengkonversikan sepuluh beban (P) tersebut ke tegangan teknik (σt )
dengan menggunakan persamaan 2.1 dan mengkonversikan
pertambahan panjangnya (∆ℓ) ke regangan teknik (εt ) dengan
menggunakan persamaan 2.2.
e. Membuat grafik dengansumbu tegak σt dan sumbu mendatarεt
berdasarkan sepuluh titik acuan tersebut. Grafik yang terjadi pada
Gambar 2.6 akan mirip dengan grafik P − ∆ℓ, karena pada dasarnya
grafik σt − εt dengan grafik P − ∆ℓ identik, hanya besaran sumbu-
sumbunya yang berbeda. Gambar 2.6 berikut ini merupakan grafik
σt − εt hasil konversi grafik P − ∆ℓ

Gambar 2.6 Grafik σt − εt Hasil Konversi Grafik P − ∆ℓ

9
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

2.1.3 Grafik tegangan-regangan sebenarnya (grafik σs − εs )


Grafik tegangan-regangan sebenarnya (grafik σs − εs ) dibuat
dengankondisi luas penampang yang terjadi selama pengujian.
Penggunaan grafik ini khususnya pada manufaktur dimana deformasi
plastis yang terjadi menjadi perhatian untuk proses pembentukkan.
Perbedaan paling menyolok grafik ini dengan dengan grafikσt −
εt terletak pada keadaan kurva setelah titik u (beban ultimate). Pada grafik
σt − εt setelah titik u, kurva akan turun sampai patah di titik f (frakture),
sedangkan pada grafikσs − εs ,grafik akan terus naik sampai patah di titik
f. Kenaikkan tersebut disebabkan tegangan yang terjadi diperhitungkan
untuk luas penampang sebenarnya sehingga meskipun beban turun
namun karena tingkat pengecilan penampang lebih besar, maka tegangan
yang terjadi juga lebih besar.Berdasarkan asumsi volume konstan maka
persamaan yang di gunakan adalah.
σs = σt (1 + εt ) ............................................................................... (2.5)
εs = ln(1 + εt ) ................................................................................ (2.6)
Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan grafik σt − εt ke
dalam grafik σs − εs adalah sebagai berikut.
a. Mengambil kembali sepuluh titik pada grafik σt − εt yang merupakan
konversi dari grafikP − ∆ℓ.Untuk menentukan nilai tegangan
sebenarnya gunakan persamaan 2.5, sedangkan untuk nilai regangan
sebenarnya gunakan persamaan 2.6. Persaman tersebut hanya berlaku
sampai titik maksimum yaitu titik 1-8. Sedangkan nilai dua titik
lainnya (titik 9 dan titik 10) yang berada setelah puncak kurva akan
mengalami perubahan.
b. Untuk menghitung nilai tegangan sebenarnya dan regangan
sebenarnya pada dua titik tersebut (titik 9 dan titk 10) gunakan
persamaan berikut.
P
σs = A ......................................................................................... (2.7)
i

10
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

A
εs = ln ( A0 ) ................................................................................. (2.8)
i

Dimana :Ai = luas penampang sebenarnya


Untuk titik ke-10, A10 adalah luas penampang setelah patah,
sedangkan untuk titik ke-9, A9 nilainya antara A8 dengan A10 .
c. Membuatgrafik dengan sumbu mendatar (εs ) dan sumbu tegak (σs )
berdasarkan sepuluh titik acuan tersebut. Gambar 2.7 di bawah ini
merupakan kesepuluh titik acuan tersebut.

Gambar 2.7 Grafik Tegangan dan Regangan Sebenarnya

2.1.4 Sifat Mekanik yang didapat dari Uji Tarik


a. Tegangan tarik yield (σy )
Py
σy = A ........................................................................................ (2.9)
0

kN
Dimana : σy = tegangan yield (mm2 )

Py = beban yield(kN)
b. Tegangan tarik maksimum/ultimate (σu )
P
σu = Au ...................................................................................... (2.10)
0

kN
Dimana : σu = tegangan ultimate (mm2 )

Pu = beban ultimate(kN)

11
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

c. Regangan (ε)
∆ℓ
ε = ( ℓ ) × 100% ....................................................................... (2.11)
0

Dimana : ε = regangan(%)
∆ℓ = perubahan panjang(mm) = ℓi − ℓ0
ℓ0 = panjang awal spesimen (mm)
Regangan tertinggi menunjukkan nilai keuletan suatu material.
d. Modulus elastisitas (E)
Kalau regangan menunjukkan keuletan, maka modulus elastisitas
menunjukkan kekakuan suatu material. Semakin besar nilai E,
menandakan semakin kakunya suatu material. Harga E ini diturunkan
dari persamaan hukum Hooke sebagaimana telah diuraikan pada
persamaan 2.3 dan 2.4.Dari persamaan tersebut juga nampak bahwa
kekakuan suatu material relatif terhadap yang lain dapat diamati dari
sudut kemiringan (∝) pada garis proporsional. Semakin besar ∝,
semakin kaku material tersebut.
e. Reduksi penampang/reduction of area (RA )
(A0 −Ai )
RA = [ ] × 100% ............................................................. (2.12)
A0

Dimana :Ai = luas penampang setelah patah(mm2 )


Reduksi penampang dapat juga digunakan untuk menetukan keuletan
material. Semakin tinggi nilai RA , semakin ulet material tersebut.
.

12
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Berikut ini beberapa alat dan bahan yang harus disiapkan sebelum
melakukan uji tarik.
1. Mesin uji tarik
2. Kikir
3. Jangka sorong
4. Ragum
5. Penitik
6. Palu
7. Penggaris
8. Pulpen
9. Spesimen pelat bar
10. Spesimen round bar
11. Spesimen deformed Bar
12. Kertas milimeter
3.2 Prosedur Keselamatan
Prosedur keselamatan kerja yang dilakukan adalah:
1) Pakaian dan Celana Bengkel
2) Safety Shoes
3) Safety Gloves
3.3 Langkah Kerja
Berikut ini adalah prosedur yang harus ditaati dalam melakukan uji tarik:
1. Menyiapkan Spesimen
Ambil spesimen dan jepit pada ragum. Ratakan dengan kikir ujung-
ujung permukaan spesimen bekas proses pemotongan agar mendapatkan hasil
pengukuran yang lebih presisi. Ulangi langkah tersebut untuk seluruh
spesimen.

13
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

2. Pembuatan gauge length


Ambil penitik dan tandai spesimen, untuk spesimen round bar dan plat
sepanjang 64.15 dan 60.00 mm sedangkan beton neser sepanjang 78.32 mm.
Posisikan gauge length tepat di tengah - tengah spesimen. Ulangi langkah
tersebut untuk seluruh spesimen.
3. Pengukuran dimensi
Ambil spesimen dan ukur dimensinya. Catat jenis spesimen dan data
pengukurannya pada form lembar kerja. Ulangi langkah tersebut untuk seluruh
spesimen.
4. Pengujian pada mesin uji tarik
Mencatat data proses pengujian pada form lembar kerja. Ambil kertas
milimeter dan pasang pada tempatnya. Ambil spesimen dan letakkan pada
ragum penjepit pada mesin uji tarik. Setting beban dan pencatat grafik pada
mesin uji tarik. Secara otomatis beban akan naik secara kontinyu sampai daerah
ultimate kemudian Turín bebannya sampai spesimen patah. Amati dan catat
besarnya beban pada saat yield, ultímate, dan patah sebagaimana yang tampak
pada monitor beban. Setelah patah, ambil spesimen dan ukur panjang dan
diameter penampang yang patah . Ulangi langkah tersebut untuk seluruh
spesimen.

14
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa dan Pembahasan


Setelah melakukan pengujian tarik yang telah dilakukan kami
memperoleh data yang ditunjukkan Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Tabel 4.1 Specification Sample and Post Specificstion Sample

Specification Sample Tensile Test Results


No Width Thick Diameter Area L0
FYield FUlt Width Thick
Diameter
w0 w1 t1
t0 (mm) d0 (mm) A0 (mm2) (mm) kgf kN kgf kN d (mm)
(mm) (mm) (mm) 1
1 - - 12.65 125.62 60.15 5455.48 53.50 8004.77 78.50 - - 8.75

2 18.85 5.75 - 108.39 60.00 4588.72 45.00 5812.38 57.00 13.45 3.45 -

3 - - 10.02 78.74 80.15 3161.12 31.00 3874.92 38.00 - -

Tabel 4.2 Tensile Test Results

Tensile Test Results


Area Yield Stress Yield. Ult. Stress Ult.
No L1 Reduction Elongati
A1 of Area on kgf/m kgf/m
(mm) MPa MPa Remark
(mm2) (%) (%) m2 m2
1 60.10 77.95 52.16 29.59 43.43 425.90 63.72 624.88 ok
2 46.40 76.55 57.19 27.58 42.33 415.17 53.62 525.88 ok
3 64.40 98.00 18.21 22.27 40.15 393.74 49.21 485.59 ok
Note : - WM = Weld Metal - HAZ = Heat Affected Zone - BM = Base
Metal

Keterangan :
1. Spesimen round bar
2. Spesimen plate bar
3. Spesimen beton neser

15
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

4.1.1 Spesimen 1(round bar)


Perhitungan untuk round bar dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Spesimen round bar


Skala Teknik Sebenarnya
Pi △li A0 L0 Li Ai
Titik X y 𝜎t 𝜎s 𝜀s
△l P (kN) (mm) (mm^2) (mm) (mm) (mm^2) 𝜀t (%)
(Mpa) (Mpa) (%)
1 0 0 0,34 0,5 0,00 0,00 125,62 60,15 60,15 125,62 0,00 0,00 0,00 0,00
2 3 19,5 0,34 0,5 9,75 1,03 125,62 60,15 61,18 123,51 77,62 1,71 78,94 1,69
3 6 40 0,34 0,5 20,00 2,05 125,62 60,15 62,20 121,48 159,21 3,41 164,64 3,35
4 9 71 0,34 0,5 35,50 3,08 125,62 60,15 63,23 119,50 282,60 5,12 297,06 4,99
5 12 81 0,34 0,5 40,50 4,10 125,62 60,15 64,25 117,60 322,40 6,82 344,40 6,60
6 13,5 107 0,34 0,5 53,50 4,62 125,62 60,15 64,77 116,67 425,89 7,68 458,58 7,40
7 15 114 0,34 0,5 57,00 5,13 125,62 60,15 65,28 115,75 453,75 8,53 492,45 8,18
8 18 125,5 0,34 0,5 62,75 6,16 125,62 60,15 66,31 113,96 499,52 10,23 550,65 9,74
9 21 135 0,34 0,5 67,50 7,18 125,62 60,15 67,33 112,22 537,33 11,94 601,49 11,28
10 24 144 0,34 0,5 72,00 8,21 125,62 60,15 68,36 110,54 573,16 13,65 651,37 12,79
11 27 150 0,34 0,5 75,00 9,23 125,62 60,15 69,38 108,90 597,04 15,35 688,69 14,28
12 30 155 0,34 0,5 77,50 10,26 125,62 60,15 70,41 107,31 616,94 17,06 722,17 15,75
13 33 156 0,34 0,5 78,00 11,29 125,62 60,15 71,44 105,77 620,92 18,76 737,42 17,20
14 36 156,5 0,34 0,5 78,25 12,31 125,62 60,15 72,46 104,28 622,91 20,47 750,41 18,62
15 39 157 0,34 0,5 78,50 13,34 125,62 60,15 73,49 102,82 624,90 22,17 763,47 20,03
16 42 156 0,34 0,5 78,00 14,36 125,62 60,15 74,51 101,60 620,92 23,88 767,72 21,22
17 45 153 0,34 0,5 76,50 15,39 125,62 60,15 75,54 99,65 608,98 25,59 767,72 23,16
18 48 145 0,34 0,5 72,50 16,42 125,62 60,15 76,57 94,44 577,14 27,29 767,72 28,53
19 51 129 0,34 0,5 64,50 17,44 125,62 60,15 77,59 84,01 513,45 29,00 767,72 40,23
20 52 122 0,34 0,5 61,00 17,80 125,62 60,15 77,95 60,10 485,59 29,59 1014,98 73,73

Skala beban = beban maksimal yang diberikan oleh mesin


tinggi maksimum pada kurva (ultimate)
= 92kN/184mm
= 0.5kN/mm
1 mm = 0,5 kN
Skala Δl = perpanjang setelah patah spesimen ( l1 – lo )
pertambahanpanjang total pada kurva
= (77.95-60.15) mm/ 52mm
= 0.34

16
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen
round bar adalah sebagai berikut :
1. Tegangan yield
y = Py/A0
= 53.50 kN/125.62mm²
= 425.89 MPa
2. Tegangan maksimum
u = Pu/A0
= 78.50 /125.62 mm²
= 624.90 MPa
3. Regangan maksimum
max = (L/Lo)x100%
= (17.80 mm / 60.15 mm) x 100%
= 29.59%
4. Reduksi penampang (reduction of area)
RA = ((A0 – A1)/A0) x 100%
= ((125.62-60.10)mm / 125.52mm) x 100%
= 52.16 %
5. Interpolasi A16
(Pmax−Px)(Amax−Af)
Ax = Amax - 𝑃𝑚𝑎𝑥−𝑃𝑓

( 78.50−78.00)(102.82 − 60.10)
= 102.82 -
78.50−61.00

= 101.60 mm2

17
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

6. Interpolasi A17
(Pmax−Px)(Amax−Af)
Ax = Amax - 𝑃𝑚𝑎𝑥−𝑃𝑓
( 78.50−76.50)(102.82 − 60.10)
=102.82 -
78.50−61.00
= 99.65 mm2
7. Interpolasi A18
(Pmax−Px)(Amax−Af)
Ax = Amax - 𝑃𝑚𝑎𝑥−𝑃𝑓
( 78.50−72.50)(102.82 − 60.10)
= 102.82 -
78.50−61.00
= 94.44 mm2
8. Interpolasi A17
(Pmax−Px)(Amax−Af)
Ax = Amax - 𝑃𝑚𝑎𝑥−𝑃𝑓
( 78.50−64.50)(102.82 − 60.10)
= 102.82 -
78.50−61.00
= 84.01 mm2

Nilai perhitungan tegangan dan regangan spesimen round bardapat


dilihat pada Gambar 4.1

GRAFIK TEGANGAN-REGANGAN ROUND BAR


1200,00

1000,00
Tegangan (Mpa)

800,00

600,00

400,00

200,00

0,00
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00
Regangan (%)

Teg Reg Teknik Teg Reg Sebenarnya

Gambar 4.1 Grafik tegangan – regangan round bar

18
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

4.1.2 Spesimen 2 (plate bar)


Perhitungan untuk plate bar dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Spesimen plate bar

Skala Teknik Sebenarnya


Pi △li A0 L0 Li Ai
Titik X y
(kN) (mm) (mm^2) (mm) (mm) (mm^2) 𝜎t 𝜀t 𝜎s 𝜀s
△l P
(Mpa) (%) (Mpa) (%)
1 0 0,00 0,21 0,5 0,00 0,00 108,39 60,00 60,00 108,39 0,00 0,00 0,00 0,00
2 4 26,00 0,21 0,5 13,00 0,84 108,39 60,00 60,84 106,89 119,94 1,41 121,62 1,40
3 8 53,00 0,21 0,5 26,50 1,69 108,39 60,00 61,69 105,43 244,49 2,81 251,36 2,77
4 12 79,00 0,21 0,5 39,50 2,53 108,39 60,00 62,53 104,01 364,42 4,22 379,79 4,13
5 16 81,00 0,21 0,5 40,50 3,37 108,39 60,00 63,37 102,62 373,65 5,62 394,65 5,47
6 20 90,00 0,21 0,5 45,00 4,22 108,39 60,00 64,22 101,27 415,17 7,03 444,34 6,79
7 24 98,00 0,21 0,5 49,00 5,06 108,39 60,00 65,06 99,96 452,07 8,43 490,19 8,10
8 28 102,00 0,21 0,5 51,00 5,90 108,39 60,00 65,90 98,68 470,52 9,84 516,81 9,38
9 32 105,00 0,21 0,5 52,50 6,75 108,39 60,00 66,75 97,44 484,36 11,24 538,82 10,65
10 36 108,00 0,21 0,5 54,00 7,59 108,39 60,00 67,59 96,22 498,20 12,65 561,21 11,91
11 40 110,00 0,21 0,5 55,00 8,43 108,39 60,00 68,43 95,03 507,43 14,05 578,74 13,15
12 44 112,00 0,21 0,5 56,00 9,28 108,39 60,00 69,28 93,88 516,65 15,46 596,52 14,37
13 48 113,00 0,21 0,5 56,50 10,12 108,39 60,00 70,12 92,75 521,27 16,86 609,17 15,58
14 52 113,00 0,21 0,5 56,50 10,96 108,39 60,00 70,96 91,65 521,27 18,27 616,50 16,78
15 56 113,50 0,21 0,5 56,75 11,80 108,39 60,00 71,80 90,57 523,57 19,67 626,58 17,96
16 58,5 114,00 0,21 0,5 57,00 12,33 108,39 60,00 72,33 89,91 525,88 20,55 633,96 18,69
17 60 113,00 0,21 0,5 56,50 12,65 108,39 60,00 72,65 87,93 521,27 21,08 642,54 20,92
18 64 112,00 0,21 0,5 56,00 13,49 108,39 60,00 73,49 87,15 516,65 22,49 642,54 21,81
19 68 111,00 0,21 0,5 55,50 14,33 108,39 60,00 74,33 86,38 512,04 23,89 642,54 22,70
20 72 109,00 0,21 0,5 54,50 15,18 108,39 60,00 75,18 84,82 502,81 25,30 642,54 24,52
21 76 100,00 0,21 0,5 50,00 16,02 108,39 60,00 76,02 77,82 461,30 26,70 642,54 33,14
22 78,5 92,00 0,21 0,5 46,00 16,55 108,39 60,00 76,55 46,40 424,39 27,58 991,38 84,84
Skala beban = beban maksimal yang diberikan oleh mesin
tinggi maksimum pada kurva (ultimate)
= 92kN/184mm
= 0.5kN/mm
1 mm = 0,5 kN
Skala Δl = perpanjang setelah patah spesimen ( l1 – lo )
Pertambahan panjang total pada kurva
= (76.55-60.00) mm/78.5 mm
= 0.21

19
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen
plate bar adalah sebagai berikut :
1. Tegangan yield
y = Py/A0
= 45 kN/108.39 mm²
= 415.17 MPa
2. Tegangan maksimum
u = Pu/A0
= 57.00 /108.39 mm²
= 525.88 MPa
3. Regangan maksimum
max = (L/Lo)x100%
= (12.33 mm / 60.00 mm) x 100%
= 27.58 %
4. Reduksi penampang (reduction of area)
RA = ((A0 – A1)/A0) x 100%
= ((108.39-46.40)mm / 108.39 mm) x 100%
= 57.19 %
5. Interpolasi A17
(Pmax−Px)(Amax−Af)
Ax = Amax - 𝑃𝑚𝑎𝑥−𝑃𝑓

( 57.00−56.50)(89.91 − 46.40)
= 89.91 -
57.00−46.00

= 87.93 mm2

20
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

6. Interpolasi A18
(Pmax−Px)(Amax−Af)
Ax = Amax - 𝑃𝑚𝑎𝑥−𝑃𝑓
( 57.00−56.00)(89.91 − 46.40)
= 89.91 -
57.00−46.00
= 87.15 mm2
7. Interpolasi A19
(Pmax−Px)(Amax−Af)
Ax = Amax - 𝑃𝑚𝑎𝑥−𝑃𝑓
( 57.00−55.50)(89.91 − 46.40)
= 89.91 -
57.00−46.00
= 86.38 mm2
8. Interpolasi A20
(Pmax−Px)(Amax−Af)
Ax = Amax - 𝑃𝑚𝑎𝑥−𝑃𝑓
( 57.00−54.50)(89.91 − 46.40)
= 89.91 -
57.00−46.00
= 84.82 mm2
9. Interpolasi A21
(Pmax−Px)(Amax−Af)
Ax = Amax - 𝑃𝑚𝑎𝑥−𝑃𝑓
( 57.00−50.00)(89.91 − 46.40)
= 89.91 -
57.00−46.00
= 77.82 mm2

Nilai perhitungan tegangan dan regangan spesimen plate bar dapat


dilihat pada Gambar 4.2

GRAFIK TEGANGAN-REGANGAN PLAT


1200,00

1000,00
Tegangan (Mpa)

800,00

600,00

400,00

200,00

0,00
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00
Regangan (%)

Teg Reg Teknik Teg Reg Sebenarnya

Gambar 4.2 Grafik tegangan – regangan plate bar

21
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

4.1.3 Spesimen 3 (beton neser)


Perhitungan untuk beton neser dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Spesimen beton neser


Skala Teknik Sebenarnya
Pi △li A0 L0 Li Ai
Titik x y
(kN) (mm) (mm^2) (mm) (mm) (mm^2) 𝜎t 𝜀t 𝜎s 𝜀s
△l P
(Mpa) (%) (Mpa) (%)
1 0 0.00 0.23 0.5 0.00 0.00 78.74 80.15 80.15 78.74 0.00 0.00 0.00 0.00
2 4 15.00 0.23 0.5 7.50 0.91 78.74 80.15 81.06 77.86 95.25 1.13 96.33 1.13
3 8 29.00 0.23 0.5 14.50 1.82 78.74 80.15 81.97 76.99 184.15 2.27 188.33 2.24
4 12 45.00 0.23 0.5 22.50 2.73 78.74 80.15 82.88 76.15 285.75 3.40 295.48 3.35
5 16.5 62.00 0.23 0.5 31.00 3.75 78.74 80.15 83.90 75.22 393.70 4.68 412.13 4.57
6 20 61.00 0.23 0.5 30.50 4.55 78.74 80.15 84.70 74.51 387.35 5.67 409.33 5.52
7 24 64.00 0.23 0.5 32.00 5.46 78.74 80.15 85.61 73.72 406.40 6.81 434.07 6.59
8 28 67.00 0.23 0.5 33.50 6.37 78.74 80.15 86.52 72.95 425.45 7.94 459.25 7.64
9 32 70.00 0.23 0.5 35.00 7.28 78.74 80.15 87.43 72.19 444.50 9.08 484.85 8.69
10 36 71.50 0.23 0.5 35.75 8.19 78.74 80.15 88.34 71.44 454.03 10.21 500.40 9.72
11 40 73.00 0.23 0.5 36.50 9.10 78.74 80.15 89.25 70.72 463.55 11.35 516.15 10.75
12 44 74.00 0.23 0.5 37.00 10.00 78.74 80.15 90.15 70.00 469.90 12.48 528.56 11.76
13 48 75.00 0.23 0.5 37.50 10.91 78.74 80.15 91.06 69.30 476.25 13.62 541.10 12.77
14 52 75.50 0.23 0.5 37.75 11.82 78.74 80.15 91.97 68.62 479.43 14.75 550.15 13.76
15 56 75.50 0.23 0.5 37.75 12.73 78.74 80.15 92.88 67.95 479.43 15.89 555.59 14.74
16 60 75.75 0.23 0.5 37.88 13.64 78.74 80.15 93.79 67.29 481.01 17.02 562.89 15.72
17 64 76.00 0.23 0.5 38.00 14.55 78.74 80.15 94.70 66.64 482.60 18.16 570.22 16.68
18 68 75.50 0.23 0.5 37.75 15.46 78.74 80.15 95.61 66.53 479.43 19.29 567.38 16.84
19 72 75.00 0.23 0.5 37.50 16.37 78.74 80.15 96.52 66.09 476.25 20.43 567.38 17.51
20 76 72.00 0.23 0.5 36.00 17.28 78.74 80.15 97.43 63.45 457.20 21.56 567.38 21.59
21 78.5 65.50 0.23 0.5 32.75 17.85 78.74 80.15 98.00 64.40 415.93 22.27 508.54 20.10

Skala beban = beban maksimal yang diberikan oleh mesin


tinggi maksimum pada kurva (ultimate)
= 92kN/184mm
= 0.5kN/mm
1 mm = 0,5 kN
Skala Δl = perpanjang setelah patah spesimen ( l1 – lo )
pertambahanpanjang total pada kurva
= (98.00-80.15) mm/ 78.5mm
= 0.23

22
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen
beton neser adalah sebagai berikut :
1. Tegangan yield
y = Py/A0
= 31.00 kN/78.74mm²
= 393.70 MPa
2. Tegangan maksimum
u = Pu/A0
= 38.00 /78.74 mm²
= 482.60 MPa
3. Regangan maksimum
max = (L/Lo)x100%
= (17.85 mm / 80.15 mm) x 100%
= 22.27%
4. Reduksi penampang (reduction of area)
RA = ((A0 – A1)/A0) x 100%
= ((78.74-64.40)mm / 78.74mm) x 100%
= 18.21 %
5. Interpolasi A18
(Pmax−Px)(Amax−Af)
Ax = Amax - 𝑃𝑚𝑎𝑥−𝑃𝑓

( 38.00−37.75)(66.64 − 64.40)
= 66.64 -
38.00−32.75

= 66.53 mm2

23
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

6. Interpolasi A19
(Pmax−Px)(Amax−Af)
Ax = Amax - 𝑃𝑚𝑎𝑥−𝑃𝑓
( 38.00−37.50)(66.64 − 64.40)
=66.64 -
38.00−32.75
= 66.09 mm2
8. Interpolasi A20
(Pmax−Px)(Amax−Af)
Ax = Amax - 𝑃𝑚𝑎𝑥−𝑃𝑓
( 38.00−36.00)(66.64 − 64.40)
= 66.64 -
38.00−32.75
= 63.45 mm2

Nilai perhitungan tegangan dan regangan spesimen round bardapat


dilihat pada Gambar 4.3

GRAFIK TEGANGAN-REGANGAN BETON NESER


600,00

500,00
Tegangan (Mpa)

400,00

300,00

200,00

100,00

0,00
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00
Regangan (%)

Teg Reg Teknik Teg Reg Sebenarnya

Gambar 4.3 Grafik tegangan – regangan beton neser

24
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penghitungan diatas, maka diperoleh data pada Tabel 5.1
sebagai berikut :
Tabel 5.1 Sifat mekanik

No Spesimen σy (MPa) σu (MPa) ε(%) RA(%)


1 Round Bar 425.90 624.88 18.43 44.49
2 Plate 415.17 525.88 63.08 63.08
3 Beton Neser 393.70 482.60 60.87 60.86

Dari data yang diperoleh diatas dapat disimpulkan bahwa:


 Spesimen 1(Round Bar) memiliki kekuatan elastis paling besar karena
nilai tegangan yield-nya paling besar

 Spesimen1(RoundBar) memiliki kekuatan tarik paling besar karena


memiliki tegangan maksimum paling besar

 Spesimen 2(plate) memiliki keuletan paling tinggi karena memiliki


elongation and reduction of area yang paling besar.

25
POLITEKNIK
LAB UJI BAHAN KELOMPOK 1 PRODI
PERKAPALAN
TEKNIK
NEGERI PRAKTIKUM
TENSILE TEST PENGELASAN
SURABAYA DT-NDT

Daftar Pustaka

1. ASME section IX, Article 1, Bending Test


2. M.M. Munir,[2000], Modul praktek Uji Bahan, Vol.1,Jurusan Teknik
Bangunan Kapal, PPNS.

26

Anda mungkin juga menyukai