Anda di halaman 1dari 28

D4

POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
I UJI TARIK (TENSILE TEST)

1.1 Sub Kompetensi


Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi modul ini adalah sebagai berikut:
1) Mahasiswa mampu membuat diagram tegangan-regangan teknik dan sebenarnya berdasarkan diagram
beban-pertambahan panjang yang didapat dari hasil pengujian.
2) Mahasiswa mampu menjelaskan menganalisa sifat-sifat mekanik material yang terdiri dari kekuatan
tarik maksimum, kekuatan tarik luluh, reduction of area, elongation, dan modulus elastisitas.

1.2 Uraian Materi


Salah satu sifat mekanik yang sangat penting dan dominan dalam suatu perancangan mesin, konstruksi dan
proses manufaktur adalah kekuatan tarik (tensile strength). Kekuatan tarik adalah kemampuan suatu bahan
untuk menerima beban atau tegangan tanpa menyebabkan material tersebut menjadi patah. Kekuatan tarik
suatu bahan didapat dari hasil uji tarik (tensile test) yang dilaksanakan berdasarkan standar pengujian yang
telah baku seperti ASTM, JIS, DIN, dan yang lainnya. Untuk melakukan pengujian tarik, dibuat spesimen
dari material yang akan diuji terlebih dahulu sesuai standar yang digunakan. Bentuk spesimen
sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.1, sedangkan gambar 1.2 menunjukkan pengambilan spesimen
untuk pengujian hasil pengelasan.

Gambar 1.1 Macam-macam Spesimen Tensile Test

1
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A

Gambar1.2 Pengambilan Spesimen untuk Pengujian Hasil Pengelasan

Gambar 1.3 Sketsa Tensile Test Machine

2
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A

Gambar 1.4 Grafik P-  hasil pengujian tarik beberapa logam

Pada pengujian tarik, spesimen diberi beban yang semakin besar secara kontinu dengan arah tegak lurus
penampang melintangnya, Sebagai akibat pembebanan tersebut, spesimen mengalami perubahan panjang.
Perubahan beban (P) dan perubahan panjang (  ) akan tercatat pada mesin uji tarik berupa grafik yang
merupakan fungsi beban dan pertambahan atau lebih dikenal sebagai grafik P- 
Dari gambar 1.4 di atas tampak bahwa sampai titik p perpanjangan sebanding dengan pertambahan beban.
Pada daerah inilah berlaku hukum Hooke, sedangkan titik p merupakan batas berlakunya hukum tersebut.
Oleh karena itu titik p disebut juga batas proporsional. Sedikit di atas titik p terdapat titik e yang
merupakan batas elastis dimana bila beban di hilangkan maka belum terjadi pertambahan panjang
permanen dan spesimen kembali ke panjang semula. Daerah di bawah titik e disebut daerah elastis.
Sedangkan di atasnya disebut daerah plastis.
Di atas titik e terdapat titik y yang merupakan titik yield (luluh) yakni dimana logam mengalami
pertambahan panjang tanpa pertambahan beban yang berarti. Dengan kata lain titik yield merupakan
keadaan dimana spesimen terdeformasi dengan beban minimum. Deformasi yang yang dimulai dari titik y
ini bersifat permanen sehingga bila beban dihilangkan masih tersisa deformasi yang berupa pertambahan
panjang yang disebut deformasi plastis. Pada kenyataannya karena perbedaan antara ketiga titik p, e dan y
sangat kecil maka untuk perhitungan teknik seringkali keberadaan ketiga titik tersebut cukup diwakili
dengan titik y saja. Dalam kurva titik y ditunjukkan pada bagian kurva yang mendatar atau beban relatif
tetap. Penampakan titik y ini tidak sama untuk semua logam. Pada material yang ulet seperti besi murni
dan baja karbon rendah, titik y tampak sangat jelas. Namun pada umumnya penampakan titik y tidak
tampak jelas. Untuk kasus seperti ini cara menentukan titik y dengan menggunakan metode offset.

3
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
Metode offset dilakukan dengan cara menarik garis lurus yang sejajar dengan garis miring pada
daerahproporsional dengan jarak 0,2% dari regangan maksimal. Titik y didapat pada perpotongan garis
tersebut dengan kurva P-  (gambar 5.5)

Gambar 1.5 Metode offset untuk menentukan titik yield

Kenaikan beban lebih lanjut akan menyebabkan deformasi yang akan semakin besar pada keseluruhan
volume spesimen. Beban maksimum ditunjukkan dengan puncak kurva sampai pada beban maksimum ini.
Deformasi yang terjadi masih homogen sepanjang spesimen. Pada material yang ulet (ductile), setelahnya
beban maksimum akan terjadi pengecilan penampang setempat (necking) sebagaimana ditunjukkan pada
gambar 1.6. Setelah necking, beban turun sampai akhirnya spesimen patah. Sedangkan pada material yang
getas (brittle), spesimen akan patah sesaat setelah tercapai beban maksimum.

Gambar 1.6 Spesimen yang mengalami necking

4
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A

1.2.1 Grafik Tegangan-Regangan Teknik  t   t 


Hasil pengujian yang berupa grafik atau kurva P   tersebut sebenarnya belum menunjukkan
kekuatan material, tetapi hanya menunjukkan kekuatan spesimen saja. Untuk mendapatkan kekuatan
materialnya maka grafik P   tersebut harus dikonversikan ke dalam tegangan-regangan teknik

(grafik  t   t ). Grafik t  t dibuat dengan asumsi luas penampang spesimen konstan selama

pengujian. Oleh karena itu penggunaan grafik ini terbatas pada konstruksi atau komponen mesin, yang
mana deformasi permanen tidak diperbolehkan terjadi. Berdasarkan asumsi luas penampang konstan
tersebut maka persamaan yang digunakan adalah :

 t = P/Ao ……………………………………………….………………………………………..(1.1)
 t       .........…………………….……..……...………………………………….(1.2)
100%

dimana : t =tegangan teknik (kN/mm2, MPa, psi)

P = tegangan teknik (kN, kg)


Ao = luas penampang awal spesimen (mm2, in2)

t = regangan teknik (%)

 = panjang awal spesimen (mm, in)

 ' = panjang spesimen setelah patah (mm, in)


 = pertambahan panjang (mm, in)

=   
'

Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan kurva P   menjadi grafik t  t adalah sebagai

berikut:
1) Ubahlah kurva P   menjadi grafik P   dengan cara menambahkan sumbu tegak sebagai P dan
sumbu mendatar sebagai  .
2) Tentukan skala beban (p) dan skala pertambahan panjang   pada grafik P   . Untuk menentukan
skala beban bagilah beban maksimal yang didapat dari mesin dengan tinggi kurva maksimal, atau
bagilah beban yield (bila ada) dengan tinggi yield pada kurva. Sedangkan untuk menentukan skala
pertambahan panjang, bagilah panjang setelah patah dengan panjang pertambahan panjang plastis pada
kurva. Nilai pertambahan panjang plastis adalah pertambahan panjang total dikurangi pertambahan

5
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
panjang elastis (pertambahan panjang sampai titik p atau titik y). Dari perhitungan tersebut akan
didapatkan dataskala :
1) Skala beban (P) 1 mm : ........... kN
Contoh :Skala beban 1 mm : 10 kN (baca : 1 mm panjang P pada kurva P   senilai dengan
dengan
beban 10 kN)
2) Skala pertambahan panjang   1 mm : ........... mm
Contoh :Skala pertambahan panjang 1 mm : 0,567 mm (baca : 1 mm pertambahan panjang pada
kurva P   senilai
senilaipertambahan
pertambahanpanjang0,567
panjang 0,567mm)
mm)
3) Ambillah tiga titik di daerah elastis, tiga titik di sekitar yield ( termasuk y), tiga titik di sekitar
beban maksimal (termasuk titik ultímate) dan satu titik patah (f). Tentukan besar beban dan
pertambahan panjang kesepuluh titik tersebut berdasarkan skala yang telah dibuat di atas. Untuk
membuat tampilan yang baik, terutama pada daerah elastis, tentukan terlebih dahulu kemiringan
garis proporsional   dengan memakai persamaan Hooke di bawah ini:
     .........................................................................................................................................(1.3)
dimana :  = tegangan/stress (kg/mm2, MPa, psi)
 =modulus elastisitas (kg/mm2, MPa, psi)
ε = regangan/strain (mm/mm, in/in)
dari persamaan 1.3 didapatkan
  

= tg …………………………………………………………………………….………..….(1.4)

4) Konversikan kesepuluh beban (P) tersebut menjadi tegangan teknik t dengan menggunakan

persamaan 1.1 dan konversikan pertambahan panjangnya   menjadi regangan teknik  t 

dengan memakai persamaan 1.2.

5) Buatlah grafik dengan sumbu mendatar t dan sumbu tegak t berdasarkan kesepuluh titik acuan

tersebut. Grafik yang terjadi (gambar 1.7) akan mirip dengan kurva P   , karena pada dasarnya

grafik t  t dengan kurva P   identik, hanya besaran sumbu-sumbunya yang berbeda.

6
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A

Gambar 5.7 Grafik t  t hasil konversi grafik P  

1.2.2 Grafik Tegangan-Regangan Sebenarnya  s   s 


Grafik tegangan-regangan sebenarnya  s   s  dibuat dengan kondisi luas penampang yang terjadi

selama pengujian. Penggunaan grafik ini khususnya pada manufaktur dimana deformasi plastis yang
terjadi menjadi perhatian untuk proses pembentukkan. Perbedaan paling menyolok grafik ini dengan

dengan grafik  t  t terletak pada keadaan kurva setelah titik ultímate (tegangan ultimate). Pada grafik

 t   t setelah titik ultímate, kurva akan turun sampai patah di titik f (frakture), sedangkan pada grafik
s  s kurva akan terus naik sampai patah di titik f. Kenaikkan tersebut disebabkan tegangan yang

terjadi diperhitungkan untuk luas penampang sebenarnya sehingga meskipun beban turun namun karena
tingkat pengecilan penampang yang terjadi lebih besar, maka tegangan yang terjadi juga lebih besar.
Hubungan tegangan teknik dan tegangan sebenarnya serta regangan teknik (σt) dan tegangan sebenarnya
(σs) dinyatakan pada persamaan 1.5 dan 1.6 :

 s   t (1   t ) .........................................................................................................................(1.5)
 s  ln(1   t ) .........................................................................................................................(1.6)

7
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A

Adapun langkah-langkah untuk mengkonversikan garfik t  t ke dalam grafik s  s adalah sebagai

berikut:
1) Akibat adanya beban, maka spesimen akan mengalami deformasi berupa pertambahan panjang,
dengan volume tetap. Sebagai akibat pertambahan panjang dengan kondisi volumenya tetap
tersebut maka luas penampangnya akan berkurang, sehingga pertambahan panjang yang terjadi
sebanding dengan beban yang bekerja dan berbanding terbalik dengan luasan penampang
spesimen. Korelasi ini berlaku sampai kondisi sesaat sebelum terjadi necking (titik ultímate) atau
sampai titik ke delapan (titik ultímate) saja. Untuk mengonversikannya maka ambil kembali
kedelapan titik tegangan teknik (σt) tersebut dan ubah ke dalam tegangan sebenarnya (σ s) dengan
persamaan 1.5 di atas. Sedangkan untuk mengubah regangan teknik ke regangan sebenarnya
dengan persamaan 1.6.
2) Untuk titik 10, konversikan nilai tegangan dan regangan teknik ke dua titik tersebut menjadi
tegangan dan regangan sebenarnya dengan menggunakan persamaan berikut:

 P/As …………………………………………………………………………………………………………………………………..(1.7)

Dimana AS = Luas penampang sebenarnya.


Untuk titik ke-10, A10 adalah luas penampang setelah patah,sedangkan untuk titik ke-9, A9 nilainya
intra polasi antara A8 dengan A10.

3) Buatlah grafik dengan sumbu mendatar s dan sumbu tegak s berdasarkan kesepuluh titik acuan
tersebut. Sebagaimana gambar 1.8

Gambar 1.8 Grafik tegangan dan regangan sebenarnya  s   s 


8
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
1.2.3 Sifat Mekanik yang didapat dari uji tarik

1) Tegangan Tarik Yield  y

 y  Py A
.

Dimana  y = tegangan yield (kN/mm2, MPa)

Py = beban yield (kN, kg)

2) Tegangan Tarik Maksimum/Ultimate  u 


 u  Pu A
Dimana  u = tegangan ultimate (kg/mm2)

Pu = beban ultimate (kg)


3) Regangan maksimum   maks 
 
 

 maks   maks     100 0 0


Dimana  = regangan (%).
 = pertambahan panjang (mm)

  = panjang awal spesimen (mm) nilai regangan semaikin ulet


Nilai regangan menunjukkan nilai keuletan suatu material, semakin tinggi nilai regangan, semakin
ulet material tersebut.
4) Modulus Elastisitas (E)
Kalau regangan menunjukkan keuletan, maka modulus elastisitas menunjukkan kekakuan suatu
material. Semakin besar nilai E, menandakan semakin kakunya suatu material. Harga E ini
diturunkan dari persamaan hukum Hooke sebagaimana telah diuraikan pada persamaan 1.3 dan 1.4.
Dari persamaan tersebut juga nampak bahwa kekakuan suatu material relatif terhadap yang lain
dapat diamati dari sudut kemiringan   pada garis proporsional. Semakin besar  , semakin kaku
material tersebut.
5) Reduksi Penampang/Reduction of Area (RA )
RA=[(A0-A’)/A0]  100% …............................................................................................................(1.8)
dimana A’ = luas penampang setelah patah (mm2)
Reduksi penampang dapat juga digunakan untuk menetukan keuletan material. Semakin tinggi nilai
RA, semakin ulet material tersebut.
9
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
6) Resilien (Ur)
Resilien didefinisikan banyaknya energi yang diperlukan untuk meregangkan satu satuan volume
bahan hingga sampai batas elastik. Dimana:

keterangan : tegangan tarik yield


= regangan tarikyield

Gambar 1.9 Grafik Stress – Strain Dan Proses Deformasi Pada Spesimen
1.3 Alat
1) 1 set Mesin uji tarik.
2) 1 Kikir.
3) 1 Jangka sorong.
4) 1 Ragum.
5) 1 Penitik.
6) 1 Timbangan digital
7) 1 Palu

10
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
1.4 Bahan
1) 1 spesimen uji tarik plat.
2) 1 spesimen uji tarik round bar.
3) 1 spesimen uji tarik deformat.
4) 1 lembar kertas milimeter.

1.5 Prosedur Keselamatan


Sebelum praktikum pengujian bahan dilaksanakan, mahasiswa harus meyakinkan dahulu telah melengkapi
diri dengan APD (Alat Pelindung Diri) sebagai berikut :
1) Pakaian dan celana bengkel
2) Safety shoes
3) Kaca mata pelindung harus digunakan bila melaukan penggerendaan dengan gerenda mesin

1.6 Langkah Kerja


1) Menyiapkan spesimen
1) Ambil spesimen tensile test plat dan jepit pada ragum.
2) Ambil kikir, dan kikir bekas machining pada spesimen yang memungkinkan menyebabkan salah
ukur.
3) Ulangi langkah di atas untuk specimen tensile test berbentuk round bar dan deformat.

Gambar 1.10 Pengikiran bekas machining

11
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
2) Pembuatan gauge length
1) Ambil penitik dan tandai spesimen tensile test plat dengan dua titikan sejuh 50 mm.
2) Posisikan gauge lenght tepat di tengah-tengah spesimen.
3) Ulangi langkah di atas untuk specimen tensile test berbentuk round bar.
4) Untuk spesimen deformat, gauge lenght-nya sebesar 8xD

Gambar 1.11 Pembuatan gauge length


3) Pengukuran dimensi
1) Ambil spesimen tensile test plat dan ukur dimensinya jangka sorong. Parameter yang harus diukur
meliputi panjang spesimen, panjang gauge length, diameter (spesimen round bar), tebal dan lebar
(spesimen plat)
2) Khusus untuk spesimen berbentuk deformat, timbang terlebih dahulu beratnya dengan timbangan
digital. Luas penampang deformat ditentukan dari persamaan berikut :

W = V.ρ
W = (A0.L).ρ
A0 = W/(L.ρ)
Dimana : W = berat spesimen (kg)
V = Volume spesimen (m3)
L = panjang spesimen (m)
ρ = berat jenis baja (kg/m3)
ρ = 7.850 kg/m3

12
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
Diketahui : W = 0,157 kg
L = 0,292 m
Ρ = 7.850 kg/m3

Jawab : A0 = W/(L.ρ)
A0 =

A0 = 6,849 x 10-5 m2
A0 = 68,49 mm2
Untuk mencari diameter (D)

A0 = x 3,14 x D2
68,49 mm2 = x 3,14 x D2
D2 = 87,24 mm2
D= 9,34 mm

a. Pengukuran panjang spesimen b. Pengukuran lebar spesimen sebelum


sebelum patah (diuji) patah (diuji)

c. Pengukuran tebal spesimen sebelum patah


(diuji)
Gambar 1.12 Pengukuran pada spesimen plat

13
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A

4) Catat hasil pengukuran pada lembar pengamatan yang ada.


5) Pengujian pada mesin uji tarik
1) Nyalakan mesin
2) Ambil kertas milimeter dan letakkan pada tempatnya.
3) Ambil spesimen tensile test plat pada ragum penarik.
4) Berikan beban secara proporsional
5) Sambil memperhatikan beban pada display, amati grafik yang terjadi dan terekam pada kertas
milimeter.
6) Pada saat grafik di kertas milimeter menunjukkan yield, yang ditandai dengan mulai membeloknya
grafik dari garis lurus, maka lihat nilai beban saat itu dan catat pada lembar pengamatan sebagai
beban yield.
7) Saat grafik pada kertas milimeter mencapai puncak dan diperkuat dengan nilai beban yang
maksimal pada display beban, catat nilai beban tersebut pada lembar pengamatan sebagai beban
maksimal atau ultímate.
8) Amati terus grafik dan ketika mulai menunjukan tanda-tanda akan turun, amati terus beban pada
display, kemudian catat beban yang tampak pada display pada saat spesimen patah.
9) Ulangi langkah tersebut untuk spesimen round bar dan spesimen deformat.

Gambar 1.14 Mesin uji tarik


6) Pengukuran dimensi setelah patah.
1) Ambil spesimen plat yang telah mengalami tensile test,satukan lagi tepat pada patahannya,
kemudian dengan jangka sorong.
2) Ukur lebar dan tebal pada daerah necking. Catat hasilnya pada lembar pengamatan.
3) Ukur gauge length setelah patah dan catat hasilnya pada lembar pengamatan.

14
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
4) Ambil spesimen round bar yang telah menglami tensile test, satukan lagi tepat pada patahannya,
kemudian ukur dengan jangka sorong .
5) Ukur diameter pada daerah necking dengan dua kali pengukuran pada lokasi yang berbeda, rata-
rata hasilnya serta catat pada lembar pengamatan.
6) Ukur gauge length setelah patah dan cata hasilnya pada lembar pengamatan.
7) Ambil spesimen deformat yang telah menglami tensile test, satukan lagi tepat pada patahannya,
kemudian ukur dengan jangka sorong.
8) Ukur diameter pada daerah necking dengan dua kali pengukuran pada lokasi yang berbeda, rata-
rata hasilnya serta catat pada lembar pengamatan.
9) Ukur gauge length setelah patah dan cata hasilnya pada lembar pengamatan

a. Pengukuran L’ pada b. Pengukuran c. Pengukuran L’ pada


round bar diameter setelah spesimen plat
patah

d. Pengukuran tebal setelah e. Pengukuran diameter pada f. Pengukuran L’ pada


patah pada spesimen plat spesimen deformat spesimen deformat

Gambar 1.15 Pengukuran setelah spesimen uji tarik


7) Bersihkan ruangan, kembalikan peralatan pada tempatnya dan asistensikan hasil pengujian pada dosen
pengampu.

15
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
1.7 Hasil pengujian dan Analisa
1.7.1 Spesimen Plat
Hasil Pengujian

Skala beban (y) = Sudah diatur pada mesin uji tarik sebesar
1 mm ≈ 1,00 kN

Skala beban (x) =


=
= 0,540 mm 1 mm ≈ 0,540 mm

Tabel 1.1 Data AnalisaSpesimen Plat

Skala Ao σt εt σs εs A'
No X Y Skala Y lo ∆ℓ (mm) P (kN)
X (mm2) (MPa) (mm/mm) (MPa) (mm/mm) (mm2)

0 0.000 0.000 0.540 1.000 51.800 0.000 0.000 101.260 0.000 0.000 0.000 0.000 101.260
1 0.462 3.000 0.540 1.000 51.800 0.249 3.000 101.260 29.627 0.005 29.769 0.005 100.775
2 1.077 7.000 0.540 1.000 51.800 0.581 7.000 101.260 69.129 0.011 69.905 0.011 100.136
3 1.846 12.000 0.540 1.000 51.800 0.996 12.000 101.260 118.507 0.019 120.786 0.019 99.349
4 2.615 17.000 0.540 1.000 51.800 1.412 17.000 101.260 167.885 0.027 172.460 0.027 98.574
5 4.154 27.000 0.540 1.000 51.800 2.242 27.000 101.260 266.640 0.043 278.181 0.042 97.059
6yiel 5.000 32.500 0.540 1.000 51.800 2.699 32.500 101.260 320.956 0.052 337.677 0.051 96.246
7 7.000 32.000 0.540 1.000 51.800 3.778 32.000 101.260 316.018 0.073 339.068 0.070 94.376
8 11.000 31.000 0.540 1.000 51.800 5.937 31.000 101.260 306.143 0.115 341.232 0.109 90.847
9 22.000 36.000 0.540 1.000 51.800 11.874 36.000 101.260 355.520 0.229 437.018 0.206 82.376
10 ul 28.000 36.500 0.540 1.000 51.800 15.113 36.500 101.260 360.458 0.292 465.623 0.256 78.390
11 35.000 35.500 0.540 1.000 51.800 18.891 35.500 101.260 350.583 0.365 479.730 0.311 74.000
12 39.000 32.000 0.540 1.000 51.800 21.050 32.000 101.260 316.018 0.406 507.937 0.341 63.000
13 41.000 29.000 0.540 1.000 51.800 22.129 29.000 101.260 286.391 0.427 557.692 0.356 52.000
14 44.500 20.000 0.540 1.000 51.800 24.019 20.000 101.260 197.511 0.464 729.927 0.381 27.400

16
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A

Grafik Tegangan - Regangan spesimen


Plat
800,0

14
700,0

600,0
13
500,0 12
10 11
9
400,0
Tegangan (MPa)

67 8
9 10 11
300,0
5 67 8 12
13
5
200,0
4 14
3 4
100,0
2 3
1 2
0,0 1
0,0 0,1 0,2 0,3 - Reg0,4
Teg Teknik0,5
Teg - Reg Sebenarnya

Regangan (mm/mm)

Gambar 1.16 Grafik Tegangan - Regangan Spesimen Plat

Beberapa sifat mekanik yang di dapat dari pengujian tarik pada spesimen uji tarik plat adalah sebagai
berikut :
1. Penghitungan di daerah elastis
1) Tegangan tarik yield teknik  =

=
=

2) Regangan yield teknik ( ) =

= 0,052 mm/mm
= 17
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
3) Tegangan tarik yield sebenarnya ( ) =
=
= 337,677 MPa

4) Regangan yield sebenarnya ( ) = x 100%


= x 100%
= 0,051 mm/mm

= 5) Modulus elastisitas =

6) Resilien = x

=
=

2. Penghitungan di daerah plastis

1) Tegangan tarik ultimate teknik  =

=
=

2) Regangan ultimate teknik =

=
3) Tegangan tarik ultimate sebenarnya  =
=
= 465,623 MPa
4) Regangan ultimate sebenarnya =
= x 100%
=

18
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A

5) Reduksi penampang =

6) Tegangan tarik maksimum teknik  =

=
=

7) Tegangan tarik maksimum sebenarnya  =

= 729,927 MPa

8) Regangan maksimum teknik =

=
9) Regangan maksimum sebenarnya =
= x 100%
=

1.7.2 Spesimen Round Bar


Hasil Pengujian

Skala beban (y) = Sudah diatur oleh mesin uji tarik sebesar
1 mm ≈ 1,00 kN

Skala beban (x) =


=
= 0,491 mm 1 mm ≈ 0,491 mm

19
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
Tabel 1.2Data Analisa Spesimen Round Bar
Skala ∆ℓ εt εs
No X Y Skala Y lo P (kN) Ao (mm2) σt (MPa) σs (MPa) A' (mm2)
X (mm) (mm/mm) (mm/mm)
0 0.000 0.000 0.491 1.000 49.500 0.000 0.000 122.650 0.000 0.000 0.000 0.000 122.650
1 0.348 2.000 0.491 1.000 49.500 0.171 2.000 122.650 16.307 0.003 16.363 0.003 122.228
2 1.391 8.000 0.491 1.000 49.500 0.683 8.000 122.650 65.226 0.014 66.126 0.014 120.981
3 3.130 18.000 0.491 1.000 49.500 1.537 18.000 122.650 146.759 0.031 151.315 0.031 118.957
4 4.870 28.000 0.491 1.000 49.500 2.391 28.000 122.650 228.292 0.048 239.317 0.047 117.000
5 6.609 38.000 0.491 1.000 49.500 3.244 38.000 122.650 309.825 0.066 330.131 0.063 115.106
6yield 8.000 46.000 0.491 1.000 49.500 3.927 46.000 122.650 375.051 0.079 404.807 0.076 113.634
7 9.000 45.000 0.491 1.000 49.500 4.418 45.000 122.650 366.898 0.089 399.646 0.085 112.600
8 10.000 44.000 0.491 1.000 49.500 4.909 44.000 122.650 358.744 0.099 394.322 0.095 111.584
9 12.000 52.000 0.491 1.000 49.500 5.891 52.000 122.650 423.971 0.119 474.427 0.112 109.606
10 16.000 61.000 0.491 1.000 49.500 7.855 61.000 122.650 497.350 0.159 576.269 0.147 105.853
11 21.000 66.000 0.491 1.000 49.500 10.309 66.000 122.650 538.117 0.208 650.187 0.189 101.509
12 25.000 67.500 0.491 1.000 49.500 12.273 67.500 122.650 550.347 0.248 686.796 0.221 98.282
13ult 30.000 68.000 0.491 1.000 49.500 14.727 68.000 122.650 554.423 0.298 719.375 0.260 94.526
14 35.000 66.500 0.491 1.000 49.500 17.182 66.500 122.650 542.193 0.347 755.682 0.298 88.000
15 38.000 63.000 0.491 1.000 49.500 18.655 63.000 122.650 513.657 0.377 818.182 0.320 77.000
16 39.500 58.000 0.491 1.000 49.500 19.391 58.000 122.650 472.890 0.392 1126.214 0.331 51.500

20
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A

Grafik Tegangan - Regangan


spesimen Round Bar
1200,0

16

1000,0
Tegangan (MPa)

15
800,0

14
13
12
11

600,0
10

12 13 14
11
9 15
10
16
400,0 678
9

67
5 8

5
4
200,0 4
3
3

2 Teg - Reg Teknik


2 Teg - Reg Sebenarnya
1
0,0
1
0,0 0,1 0,2 0,3 0,4

Regangan (mm/mm)

Gambar 1.17 Grafik Tegangan - Regangan Spesimen Round Bar


Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen uji tarik round bar adalah
sebagai berikut :
21
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
1. Penghitungan di daerah elastis

1) Tegangan tarik yield teknik  =

=
=
2) Regangan yield teknik ( ) =

3) Tegangan tarik yield sebenarnya  =


=
= 404,807 MPa

4) Regangan yield sebenarnya ( ) = x 100%


= x 100%
=

5) Modulus elastisitas =

6) Resilien = x

=
=

2. Penghitungan di daerah plastis

1) Tegangan tarik ultimate teknik  =

=
22
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A

2) Regangan ultimate teknik =

=
3) Tegangan tarik ultimate sebenarnya  =
=

= 719,375 MPa
4) Regangan ultimate sebenarnya = x 100%
=
=MPa =

5) Reduksi penampang =

6) Tegangan tarik maksimum teknik  =

7) Tegangan tarik maksimum sebenarnya  =

= 1126,214 MPa

8) Regangan maksimum teknik =

=
9) Regangan maksimum sebenarnya =
= x 100%
=
23
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
1.7.3 Spesimen Deformat
Hasil Analisa

Skala beban (y) = Sudah ditentukan oleh mesin uji tarik sebesar
1 mm ≈ 1,00 kN

Skala beban (x) =


=
= 0,370 mm 1 mm ≈ 0,370 mm

Tabel 1.3 Data Analisa Spesimen Deformat

Skala ∆ℓ Ao εt εs
No X Y Skala Y lo P (kN) σt (MPa) σs (MPa) A' (mm2)
X (mm) (mm2) (mm/mm) (mm/mm)

0 0.000 0.000 0.370 1.000 75.500 0.000 0.000 68.490 0.000 0.000 0.000 0.000 68.490
1 2.423 9.000 0.370 1.000 75.500 0.897 9.000 68.490 131.406 0.012 132.967 0.012 67.686
2 3.769 14.000 0.370 1.000 75.500 1.395 14.000 68.490 204.409 0.018 208.187 0.018 67.247
3 5.923 22.000 0.370 1.000 75.500 2.193 22.000 68.490 321.2148 0.029 330.543 0.029 66.557
4yield 7.000 26.000 0.370 1.000 75.500 2.591 26.000 68.490 379.617 0.034 392.646 0.034 66.217
5 10.000 27.000 0.370 1.000 75.500 3.702 27.000 68.490 394.218 0.049 413.547 0.048 65.289
6 12.000 27.000 0.370 1.000 75.500 4.442 27.000 68.490 394.218 0.059 417.412 0.057 64.684
7 14.000 26.500 0.370 1.000 75.500 5.182 26.500 68.490 386.918 0.069 413.477 0.066 64.091
8 18.000 29.000 0.370 1.000 75.500 6.663 29.000 68.490 423.419 0.088 460.788 0.085 62.936
9 25.000 32.000 0.370 1.000 75.500 9.254 32.000 68.490 467.221 0.123 524.491 0.116 61.012
10 37.000 34.500 0.370 1.000 75.500 13.696 34.500 68.490 503.723 0.181 595.104 0.167 57.973
11 45.000 35.500 0.370 1.000 75.500 16.658 35.500 68.490 518.324 0.221 632.684 0.199 56.110
12ult 52.000 36.000 0.370 1.000 75.500 19.249 36.000 68.490 525.624 0.255 659.635 0.227 54.576
13 59.000 35.500 0.370 1.000 75.500 21.840 35.500 68.490 518.324 0.289 676.190 0.254 52.500
14 64.000 35.000 0.370 1.000 75.500 23.691 35.000 68.490 511.024 0.314 709.939 0.273 49.300
15 65.000 32.000 0.370 1.000 75.500 24.061 32.000 68.490 467.221 0.319 765.001 0.277 41.830

24
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
Grafik Tegangan - Regangan spesimen Deformat

900,0

800,0
15
700,0 14
12 13
11
600,0 10
Tegangan (MPa)

9 11 12 13 14
500,0 10
8 9 15
400,0 567 8
44 5 6 7
33
300,0

2 Teg - Reg Teknik


200,0
Teg - Reg Sebenarnya
1
100,0

0,0
0,0 0,1 0,2 0,3

Regangan (mm/mm)

Gambar 1.18 Grafik Tegangan - Regangan Spesimen Deformat


Beberapa sifat mekanik yang didapat dari pengujian tarik pada spesimen uji tarik deformat adalah
sebagai berikut :
1. Penghitungan di daerah elastis
1) Tegangan tarik yield teknik  =

=
=
2) Regangan yield teknik ( ) =

=
3) Tegangan tarik yield sebenarnya  =
=
= MPa
25
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
4) Regangan yield sebenarnya ( ) = x 100%
= x 100%
=

5) Modulus elastisitas =

= 11060,8

6) Resilien = x

2. Penghitungan di daerah plastis

1) Tegangan tarik ultimate teknik  =

2) Regangan ultimate teknik =


=
=

=
3) Tegangan tarik ultimate sebenarnya  =
=

= 0,659635

= 659,635 MPa
4) Regangan ultimate sebenarnya = x 100 %
= x 100%
= %
5) Reduksi penampang =

26 =
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
6) Tegangan tarik maksimum teknik  =

7) Tegangan tarik maksimum sebenarnya  =

= 765,001 MPa

8) Regangan maksimum teknik =

=
9) Regangan maksimum sebenarnya =
= x 100%
=

1.8 Kesimpulan
Dari hasil penghitungan di atas, maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1.4 Sifat Mekanik
No Spesimen σty(MPa) σtu(MPa) E (MPa) ( %) RA (%)
1 Plat 320,956 360,458 6161 46,4 72,94
2 Round bar 375,051 554,423 4727,205 39,2 58,01
3 Deformat 379,617 525,624 11060,8 31,9 38,93

Dari data yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa spesimen 1 ( plat ) mempunyai keuletan
paling besar, karena mempunyai regangan paling besar. Spesimen yang mempunyai kekakuan paling
tinggi adalah spesimen 1 (Deformat), karena mempunyai nilai modulus elastisitas paling tinggi.Spesimen
yang mempunyai kekuatan paling besar adalah spesimen 2 (Round bar), karena mempunyai nilai
ultimate paling tinggi.

27
D4
POLITEKNIK TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN KAPAL
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217 A
Daftar Pustaka
- Prasojo Budi, ST.,MT. 2012. Modul Ajar Ilmu Pengetahuan Bahan, Jurusan Teknik Perpipaan. PPNS
- Prasojo Budi, ST. 2002. Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik Permesinan Kapal. PPNS
- Dosen Metalurgi. 1986. Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI. ITS
- Ferdinand L.Singer.1985.Kekuatan Bahan (Teori Kokoh-Strength ofMaterial).Jakarta: Erlangga
- Harsono, Dr, Ir & T.Okamura, Dr. 1991. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: PT. Pradya Paramita
- M.M. Munir. 2000. Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan Kapal. PPNS
- SNI, 07-2052-2002, Baja Tulangan Beton
- SNI, 07-0408-1989, Cara Uji Tarik Logam
- SNI, 07-0371-1998, Batang Uji Tarik Untuk Logam

28

Anda mungkin juga menyukai