LATAR BELAKANG
Praktikum Material Teknik merupakan kegiatan praktikum yang berisikan materi pengujian-
pengujian sifat mekanik suatu material. Pengujian mekanik yang terdapat dalam praktikum
ini berupa pengujian merusak (destructive testing) yang sering digunakan baik dalam skala
laboratorium maupun skala industri. Dengan memahami prinsip dasar pengujian-pengujian
pada praktikum ini, praktikan dapat juga mengenal prinsip dasar pengujian mekanik lainnya
yang tidak menjadi materi dalam praktikum ini.
Pengujian sifat-sifat mekanik (properties) suatu material menjadi penting karena merupakan
salah satu kajian utama di dalam Teknik Material. Dengan memahami sifat mekanik suatu
material, dapat diketahui kualitas material tersebut dan juga dapat diketahui aplikasinya
dalam dunia industri. Melalui praktikum ini, praktikan juga dapat belajar mengenai prosedur
pengujian yang baik dan dapat menghitung besaran- besaran sifat mekanik dari suatu
material.
MODUL PRAKTIKUM
Modul A Uji Tarik (Static Tension Test) Halaman 4
Modul B Uji Lentur dan Kekakuan (Static Bending Test) Halaman 9
Modul C Uji Impak (Impact Test) Halaman 15
Modul D Uji Puntir (Static Torsion Test) Halaman 20
PROSEDUR PRAKTIKUM
Prosedur praktikum yang harus ditaati oleh praktikan sebagai berikut :
1. Praktikan sudah menyelesaikan dan mengumpulkan tugas pendahuluan sebelum tenggat
waktu yang tertera di platform online (ftmd.kuliah.itb.ac.id)
2. Format penulisan Tugas Pendahuluan dan Laporan dapat diunduh di platform online kelas
masing-masing
3. Praktikan harus datang di Laboratorium Metalurgi dan Teknik Material ITB 15 menit
sebelum praktikum dimulai
4. Praktikan wajib mengikuti percobaan berdasarkan arahan dari asisten dan teknisi
5. Praktikum diakhiri dengan penjelasan mengenai pengolahan data dan penyusunan laporan
praktikum
6. Praktikan diwajibkan untuk mengisi formulir online kuisioner kinerja asisten pada link
yang akan diberikan asisten
7. Laporan dikumpulkan sebelum tenggat waktu yang tertera di platform online
(ftmd.kuliah.itb.ac.id)
8. Apabila terdapat permasalahan terkait praktikum, harap menghubungi Koordinator
Praktikum Material Teknik (Rilis/085749530574)
1
ATURAN DAN SANKSI PRAKTIKUM
No. Aturan Sanksi
1. Mengerjakan tugas pendahuluan yang Nilai TP pada modul tersebut = 0
terdapat pada modul
2. Tidak terlambat mengikuti praktikum • Di bawah 10 menit A-30%
• Di atas 10 menit A = L = 0, diijinkan
untuk pulang
Keterangan:
A : Nilai Aktivitas Praktikum
K : Tercatat dalam buku kasus
TP : Nilai Tugas Pendahuluan dalam modul
L : Nilai Laporan
2
ATURAN PENILAIAN
Nilai Total Praktikum (NTP) dihitung dengan menggunakan formulasi berikut.
𝑁𝑇𝑃 = (0.15 × 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡) + (0.2 × 𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒(𝑇𝑃 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝐷)) + (0.2 × (𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒(𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝐷))
+ (0.3 × 𝐴𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒(𝐿𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑑𝑢𝑙 𝐴, 𝐵, 𝐶, 𝐷) + (0.15 × 𝑝𝑜𝑠𝑡 𝑡𝑒𝑠𝑡)
Koordinator Praktikum
3
MODUL A
UJI TARIK
LATAR BELAKANG
Uji tarik merupakan pengujian mekanik yang paling luas digunakan di industri karena
kemudahannya untuk analisis data yang didapatkan dan memperoleh informasi mengenai
sifat mekanik suatu material. Pada proses pengujian tarik, pembebanan berupa beban
uniaksial dilakukan dengan kecepatan pembebanan statis. Informasi yang didapat dari
pengujian tarik berguna untuk pemilihan material, pengembangan paduan, kontrol kualitas,
dan proses desain dalam berbagai kondisi. Hal yang harus dicatat adalah hasil pengujian tarik
dari suatu spesimen yang diambil dari salah satu bagian dari suatu produk tidak secara total
merepresentasikan sifat kekuatan dan keuletan dari seluruh produk atau karakteristik
penggunaannya dalam lingkungan yang berbeda dengan kondisi pengujian. Standar
pengujian tarik diantaranya dideskripsikan dengan detail dalam ASTM A370.
TUJUAN PERCOBAAN
1. Menghitung modulus elastisitas material spesimen
2. Menentukan kekuatan luluh (yield strength) material spesimen
3. Menentukan parameter-parameter K dan n pada daerah plastis material spesimen
TEORI SINGKAT
Uji tarik yang dilaksanakan pada praktikum ini sesuai dengan standar American Society for
Testing and Materials (ASTM) A370. Sesuai standar ASTM A370untuk spesimen logam,
panjang gage length = 4 kali diameter spesimen. Spesimen uji berbentuk silinder memiliki
dimensi sebagai berikut.
4
Hasil pengujian tarik adalah kurva antara ΔF-Δl. Kurva ini selanjutnya akan diubah menjadi
kurva engineering stress–engineering strain, seperti pada gambar di bawah ini.
Setelah didapatkan kurva engineering stress-engineering strain, kurva true stress-true strain
yang menggambarkan tegangan dan regangan sebenarnya yang dialami oleh spesimen dapat
diperoleh seperti pada gambar berikut.
5
Gambar 3 Kurva true stress–strain dan perbandingannya dengan kurva engineering stress-
strain
Nilai true stress dan true strain dapat diperoleh dengan persamaan berikut
Sebelum necking:
P
= (e + 1) = S (e + 1) (3)
Ao
= ln( e + 1) (4)
6
PROSEDUR PERCOBAAN
7
Li Pi S = Pi/Ao e = L/Lo t = S(e+1) t = ln(e+1)
No
(mm) (N) (N/mm2) (%) (N/mm2) (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Strain
0 0.1 0.2 0.5 1 2 4 5 8 10 12 14 16 18 19 (fracture)
(%)
a. Sebutkan dan jelaskan sifat mekanik apa saja yang didapatkan dari hasil uji tarik.
b. Plot ke dalam kurva engineering stress-engineering strain secara digital.
c. Tentukan ultimate tensile strength dari spesimen tersebut.
d. Tentukan persen elongasi sampai patah.
e. Tentukan modulus elastisitas dari paduan tersebut.
f. Tentukan yield strength spesimen tersebut dengan metode proportional limit.
3. Alat ukur (sensor) apa yang digunakan untuk mendapatkan kurva ΔF dan Δl? Jelaskan.
LATAR BELAKANG
Banyak struktur dan mesin memiliki komponen yang harus menahan beban lentur atau
bending (tekukan). Pengujian kekuatan lentur dan modulus elastisitasnya dilakukan untuk
material di mana beban utamanya dalam bentuk lentur. Untuk kebanyakan material, modulus
dalam arah tarik dan tekan mempunyai sedikit perbedaan. Modulus lentur adalah kombinasi
dari modulus arah tarik dan tekan, sehingga seringkali berbeda dengan keduanya.
Pembebanan bending biasanya diikuti oleh direct stress, transverse shear stress, dan
torsional shear stress. Melalui percobaan ini, perilaku material yang mengalami bending
akibat pembebanan 3 sumbu (three-point bending) dapat dilihat. Standar pengujian lentur
untuk material logam berbentuk pelat dideskripsikan dengan detail dalam ASTM E855-08
TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kekuatan lentur (flexural strength) material
2. Menentukan modulus elastisitas material
3. Mengetahui distribusi beban, momen, dan tegangan ketika terjadi pembebanan.
4. Mengukur nilai kekerasan pada beberapa titik di spesimen sebelum dan sesudah
pengujian
TEORI SINGKAT
Ketika sebuah batang diberikan pembebanan seperti pada Gambar 1 di bawah ini, maka akan
terjadi tegangan tarik, tekan, dan geser. Nilai tegangan ini akan bernilai maksimum pada
permukaan atas dan bawah batang dan akan bernilai nol pada sumbu netral (neutral axis)
batang.
9
Gambar 1 Distribusi tegangan akibat beban bending
Pada pembebanan di daerah elastis, momen lentur tersebut menyebabkan timbulnya tegangan
normal pada penampang melintang sebesar:
Mb . c (1)
σ=
I
P L h
σ= 4 2
(2)
b h3
( )
12
di mana : P = beban yang bekerja
L = panjang spesimen
b = lebar penampang
t = tebal penampang
defleksi pada daerah elastis pada penampang tersebut adalah:
P L3
δ= (3)
48 E I
10
di mana: = defleksi
P = beban yang bekerja
L = panjang spesimen
E = modulus elastisitas bahan spesimen
I = modulus inersia penampang
Uji Keras
Pada dasarnya, kekerasan pada logam adalah kemampuan suatu logam untuk tidak
berdeformasi plastis ketika menerima beban/indentasi. Nilai kekerasan suatu material dapat
memberikan gambaran sifat mekanik seperti kekuatan material secara lokal. Nilai kekerasan
dapat diperoleh melalui pengujian kekerasan dengan indentasi. Salah satu metode yang
paling banyak digunakan adalah Metode Rockwell, di mana spesimen akan dikenai beban
minor sebesar 10 kg dan beban mayor yang bervariasi antara 60 hingga 150 kg. Pengujian
kekerasan Rockwell dilakukan berdasarkan standar ASTM E18.
11
PROSEDUR PERCOBAAN
12
Gambar 2 Posisi pengujian keras pada spesimen
13
Nilai kekerasan spesimen
Nilai Kekerasan
Posisi
(HRC)
A
B
C
14
MODUL C
UJI IMPAK
LATAR BELAKANG
Dalam pengujian mekanik, terdapat perbedaan dalam jenis beban yang diberikan kepada
material tergantung laju pembebanannya. Uji tarik, tekan, puntir adalah pengujian dengan
menggunakan beban statik. Sedangkan uji keras, uji fatigue, dan uji lentur meggunakan jenis
beban dinamik. Pada uji impak, pembebanan yang terjadi adalah pembebanan yang cepat
(rapid loading). Perbedaan dari macam pembebanan ini dapat dilihat pada laju
regangan/strain rate-nya seperti pada Tabel 1 di bawah ini.
Pada pembebanan cepat atau disebut dengan beban impak, terjadi proses penyerapan energi
yang besar dari energi kinetik suatu beban yang menumbuk ke spesimen. Proses penyerapan
energi ini akan diubah dalam berbagai respon material seperti deformasi plastis, efek
histerisis, gesekan, dan efek inersia. Pada pengujian impak, takikan diberikan pada bagian
spesimen yang mengalami tegangan maksimum, sehingga pengujian impak secara spesifik
menghubungkan karakteristik logam di mana ketika diberikan beban tunggal, dapat
dihasilkan tegangan multi-aksial pada bagian takikan ditambah dengan laju pembebanan
yang tinggi dan juga pengaplikasian pada berbagai rentang temperatur. Pengujian impak juga
dapat digunakan untuk mengamati karakteristik patah getas/ulet secara akurat pada berbagai
kondisi. Standar pengujian impak untuk material logam, diantaranya dideskripsikan dengan
detail dalam ASTM E23-12C.
15
TUJUAN PERCOBAAN
1. Membandingkan penampakan patahan material spesimen yang berbeda pada uji impak
di berbagai rentang temperatur
2. Menghubungkan besarnya energi yang diserap dan temperatur pengujian impak dalam
kurva energi/mm2 vs temperatur
TEORI SINGKAT
Pengujian impak yang dilakukan pada praktikum ini adalah sesuai dengan standar ASTM
E23 untuk metode Charpy dan Izod. Metode Charpy dipergunakan secara luas di Amerika,
sedangkan metode Izod lebih banyak digunakan di negara-negara Eropa.
Prinsip pengujian impak ini adalah menghitung energi yang diberikan oleh beban (pendulum)
dan menghitung energi yang diserap oleh spesimen. Pada saat beban diangkat dengan
ketinggian tertentu, beban tersebut memiliki energi potensial maksimum. Saat menumbuk
spesimen yang berada di titik terendah, energi kinetik mencapai nilai maksimum. Setelah
mengalami impak, pendulum akan terangkat hingga ketinggian tertentu. Selisih ketinggian
awal dan akhir pendulum ini menggambarkan besarnya energi yang diserap spesimen saat
impak terjadi. Proses perubahan energi ini dapat dilihat pada Gambar 2
16
Energi yang diserap oleh spesimen akan menyebabkan material mengalami deformasi dan
kemudian kegagalan. Bentuk kegagalan itu adalah terbentuknya patahan pada spesimen.
Bentuk dari patahan itu akan bergantung pada jenis materialnya, apakah material getas atau
material ulet, dan juga dapat berbeda tergantung dari temperatur pengujian. Energi yang
diserap oleh spesimen ketika impak dapat dikorelasikan dengan temperatur pengujian dan
dihubungkan dalam kurva energi yang diserap vs temperatur pengujiannya.
PROSEDUR PERCOBAAN
17
DATA UJI IMPAK
- Jenis mesin =
- Kapasitas mesin =
- Standar pengujian =
- Penguji =
- Tanggal pengujian =
- Asisten =
P l t h T Luas Energi H
Permukaan
Bahan Joule/
mm mm mm mm o
C mm2 Joule Patahan
mm2
18
BAHAN BACAAN SEBELUM PRAKTIKUM
Untuk proses praktikum yang baik dan lancar, maka praktikan disyaratkan untuk membaca
buku di bawah ini :
1. ASTM E 23
2. Callister, William D. Materials Science And Engineering An Introduction, edisi ke-7,
John Willey & Son Inc. Halaman 223-227
3. Dieter G.E Mechanical Metalurgy, SI Metric Edition. Edisi ke-4, halaman 471-488
Untuk yang memiliki buku-buku di atas dengan edisi yang berbeda silakan disesuaikan
sendiri.
19
MODUL D
UJI PUNTIR
LATAR BELAKANG
Berbeda dengan tegangan normal yang tegak lurus dengan bidang, tegangan geser terjadi
secara paralel pada bidang material. Kondisi tegangan geser dapat terjadi dengan melakukan
geseran secara langsung (direct shear) dan tegangan puntir (torsional stress). Fenomena
geseran secara langsung dapat dilihat pada saat menancapkan paku ke balok kayu.
Permukaan kayu yang bersinggungan langsung dengan paku akan mengalami geseran secara
langsung. Fenomena tegangan puntir dapat terjadi apabila suatu spesimen mengalami momen
torsi. Dengan adanya tegangan geser, maka respon yang diterima oleh material pun berbeda.
Selain itu, kondisi tegangan dan regangan kompleks yang terjadi pada waktu pengujian puntir
akan sensitif terhadap perubahan di dalam material. Salah satu kegunaan uji puntir adalah
sebagai alat untuk mengevaluasi keuletan kawat. Standar pengujian puntir kawat
dideskripsikan dengan lengkap dalam ASTM A938, dengan maksimum diameter kawat
sampai dengan 10 mm.
20
TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan kekuatan puntir maksimum material spesimen
2. Memperhatikan bentuk patahan spesimen uji puntir dan membandingkannya dengan
patahan pada uji tarik
TEORI DASAR
Besaran yang terukur dari uji puntir adalah momen putar dan sudut putar spesimen. Untuk
mengukur sudut putar digunakan alat yang disebut dengan troptometer.
Gambar 2 Troptometer
r =a r =a
M = rdA = r
2
dA (1)
r =0
r r =0
r (2)
tan ф =
L
Notasi-notasi yang dipakai dalam persamaan di atas dapat dengan mudah dipahami dari
Gambar 3
21
r = Jarak radial yang dihitung dari pusat (m)
L = Panjang Spesimen (m)
a = Jari- jari (m)
Setelah mendapatkan hasil kurva yang berupa Momen Putar (M) dengan sudut putar (θ)
seperti pada Gambar 4 di bawah, maka regangan geser dan modulus elastisitas geser
spesimen dapat diperoleh.
r
= tan = (3)
L
= G (4)
Ketika regangan geser sudah semakin besar sehingga hubungan antara tegangan dan
regangan sudah tidak bersifat linear elastis lagi, maka persamaan 1, 3, dan 4 tidak berlaku
lagi. Ketika kondisi regangan begitu besar, dibuat kurva antara momen dengan sudut putar
per panjang spesimen. Dari kurva ini akan didapatkan kondisi regangan dan tegangan geser
yang sebenarnya. Regangan geser sebenarnya didapatkan dari = r ' dengan ' =
L
sedangkan untuk menghitung tegangan geser sebenarnya didapat dengan cara menurunkan
persamaan momen torsinya.
22
r =a r =a
M = r .dA = 2 .r
2
dr (5)
r =0 r =0
dM
3M ( ' ) 2 + ( ' ) 3 = 2a 3 ( ' ) 2 a (6)
d '
1 dM
a = ' + 3M (7)
2a 3 d '
Dari persamaan ini, tegangan geser dapat dihitung dengan mudah dari melalui kurva.
Perhatikan Gambar 5
1
a = ( BC + 3CD) (8)
2a 3
Setelah didapatkan tegangan geser dan regangan gesernya, maka nilai-nilai tersebut diubah
ke dalam bentuk tegangan dan regangan sebenarnya dengan menggunakan lingkaran Mohr
dan memasukkan ke dalam kriteria dari Tresca dan Von Mises. Untuk mengubah dari
tegangan dan regangan geser ke tegangan dan regangan sebenarnya, kondisi tegangan uji
puntir harus diperhatikan.
23
PROSEDUR PERCOBAAN
Atur beban momen puntir pada mesin uji hingga skala penuh
25