Disusun oleh :
Kelompok 4
Muhammad Muqorrobin
(0322040064)
Dosen Pengampu :
1
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
Pantulan/Gema :
Pada teknik ini, probe secara bergantian mengeluarkan dan menerima getaran.
Tebal bahan dan letak cacat ditentukan dari letak getaran/gema pada layar
osiloskop, sedangkan besarnya ditentukan dari simpangan tinggi getaran yang
diterima kembali.
Timer
Amplifier osiloskop
Penguat/
Pembangkit pulsa
prob
Benda
2) Gelombang Ultrasonic.
Gelombang ultrasonic adalah gelombang mekanik seperti suara, yang
frekuensinya lebih besar dari pada 20 kHz. Gelombang ini mempunyai besaran
fisis seperti pada suara yakni panjang gelombang ( ), kecepatan rambat (v), waktu
getar (T), amplitudo (A), frekuensi (f), fasa ( ) dan sebagainya. Formula yang
berlaku bagi gelombang suara berlaku pula pada gelombang ultrasonic, misal:
v
……………………………………………………………….……….. (6.1)
f
s v.t ……………………………….…………………………,……………. (6.2)
sin v1
(snellius)………………. ……………………………….………. (6.3)
sin v2
I1 r22
(least aquare law)…………… ……….……….………………... (6.4)
I 2 r12
I f = I 0 e t (attenuation)……………………… ………………………….….(6.5)
2
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
Hukum seperti hamburan, difraksi, disfersi, disperse dan hukum gelombang
ultrasonic. Tetapi dalam bahasan selanjutnya diutamakan perhitungan tentang
jarak, panjang gelombang, pantulan dan pembiasan. Dalam perambatannya pada
bahan yang sama, kecepatan dan frekuensi dianggap tetap. Dalam perambatannya
dalam berbagai bahan, frekuensi gelombang selalu dianggap tetap, sedangkan
kecepatan rambat bergantung pada jenis bahan dan mode gelombang. Frekuensi
yang sering digunakan untuk uji tanpa rusak umumnya antara 250 kHz-15 MHz,
sedangkan pada pemeriksaan las digunakan frekuensi 2 MHz-6 MHz.
3) Mode
Dari cara bergetar dan perambatannya maka gelombang ultrasonic dapat menjalar
di dalam bahan dalam berbagai mode:
a) Mode Longitudinal
Mode longitudinal terjadi bila gelombang ultrasonic merambat pada suatu arah
sejajar dengan arah gerakan atom yang digetarkan, misal atom digerakkan ke
kanan dan ke kiri sedangkan gelombang bergerak merambat ke kiri atau kanan.
Gelombang longitudinal dapat merambat pada semua bahan, baik gas, cair
maupun padat.
b) Mode Transversal
Mode transversal terjadi bila gelombang ultrasonic merambat pada suatu arah
tegak lurus pada arah gerakan atom yang di getarkan , missal atom digetarkan
ke atas dan ke bawah, sedangkan gelombang merambat ke arah kanan dan kiri.
Gelombang transversal hanya bisa merambat pada benda padat.
3
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
\
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
d ) Mode Plat
Mode plat terjadi pada bila gelombang transversal merambat pada bahan plat
tipis yang tebalnya kurang dari setengah panjang gelombang. Gerakan atom
yang bergetar berbentuk elips. Gelombang plat merambat pada seluruh benda
uji tipis tersebut, baik dalam bentuk gelombang simetris atau gelombang
asimetris.
minimum= 1
2
…………………………………………………………………...(6.6)
6) Kecepatan rambat dan panjang gelombang
Kecepatan rambat (v) gelombang ultrasonic dalam suatu bahan tergantung pada
jenis bahan yang dilalui oleh mode gelombang tersebut.
5
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
7) Transmisi
Bila gelombang ultrasonic menjalar dari bahan yang satu ke bahan dua tegak lurus
pada permukaan batas pada kedua bahan tersebut, maka sebagian bahan akan
diteruskan sedangkan sebagian lagi dipantulkan. Intensitas yang diteruskan atau
dipantulkan tergantung pada koefisien transmisi atau refleksinya.
W2 W1
R …………………………………………………………….……(6.7)
W2 W1
D= 1-R………………………………………………………………………...(6.8)
W1 1V1 ……………………………………………………………………(6.9)
25mm
30m
85mm 100mm
m
100mm 91mm
35mm
7
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
Kalibrasi dimaksudkan untuk menyesuaikan skala 0-10 pada layar dengan
jangkauan dari gelombang ultrasonic dalam benda uji/blok kalibrasi. Jarak
yang dikalibrasi adalah jarak tempuh yakni jarak yang dilalui oleh gelombang-
gelombang dalam benda uji/blok kalibrasi.Untuk mengkalibrasi range 100 mm
maka mula mula pulsa harus timbul pada skala 0. Tombol range kasar di set pada
100 mm dan probe diletakkan pada ketebalan 25 mm dari blok kalibrasi
V1. Indikasi yang timbul pada layar harus berjumlah 100/25 = 4 buah dan
terletak pada skala :
25
Indikasi I : x10,0 2,5mm
100
2 x 25
Indikasi II : x10,0 5,0mm
100
3x 25
Indikasi III : x10,0 7,5mm
100
4 x 25
Indikasi IV : x10,0 10,0mm
100
Agar indikasi menempati skala yang seharusnya,tombol range halus dan tombol
penggeser pulsa harus diputar secara bergantian. Bila seluruh indikasi menempati
skala- skala tersebut secara tepat, maka kalibrasi telah selesai dan pesawat siap
digunakan untuk pengukuran. Kalibrasi harus diulang bila terjadi pergantian
probe, kabel probe maupun bila alat dinyalakan kembali. Perlu diperhatikan bahwa
untuk kalibrasi jarak diperlukan timbulnya minimum 2 buah indikasi tidak termasuk
pula awal. Karena jarak yang sesuai dengan ketebalan bahan adalah jarak antara dua
indikasi, bukan jarak antara dua buah pulsa awal dan indikasi pertama .
8
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
benda uji untuk memperoleh indikasi.
Tebal bahan ditentukan dari :
D= (Skala/10) x range…………………………………………………….. (6.11)
Penentuan lokasi cacat
Perhitungan jarak dapat dilakukan seperti pada pengukuran tebal, bila
indikasi yang muncul banyak maka indikasi harus dianalisa satu-persatu,
dimulai dari indikasi pertama.
b) Probe Sudut
Probe sudut hanya digunakan untuk menentukan lokasi dan besar cacat yang
memiliki permukaan yang membentuk sudut tehadap permukaan benda uji. Hal
yang memudahkan dalam pengukuran dengan probe sudut adalah bahwa dari
suatu cacat umumnya menghasilkan satu indikasi sehingga mudah dianalisa.
Penentuan lokasi cacat
Penetuan lokasi cacat dengan probe sudut memerlukan ketelitian yang lebih
tinggi dibandingkan dengan probe normal karena dituntut suatu kondisi
dimana indikasi yang muncul pada layar harus maksimum, agar dapat
diyakini bahwa cacat berada pada central beam.
Kalibrasi Probe Sudut
Pelaksanaan probe sudut lebih sulit dibandingkan dengan kalibrasi probe
normal. Hal ini disebabkan karena posisi probe harus tepat yang dapat
diketahui dari amplitudo indikasi yang timbul pada layar. Posisi probe yang
tepat akan menimbulkan indikasi yang amplitudonya maksimum. Bila
amplitudo belum maksimum maka posisi probe belum benar dan hasil
kalibrasi maupun pengukurannya belum benar. Sebelum melakukan
kalibrasi hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah menentukan exit
point pada probe dan mengecek sudut dari probe yang akan kita gunakan,
9
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
apakah masih presisi atau tidak, karena probe yang sering digunakan akan
mengalami keausan sehingga sudutnya tidak presisi lagi. Sudut bias
gelombang yang masuk kedalam benda uji dapat dapat diukur dengan
beberapa macam.
Pengukuran sudut dengan blok kalibrasi dapat dilakukan dengan cara
meletakkan probe pada V1 menghadap lengkung 100 mm. probe digeser
maju-mundur disekitar skala yang sesuai dengan sudut probe sehingga
diperoleh indikasi maksimum.
Cara lain untuk menentukan atau memeriksa sudut dari probe sudut dapat
dilakukan dengan perhitungan gonometri.
o Kalibrasi jarak
o Jarak tempuh
Indikasi 1 = 100/200 x 10 = 5 mm
Indikasi 2 = (2x100)/200 x 10 = 10 mm
Penempatan indikasi pada skala di atas dilakukan dengan cara mengatur
tombol range dan tombol penggeser pulsa.
Kalibrasi dengan blok V2
Blok V2 memiliki 2 lengkungan konsentris berjari-jari 25 mm dan 50 mm.
Untuk itu dapat memahami terjadinya indikasi pada layar maka perlu diikuti
perambatan gelombang pada blok kalibrasi V2. Secara umum bila
lengkungan adalah r1dan r2maka indikasi mewakili jarak-jarak :
r1= r1+(r1+r2); r1+2(r1+r2) dan seterusnya (probe menghadap r1)
r2= r2 (r1+r2); r2+2(r1+r2) dan seterusnya (probe menghadap r2)
10
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
6.3 Peralatan dan Bahan
Alat
2. Pesawat Ultrasonic
3. Probe normal
4. Blok Kalibrasi V1
5. Spesimen
6. Jangka sorong
7. Penggaris
Bahan
1) Coupalant/Oli
2) Tissue
11
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
12
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
3) Mengoleskan oli pada block, kemudian menempelkan probe yaitu probe Normal
pada bidang tersebut sehingga muncul indikasi pada layar pesawat ultrasonic.
Indikasi yang timbul pada layar berjumlah 2 buah sesuai perhitungan sebelumnya
dan terletak pada skala :
Indikasi I :
Indikasi II :
Indikasi III :
Indikasi IV :
D = 30 mm
Dari perhitungan di atas, ditemukan tebal spesimen sebesar 30 mm, maka
sebaiknya range diganti sebesar dua kali tebal yaitu 60. Setelah itu baru mencari
indikasi pada spesimen.
13
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
14
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
6. 6 Hasil Pengujian
Gambar 6.12 Perspektif Hasil Pengujian Ultrasonic Test dengan Probe Normal
15
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
Tabel 6.1 Hasil Pengukuran Spesimen
Kedalaman
Tebal/ Indikasi Tebal Panjang
Bentuk Panjang Lebar
No Diameter Dari Spesimen Spesimen
Indikasi (mm) (mm)
(mm) Permukaan Uji (mm) Uji (mm)
(mm)
Persegi
1 27 30 - 22 29 149
panjang
Persegi
2 34 22 - 21 29 149
Panjang
16
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
2. Indikasi 2
Pada display pesawat ultrasonic muncul gelombang pada absis (divisi) yakni pada
skala 2,5
Tebal indikasi = (29-21) mm
= 8 mm
17
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
6.8 Kesimpulan
Ultrasonic Test merupakan salah satu uji NDT (Non Destructive Test) yang menggunakan
gelombang ultrasonic untuk mengetahui indikasi pada bagian dalam benda uji. Uji
ultrasonik adalah salah satu dari beberapa jenis metode non-destructive test yang
menggunakan energi suara berfrekuensi tinggi untuk dapat melakukan proses pengujian.
Metode ini dapat digunakan untuk menemukan diskontinuitas, pengukuran dimensi,
mengevaluasi material, dan analisis karakteristik material lainnya. Indikasi yang dihasilkan
dalam pengujian NDT ini dapat berbentuk persegi panjang, garis, dan tabung. Untuk dapat
mengetahui letak dari indikasi pada bagian dalam benda uji dapat dilakukan dengan cara
scaning dengan menggunakan probe. Kelebihan ultrasonic test dibanding dengan pengujian
yang lain adalah dapat mendeteksi discontinuity yang berada di dalam material, dan juga
dapat mengetahui dimensi dan posisi discontinuity.
18
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
Daftar Pusataka
19
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
20
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
21
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
LAPORAN PENDAHULUAN
22
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
23
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
24
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
25
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
26
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
27
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
28
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
POST TEST
29
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
30