Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN RESMI PRAKTEK

ILMU PENGETAHUAN BAHAN


(ULTRASONIC TEST)

Disusun oleh :
Kelompok 4
Muhammad Muqorrobin
(0322040064)

Dosen Pengampu :

Imah Luluk Kusminah, ST.MT


Pekik Mahardhika, SST.,MT

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK PERMESINAN KAPAL


JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL
POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA
2022
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
VI. ULTRASONIC TEST
6.1 Sub Kompetensi
Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi laporan ini
adalah sebagai berikut:
1) Mahasiswa mampu menjelaskan syarat-syarat suatu komponen dapat diuji dengan
Ultrasonic test.
2) Mahasiswa mampu menentukan bentuk dan lokasi cacat pada suatu material atau
komponen mesin.
6.2 Uraian Materi
Gelombang Ultrasonic adalah gelombang mekanik seperti gelombang suara yang
frekuensinya lebih besar dari 20 kHz. Gelombang ini dapat dihasilkan dari probe yang
berdasarkan perubahan energi listrik menjadi energi mekanik. Sebaliknya probe juga
dapat mengubah energi mekanik menjadi energi listrik. Selama perambatannya di
dalam material, gelombang ini dipengaruhi oleh sifat-sifat bahan yang dilalui,
misalnya masa jenis, homogenitas, besar butiran, kekerasan dan sebagainya. Sehingga
gelombang ini dapat dipakai untuk mengetahui jenis bahan, tebal dan ada tidaknya
cacat di dalam bahan tersebut. Gelombang ultrasonic dapat dipantulkan dan dibiaskan
oleh permukaan batas antara dua bahan yang berbeda. Berdasarkan sifat pantulan
tersebut dapat ditentukan tebal bahan, lokasi cacat serta ukuran cacat.
1) Prinsip Dasar Ultrasonic
Pemeriksaan tebal bahan atau adanya cacat dalam bahan dengan gelombang
ultrasonic dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : teknik resonansi, teknik
transmisi dan teknik gema. Dari ketiga teknik tersebut, teknik gema kontak
langsung paling sering digunakan terutama pada pemeriksaan di lapangan.

1
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
Pantulan/Gema :
Pada teknik ini, probe secara bergantian mengeluarkan dan menerima getaran.
Tebal bahan dan letak cacat ditentukan dari letak getaran/gema pada layar
osiloskop, sedangkan besarnya ditentukan dari simpangan tinggi getaran yang
diterima kembali.

Timer

Amplifier osiloskop

Penguat/
Pembangkit pulsa

prob

Benda

Gambar 6.1 Rangkaian Pesawat Ultrasonic

2) Gelombang Ultrasonic.
Gelombang ultrasonic adalah gelombang mekanik seperti suara, yang
frekuensinya lebih besar dari pada 20 kHz. Gelombang ini mempunyai besaran
fisis seperti pada suara yakni panjang gelombang (  ), kecepatan rambat (v), waktu
getar (T), amplitudo (A), frekuensi (f), fasa (  ) dan sebagainya. Formula yang
berlaku bagi gelombang suara berlaku pula pada gelombang ultrasonic, misal:
v
 ……………………………………………………………….……….. (6.1)
f
s  v.t ……………………………….…………………………,……………. (6.2)
sin  v1
 (snellius)………………. ……………………………….………. (6.3)
sin  v2

I1 r22
 (least aquare law)…………… ……….……….………………... (6.4)
I 2 r12

I f = I 0 e  t (attenuation)……………………… ………………………….….(6.5)

2
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
Hukum seperti hamburan, difraksi, disfersi, disperse dan hukum gelombang
ultrasonic. Tetapi dalam bahasan selanjutnya diutamakan perhitungan tentang
jarak, panjang gelombang, pantulan dan pembiasan. Dalam perambatannya pada
bahan yang sama, kecepatan dan frekuensi dianggap tetap. Dalam perambatannya
dalam berbagai bahan, frekuensi gelombang selalu dianggap tetap, sedangkan
kecepatan rambat bergantung pada jenis bahan dan mode gelombang. Frekuensi
yang sering digunakan untuk uji tanpa rusak umumnya antara 250 kHz-15 MHz,
sedangkan pada pemeriksaan las digunakan frekuensi 2 MHz-6 MHz.
3) Mode
Dari cara bergetar dan perambatannya maka gelombang ultrasonic dapat menjalar
di dalam bahan dalam berbagai mode:
a) Mode Longitudinal
Mode longitudinal terjadi bila gelombang ultrasonic merambat pada suatu arah
sejajar dengan arah gerakan atom yang digetarkan, misal atom digerakkan ke
kanan dan ke kiri sedangkan gelombang bergerak merambat ke kiri atau kanan.
Gelombang longitudinal dapat merambat pada semua bahan, baik gas, cair
maupun padat.
b) Mode Transversal
Mode transversal terjadi bila gelombang ultrasonic merambat pada suatu arah
tegak lurus pada arah gerakan atom yang di getarkan , missal atom digetarkan
ke atas dan ke bawah, sedangkan gelombang merambat ke arah kanan dan kiri.
Gelombang transversal hanya bisa merambat pada benda padat.

3
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03

Gambar 6.2 Gelombang Transversal dan Longitudinal


c) Mode Permukaan
Mode transversal terjadi bila gelombang transversal merambat pada
permukaan. Gerakan atom yang bergetar berbentuk elips. Sesuai dengan
namanya gelombang permukaan hanya merambat pada permukaan padat
dengan kedalaman maksimum satu panjang gelombang.

Gambar 6.3 Mode Permukaan

\
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
d ) Mode Plat
Mode plat terjadi pada bila gelombang transversal merambat pada bahan plat
tipis yang tebalnya kurang dari setengah panjang gelombang. Gerakan atom
yang bergetar berbentuk elips. Gelombang plat merambat pada seluruh benda
uji tipis tersebut, baik dalam bentuk gelombang simetris atau gelombang
asimetris.

Gambar 6.4 Mode Plat


4) Perubahan Mode
Gelombang ultrasonic yang merambat dalam suatu bahan dapat merubah mode
dari satu mode ke mode lainnya. Perubahan mode ini terjadi misalnya karena
pantulan atau pembiasan. Bila mode berubah maka kecepatan rambatnya berubah,
sedangkan frekuensinya tetap, akibatnya panjang gelombangnya juga akan
berubah.
5) Kemampuan Deteksi
Cacat kecil dapat memantulkan kembali gelombang ultrasonic bila permukaannya
cukup luas. Cacat terkecil yang dapat dideteksi oleh gelombang ultrasonic adalah
bila :

 minimum= 1 
2
…………………………………………………………………...(6.6)
6) Kecepatan rambat dan panjang gelombang
Kecepatan rambat (v) gelombang ultrasonic dalam suatu bahan tergantung pada
jenis bahan yang dilalui oleh mode gelombang tersebut.

5
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
7) Transmisi
Bila gelombang ultrasonic menjalar dari bahan yang satu ke bahan dua tegak lurus
pada permukaan batas pada kedua bahan tersebut, maka sebagian bahan akan
diteruskan sedangkan sebagian lagi dipantulkan. Intensitas yang diteruskan atau
dipantulkan tergantung pada koefisien transmisi atau refleksinya.

W2  W1
R …………………………………………………………….……(6.7)
W2  W1
D= 1-R………………………………………………………………………...(6.8)
W1  1V1 ……………………………………………………………………(6.9)

dimana : R = Koefisien refleksi


D = Koefisien transmisi
W = Impedansi akustik
 = Massa jenis (kg/m3)
V = Kecepataqn rambat. (m/s2)
8) Probe (Transducer)
Dalam suatu probe dapat berisi suatu kristal yang disebut probe tunggal, tetapi
dapat pula berisi dua kristal yang identik (probe kembar). Bila bidang permukaan
kristal sejajar dengan bidang permukaan probe, maka disebut probe normal.
Dalam probe normal gelombang yang keluar dari probe adalah gelombang
longitudinal dan arah tegak lurus terhadap permukaan probe. Bila bidang
permukaan tidak sejajar dengan probe maka disebut probe sudut. Gelombang yang
masuk ke benda uji adalah gelombang transversal dan membentuk sudut tertentu
terhadap garis normal permukaan probe. Jadi ada empat macam probe yakni :
probe normal tunggal, probe normal kembar, probe sudut tunggal, dan probe sudut
kembar.
Selain empat macam probe di atas terdapat satu jenis probe tunggal lainnya yaitu
probe universal dimana kristal dapat diputar dari luar probe sehingga dapat
berfungsi sebagai probe normal maupun probe sudut.
6
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
a) Probe Normal
Probe normal digunakan untuk mengukur tebal bahan, menentukan lokasi
cacat yang sejajar dengan permukaan benda uji dan menetukan ukuran cacat
tersebut.
 Pengukuran tebal bahan
Untuk mengukur tebal bahan, range harus dipilh berdasarkan perkiraan tebal
benda uji. Setelah kalibrasi dengan range yang sesuai, probe diletakkan pada
benda uji untuk memperoleh indikasi.
Tebal bahan ditentukan dari:
D=(Sk/10)xrange……………………………………………………(6.10)
 Penentuan lokasi cacat
Perhitungan jarak dapat dilakukan seperti pada pengukuran tebal, bila
indikasi yang muncul banyak maka indikasi harus dianalisa satu-persatu,
dimulai dari indikasi pertama.
 Kalibrasi Probe Normal
Setiap kali digunakan, pesawat ultrasonic harus dikalibrasi dengan bantuan
blok kalibrasi, misal blok kalibrasi V1 stepwedge dan sebagainya.
300mm

25mm

30m
85mm 100mm
m
100mm 91mm

35mm

Gambar 6.5 Block Kalibrasi

7
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
Kalibrasi dimaksudkan untuk menyesuaikan skala 0-10 pada layar dengan
jangkauan dari gelombang ultrasonic dalam benda uji/blok kalibrasi. Jarak
yang dikalibrasi adalah jarak tempuh yakni jarak yang dilalui oleh gelombang-
gelombang dalam benda uji/blok kalibrasi.Untuk mengkalibrasi range 100 mm
maka mula mula pulsa harus timbul pada skala 0. Tombol range kasar di set pada
100 mm dan probe diletakkan pada ketebalan 25 mm dari blok kalibrasi
V1. Indikasi yang timbul pada layar harus berjumlah 100/25 = 4 buah dan
terletak pada skala :
25
Indikasi I : x10,0  2,5mm
100
2 x 25
Indikasi II : x10,0  5,0mm
100
3x 25
Indikasi III : x10,0  7,5mm
100
4 x 25
Indikasi IV : x10,0  10,0mm
100
Agar indikasi menempati skala yang seharusnya,tombol range halus dan tombol
penggeser pulsa harus diputar secara bergantian. Bila seluruh indikasi menempati
skala- skala tersebut secara tepat, maka kalibrasi telah selesai dan pesawat siap
digunakan untuk pengukuran. Kalibrasi harus diulang bila terjadi pergantian
probe, kabel probe maupun bila alat dinyalakan kembali. Perlu diperhatikan bahwa
untuk kalibrasi jarak diperlukan timbulnya minimum 2 buah indikasi tidak termasuk
pula awal. Karena jarak yang sesuai dengan ketebalan bahan adalah jarak antara dua
indikasi, bukan jarak antara dua buah pulsa awal dan indikasi pertama .

 Pengukuran tebal bahan


Untuk mengukur tebal bahan, range harus dipilh berdasarkan perkiraan tebal
benda uji. Setelah kalibrasi dengan range yang sesuai, probe diletakkan pada

8
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
benda uji untuk memperoleh indikasi.
Tebal bahan ditentukan dari :
D= (Skala/10) x range…………………………………………………….. (6.11)
 Penentuan lokasi cacat
Perhitungan jarak dapat dilakukan seperti pada pengukuran tebal, bila
indikasi yang muncul banyak maka indikasi harus dianalisa satu-persatu,
dimulai dari indikasi pertama.
b) Probe Sudut
Probe sudut hanya digunakan untuk menentukan lokasi dan besar cacat yang
memiliki permukaan yang membentuk sudut tehadap permukaan benda uji. Hal
yang memudahkan dalam pengukuran dengan probe sudut adalah bahwa dari
suatu cacat umumnya menghasilkan satu indikasi sehingga mudah dianalisa.
 Penentuan lokasi cacat
Penetuan lokasi cacat dengan probe sudut memerlukan ketelitian yang lebih
tinggi dibandingkan dengan probe normal karena dituntut suatu kondisi
dimana indikasi yang muncul pada layar harus maksimum, agar dapat
diyakini bahwa cacat berada pada central beam.
 Kalibrasi Probe Sudut
Pelaksanaan probe sudut lebih sulit dibandingkan dengan kalibrasi probe
normal. Hal ini disebabkan karena posisi probe harus tepat yang dapat
diketahui dari amplitudo indikasi yang timbul pada layar. Posisi probe yang
tepat akan menimbulkan indikasi yang amplitudonya maksimum. Bila
amplitudo belum maksimum maka posisi probe belum benar dan hasil
kalibrasi maupun pengukurannya belum benar. Sebelum melakukan
kalibrasi hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah menentukan exit
point pada probe dan mengecek sudut dari probe yang akan kita gunakan,

9
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
apakah masih presisi atau tidak, karena probe yang sering digunakan akan
mengalami keausan sehingga sudutnya tidak presisi lagi. Sudut bias
gelombang yang masuk kedalam benda uji dapat dapat diukur dengan
beberapa macam.
 Pengukuran sudut dengan blok kalibrasi dapat dilakukan dengan cara
meletakkan probe pada V1 menghadap lengkung 100 mm. probe digeser
maju-mundur disekitar skala yang sesuai dengan sudut probe sehingga
diperoleh indikasi maksimum.
 Cara lain untuk menentukan atau memeriksa sudut dari probe sudut dapat
dilakukan dengan perhitungan gonometri.
o Kalibrasi jarak
o Jarak tempuh
Indikasi 1 = 100/200 x 10 = 5 mm
Indikasi 2 = (2x100)/200 x 10 = 10 mm
Penempatan indikasi pada skala di atas dilakukan dengan cara mengatur
tombol range dan tombol penggeser pulsa.
 Kalibrasi dengan blok V2
Blok V2 memiliki 2 lengkungan konsentris berjari-jari 25 mm dan 50 mm.
Untuk itu dapat memahami terjadinya indikasi pada layar maka perlu diikuti
perambatan gelombang pada blok kalibrasi V2. Secara umum bila
lengkungan adalah r1dan r2maka indikasi mewakili jarak-jarak :
r1= r1+(r1+r2); r1+2(r1+r2) dan seterusnya (probe menghadap r1)
r2= r2 (r1+r2); r2+2(r1+r2) dan seterusnya (probe menghadap r2)

10
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
6.3 Peralatan dan Bahan
Alat
2. Pesawat Ultrasonic
3. Probe normal
4. Blok Kalibrasi V1
5. Spesimen
6. Jangka sorong
7. Penggaris
Bahan
1) Coupalant/Oli
2) Tissue

6.4 Prosedur Keselamatan


Sebelum praktikum pengujian bahan dilaksanakan, mahasiswa harus meyakinkan
dahulu telah melengkapi diri dengan APD (Alat Pelindung Diri) sebagai berikut :
1) Pakaian dan celana bengkel.
2) Safety shoes.
3) Kaca mata pelindung harus digunakan bila melakukan penggerindaan dengan
gerinda mesin.

6.5 Prosedur Pengujian


Pada pelaksanaan percobaan Ultrasonic ini, terdapat beberapa prosedur yang harus
dilakukan. Prosedur tersebut adalah sebagai berikut :
1) Mempersiapkan peralatan dan bahan-bahan yang akan digunakan.

11
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03

Gambar 6.6 Persiapan alat dan bahan


2) Menentukan Range, sesuai dengan ketebalan material yang akan di inspeksi
kemudian melakukan kalibrasi mnggunakan block kalibrasi V1 pada ketebalan 25
range
sehingga didapat indikasi (  indikasi  )
tebal..blok

Gambar 6.7 Blok kalibrasi V1

12
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
3) Mengoleskan oli pada block, kemudian menempelkan probe yaitu probe Normal
pada bidang tersebut sehingga muncul indikasi pada layar pesawat ultrasonic.
Indikasi yang timbul pada layar berjumlah 2 buah sesuai perhitungan sebelumnya
dan terletak pada skala :
Indikasi I :

Indikasi II :

Indikasi III :

Indikasi IV :

Gambar 6.8 Kalibrasi dengan blok kalibrasi V1


4) Jika kalibrasi sudah dilakukan dengan benar setelah itu ambil specimen dan probe
diletakkan pada sisi yang akan diuji. Lihat skala pada layar kemudian lakukan
pengukuran tebal spesimen :

D = 30 mm
Dari perhitungan di atas, ditemukan tebal spesimen sebesar 30 mm, maka
sebaiknya range diganti sebesar dua kali tebal yaitu 60. Setelah itu baru mencari
indikasi pada spesimen.
13
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03

Gambar 6.9 Mencari indikasi dengan probe Normal


5) Catat pada titik berapa indikasi yang muncul pada layar pesawat ultrasonic setelah
probe diletakkan pada spesimen, dan gambarkan ukuran serta posisi cacat pada
spesimen.

Gambar 6.10 Menandai dan mencatat indikasi yang muncul

14
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
6. 6 Hasil Pengujian

Gambar 6.11 3D Hasil Pengujian Ultrasonic Test dengan Probe Normal

Gambar 6.12 Perspektif Hasil Pengujian Ultrasonic Test dengan Probe Normal

15
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
Tabel 6.1 Hasil Pengukuran Spesimen
Kedalaman
Tebal/ Indikasi Tebal Panjang
Bentuk Panjang Lebar
No Diameter Dari Spesimen Spesimen
Indikasi (mm) (mm)
(mm) Permukaan Uji (mm) Uji (mm)
(mm)
Persegi
1 27 30 - 22 29 149
panjang
Persegi
2 34 22 - 21 29 149
Panjang

6.7 Analisa Hasil Pengujian


Pengujian ultrasonic yang telah dilakukan bertujuan untuk mencari ketebalan serta
cacat yang berada pada bagian dalam suatu spesimen dengan menggunakan teknik
gema.
Penentuan tebal indikasi :
Pada pengujian digunakan range 100 dan pulsa muncul pada jarak 3 dari kurva awal
sehingga diketahui tebal benda uji adalah 30 mm yang diketahui dari 3/10 x 100 = 30
mm
1. Indikasi 1
Pada display pesawat ultrasonic muncul gelombang pada absis (divisi) yakni pada
skala 1,4
Tebal indikasi = (29-22) mm
= 7 mm

16
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
2. Indikasi 2
Pada display pesawat ultrasonic muncul gelombang pada absis (divisi) yakni pada
skala 2,5
Tebal indikasi = (29-21) mm
= 8 mm

Pengukuran volume indikasi:


1. Indikasi 1
𝑉 =𝑝×𝑙×𝑡
𝑉 = 27 × 30 × 22 = 17820 𝑚𝑚3
2. Indikasi 2
𝑉 =𝑝×𝑙×𝑡
𝑉 = 34 × 22 × 21 = 15708 𝑚𝑚3

17
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
6.8 Kesimpulan
Ultrasonic Test merupakan salah satu uji NDT (Non Destructive Test) yang menggunakan
gelombang ultrasonic untuk mengetahui indikasi pada bagian dalam benda uji. Uji
ultrasonik adalah salah satu dari beberapa jenis metode non-destructive test yang
menggunakan energi suara berfrekuensi tinggi untuk dapat melakukan proses pengujian.
Metode ini dapat digunakan untuk menemukan diskontinuitas, pengukuran dimensi,
mengevaluasi material, dan analisis karakteristik material lainnya. Indikasi yang dihasilkan
dalam pengujian NDT ini dapat berbentuk persegi panjang, garis, dan tabung. Untuk dapat
mengetahui letak dari indikasi pada bagian dalam benda uji dapat dilakukan dengan cara
scaning dengan menggunakan probe. Kelebihan ultrasonic test dibanding dengan pengujian
yang lain adalah dapat mendeteksi discontinuity yang berada di dalam material, dan juga
dapat mengetahui dimensi dan posisi discontinuity.

18
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
Daftar Pusataka

 ASME Section V Article 7. Ultrasonic Examination Methods for Materials, 2010


Edition.
 ASME Section VIII Division 1. Mandatory Appendix 12 Ultrasonic Examination
of Welds (UT), 2010 Edition.
 Budi Prasojo, ST. 2012. Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik
Permesinan Kapal, PPNS
 Harsono, Dr, Ir & T. Okamura, Dr. 1991. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta:
PT. Pradya Paramita
 Metode Ultrasonic, 1997, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
 Widharto,Sri. 2004. Inspeksi Teknik Buku 5. Jakarta: PT Padnya Paramita.

19
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03

20
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03

21
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
LAPORAN PENDAHULUAN

22
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03

23
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03

24
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03

25
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03

26
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03

27
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03

28
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03
POST TEST

29
POLITEKNIK D4 TEKNIK
PERKAPALAN PERMESINAN
NEGERI KAPAL
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN ME42023-03

30

Anda mungkin juga menyukai