Anda di halaman 1dari 43

NDT merupakan metoda fisis untuk menentukan

kondisi bahan tanpa merusak bahan.


Adapun jenis NDT yaitu :
1. Metoda Uji Visual (VT)
2. Metoda Uji Magnatic Particle (MT)
3. Metoda Uji Liquid Penetrant (PT)
4. Metoda Uji Ultrasonik (UT)
5. Metoda Uji Radiography (RT)
6. Metoda Uji Eddy Current (ET)
7. Metoda Uji Kebocoran/Leak Testing (LT)
8. Metoda Uji Neutron Radiography (NR)
9. Metoda Uji Acoustic Emmision (AE)
 Gelombang ultrasonik adalah gelombang mekanik seperti gelombang
suara yang frequensinya lebih dari 20 kHz.
 Gelombang ultrasonik dapat dihasilkan oleh probe yang bekerja
berdasarkan perubahan energi listrik menjadi energi mekanik, begitu
juga sebaliknya dari energi mekanik menjadi energi listrik.
 Cacat yang mudah di deteksi dengan uji Ultrasonik adalah cacat yang
permukaannya tegak lurus terhadap arah rambatan gelombang.
 Gelombang ultrasonik dalam perambatannya didalam benda uji
mengalami atenuasi tergantung pada jenis bahan yang dilaluinya.
 Hubungan antara panjang gelombang (λ), frequensi (F) dan kecepatan
rambat (v) adalah λ = v/f
 Cacat terkecil yang dapat terdeteksi dengan metoda UT adalah cacat
yang mempunyai dimensi lebih besar dari ½ gelombang (Ømin=½ λ)
Metoda ultrasonik memiliki beberapa keuntungan :
 Kekuatan penetrasi yang tinggi sehingga bisa digunakan
pada material dengan ketebalan samapi 6 meter.
 Sensitivitas tinggi sehingga bisa mendeteksi cacat yang
sangat kecil
 Akurasi yang lebih baik dari metode NDT lainnya dalam
menentukan posisi, orientasi ukuran, dan bentuk cacat
 Hanya membutuhkan satu permukaan yang dapat diakses
 Tidak berbahaya bagi operator dan orang di sekitarnya
 Bersifat portable
 Outputnya bisa diproses dengan computer
Kekurangan metoda ultrasonic :
 Pengoperasian secara manual harus dilakukan oleh teknisi
yang berpengalaman
 Pengetahuan taknik yang baik dibutuhkan untuk
mengembangkan prosedur inspeksi
 Bagian yang tidak rata, ketidakteraturan bentuk, komponen
yang sangat kecil atau sangat tipis, atau yang tidak homogen
sulit diinspeksi
 Dibutuhkan couplant antara transducer ultrasonik dengan
bagian yang sedang diinspeksi
 Dibutuhkan reference standards untuk pengkalibrasian dan
untuk mengetahui karakteristik cacat
 Pesawat Ultrasonic
 Probe
 Blok Kalibrasi
 Couplant
 Pesawat Ultrasonic
Prinsip pesawat ultrasonic yang dilakukan berdasarkan
pada pengukuran waktu dan tegangan. Pengukuran waktu
yang dilakukan melalui skala horizontal dapat
diterjemahkan menjadi pengukuran jarak sedangkan
pengukuran tegangan yang dipersentasikan pada skala
vertical adalah untuk mengetahui besarnya cacat.
 Probe
Gelombang ultrasonic dapat ditimbulkan oleh perubahan
energi listrik ke energi mekanik dari suatu transducer yang
disebut probe. Probe juga berfungsi sebagai sumber dan alat
penerima gelombang ultrasonik.
 Blok Kalibrasi
Ultarsonik referensi blok standar, sering disebut blok
kalibrasi, digunakan dalam pengujian ultrasonik untuk
standarisasi peralatan ultrasonik dan untuk mengevaluasi
indikasi diskontinuitas yang diterima dari benda uji
 Couplant
 Fungsi couplant yaitu untuk memudahkan merambatnya
gelombang dari probe kedalam benda uji, karena apabila
antara probe dan benda uji terdapat udara maka hampir
100 % gelombang akan dipantulkan kembali kedalam probe.

 Pada teknik kontak langsung, bila permukaan halus lapisan


couplant sangat tipis tidak mempengaruhi arah rambatan
tapi mempengaruhi amplitudo dari indikasi yang timbul
pada layar, maka dari itu untuk pengukuran besarnya cacat
tekanan yang diberikan ke dalam probe diusahakan konstan.
 Couplant (cont)
Oli adalah couplant yang cukup baik, tetapi ada yang lebih baik
daripada oli yaitu gliserin, selain itu juga ada yang dapat
digunakan sebagai couplant diantarnya : emulsi air, air, stempet,
kanji dan lain sebagainya. Dalam aplikasinya couplant
disesuaikan dengan benda uji.
 Calibration
 Standardization
 Testing/Pengujian
 Interpretation
 Calibration
Langkah pertama dalam setiap Ultrasonik Test adalah memastikan
bahwa alat uji telah dikalibrasi. Kalibrasi alat menjamin kinerja
yang tepat dari benda uji dan linearitas respon pesawat UT untuk
diskontinuitas dari berbagai ukuran dan kedalaman. Response alat
harus proporsional dengan ukuran dan kedalaman diskontinuitas.
 Standardization
 Langkah berikutnya dalam prosedur pemeriksaan adalah
standardisasi sistem pengujian yang akan digunakan.
 Standardisasi sistem pengujian adalah penyesuaian
peralatan sehingga operator yakin bahwa pesawat UT
akan mendeteksi discontinuities yang dicari.
 Standardisasi sistem pemeriksaan terdiri dari pengaturan
pesawat UT persis seperti yang akan dilakukan dalam
pemeriksaan benda uji dan menyesuaikan dengan kontrol
respon yang memadai untuk ukuran diskontinuitas dalam
standar referensi.
 Testing/Pengujian
Setelah sistem pengujian standar, pengujian yang sebenarnya
dapat dimulai.
Teknik pengujian ultrasonik dilakukan dengan salah satu dari
dua metode dasar, kontak langsung atau immersion (rendam).
 Interpretation
Setelah pengujian ultrasonik dilakukan, hasilnya harus di
interpretated. Dalam menafsirkan hasil uji ultrasonik
banyak faktor harus dipertimbangkan.
Ultrasonic Test adalah metoda pengujian yang biasa dilakukan
dengan berbagai cara yang berbeda. Teknik ultrasonik test
biasanya dibagi menjadi tiga klasifikasi utama.
 Pulse-echo and Through Transmission
(Berkaitan dengan apakah dipantulkan atau ditransmisikan
energi yang digunakan)
 Normal Beam and Angle Beam
(Berkaitan dengan sudut bahwa energi suara memasuki
partikel benda uji tes)
 Contact and Immersion
(Berkaitan dengan metode couplant yang digunakan )
 Pulse-echo (gema)
Dalam pengujian pulse-echo, transducer mengirimkan sebuah
energi dan transduser kedua menerima energi yang dipantulkan
(gema). Refleksi terjadi karena adanya diskontinuitas dan
permukaan dari benda uji.
Layar
menunjukkan
sinyal yang
dihasilkan dari
energi yang
dipantulkan dari
back surface.
Layar menunjukkan
adanya refleksi dari
material, dengan
amplitudo yang
rendah dari back
surface.
 Through Transmission
• Dua transduser terletak di sisi 1 T R
berlawanan dari benda uji yang
digunakan. Satu transduser
bertindak sebagai transmiter, 2 T R
yang lain sebagai receiver.
• Diskontinuitas dalam sound
path akan berakibat pada Flaw
hilangnya sebagian atau total
energi yang ditransmisikan dan
ditunjukkan oleh penurunan 11

amplitudo sinyal yang diterima.


• Transmisi ini berguna dalam
mendeteksi diskontinuitas yang 2

tidak direfleksikan dengan baik


dan ketika kekuatan sinyal 0 2 4 6 8 10
lemah.
Layar
menunjukkan
energi yang
diterima melalui
ketebalan
material.

Layar
menunjukkan
hilangnya sinyal
yang diterima
karena adanya
diskontinuitas
 Normal Beam and Angle Beam
• Dalam probe normal,
gelombang yang keluar dari
probe adalah gelombang
longitudinal dan arahnya tegak
lurus terhadap permukaan
probe.
• Adapun untuk probe sudut,
bidang permukaan kristal tidak
sejajar dengan probe.
• Gelombang yang masuk
kedalam benda uji adalah
gelombang transversal dan
membentuk sudut tertentu
terhadap garis normal
permukaan probe.
Contact and Immersion
 Contact Testing
Merupakan metoda uji ultrasonik dimana probe (search unit)
kontak langsung dengan benda uji dan diantaranya diberi
couplant.
 Immersion Testing
Merupakan metoda uji ultrasonik dengan probe (search unit) dan
benda uji direndam dengan fluida, biasanya menggunakan media
air.

1 2
IP 1 IP 2 IP = Initial Pulse
FWE FWE FWE = Front Wall
Echo
BWE BWE DE = Defect Echo
DE BWE = Back Wall
Echo

Defect 0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10
 PEMERIKSAAN LINIERSITAS HORISONTAL
Tujuan : untuk meyakinkan bahwa skala horizontal linier.
Cara : Buat range 250 mm pada layar. Tempatkan probe pada
ketebalan 100 V1. Atur pulsa pada skala 4 dan 8, selanjutnya
tempatkan probe pada ketebalan 25 V1, amati setiap indikasi pulsa.

25 V1

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Apabila tepat pada skala 1 s/d 10 maka skala horizontal linier.


 PEMERIKSAAN LINIERITAS VERTIKAL
Tujuan : Untuk meyakinkan bahwa skala vertical adalah linear untuk
itu diusahakan pada layar dapat ditimbulkan dua buah indikasi yang
amplitudonya 2: 1

X = ….dB

60% FSH
91 85 1000
30% FSH

0 2 4 6 8 10
 PEMERIKSAAN LINIERITAS VERTIKAL (Cont’)
± 10 %
X dB I% II % Ratio
I/II ±5%

X+4 - - 2,05

X+2 - - 2

X=30 60 30 2

X-2 - - 2 ●

X-4 - - 1,95 ●

X-6 - - 1,95 ●

X-8 - 1,9 ●

X-10 1,9 1,8 1,9 2 2,1 2,2


Skala vertical linear apabila ratio berada pada range toleransi yang
diijinkan atau linier pada berapa % FSH → % FSH sesuai referensi
standar range toleransi.
 PEMERIKSAAN LINIERITAS TOMBOL GAIN
Tujuan : untuk meyakinkan bahwa step tombol dari pesawat UT
adalah linier.

80 %
% FSH

V1 100 -6Db

40 %

0 2 4 6 8 10
 PEMERIKSAAN LINIERITAS TOMBOL GAIN (Cont’)

Amplitudo Perubahan Amplitudo Amplitudo Keterangan


Awal (%) Gain (dB) Actual Akhir (%)
80 -6 - 32 - 48
80 -12 - 16 - 24
40 +6 - 64 - 96
20 +12 - 64 - 96
 PEMERIKSAAN RESOLUSI

91 85 100

V1

0 2 4 6 8 10

Resolusinya yang baik indikasi harus memperlihatkan perbedaan


jarak yang sangat berdekatan pada skala 8,5 ; 9,1; 10
 SENSITIVITAS DAN RESOLUSI
 Sensitivitas dan resolusi dari sistim pesawat UT tergantung pada
alat elektronik dan probenya
Sensitivitas : adalah kemampuan system untuk mendeteksi
pemantul kecil yang letaknya jauh dari permukaan
Resolusi : adalah kemampuan system untuk membedakan dua
permukaan pemantul yang sangat berdekatan
 Sensitivitas dan resolusi merupakan dua faktor yang saling
mempengaruhi artinya bila sensitivitasnya baik →resolusinya
kurang baik sedangkan bila resolusinya baik sensitivitasnya kurang
baik
 SENSITIVITAS DAN RESOLUSI (Cont’)
 PEMERIKSAN TITIK INDEK
 Titik indek perlu diketahui lokasinya karena titik ini merupakan
titik nol dari setiap pengukuran jarak dengan probe sudut
 Kesalahan / ketidaktelitian dalam menentukan letak titik indeks
akan mengakibatkan kesalahan dalam menentukan letak
cacat /reflector.
 Kesalahan letak titik indek terhadap spesifikasi pabrik maks ± 2
skala. Bila telah melebihi 2 skala probe harus diperbaiki atau
tidak dipakai.
 PEMERIKSAN TITIK INDEK
 KALIBRASI JARAK PROBE NORMAL TUNGGAL
 Kalibrasi dimaksudkan untuk menyesuaikan skala pada layar
misal 0 – 10.
 Gelombang yang merambat didalam benda uji / blok kalibrasi
adalah gelombang longitudinal, sebelum melakukan kalibrasi
jarak tempuh harus diketahui telebih dahulu tebal benda uji
yang akan diukur kira-kira tBU, setelah itu tentukan range → R >
tBU
 KALIBRASI JARAK PROBE NORMAL TUNGGAL
(Cont’)
Misal tBU = ± 90 mm → R = 100
n= == = 4 Indikasi pulsa

Indikasi I = × Skala layar III = × 10 = 7.5


= × 10 = 2,5 IV = × 10 = 10
II = × 10 = 5
 KALIBRASI JARAK PROBE NORMAL TUNGGAL
(Cont’)
 KALIBRASI JARAK PROBE SUDUT
 Pelaksanaan kalibrasi jarak dengan probe sudut lebih sukar dari
pada probe normal, karena posisi probe harus tepat pada garis
acuan yang telah dibuat dalam standar blok tersebut.
 Karena posisi probe yang tepat akan mengasilkan indikasi yang
amplitudonya maximum.
 Sebelum melakukan kalibrasi jarak probe sudut harus sudah
diketahui :
1. Titik index (exite poin),
2. Penyimpangan sudut probe,
 KALIBRASI JARAK PROBE SUDUT (Cont’)
 Untuk menentukan range (jarak jangkau) kalibrasi harus dicari
dulu sound path (S). Misal tebal benda uji = 20 mm, sudut
probe 600

 Dari hasil perhitungan missal S = 80 mm maka R = 100


 KALIBRASI JARAK PROBE SUDUT (Cont’)
Probe diarahkan ke radius 25
 KALIBRASI JARAK PROBE SUDUT (Cont’)
Chek kalibrasi probe diarahkan ke 50

Indikasi = (50 / 100) x 10 = 5


 KALIBRASI JARAK PROBE SUDUT (Cont’)
Ketentuan Standard (ASME V Article 5) :
 Temperatur
 Untuk metoda Contact Testing, perbedaan temperatur antara Block
kalibrasi dengan permukaan benda uji yaitu dibawah 25° F (14°C).
 Untuk metoda Immersion Testing, perbedaan temperatur couplant
untuk kalibrasi dengan temperatur couplant pada saat pengujian
dibawah 25° F (14°C) dari.
 Scanning speed tidak lebih dari 6 in/s (150mm/s)

Anda mungkin juga menyukai