Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan
diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi, tidak toleran terhadap makanan tertentu
atau mencerna toksin. Diare diartikan sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dengan kandungan air pada tinja
lebih banyak dari biasanya. Dalam keadaan biasa kandungan air berjumlah sebanyak
100 ml-200 ml per jam tinja.
Diare atau gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari, dengan
atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja yang diakibatkan oleh infeksi, alergi
tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toksin sehingga menyebabkan
hiperperistaltik yang mengakibatkan resorbsi air dalam usus besar terganggu dan
akhirnya menyebabkan frekuensi buang air besar melebih normal.

Penggolongan diare :
1) Diare Akut : adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat
dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
2) Diare Kronik : adalah diare yang berlangsung lebih dari 3 minggu bagi orang
dewasa dan 2 minggu bagi bayi dan anak.

B. Etiologi
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enternal yaitu infeksi saluran pencernaan
Infeksi bakteri : Vibrio coma, Ecserchia coli, Salmonella, Shigella,
Compilobacter, Yersenia dan Acromonas.
Infeksi virus : Entero virus (Virus echo, Coxechasi dan Poliomyelitis),
Adeno virus, Rota virus dan Astrovirus.
Infeksi parasit : Cacing, protozoa dan jamur.
b. Infeksi parental, yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti Tonsilopharingitis dan sebagainya.
2. Bukan faktor infeksi
a. Alergi makanan : susu dan protein.
b. Gangguan metabolik atau malabsorbsi.
c. Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan.
d. Obat-obatan seperti antibiotik.
e. Penyakit usus seperti Colitis ulserative, crohn disease dan enterocolitis.
f. Faktor psikologis : rasa tahut dan cemas.

C. Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare.
1) Gangguan asmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
mengakibatkan tekanan asmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare.
2) Gangguan sekresi
Akibat adanya rangsangan toksin pada dinding uterus sehingga akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3) Gangguan motilitas usus
Hiperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Bila peristaltik menurun akan
menyebabkan bakteri tumbuh berlebihan, sehingga timbul diare juga.

D. Pathway
E. Manifestasi Klinis
Gejala klinik yang timbul tergantung dari intensitas dan tipe diare, namun secara
umum tanda dan gejala yang sering terjadi adalah :
a. Sering buang air besar lebih dari 3 kali sehari.
b. Feces encer dan terjadi perubahan warna dalam beberapa hari.
c. Anorexia.
d. Vomiting.
e. Terjadi perubahan tingkah laku seperti rewel, iritabel, lemah, pucat, konvulsi,
flasiddity dan merasa nyeri pada saat buang air besar.
f. Respirasi cepat dan dalam.
g. Kehilangan cairan/dehidrasi dimana jumlah urine menurun, turgor kulit jelek,
kulit kering, terdapat fontanel dan mata yang cekung serta terjadi penurunan
tekanan darah.

F. Penatalaksanaan Medik
Dasar pengobatan diare adalah pemberian cairan, dietetik (cara pemberian makanan)
dan obat-obatan. Pemberian cairan pada pasien diare dengan mempertahankan derajat
dehidrasi dan keadaan umum.
1) Cairan per oral
Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan diberikan per oral
beberapa cairan yang berisikan NaCL,NaHCO3,KCL dan Glukosa. Untuk diare
akut dan kolera pada anak diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan/sedang,
kadar Natrium 50-60 mEg/1 formula lengkap sering disebut oralit.
2) Cairan parental
Pada umumnya digunakan cairan Ringel laktat (RL) yang pemberiannya
bergantung pada berat ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan dengan
kehilangan cairan sesuai umur dan berat badannya.

Derajat Dehidrasi (Lab IKA FKUI, 1988)


Kehilangan berat badan
a. 2,5 % tidak ada dehidrasi
b. 2,5-5% Dehidrasi ringan
c. 5-10 % dehidrasi sedang
d. > 10% dehidrasi berat

G. KONSEP KEPERAWATAN
Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji
adalah :

1. Aktivitas/istirahat, gejala:
- Kelelelahan, kelemahan atau malaise umum
- insomnia, tidak tidur semalaman karena diare
- Gelisah dan ansietas
2. Sirkulasi, tanda:
- Takikardia (respon terhadap dehidrasi, demam, proses inflamasi dan nyeri)
- Hipotensi
- Kulit/membran mukosa : turgor jelek, kering, lidah pecah-pecah
2. Eliminasi:
Gejala: Tekstur feses cair, berlendir, disertai darah, bau anyir/busuk.
Tenesmus, nyeri/kram abdomen
Tanda: Bising usus menurun atau meningkat
Oliguria/anuria
3. Makanan dan cairan:
Gejala:
1. Haus
2. Anoreksia
3. Mual/muntah
4. Penurunan berat badan
Tanda:
5. Penurunan lemak sub kutan/massa otot
6. Kelemahan tonus otot, turgor kulit buruk
7. Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
4. Nyeri dan Kenyamanan:
- Nyeri/nyeri tekan kuadran kanan bawah, mungkin hilang dengan defekasi
- Nyeri tekan abdomen, distensi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui
feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
3. Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
4. Kecemasan b/d perubahan status kesehatan, perubahan status
sosio-ekonomis, perubahan fungsi peran dan pola interaksi.
5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau
keterbatasan kognitif.

INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx.1 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan
muntah serta intake terbatas (mual)
Intervensi dan Rasional:
1) Berikan cairan parenteral sesuai dengan program rehidrasi
Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.
2) Pantau intake dan output.
Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan
kebutuhan cairan pengganti.
3) Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan
laboratorium
Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa.
4) Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif.
Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui.
Dx.2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbs
nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
Intervensi dan Rasional:
1) Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
Menurunkan kebutuhan metabolik.
2) Pertahankan status NPO (puasa) selama fase akut/ketetapan medis dan segera
mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan
Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk
menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian
makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien
memungkinkan.
3) Kolaborasi pemberian roborantia seperti vitamin B 12 dan asam folat.
1. Diare menyebabkan gangguan fungsi ileus yang berakibat terjadinya
malabsorbsi vitamin B 12; penggantian diperlukan untuk mengatasi
depresi sum sum tulang, meningkatkan produksi SDM.
2. Defisiensi asam folat dapat terjadi bila diare berlanjut akibat
malabsorbsi.
4) Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi.
Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan
nutrisi lebih lanjut.

Dx.3 Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.


Intervensi dan Rasional:
1) Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Menurunkan tegangan abdomen.
2) Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase
punggung dan kompres hangat abdomen
Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan
kemampuan koping.
3) Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan
berikan perawatan kulit
Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi.
4) Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan
spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis.
5) Kaji keluhan nyeri (skala 1-10), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal
dan non verbal.
Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya.

Dx.4 Kecemasan b/d perubahan status kesehatan, perubahan status sosio-


ekonomis, perubahan fungsi peran dan pola interaksi.
Intervensi dan Rasional:
1) Dorong klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik
tentang mekanisme koping yang tepat.
Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan
masalah.
2) Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang
lain yang mengalami masalah yang sama dengan klien.
Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-
satunya orang yang mengalami masalah yang demikian.
3) Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus
dalam membantu klien.
Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecamasan.
4) Kolaborasi pemberian obat sedatif bila diperlukan.
Dapat digunakan sebagai anti ansitas dan meningkatkan relaksasi.

5) Kaji perubahan tingkat kecemasan


Mengevaluasi perkembangan kecemasan untuk menetapkan intervensi
selanjutnya.

Dx.5 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d
pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan
kognitif.
Intervensi dan Rasional:
1) Kaji kesiapan klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan klien
tentang penyakit dan perawatannya.
Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta
latar belakang pengetahuan sebelumnya.
2) Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan
aktivitas sehari-hari.
Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi klien
dan keluarga dalam proses perawatan klien.
3) Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian
serta efek samping yang mungkin timbul.
Meningkatkan pemahaman dan partisipasi klien dalam pengobatan.
4) Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi.
Meningkatkan kemandirian dan kontrol klien terhadap kebutuhan perawatan
diri.

Anda mungkin juga menyukai