OBAT-OBAT ANASTESI
0,05-0,35 mg/kg
Diazepam-valium Ketamin Induxin
1ampl=5 ml 1 vial
1ml=
1-2mg/kg BB
0,1–0,2mg/kg p.o premed
0,2—0,6 mg/kg i.v induksi
NB:mohon dikoreksi kalau salah
Premedikasi
SPINAL ANESTESI
Ada dua pendekatan:
- Spinal = duduk
- Lateral decubitus
Pada SC (section Caesar) dipilih anestesi regional agar bayi tidak terbius dan tetap sadar. Kemungkinan
komplikasi: hipotensi, total spinal.
Indikasi :
1. High spinal : operasi daerah atas (gaster, kolesistektomi). Dipilih di L3 – L4 karena jika diatas
lagi ada medulla spinalis sehingga takut akan menyebabkan kelumpuhan.
2. Mid spinal : Sectio Caesar, appendix, hernia. Dilakukan pada daerah L4 – L5.
3. Low spinal/ Saddle block : kiste vagina, hemorrhoid, tumor anus. Dilakukan pada daerah L5–
S1. pada L5 dan S1 cauda epidural, lumbal epidural untuk kuret.
Bagaimana mengetahuinya ?
Ambil crista iliaca, tarik garis lurus pasti itu adalah L4 – L5. Jadi diatasnya satu vertebrae adalah L3 dan
dibawahnya pasti S1. Kontra indikasi ada yang absolut dan relatif :
- Hipotensi
- Tekanan IC meninggi
- Hemorraghic disease
- Anemia
- Kelainan bentuk tulang
- Tetraparese, Polio.
- Pasien tidak mau dan tidak kooperatif
Obat lokal anestesi :
1. Golongan amida : Buffacaine
2. Golongan ester : Procain, tetracain.
Spinal hyperbaric : BD dari obat ini lebih besar daripada BD Liquor cerebro spinalis. Akan mengikuti
posisi tubuh, jika dirubah posisi maka obat akan bergerak ke posisi yang lebih rendah.
Spinal hypobaric : BD dari obat ini lebih kecil daripada BD Liquor cerebro spinalis.
Akan melawan posisi tubuh, jika dirubah posisi maka obat akan bergerak ke posisi yang lebih tinggi.
Spinal isobaric : BD dari obat ini sama dengan daripada BD Liquor cerebro spinalis.
Awal : kalau kaki diturunkan, darah Venous return kurang sehingga akan terjadi hipotensi.
ASA 2 : Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik karena penyakit bedah maupun
penyakit lain. Contohnya: pasien batu ureter dengan hipertensi sedang terkontrol, atau pasien
appendisitis akut dengan lekositosis dan febris.
ASA 3 : Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang diakibatkan karena berbagai
penyebab. Contohnya: pasien appendicitis perforasi dengan septisemia, atau pasien ileus
obstrkstif dengan iskemia miokardium
ASA 4 : Pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung mengancam kehidupannya.
Contohnya: Pasien dengan syok atau dekompensasi kordis.
ASA 5 : Pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun di operasi atau tidak. Contohnya: pasien
tua dengan perdarahan basis kranii dan syok hemorragik karena rupture hepatic.
Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan mencantumkan tanda darurat ( E =
EMERGENCY ), misalnya ASA IE atau IIE.
Mallampati Classification
FASTING
In 1999, the American Society of Anesthesiologists (ASA) made the following
recommendations on preoperative fasting in elective, healthy patients
Pada pasien dewasa umumnya puasa 6-8 jam, anak kecil 4-6 jam, dan pada bayi 3-4 jam.
Makanan tak berlemak diperbolehkan 5 jam sebelum induksi anastesia. Minuman bening, air
putih, teh manis, sampai 3 jam dan untuk keperluan minum obat air putih dalam jumlah
terbatas boleh 1 jam sebelum induksi anastesia.