15 Januari 2013 pukul 23:32 Pengantar Akhirnya, setelah 3 tahun menunggu, Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang p engamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi kesehata n ditanda-tangani oleh Presiden Republik Indonesia pada Desember 2012. Peraturan Pemerintah ini merupakan turunan dari Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang K esehatan di mana dalam Bagian Ketujuh Belas (pasal 113 s/d 116) tercantum mengen ai Pengamanan Zat Adiktif . Dengan lahirnya PP ini, maka PP No. 19 Tahun 2003 tenta ng Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Dokumen PP NO. 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adikt if Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan tersebut dapat diunduh di: http://depke s.go.id/index.php/component/depkesdownload/index.php?option=com_depkesdownload&i temid=24&folderid=62 Tulisan ini dimaksudkan untuk membahas sekaligus memberikan sorotan khusus pada hal-hal baru yang terdapat pada Peraturan Pemerintah tersebut, khususnya terkait dengan industri periklanan. Peraturan Terkait Periklanan Produk Rokok Sebelum menyinggung soal pengaturan periklanan untuk produk tembakau/rokok, ada beberapa hal menarik dari peraturan tersebut yang perlu dicermati, sebagai beri kut: Pasal 13 ayat 1 menyebutkan: Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor Pro duk Tembakau berupa Rokok putih mesin dilarang mengemas kurang dari 20 (dua pulu h) batang dalam setiap Kemasan. Pasal 14 ayat 1 menyebutkan: Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor Pro duk Tembakau ke wilayah Indonesia wajib mencantumkan peringatan kesehatan. Dan ay at 2 menyebutkan: Peringatan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berben tuk gambar dan tulisan yang harus mempunyai satu makna. Isi dari peringatan dan g ambar tersebut akan ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI. Pasal 24 ayat 1 menyebutkan: Setiap produsen dilarang untuk mencantumkan keteran gan atau tanda apapun yang menyesatkan atau kata-kata yang bersifat promotif. Dan ayat 2 menyebutkan: Selain larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap p rodusen dilarang mencantumkan kata Light , Ultra Light , Mild , Extra Mild , Low Tar , al , Full Flavour , Premium atau kata lain yang mengindikasikan kualitas, superioritas, rasa aman, pencitraan, kepribadian, ataupun kata-kata dengan arti yang sama. Atu ran ini mengacu pada pernyataan pada kemasan produk tembakau/rokok. Pasal 39 menyebutkan: Setiap orang dilarang menyiarkan dan menggambarkan dalam be ntuk gambar atau foto, menayangkan, menampilkan atau menampakkan orang sedang me rokok, memperlihatkan batang Rokok, asap Rokok, bungkus Rokok atau yang berhubun gan dengan Produk Tembakau serta segala bentuk informasi Produk Tembakau di medi a cetak, media penyiaran, dan media teknologi informasi yang berhubungan dengan kegiatan komersial/iklan atau membuat orang ingin merokok. Ketentuan larangan men yiarkan dan menggambarkan produk tembakau ini dimaksudkan antara lain dalam film , sinetron, dan acara televisi lainnya kecuali tayangan/liputan berita. Pasal 45 menyebutkan: Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor Produk Te mbakau dilarang memberikan Produk Tembakau dan/atau barang yang menyerupai Produ k Tembakau secara cuma-cuma kepada anak, remaja, dan perempuan hamil. Penjelasan nya: Yang dimaksud dengan barang yang menyerupai Produk Tembakau antara lain makan an dan minuman termasuk permen yang berbentuk seperti Produk Tembakau. Pasal 61 menyebutkan: Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor Produk Tem bakau harus menyesuaikan dengan ketentuan Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 17 palin g lambat 18 (delapan belas) bulan terhitung sejak Peraturan Pemerintah ini diund angkan. Menarik bahwa Pasal 61 (tentang Ketentuan Peralihan) tidak menyebutkan periode p eralihan untuk Pasal 24 sehingga seharusnya Pasal 24 di atas berlaku seketika (P asal 15 dan 17 merupakan penjabaran lebih lanjut mengenai pencantuman peringatan berupa tulisan dan gambar). Pasal-pasal yang mengatur mengenai periklanan pada PP ini jauh lebih banyak dan jauh lebih detil dari PP sebelumnya. Total ada 13 pasal yang mengatur iklan dan promosi rokok, ditambah satu pasal tentang Sanksi dan satu pasal tentang Ketent uan Peralihan. Pasal-pasal yang mengatur tentang iklan dan promosi rokok selengkapnya saya kuti pkan di bawah ini: Pasal 26 (1) Pemerintah melakukan pengendalian Iklan Produk Tembakau. (2) Pengendalian Iklan Produk Tembakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dil akukan pada media cetak, media penyiaran, media teknologi informasi, dan/atau me dia luar ruang. Pasal 27 Pengendalian Iklan Produk Tembakau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26, antara l ain dilakukan sebagai berikut: a. mencantumkan peringatan kesehatan dalam bentuk gambar dan tulisan sebesar pal ing sedikit 10% (sepuluh persen) dari total durasi iklan dan/atau 15% (lima bela s persen) dari total luas iklan; b. mencantumkan penandaan/tulisan 18+ dalam Iklan Produk Tembakau; c. tidak memperagakan, menggunakan, dan/atau menampilkan wujud atau bentuk Rokok atau sebutan lain yang dapat diasosiasikan dengan merek Produk Tembakau; d. tidak mencantumkan nama produk yang bersangkutan adalah Rokok; e. tidak menggambarkan atau menyarankan bahwa merokok memberikan manfaat bagi ke sehatan; f. tidak menggunakan kata atau kalimat yang menyesatkan; g. tidak merangsang atau menyarankan orang untuk merokok; h. tidak menampilkan anak, remaja, dan/atau wanita hamil dalam bentuk gambar dan /atau tulisan; i. tidak ditujukan terhadap anak, remaja, dan/atau wanita hamil; j. tidak menggunakan tokoh kartun sebagai model iklan; dan k. tidak bertentangan dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Pasal 28 Selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Iklan Produk Temb akau di media cetak wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. tidak diletakkan di sampul depan dan/atau belakang media cetak, atau halaman depan surat kabar; b. tidak diletakkan berdekatan dengan iklan makanan dan minuman; c. luas kolom iklan tidak memenuhi seluruh halaman; dan d. tidak dimuat di media cetak untuk anak, remaja, dan perempuan. Pasal 29 Selain pengendalian Iklan Produk Tembakau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, i klan di media penyiaran hanya dapat ditayangkan setelah pukul 21.30 sampai denga n pukul 05.00 waktu setempat. Pasal 30 Selain pengendalian Iklan Produk Tembakau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, i klan di media teknologi informasi harus memenuhi ketentuan situs merek dagang Pr oduk Tembakau yang menerapkan verifikasi umur untuk membatasi akses hanya kepada orang berusia 18 (delapan belas) tahun ke atas. Pasal 31 Selain pengendalian Iklan Produk Tembakau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, i klan di media luar ruang harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. tidak diletakkan di Kawasan Tanpa Rokok; b. tidak diletakkan di jalan utama atau protokol; c. harus diletakkan sejajar dengan bahu jalan dan tidak boleh memotong jalan ata u melintang; dan d. tidak boleh melebihi ukuran 72 m2 (tujuh puluh dua meter persegi). Pasal 32 Dalam rangka memenuhi akses ketersediaan informasi dan edukasi kesehatan masyara kat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyelenggarakan iklan layanan masyarakat mengenai bahaya menggunakan Produk Tembakau. Pasal 33 Ketentuan lebih lanjut mengenai Iklan Produk Tembakau diatur dengan peraturan in stansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang penyiaran. Pasal 34 Ketentuan lebih lanjut mengenai Iklan Produk Tembakau di media luar ruang diatur oleh Pemerintah Daerah. Pasal 35 (1) Pemerintah melakukan pengendalian Promosi Produk Tembakau. (2) Ketentuan pengendalian Promosi Produk Tembakau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sebagai berikut: a. tidak memberikan secara cuma-cuma, potongan harga, hadiah Produk Tembakau, at au produk lainnya yang dikaitkan dengan Produk Tembakau; b. tidak menggunakan logo dan/atau merek Produk Tembakau pada produk atau barang bukan Produk Tembakau; dan c. tidak menggunakan logo dan/atau merek Produk Tembakau pada suatu kegiatan lem baga dan/atau perorangan. Penjelasan terhadap Pasal 35 ayat 2.a.: Yang dimaksud dengan produk lainnya antara lain barang-barang selain Produk Tembakau yang menggunakan merek dagang, atau ya ng dapat menimbulkan persepsi baik langsung maupun tidak langsung dengan Produk Tembakau. Pasal 36 (1) Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor Produk Tembakau yang men sponsori suatu kegiatan lembaga dan/atau perorangan hanya dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. tidak menggunakan nama merek dagang dan logo Produk Tembakau termasuk brand i mage Produk Tembakau; dan b. tidak bertujuan untuk mempromosikan Produk Tembakau. (2) Sponsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk kegiatan lembag a dan/atau perorangan yang diliput media. Pasal 37 Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor Produk Tembakau yang menjadi sp onsor dalam bentuk tanggung jawab sosial perusahaan hanya dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. tidak menggunakan nama merek dagang dan logo Produk Tembakau termasuk brand i mage Produk Tembakau; dan b. tidak bertujuan untuk mempromosikan Produk Tembakau. Penjelasan terhadap Pasal 37 huruf a.: Yang dimaksud dengan brand image termasuk di antaranya semboyan yang digunakan oleh Produk Tembakau dan warna yang dapat dias osiasikan sebagai ciri khas Produk Tembakau yang bersangkutan. Pasal 38 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengendalian Sponsor Produk Tembakau s ebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dan Pasal 37 diatur oleh Pemerintah Daerah. Satu pasal yang mengatur mengenai sanksi terkait dengan iklan/promosi rokok: Pasal 40 Setiap orang yang mengiklankan dan/atau mempromosikan Produk Tembakau tidak sesu ai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pas al 30, Pasal 31, Pasal 35, Pasal 36, Pasal 37, dan Pasal 39, dikenakan sanksi ad ministratif oleh Menteri dan/atau menteri terkait berupa: a. penarikan dan/atau perbaikan iklan; b. peringatan tertulis; dan/atau c. pelarangan sementara mengiklankan Produk Tembakau yang bersangkutan pada pela nggaran berulang atau pelanggaran berat. Dan 1 (satu) Ketentuan Peralihan: Pasal 62 (1) Setiap orang yang mempromosikan dan/atau mengiklankan Produk Tembakau har us menyesuaikan dengan ketentuan Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 3 1, dan Pasal 35 paling lambat 12 (dua belas) bulan terhitung sejak Peraturan Pem erintah ini diundangkan. (2) Setiap orang memproduksi, mengimpor, dan/atau mengedarkan Produk Tembakau yang menjadi sponsor suatu kegiatan harus menyesuaikan dengan ketentuan Pasal 3 6, dan Pasal 37 paling lambat 12 (dua belas) bulan terhitung sejak Peraturan Pem erintah ini diundangkan. Pembahasan Singkat Beberapa hal penting yang penulis coba ulas adalah sebagai berikut: Pencantuman peringatan pada iklan rokok (berupa pernyataan dan gambar) untuk ikl an di media cetak bertambah luas dari PP sebelumnya yang hanya 10% menjadi 15%. Untuk media siar, tetap 10% dari total durasi iklan (misalnya untuk iklan TV den gan total durasi 30 detik, maka peringatan yang berupa pernyataan dan gambar har us ditayangkan selama 3 detik). Berdasarkan pengamatan penulis, produsen rokok s angat disiplin dalam menerapkan pencantuman peringatan pada iklan-iklan mereka y ang ditayangkan di media cetak. Tapi kedisiplinan tersebut tidak terwujud pada i klan-iklan di media siar di mana spot peringatan nyaris tidak pernah ditayangkan sepanjang 10% dari total durasi iklannya. Pada Pasal 27 huruf f. tercantum bahwa iklan rokok tidak boleh menggunakan kata atau kalimat yang menyesatkan. Tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai hal in i. Pasal ini sangat berbahaya karena kata menyesatkan mempunyai arti yang sangat l uas. Apakah suatu iklan (misalnya) yang menyatakan Pria Rokok X - Pria yang Macho bisa disebut sebagai suatu pesan yang menyesatkan (seolah-olah pria yang merokok Rokok X akan memberikan sifat macho )? Produsen dan biro iklannya harus sangat be rhati-hati di area ini. Pasal 28 membatasi secara cukup ketat penayangan iklan rokok di media cetak. Pen ayangan iklan rokok di media cetak tidak boleh berdampingan dengan iklan produk makanan dan minuman. Iklan rokok juga tidak boleh dipasang di media khusus wanit a (termasuk bila produknya adalah rokok khusus wanita). Pasal 29 berisi pembatasan iklan produk rokok di media penyiaran yang isinya tid ak berbeda dengan peraturan sebelumnya. Iklan produk rokok hanya boleh ditayangk an antara pk. 21.30 s/d 05.00 waktu setempat. DIkarenakan saat ini khusus untuk media televisi swasta nasional mereka masih menerapkan tayangan nasional (materi tayang sama untuk seluruh area Indonesia), maka berarti secara otomatis pembata san waktu tersebut terhitung untuk Waktu Indonesia Bagian Barat. Pasal 30 mengatur iklan/promosi produk rokok di media teknologi informasi dimana disebutkan bahwa diwajibkan ada proses verifikasi untuk membatasi akses hanya k epada mereka yang telah berusia 18 tahun ke atas. Hal ini seharusnya juga berlak u untuk media-media sosial seperti Facebook, Twitter dan sejenisnya. Dengan adanya Pasal 35, produsen rokok tidak lagi diperkenankan menjajakan produ k-produk lain (seperti T-Shirt, korek-api/pemantik api, asbak, pulpen, kalender, mug, dan sejenisnya) dalam rangka melakukan iklan/promosi produk rokoknya. Pasal 36 dan 37 akan cukup membatasi produsen rokok mensponsori suatu kegiatan ( misalnya penayangan langsung/tunda pertandingan olah-raga, pertunjukkan musik, m ensponsori produksi film dan sejenisnya) dengan menggunakan brand image dari produ k rokoknya (seperti semboyan/slogan dan warna yang dapat diasosiasikan sebagai c iri khas produk rokok yang bersangkutan). Sampai dengan saat ini, masih cukup ba nyak produsen rokok yang bernakal-ria di area ini dengan mensponsori berbagai kegi atan dengan menggunakan ciri-ciri brand image mereka. Padahal, hal ini sudah diatu r juga dalam PP No. 19 tahun 2003 walaupun mungkin terkesan kurang tegas. Terkai t dengan hal ini, sebaiknya pemerintah pusat juga melakukan koordinasi dengan Ke menterian Hukum dan HAM yang mengatur mengenai pemberian hak cipta. Terdapat fak ta bahwa beberapa produsen telah mendapatkan hak cipta atas beberapa merek seperti Rokok X Movie , Rokok X Sport , Liga Rokok X , Rokok X Music , dan sejenisnya dan merek k tersebut didaftarkan dalam kategori nama kegiatan , bukan sebagai suatu produk rok ok. Sejalan dengan program Otonomi Daerah (OTDA), peraturan ini juga mendorong peran Pemerintah Daerah untuk mengatur lebih lanjut iklan dan promosi rokok di media luar ruang (Pasal 34) dan kegiatan sponsorship (Pasal 38). Tentunya ketentuan ya ng akan ditetapkan oleh Pemerintah Daerah tersebut harus lebih ketat daripada Pe raturan Pemerintah ini. Penutup Akhir kata, penulis mengharapkan agar: Dewan Periklanan Indonesia (DPI) dapat segera merevisi buku panduan Etika Pariwa ra Indonesia agar sejalan dengan Peraturan Pemerintah ini. Semua pihak yang terkait dengan Peraturan Pemerintah ini dapat menjalankan dan m enegakkan aturan yang telah ditetapkan ini karena sepengetahuan penulis, peratur an ini telah diolah dalam waktu yang cukup lama dan telah melibatkan berbagai pi hak (stake-holders) yang terkait dengan iklan/promosi produk rokok; termasuk as osiasi-asosiasi, lembaga-lembaga non-profit dan lembaga-lembaga pemerintah terka it. Masyarakat luas membantu penegakkan peraturan ini; minimal sebagai suatu bukti b angsa yang bermoral dan beretika dalam mematuhi aturan yang berlaku.