Modifikasi Kapal LCT Pengangkut Alat Berat (Adinda Azula) Menjadi Kapal
Container
Abstract
Alfa Trans Raya is a Shipping Company that has some LCT (Landing Craft Tank) type ships, and they rent
their ships to another companies to get som e profits. Thats why their ships have to capable to contain any cargos that the
renter need to contained.
This Adinda Azula designed to contain the trucks or heavy cargos with the main dimension Loa : 59.95 m, B :
15 m, D : 4 m, and d : 2,5 m, but if the renter need to containing the other stuffs like a containers, then this ship could be
take it also as it cargo. If the main dimmesion doesnt changed but the cargo chnaged to be containers, then it need to
has some considerations like ships construction changed because of crane added, gensets power changed, system
added, and the ships stability need to has reanalyzed based on IMO rules.
For changing the construction it would be need to use calculation based on BKI or LR (this ship used dual
class), for the gensets power changed it would be need to use calculation with Ms. Excel, the system added would be
appropriated by the spaces and use autoCad to draw the system, construction analyze used finit element and the stability
calculation used Tribon.
1. Pendahuluan
Pada setiap perusahaan pelayaran yang menyewakan kapalnya untuk perusahaan lain
akan selalu berusaha untuk dapat memenuhi semua ketentuan yang berlaku dan akan berusaha
memenuhi order atau permintaan dari pihak penyewa kapalnya, begitu pula dengan PT. Alfa
Trans Raya Jakarta merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pelayaran, perusahaan ini
mimiliki beberapa kapal dengan tipe LCT (Landing Craft Tank), mereka menyewakan
kapal-kapalnya kepada perusahaan lain untuk mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu kapal
yang dimilikinya harus mampu membawa muatan apapun yang akan diangkut oleh penyewa.
Kapal ini akan beroperasi di Indonesia yang merupakan negara kepulauan sehingga untuk
daerah tertentu seperti daerah pesisir pantai dan tepian sungai yang memiliki kontur daratan
yang landai. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka perusahaan ini memilih
kapal tipe LCT yang memiliki bentuk seperti ponton sehingga dapat untuk menjangkau
daerah-daerah tersebut.
Pada tanggal 4 Oktober 2010 telah disepakati kontrak kerja, pembangunan kapal baru
antara PT. DPS (Dok dan Perkapalan Surabaya) dengan PT. Alfa Trans Raya yaitu
pembangunan kapal LCT Adinda Azula, kapasitas 1000 DWT dengan ukuran utama sebagai
berikut :
Lenght over all : 59,95 m
Breadth (moulded) : 15 m
Depth (moulded) :4m
Draft loaded : 2,5 m
Main engine : Caterpillar tipe C.18
Daya : 600 HP
Jumlah : 2 unit
Starting : elektrik
Auxilary engine : Caterpillar tipe C.4
Daya : 56 kW
Jumlah : 3 unit
Starting : elektrik
Vs pada sarat 2,5 m : 8,5 knots
Muatan : truk/alat-alat berat
Gambar 1.1. Rencana umum kapal Adinda Azula
Dengan tuntutan bahwa kapal ini harus mampu membawa muatan yang
bermacam-macam maka tidak menutup kemungkinan bahwa nantinya kapal ini juga akan beralih
fungsi sebagai kapal container. Dengan merubah muatan kapal dari truk/alat berat ke container
maka diperlukan modifikasi pada beberapa aspek antara lain bentuk konstruksi kapal terutama
konstruksi pada main deck yang dipengaruhi oleh beban maksimum dan penambahan crane
berdasarkan rules clasification (LR atau BKI), akibat penambahan crane maka akan ada
penambahan sistem baru begitu pula dengan daya genset yang ada perlu dipertimbangkan lagi,
setelah semua itu terpenuhi maka dilakukan analisis terhadap stabilitas kapal yang mana hal
tersebut juga penting untuk keselamatan ABK dan kapal tersebut.
Dalam mengerjakan tugas akhir ini ada beberapa permasalahan yang harus diselesaikan,
permasalahannya antara lain :
1. Bagaimana desain deck yang sesuai dari hasil modifikasi muatan truk ke container.
2. Bagaimana sistem yang cocok untuk mendukung operasional kapal.
3. Bagaimana perhitungan daya listrik yang sesuai untuk mendukung operasional.
4. Bagaimana stabilitas dari hasil modifikasi kapal.
Penyusunan tugas akhir ini memerlukan batasan-batasan masalah yang berfungsi untuk
meng-efektifkan perhitungan dan agar proses penulisan lebih terarah. Batasan-batasan tersebut
sebagai berikut :
1. Bentuk lambung tidak dirubah namun ada penambahan alat bongkar muat diatas deck.
2. Ukuran utama kapal dan daya main engine yang digunakan tetap.
3. Kapal Adinda Azula ini di modifikasi berdasarkan kebutuhan akibat dari perubahan
muatan dari kapal pengangkut truk/alat berat menjadi kapal container.
1.4. Tujuan
Definisi dari kapal container adalah kapal yang ruang cargo-nya bermuatan container. Ada
dua jenis kapal container yaitu: kapal bermuatan full container dan kapal semi container dimana
muatan container-nya berada pada atas deck sedangkan ruang cargo-nya sama seperti kapal
general cargo. Kapal jenis ini umumnya memiliki beberapa karakteristik antara lain memiliki nilai
Cb (Coeffisien Block) antara 0,6-0,64; Cp (Coeffisien Prismatic) antara 0,6-0,68; dan Cm
(Coeffisien Midship) antara 0,97-0,98. Selain itu kecepatan dinas dari kapal ini juga relatif cepat.
Sesuai dengan namanya kapal ini terdiri dari tanki-tanki void pada daerah dibawah main
deck-nya sedangkan muatannya terletak pada bagian atas main deck. Secara umum kapal ini
mirip dengan ponton namun memiliki mesin penggerak dan ruang-ruang akomodasi, pada
bagian depan terdapat ramp door untuk akses masuk muatan. Karena kapal ini seperti ponton
maka kecepatannya juga relatif lambat jika dibandingkan dengan kapal container pada
umumnya yaitu sekitar 8,5 knots.
Berdasarkan ukuran, container dibedakan menjadi container 20ft, 40ft, dan 45ft.
Sedangkan berdasarkan muatannya container dibedakan menjadi dry, reefer, dan spesial
container. Berikut adalah data untuk tipe dry container :
Tabel 2.1. Tabel data dry container
Menurut rules BKI sebelum menentukan konstruksi deck terlebih dahulu dilakukan
perhitungan beban yang akan diterima pada deck tersebut. Untuk perhitungan ini digunakan
rumus :
PD = Po (20 x T / (10 + z T) x H) x cD (1)
Dimana; PD = beban pada deck, Po = beban mula-mula, T = sarat kapal, z = 1/3 chamber, H
= tinggi kapal, cD = koeffisien deck. Setelah itu dapat dilakukan perhitungan modulus balok
geladak dengan rumus:
Perhitungan terhadap tebal plat geladak dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Perhitungan modulus longitudinal deck dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
2
Wd = c x a x l x p x k (3)
Dimana; e = lebar deck yang ditumpu, l = jarak tidak ditumpu, c = 0,75, p = beban geladak.
Setelah itu dapat dilakukan perhitungan modulus balok geladak dengan rumus:
W = c x a x p x l x k (4)
2.4.2. Stabilitas
Stabilitas umumnya dapat didefenisikan sebagai kemampuan suatu kapal untuk kembali
tegak setelah mengalami kemiringan. Macam-macam keseimbangan benda menurut teori
mekanika di bedakan menjadi 3(tiga)macam,yaitu:
1. Keseimbangan mantap (stabil)
Jika benda mendapat kemiringan sedikit dari kedudukannya, benda akan kembali pada
kedudukan semula.
2. Keseimbangan sembarang (indifferent atau netral)
Benda akan tetap pada kedudukan yang baru bagaimana dia merubah kedudukannya.
3. Keseimbangan goyah (labil)
Jika benda mendapat kemiringan sedikit dari kedudukannya, benda akan berubah
lebih banyak dari kedudukan semula.
Kriteria Stabilitas
Ukuran-ukuran stabilitas yang berikut direkomendasikan IMO
Daerah di bawah tuas kurva perbaikan (GZ Curve) sebaiknya tidak kurang dari 0.005 m
0 0
radian sudut kemiringan 30 dan tidak kurang dari 0.09 meter radians hingga = 40
0
atau sudut genangan sebesar f atau kurang dari 40 . Selain itu daerah dibawah curva
tuas perbaikan adalah diantara sudut kemiringan sebesar 300 dan 400 atau diantara
300 dan f, apabila sudut . Kurang dari 400 meter radians maka sebaiknya tidak
kurang dari 0.03 meter radian.
Tuas perbaikan GZ sebaiknya sekurang-kurangnya 0.20 meter radian dan sudut
0
kemiringan sama dengan atau lebih besar dari 30 .
Lengan perbaikan maximal seharusnya terdapat pada sudut kemiringan, yang sangat
0 0
diutamakan, pada 30 atau tidak kurang dari 25 .
Tinggi Metacenter awal sebaiknya GM tidak kurang dari 0.15 m.
3. Metodologi
Dalam pengumpulan data dilakukan dengan studi literature dan langsung dari lapangan,
yaitu pengumpulan data mulai dari key plan sampai dengan final drawing kapal Adinda
Azula.
Penambahan sistem dilakukan akibat adanya penambahan crane pada geladak sehingga
ada penambahan genset untuk dapat mensupply dari crane tersebut. Dengan adanya
genset baru maka harus ada penambahan sistem untuk genset tersebut, mulai sisten
pendingin hingga sistem bahan bakar.
4. Analisis terhadap konstruksi kapal
Karena faktor perubahan muatan dari awal dengan muatan alat berat kemudian dirubah
menjadi muatan container, tentunya akan terjadi perubahan pada besarnya beban pada
geladak kapal sehingga dibutuhkan analisis terhadap kekuatan geladaknya.
5. Analisis terhadap stabilitas kapal
Setelah dilakukan modifikasi, berikutnya adalah analisis terhadap stabilitas kapal, dimana
stabilitas ini dipengaruhi oleh perubahan jenis muatan kapal dan penambahan pesawat
(crane dan genset) dengan sistemnya.
4. Pembahasan
Sebelum dilakukan modifikasi perlu dilakukan analisis terhadap kondisi kapal saat ini,
kapal Adinda Azula saat ini adalah kapal yang dibangun dengan desain muatan alat-alat berat
yang diletakkan pada main deck kapal dengan jumlah muatan tidak kurang dari 7 muatan. Selain
itu beberapa kompartement tanki-tanki juga perlu diperhatikan untuk mengetahui berapa payload
atau kapasitas muatan kapal dimana payload sendiri merupakan salah satu faktor dari DWT
kapal. Setelah mengalami modifikasi maka akan ada penambahan berat pada komponen LWT
kapal dengan perhitungan sebagai berikut :
Berat crane : 37 ton
Berat pondasi : 4,1 ton
Berat pedestal : 25,4 ton
Berat genset (estimasi) : 4,327 ton
Berat pondasi dan perpipaan (estimasi) : 0,3 ton
Berat jib crane : 0,5 ton
Total penambahan berat : 71,627 ton
LWT kapal (awal) : 653 ton
Total LWT kapal : 653 + 71,627 ton = 724,627 ton
Maka DWT kapal dan payload dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut :
a. Total kapasitas tanki air tawar : 77,42 ton
b. Total kapasitas tanki bahan bakar : 123,04 ton
c. Berat bahan makanan : 5 kg / orang x hari
: 5 x 12 x 10
: 600 kg
: 0,6 ton
d. Berat crew dan barang bawaan
Berat crew : 75 kg / orang x hari
: 75 x 12 x 10
: 9000 kg
Berat barang bawaan : 25 kg / orang x hari
: 25 x 12 x 10
: 3000 kg
Total berat crew dan barang bawaan : 9000 + 3000
: 12000 kg
: 12 ton
Total kebutuhan consumable :a+b+c+d
: 77,42 + 123,04 + 0,6 + 12
: 210,75 ton
DWT kapal : displacement LWT
: 1609 724,627
: 884,37 ton
Payload (berat muatan) : DWT total kebutuhan consumable
: 884,37 210,75
: 673,62 ton
Dengan estimasi berat per container 15 ton maka dapat diketahui jumlah container yang bisa
dimuat, dengan perhitungan sebagai berikut :
Jumlah container : 673,62 / 15 ton
: 44,91
: 45 TEUS
Spesifikasi dari crane yang akan digunakan pada kapal adalah sebagai berikut :
Merk : Macgregor
Tipe : hidrolik (GL2520-2/2020gr)
SWL : 25 ton
Hoisting speed, low : 18 m/min
Hoisting speed, high : 32 m/min
Luffing time : 55 sec
Jib radius, minimal : 2,5 meter
Jib radius, maksimal : 20 meter
Elektro motor continuous : 132 kW
Crane power 40% duty cycle (interm) : 160 kW
Starting current : 570 Ampere
Main power supply AC : 380 Volt / 50 Hz
Weight total : 37 ton
Berikut adalah gambar general arrangement kapal Adinda Azula dengan kapasitas muatan 45
TEUS :
Setelah penentuan dan pemilihan crane untuk alat bongkar muat ditentukan maka
selanjutnya dibutuhkan perhitungan untuk supply power untuk memenuhi operasional dari
genset tersebut. Berikut adalah perhitungan kapasitas genset :
Starting current (I) : 570 ampere
Perhitungan daya genset (P) : I x 3 x V x cos
Dimana : tegangan (380 volt)
: cos (0,8)
Maka daya genset : 570 x 3 x 380 x 0,8
: 300129,76 watt
: 300,12 kW
Faktor beban : antara 70% sampai 80%
Dengan perhitungn faktor beban : 300,12 / 75%
: 400,16 kW
Maka dipilih daya genset : 400 kW
Spesifikasi dari genset yang akan digunakan pada kapal adalah sebagai berikut :
Tipe : CAT C.18
Daya : 400 kW
Frekuensi : 50 Hz
Specific fuel oil consumption (SFOC) : 30,7 Gph / 139,56 Liter/jam
Panjang : 3172 mm
Tinggi : 1484 mm
Lebar : 1300 mm
Weight : 3799 4520 kg
Dengan adanya penambahan generator maka ada penambahan peralatan dalam kamar
mesin yang mana letak dari geerator ini akan menyesuaikan dari kondisi kamar mesin yang ada
saat ini. Berikut adalah gambar engine room layout kapal saat ini :
Gambar 4.7. Engine room layout setelah penambahan genset baru
Dengan penambahan genset baru yang tentunya juga harus dilengkapi dengan sistem
pendukung seperti sistem bahan bakar dan sistem pendingin, oleh karena itu sistem yang sudah
ada perlu dilakukan penyesuaian. Dalam menentukan kebutuhan bahan bakar untuk generator
baru maka perlu dilakukan analisis dahulu terhadap kapasitas tanki yang ada, dikapal ini
terdapat 2 tanki FO daily dengan kapasitas masing-masing 2,15 ton. Kebutuhan bahan bakar
generator juga tergantung dari lamanya waktu bongkar muat kapal, dengan perhitungan sebagai
berikut :
Total muatan : 45 TEUS
Waktu bongkar muat per container : 10 menit (estimasi)
Total waktu yang dibutuhkan : 10 x 45
: 450 menit / 7,5 jam
Maka kebutuhan bahan bakar untuk generator baru pada saat proses bongkar muat adalah :
Specific fuel oil consumption : 139,56 Liter/jam
Total waktu untuk bongkar muat : 7,5 jam
Maka kebutuhan bahan bakar : 139,56 x 7,5
: 1046,7 liter
Berat jenis bahan bakar : 0,87 ton/m
Total bahan bakar yang diperlukan : 1046,7 x 0,87
: 910,63
: 0,91 ton
Dalam perhitungan stabilitas ini akan akan mengacu pada regulasi IMO (International
Maritime Organization), dimana regulasi ini memberikan batasan-batasan maksimum yang
masih bisa diterima oleh kapal kemudian dilakukan perbandingan antara stabilitas kapal awal,
saat muatan yang diangkut masih berupa alat berat (dum truck) dan stabilitas kapal setelah
setelah dilakukan modifikasi dan muatannya dirubah menjadi container. Untuk analisis stabilitas
kapal setelah modifikasi akan dilakukan dalam beberapa kondisi, antara lain kondisi kapal saat
tanpa muatan, kondisi kapal saat muatan penuh, dan kondisi kapal saat bongkar muat. Dalam
analisis ini akan digunakan softwere untuk mempermudah proses perhitungannya.
5. Kesimpulan
Dalam pengerjaan tugas akhir ini dapat diambil beberapa kesimpulan, diantara adalah :
1. Kapasitas maksimum muatan container yang dapat dimuat sejumlah 45 TEUS
2. Kapasitas crane yang digunakan pada saat proses bongkar muat adalah 25 ton
3. Kapasitas genset yang digunakan untuk mendukung operasional crane 400kW
Daftar Pustaka
Koestowo, 1994. Pengantar Teknik Perkapalan, Politeknik Perkapalan ITS, Surabaya
Afif Shobach, M., Teguh Setiawan B., Suhardjito G, 2002. Modul Ajar Tugas Rencana Umum,
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, ITS
BKI 2006 Volume II