Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN POLIFENOL DAN TANIN ( Ekstrak


Psidium guajava L.)

Nikita Olivia

201310410311246

Kelas F

Kelompok I

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

PROGRAM STUDI FARMASI

2017

IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN POLIFENOL DAN TANIN ( Ekstrak


Psidium guajava L.)

4.1. Tujuan

Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan polifenol dan tanin dalam
tanaman.

4.2. Tinjauan Pustaka


4.2.1 Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava L.)
Jambu biji berasal dari Amerika tropis, tumbuh pada tanah yang gembur
maupun liat, pada tempat terbuka dan mengandung air cukup banyak. Tanaman jambu
biji putih dapat berbunga sepanjang tahun. Tanaman ini sering tumbuh liar dan dapat
ditemukan pada ketinggian 1-1.200 mdpl (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

Gambar 4. Tanaman jambu (Psidium guajava L.)

Secara botani, tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut (Hapsoh dan
Hasanah, 2011) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
Tanaman jambu biji memiliki nama yang berbeda pada setiap daerah di
Indonesia. Daerah Bali menyebutnya sebagai sotong, Lombok menyebutnya
nyambuk batu, Batak Karo menyebutnya galiman, Jawa menyebutnya jambu klutuk,
Sumatera menyebutnya glima breueh, Maluku menyebutnya luhu hatu, Manado
menyebutnya gayawas (Hapsoh dan Hasanah, 2011).
Tanaman jambu biji putih atau Psidium guajava L. termasuk familia
Myrtaceae. Jambu biji memiliki beberapa kelebihan, antara lain buahnya dapat
dimakan sebagai buah segar, dapat diolah menjadi berbagai bentuk makanan dan
minuman. Selain itu, buah jambu biji bermanfaat untuk pengobatan (terapi)
bermacam-macam penyakit, seperti memperlancar pencernaan, menurunkan
kolesterol, antioksidan, menghilangkan rasa lelah dan lesu, demam berdarah, dan
sariawan. Selain buahnya, bagian tanaman jambu biji seperti daun, kulit akar
maupun akarnya dapat berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit disentri,
keputihan, sariawan, kurap, diare, radang lambung, gusi bengkak, dan peradangan
mulut, serta kulit terbakar sinar matahari (Cahyono, 2010). Ekstrak etanol daun
jambu biji juga telah diteliti sebagai antioksidan. Menurut Indriani (2006), ekstrak
etanol dari daun jambu biji dapat berperan sebagai antioksidan.
Daun jambu biji mempunyai manfaat bagi kesehatan yaitu sebagai
antiinflamasi, antidiare, analgesik, antibakteri, antidiabetes, antihipertensi,
mengurangi demam dan penambah trombosit (Kirtikar dan Bashu., 1998). Daun
jambu biji putih telah terbukti secara klinis menghambat pertumbuhan rotavirus
yang menyebabkan enteritis pada anak-anak dan menyembuhkan kejang dan
penyakit diare akut (Lozoya et al., 2002; Wei et al., 2000).
Kandungan kimia pada daun jambu biji (Psidium guajava L.) menurut Taiz
dan Zeiger (2002) yaitu terpen, fenolik, dan senyawa mengandung nitrogen terutama
alkaloid. Kandungan kimia tersebut merupakan bagian dari sistem pertahanan diri
yang berperan sebagai pelindung dari serangan infeksi mikroba patogen dan
mencegah pemakanan oleh herbivora. Hasil fitokimia dalam ekstrak daun jambu biji
putih adalah senyawa flavonoid, tanin, triterpenoid, saponin, steroid, dan alkaloid
(Arya, et al.,2012).

4.2.2. Tinjauan Pustaka Golongan Senyawa


a. Polifenol
Senyawa yang termasuk ke dalam polifenol ini adalah semua senyawa memiliki
struktur dasar berupa fenol. Fenol sendiri merupakan struktur yang terbentuk dari
benzena tersubtitusi dengan gugus OH. Gugus OH yang terkandung merupakan
activator yang kuat dalam reaksi subtitusi aromatik elektrofilik (Fessenden,1982)
Phenol Polifenol

Senyawa fenol dapat di definisikan secara kimiawi oleh adanya satu cincin
aromatik yang membawa satu (fenol) atau lebih (polifenol) substitusi hydroksil,
termasuk derifat fungsionalnya. Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan
pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak gugus fenol dalam
molekulnya. Polifenol memiliki spektrum luas dengan sifat kelarutan pada suatu pelarut
yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh gugus hidroksil pada senyawa tersebut
yang dimiliki berbeda jumlah dan posisinya. Turunan polifenol sebagai antioksidan
dapat menstabilkan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang
dimiliki radikal bebas, dan menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan
radikal bebas. Polifenol merupakan komponen yang bertanggung jawab terhadap
aktivitas antioksidan dalam buah dan sayuran (Hattenschwiler dan Vitousek, 2000).
Polifenol mudah larut dalam air karena berikatan dengan gula sebagai glikosida
dan biasanya terdapat dalam vakuola sel. Untuk mendeteksi senyawa fenol sederhana
ialah dengan menambahkan larutan besi (III) klorida 1% dalam air atau etanol ke dalam
larutan cuplikan yang menimbulkan warna hijau, merah, ungu, biru atau hitam yang
kuat.
b. Tanin
Tanin adalah suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, berasa pahit
dan kelat, yang bereaksi dengan dan menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa
organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid. Tanin merupakan senyawa kimia
yang terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, khusus dalam tumbuhan
angiospermae terdapat dalam jaringan kayu. Secara kimia terdapat dua jenis utama
tanin, yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkondensasi atau
flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin
tunggal (galokatekin) yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang
lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu flavon dengan satuan
berikutnya melalui ikatan 4-6 atau 6-8. Kebanyakan flavolan mempunyai 2-20 satuan
flavon.
Tanin terhidrolisis terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana ialah depsida
galoiglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh lima atau
lebih gugus ester galoil. Pada jenis yang kedua, inti molekul berupa senyawa dimer
asam galat yaitu asam heksahidroksidifenat, yang berikatan dengan glukosa. Bila
dihidrolisis, elagitanin ini menghasilkan asam elagat (Harborne, 1987).
Senyawa-senyawa tanin ditemukan pada banyak jenis tumbuhan; pelbagai
senyawa ini berperan penting untuk melindungi tumbuhan dari pemangsaan
oleh herbivora dan hama, serta dalam pengaturan pertumbuhan. Tanin yang terkandung
dalam buah muda menimbulkan rasa kelat (sepat); perubahan-perubahan yang terjadi
pada senyawa tanin bersama berjalannya waktu berperan penting dalam proses
pemasakan buah.
Kandungan tanin dari bahan organik (serasah, ranting dan kayu) yang terlarut
dalam air hujan (bersama aneka subtansi humus), menjadikan air yang tergenang
di rawa-rawa dan rawa gambut berwarna coklat kehitaman seperti air teh, yang dikenal
sebagai air hitam (black water). Kandungan tanin pula yang membuat air semacam ini
berasa kesat dan agak pahit.

4.2.3. Identifikasi Golongan Senyawa Polifenol dan Tanin :

1. Polifenol
a. Larutan ekstrak atau larutan uji ditambahkan dengan FeCl3 terjadi perubahan
warna menjadi hijau hijau biru hingga hitam.
b. Uji kromatografi lapis tipis dengan menggunakan perekasi FeCl3. Jika timbul
warna hitam maka menunjukkan bahwa sampel positif mengandung polifenol.
2. Tanin
a. Larutan uji ditambahkan dengan sedikit larutan gelatin dan larutan NaCl. Jika
terjadi endapan putih sampel positif mengandung tanin.
b. Larutan ekstrak/larutant uji ditambahkan dengan FeCl3 terjadi perubahan warna
menjadi hijau kehitaman.
4.2.4. Klasifikasi Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu.
Ada banyak teknik pemisahan tetapi kromatgrafi merupakan teknik paling banyak
digunakan. Kebanyakan pemisahan kromatografi rutin dari suatu campuran dikerjakan
dalam beberapa menit dengan peralatan yang relatif sederhana ( Nirwana, 1995 ).
Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan 2 fase, yaitu fase diam
(stationary) dan fase gerak (mobile). Pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakan
relative pada 2 fase tersebut. Gerakan fase gerak menyebabkan perbedaan migrasi dari
penyusun cuplikan. Inilah yang dipakai sebagai dasar pemisahan kromatografi. Tanpa
perbedaan dalam kecepatan migrasi dari dua senyawa tidak mungkin terjadi pemisahan.
Keuntungan kromatografi merupakan metode pemisahan yang cepat dan mudah
serta menggunakan peralatan yang murah dan sederhana. Hingga campuran yang
komplek dapat dipisahkan dengan mudah. Keuntungan lebih lanjut ialah hanya
membutuhkan campuran cuplikan yang sangat sedikit, bahkan justru tidak mungkin
menggunakan jumlah yang besar dalam kromatografi. Disamping itu dapat dikerjakan
pengulangannya (Sastrohamidjojo, 1991 dalam Nirwana, 1995).
Untuk mendeteksi polifenol dengan metode KLT cukup melarutkan pada fase
gerak Kloroform : Etil Asetat : Asam Formiat (0,5 : 9 : 0,5) lalu bercak nodanya
disemprot dengan pereaksi FeCL3 dan dipanaskan. Jika ekstrak positif mengadung
polifenol maka akan timbul warna hitam.

4.3. Alat dan Bahan

Alat Bahan
Beaker Gelas Ekstrak Psidium
Gelas Ukur guajava L.
Batang pengaduk Aquadest

Tabug Reaksi NaCL 10%

Chamber Larutan Gelatin

Plat KLT FeCL3

Pipet Kloroform

Pipet mikro Etil Asetat

Corong Gelas Asam Formiat


Kiesel Gel 254

1.5. Skema Kerja

1. Preparasi Sampel

0,3 gram ektrak + 10 ml Aquadest Diaduk dan dibiarkan ad temperatur


Panas kamar
Blanko

Disaring + 3-4 tetes 10% NaCL, diaduk

IV A IV B IV C

Uji Gelatin

Ket :
+ 3 tetes lar gelatin + 5 ml NaCL 10%
IV B End putih : + tanin

Uji Ferri Klorida

IV C Ket :
+ 3 tetes lar FeCL3 Amati perubahan warna
Warna hijau kehitaman : + tanin

Keterangan :
DAFTAR PUSTAKA
FeCL3 positif, Uji gelatin positif = + Tanin
Cahyono, B. 2010. Cara Sukses Berkebun Karet. Cetakan Pertama. Jakarta : Pustaka
Mina. FeCL3 positif, Uji gelatin negatif = + polifenol

FeCL3 negatif = Polifenol (-), Tanin (-)


Fessenden, R.J & Fessenden, j.s. (1982). Alih Bahasa Pujaatmaka, A.H. Kimia Organik
(1). Jakarta : Erlangga

Hapsoh dan Hasanah, Y., 2011. Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. USU Press.
Medan

Harbone, J.B. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa


Tumbuhan. Terjemahan K. Padmawinata. Edisi II. Bandung : ITB Press. Hal. 6, 71
,76 ,84-85, 94-97.

Hattenschwiller, S dan Vitousek, P. M. 2000. The role of polyphenols interrestrial


ecosystem nutrient cycling. Review PII: S0169-5347(00)01861-9 TREE vol. 15, no.
6 June 2000.

Indriani, Y. H. 2000. Membuat kompos secara kilat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lozoya, X., Reyes-Morales, H., Chavez-Soto, M.A., Martinez-Garcia, M.C., Soto-


Gonzales, Y., and Doubova, S.V., 2002, Intestinal anti-spasmodic effect of a
phytodrug of Psidium guajava folia in the treatment of acute diarrheic disease, J
Etnopharmacol., 83(1-2), 19-24

Taiz, L. and Zeiger. E. 2002. Plant Physiology (3 rd Edition). Sinauer Associates, Inc.
Publishers. Sunderland Massachusetts

Anda mungkin juga menyukai

  • Jurnal Reffany
    Jurnal Reffany
    Dokumen7 halaman
    Jurnal Reffany
    Reffany Dyah Septatiwi
    Belum ada peringkat
  • Fenotiazin
    Fenotiazin
    Dokumen6 halaman
    Fenotiazin
    Reffany Dyah Septatiwi
    Belum ada peringkat
  • Ulil Albab
    Ulil Albab
    Dokumen6 halaman
    Ulil Albab
    Reffany Dyah Septatiwi
    Belum ada peringkat
  • Tetes Mata
    Tetes Mata
    Dokumen24 halaman
    Tetes Mata
    Reffany Dyah Septatiwi
    Belum ada peringkat
  • Kromatografi Kolom
    Kromatografi Kolom
    Dokumen24 halaman
    Kromatografi Kolom
    Reffany Dyah Septatiwi
    Belum ada peringkat
  • Medication Error
    Medication Error
    Dokumen9 halaman
    Medication Error
    Reffany Dyah Septatiwi
    100% (1)