Anda di halaman 1dari 7

Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

Case Report

PEMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN COVID-19 DI RUMAH SAKIT “X”

MONITORING OF DRUG THERAPY IN COVID-19 PATIENTS AT HOSPITAL “X”

Reffany Dyah Septatiwi1 *, Satya Candra Yanih2,


1
Fakultas Farmasi, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, Indonesia, 14350

*E-mail: reffanydyah@gmail.com

Abstrak
Covid-19 merupakan kependekan dari COrona VIrus Disesase dan kali pertama terdiagnosis pada tahun 2019 yang
menyerang saluran pernapasan. Virus Covid-19 mampu menularkan dengan kontak langsung dan percikan (droplet).
Penderita dengan karakteristik tertentu lebih rentan terhadap kematian akibat terinfeksi virus Covid-19 yaitu pada
penderita lansia, penderita yang memiliki penyakit kronis tidak menular seperti jantung, diabetes mellitus, kanker.
Kunci utama mengatasi Covid-19 adalah menekan tingkat fatalitas kasus sampai serendah mungkin dengan
meningkatkan keberhasilan penanganan kasus yang parah dan kritis, strategi yang diambil adalah dengan mengobati
penyakit dasar, mencegah dan mengatasi komplikasi secara aktif, encegah infeksi sekunder dan memberikan
dukungan fungsi organ secara tepat waktu. Maka dari itu, pada penderita Covid-19 bisa berisiko mendapatkan Drug
Related Problems (DRPs). Tujuan studi kasus ini adalah mengetahui efektifitas terapi obat yang digunakan pasien
serta mengetahui resiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) pada pasien Covid-19. Metode yang digunakan
secara univariat dengan cara analisa profil pengobatan pasien sesuai dengan DRPs. Dari hasil studi kasus diperoleh
kesimpulan bahwa terapi pengobatan yang diterima oleh pasien sudah efektif karena sesuai pada acuan saat itu serta
telah menggunakan metode sistematis dan terdapat satu permasalahan DRPs.

Kata kunci: PTO; DRPs; Covid-19

Abstract
Covid-19 stands for Corona Virus Disease and was diagnosed in 2019 which attacks the respiratory tract. The Covid-
19 virus is capable of transmitting by direct contact and droplets. Patients with certain characteristics are more
susceptible to death due to infection with the Covid-19 virus, namely in elderly patients, patients with chronic non-
communicable diseases such as heart disease, diabetes mellitus, cancer. The main key to overcoming Covid-19 is to
reduce the case fatality rate to the lowest possible level by increasing the success of handling severe and critical cases.
The strategy is to treat the underlying disease, actively prevent and treat complications, prevent secondary infections
and provide proper organ function support. time. Therefore, Covid-19 sufferers can be at risk of getting Drug Related
Problems (DRPs). The purpose of this case study is to determine the effectiveness of drug therapy used by patients
and to determine the risk of unwanted drug reactions (ROTD) in Covid-19 patients. The method used is univariate by
analyzing the patient's treatment profile according to the DRPs. From the results of the case study, it was concluded
that the treatment therapy received by the patient was effective because it was in accordance with the reference at
that time and had used a systematic method and there was one problem with DRPs.

Keywords: PTO; DRPs; Covid-19


Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

PENDAHULUAN

Virus merupakan salah satu penyebab penyakit menular yang perlu diwaspadai. Dalam 20
tahun terakhir, beberapa penyakit virus menyebabkan epidemi seperti severe acute respiratory
syndrome coronavirus (SARS-CoV) pada tahun 2002-2003, influenza H1N1 pada tahun 2009 dan
Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) yang pertama kali teridentifikasi di Saudi
Arabia pada tahun 2012. Pada tanggal 11 Februari 2020, World Health Organization memberi
nama virus baru tersebut SARS-CoV-2 dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus Disease 2019
(Covid-19). Virus corona ini menjadi patogen penyebab utama outbreak penyakit pernapasan.
Pada tanggal 11 Maret 2020, WHO mengumumkan bahwa Covid-19 menjadi pandemi di dunia.
(PAPDI, 2020)

Sejak diumumkan pertama kali ada di Indonesia, kasus COVID-19 meningkat jumlahnya
dari waktu ke waktu sehingga memerlukan perhatian. Pada prakteknya di masa pandemi,
tatalaksana Covid-19 diperlukan kerjasama semua profesi untuk menanganinya. Dalam hal ini
apoteker harus kritis dalam hal menilai masalah terapi pengobatan pasien dikarenakan setiap
pengobatan itu pasti selalu ada masalah. Walaupun masalah tersebut hanya kecil, tetapi jika tidak
ditangai ditakutkan akan memperlambat outcome yang seharusnya didapat pasien dari terapinya
serta meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien
(patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin seperti yang sudah
disebutkan dalam Permenkes RI No. 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Rumah Sakit.
Maka dari itu, penulis yang sebagai mahasiswa PKPA di RS “X” ini melakukan Pemantauan
Terapi Obat (PTO) terhadap obat yang diberikan pada pasien yang positif dinyatakan Covid-19.
PTO ini bertujuan untuk membantu pasien agar lebih mendapatkan terapi yang lebih baik.

STUDI KASUS

Pasien Tn.D, umur 54 tahun. Masuk rumah sakit.

Keluhan utama panas dingin sejak 2 hari yang lalu, kepala pusing, berkeringat di pagi hari, mual
muntah.

Dinyatakan positif COVID – 19 pada tanggal 5 Maret 2021.

Riwayat penyakit dahulu : DM dan HT

Uraian klinis pasien :


Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

HASIL PEMERIKSAAN, ANALISA RENCANA PENATALAKSAAN


HARI/TANGGAL SOAP
PASIEN
Subjektif Batuk (+), Demam (+) Mual(+),nafsu makan↓
- TD :103/85
- Nadi : 98x/menit
Objektif - RR : 20x/menit
- Suhu : 35,70 C
Assessment bersihan jalan nafas tidak efektif
- Anjurkan batuk efektif
- Anjurkan minum hangat
Minggu/ 7 Maret 2021 Diberikan:
- Azitromisin 1x500mg
- Zink 20mg
Plan - Drip PCT 3x1g
- Inj. Omz 2x40mg
- Inj. Dexa 2x1 h1-h3
1x5 h4-h6
- Inj. Resfar 1x5g
- Inj. Remdesivir 1x200mg h1
1x100mg selanjutnya
Subjektif Batuk (+), Pusing (+)
- TD : 103/85
- Nadi : 88x/menit
Objektif - RR : 20x/menit
- Suhu : 370 C
Assessment Batuk (+)
- Anjurkan batuk efektif
- Anjurkan minum air hangat
- Lanjutkan terapi
Senin/ 8 Maret 2021 - Minum obat dengan teratur sesuai anjuran dokter
H1 Diberikan :
- Azitromisin 1x500mg
- Zink 20mg
Plan
- Drip PCT 3x1g
- Inj. Omz 2x40mg
- Inj. Dexa 2x1
- Inj. Resfar 1x5g
- Inj. Remdesivir 1x200mg
- Inj. Neurobion 1 amp dalam NaCl 100cc
- + Inj. Lovenox 0,4
Subjektif Batuk (+), Pusing (+)
Pasien tenang, akral hangat, terpasang venflon.
- TD : 125/77
Objektif - Nadi : 81x/menit
- Suhu : 36,8 0c
- RR : 20x/menit
Assessment Batuk (+)
- Anjurkan batuk efektif
- Anjurkan minum air hangat
Selasa/ 9 Maret 2021 - Kaji pola nafas
H2 Diberikan :
- Azitromisin 1x500mg
- Zink 20mg
- Drip PCT 3x1g
Plan
- Inj. Omz 2x40mg
- Inj. Dexa 2x1
- Inj. Resfar 1x5g
- Inj. Remdesivir 1x100mg
- Inj. Lovenox 0,4 1x1
- Inj. Neurobion 1 amp dalam NaCl 100cc
- + ambroxol
Subjektif Batuk (+), nafas berat , Sesak (+)
- TD : 125/77
- Suhu : 36,80c
Objektif
- Nadi : 81x/menit
- RR : 20x/ menit
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

Assessment Gangguan pola nafas


- Anjurkan batuk efektif
- Suport mental
Diberikan :
Rabu/ 10 Maret 2021 - Azitromisin 1x500mg
H3 - Zink 20mg
- Drip PCT 3x1g
- Inj. Omz 2x40mg
- Inj. Dexa 2x1
Plan
- Inj. Resfar 1x5g
- Inj. Remdesivir 1x100mg
- Inj. Lovenox 0,4
- + ISDN 5mg
- + Bisoprolol 2,5
- + Aspilets
- + Inj. vit C 2x1 g
- + vit D3 3x10.000
Subjektif Batuk (+), sesak, nafas berat
- TD : 118/77
- Nadi : 87x/menit
- RR : 20x/menit
Objektif
- Suhu : 360c
- HBA1C : 7,2%
- GDP : 143
- Gangguan pola nafas tidak efektif
Assessment - Gangguan metabolisme karbohidrat ditandai dengan GDP dan
HBA1C naik
- Memberikan edukasi gizi dengan diet DM 1900
Diberikan :
- Azitromisin 1x500mg
Kamis/ 11 Maret 2021 - Zink 20mg
H4 - Drip PCT 3x1g
- Inj. Omz 2x40mg
- Inj. Dexa 1x5
- Inj. Resfar 1x5g
- Inj. Remdesivir 1x100mg
Plan
- Inj. Lovenox 0,4
- + Ambroxol 15mg
- + Codein 10mg
- + Cetirizine 10mg
- + GG 100mg
- + ISDN 5mg
- + Bisoprolol 2,5
- + Apilets 80mg
- + Furosemide 40mg
Subjektif Batuk menurun, kadang-kadang sesak nafas
- TD : 120/79
- Nadi : 81x/menit
Objektif
- RR : 20x/menit
- Suhu : 360c
Assessment Gangguan pola nafas
- Swab PCR
- Anjurkan batuk efektif
- Anjurkan minum hangat
Diberikan :
- Azitromisin 1x500mg
Jum’at/ 12 Maret 2021
- Zink 20mg
H6
- Drip PCT 3x1g
- Inj. Omz 2x40mg
Plan
- Inj. Dexa 1x5
- Inj. Resfar 1x5g
- Inj. Remdesivir 1x100mg
- Inj. Lovenox 0,4
- + ISDN 5mg
- + Bisoprolol 2,5
- + Apilets 80mg
- + Furosemide 40mg
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

- + Alprazolam 0,5mg
Subjektif Batuk (-), Sesak (-)
- TD : 11476
- Suhu : 360c
Objektif
- Nadi : 81x/menit
- RR : 20x/menit
Assessment Hasil swab PCR (-)
Diberikan :
- Azitromisin 1x500mg
- Zink 20mg
Sabtu/ 13 Maret 2021 - Drip PCT 3x1g
H7 - Inj. Omz 2x40mg
- Inj. Dexa 1x5
- Inj. Resfar 1x5g
Plan
- Inj. Remdesivir 1x100mg
- Inj. Lovenox 0,4
- + ISDN 5mg
- + Bisoprolol 2,5
- + Apilets 80mg
- + Furosemide 40mg
- + Alprazolam 0,5mg

Drug Related Problem pada terapi pasien:

Drug Related
No. Klasifikasi Problem (DRP) Keterangan Planing
Ada Tidak
1. Indikasi yang tidak di √
tangani
2. Pilihan obat kurang tepat √
3. Penggunaan obat tanpa √
indikasi
4. Dosis sub-terapi √
5. Overdosis √
6. Reaksi obat yang tidak di √
tangani
7. Interaksi obat √ Azitromisin meningkatkan efek Hindari atau memilih alternatif
enoxaparin dengan menurunkan obat lain jika tersedia
metabolisme. penggantinya.
azitromisin akan meningkatkan Jika penggunaan bersama
kadar atau efek kolkisin. diperlukan, kurangi dosis kolkisin
seperti yang direkomendasikan
dalam informasi resep.
deksametason akan menurunkan Penggunaan dimonitoring.
tingkat atau efek kolkisin dengan
mempengaruhi metabolisme
CYP3A4 enzim hati / usus.
deksametason, enoxaparin. Penggunaan dimonitoring INR
Kortikosteroid dapat menurunkan nya.
efek antikoagulan dengan
meningkatkan koagulabilitas darah;
sebaliknya, dapat merusak integritas
vaskular, sehingga meningkatkan
risiko perdarahan.
azitromisin akan meningkatkan Penggunaan dimonitoring.
kadar atau efek cetirizine oleh
pengangkut P-glikoprotein (MDR1).
deksametason akan menurunkan Penggunaan dimonitoring.
kadar atau efek omeprazol dengan
mempengaruhi metabolisme enzim
hati/usus CYP3A4.
8. Gagal menerima obat √
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

PEMBAHASAN
Pada tanggal 7 maret 2021 pasien dengan nama Tn. D berusia 54 tahun masuk RS dengan
demam panas dingin sejak 2 hari yang lalu, kepala pusing, mual muntah, napsu makan berkurang.
Pasien pada tanggal 5 maret 2021 dinyatakan positif Covid-19 pada hasil swab PCR nya. Pasien
memiliki riwayat penyakit sebelumnya hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2 dengan riwayat
penyakit keluarga tidak diketahui. Hasil pemeriksaan tanda vital pada tanggal 7 maret menjukkan
tekanan darah 178/87 mmHg, denyut nadi 98x/menit, nafas normal dengan nafas 20x/menit, suhu
tubuh normal 35,70c. Pada hasil pemerikasaan laboraturium didapatkan hasil HBA1C pasien 7,2%
pada gula darah puasa (GDP) hasilnya 143mg/dl ini menunjukkan adanya gangguan metabolism
karbohidrat dan pasien diberikan edukasi gizi lalu pasien disarankan untuk diet DM 1900.

Pada kasus ini terdapat interaksi obat yang dapat diamati pada tabel DRP (drugs related
problem) yaitu dimana azitromisin meningkatkan efek enoxaparin dengan menurunkan
metabolisme hindari penggunaan obat tersebut atau dapat memilih alternatif obat lain jika tersedia
penggantinya, yang kedua azitromisin akan meningkatkan kadar atau efek kolkisin (Recolfar) jika
penggunaan bersama diperlukan, kurangi dosis seperti yang direkomendasikan dalam informasi
resep.
Untuk penggunaan obat bersamaan yang perlu dimonitoring yaitu ada deksametason dan
kolkisin dimana deksametason akan menurunkan efek kolkisin, kemudian deksametason dan
enoxaparin (Lovenox) dimana deksametason sebagai kortikosteroid dapat menurunkan efek
antikoagulan dengan meningkatkan koagulabilitas darah dan sebaliknya dapat merusak integritas
vascular sehingga dapat meningkatkan resiko pendarahan. Berikutnya ada azitromisin dengan
cetirizine, disini azitromicin akan meningkatkan efek cetirizine, yang terakhir ada deksametason
dan omeprazole dimana deksametason akan menurunkan efek dari omeprazole dan dapat
mempenharuhi metabolisme enzim hati/usus. Pada kasus ini penggunaan obat yang berinteraksi
indikasinya dibutuhkan sehingga wajib diberikan kepada pasien oleh karena itu monitoring harus
dilakukan secara intens apabila interaksi obat tersebut mulai memberikan gejala yang tidak
diinginkan.

KESIMPULAN
Terapi obat yang diberikan pada pasien Tn.D dengan penyakit Covid-19 di RS “X” sudah
efektif karena sesuai pada acuan saat itu serta telah menggunakan metode sistematis PTO yang
sesuai yaitu metode Subjective, Objective, Assessment dan Plans atau dikenal dengan sebutan
metode SOAP. Pada penggunaan obat hanya terdapat 1 kategori DRP yaitu pada poin interaksi
obat, ada 2 macam kombinasi yang jika bisa dihindari lebih baik dihindari agar meminimalisir
terjadinya resiko pada pasien yaitu azitromisin dengan recolfar dan azitromisin dengan lovenox.
Serta ada 4 macam kombinasi yang penggunaannya harus dimonitoring yaitu deksametason
dengan lovenox, deksametason dengan recolfar, deksametason dengan cetirizine dan
deksametason dengan omeprazole. Jika ditinjau dari literatur, dimana azitromisin dan recolfar
(kolkisin) kategori interaksi menunjukkan “serious-use alternative”.
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal

DAFTAR RUJUKAN
1. Badan Pom RI. 2014. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto. Jakarta.Hal
41-306
2. Badan Pom RI. 2020. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Sagung Seto. Jakarta.Hal
73-110
3. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI). Pedoman Tatalaksana
COVID-19 Edisi 3. 2020. Jakarta.
4. Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia. Maret 2020. Panduan Praktis Untuk
Apoteker Menghadapi Pandemi Covid-19. Jakarta.

5. Siregar, C.J.P (2004). Farmasi Rumah Sakit. Jakarta: EGC. Hal 6-71.
6. Tan, K. Chik et al (2013). Farmasi Klinis. Surabaya: Universitas Surabaya. Hal 119-131.
7. (https://reference.medscape.com/drug-interactionchecker), diakses tanggal 28 Maret
2021. Jakarta.
8. (https://www.drugs.com/drug_information.html), diakses pada tanggal 28 Maret 2021.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai