BRONCHOPNEUMONIA
Oleh :
Rion Inka Putra 102121068
Pembimbing :
dr. Sarita Miguna, Sp.A
Status Pasien
No. Rekam Medis : 015265
Nama : Muhammad Daffa Alfarizi
Tanggal Lahir : 02 September 2021
Usia : 11 Bulan
BB : 8,2 Kg
Jenis Kelamin : Laki Laki
Agama : Islam
Tanggal : 27 Juli 2022
Masuk RS
Anamnesis
(Alloanamnesis)
Keluhan Utama
1
Pasien datang ke RS HJ Bunda halimah dengan keluhan demam
sejak 5 hari yang lalu
6 Riwayat Alergi
Tidak Ada
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Tingkat Kesadaran : CM
GCS : E4 M6 V5
SpO2 : 96 %
BB : 8,2 Kg
Tanda Vital
HR : 140 x/menit
RR : 42 x/menit
T : 39,2°C
Status Generalisata
& Lokalis
Hematokrit 30,9 36 - 44 %
MCV 68,7 73 - 89 fL
MCH 23,6 24 - 30 pg
MCHC 34,3 32 - 36 %
Pemeriksaan Penunjang
(Foto Thorax)
Foto thorax, AP View, Supine, Asimetris, Inspirasi dan kondisi cukup. Hasil :
Tampak Opasitas in homogen batas tak tegas di paracardial dextra-parahilar
bilateral Hilus tak tampak menebal.
Diafragma dextra et sinistra tampak lancip.
Sinus costofrenicus dextra et sinistra tampak lancip
Cor, CTR < 0.56
Sistema tulang yang tervisualisasi intact.
KESAN
Bronchopneumonia
Besar cor dalam batas normal.
Diagnosis
Kerja
Bronchopneumonia
TATALAKSANA
Farmakologi :
- IVFD D5 1/4 ns 15 GTT/Mikro
- Paracetamol drip 3 x 0,4 ml
- (Ambroxol + cetirizine + salbutamol)
3x1 pulv
- Inj Amoxsan 3x150 mg IV
- Inj Gentamisin 40mg/24 jam
- Inj Dexamethason 3x1mg IV
- Nebu Velutin 1/2 reps/8 jam
- Nebu pulmicort 1 reps/8 jam
- Zink Syr 1x1 cth
Non Farmakologi :
- Komunikasi, Informasi,dan Edukasi
Follow Up
Subjektif Objektif Assessment Planning
- IVFD D5 1/4 ns 15 GTT/Mikro
- Paracetamol drip 3 x 0,4 ml
GCS : E4 M6 V5 - (Ambroxol + cetirizine +
Kes : CM salbutamol) 3x1 pulv
27 Juni 2022 Demam menurun(+), Bronchopneumonia
Hr : 110 x/i - Inj Amoxsan 3x150 mg IV
17.00 batuk(+), sesak(+), -
RR : 35 x/i Inj Gentamisin 40mg/24 jam
pilek (+) - Inj Dexamethason 3x1mg IV
T : 37,0
SpO2: 97% - Nebu Velutin 1/2 reps/8 jam
- Nebu pulmicort 1 reps/8 jam
- Zink Syr 1x1 cth
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 juga menunjukkan angka prevalensi pneumonia
pada balita tinggi yaitu 4,5 per 100 balita. Hal ini berarti, 4-5 dari 100 balita, menderita Pneumonia.
Sementara Berdasarkan laporan WHO tahun 2017, 15% dari kematian anak dibawah 5 tahun atau 5,5
juta disebabkan pnemonia dan berdasarkan sampel sistem registrasi Balitbangkes tahun 2016 jumlah
lebih dari 800.000 anak di Indonesia.
Ada sumber infeksi disaluran pernafasan
Edema trakeal/faringeal
Peningkatan produksi
secret
Penurunan jaringan efektif Reaksi sistematis:
paru dan kerusakan membran bakterimia/viremia, anoreksia,
Batuk produktif alveolar-kapiler mual, demam, penurunan berat
Sesak nafas badan dan kelemahan
Patofisiologi
Penurunan kemampuan
batuk efektif Sesak nafas, penggunaan otot
bantu nafas, pola nafas tidak Peningkatan laju
efektif metabolism umum
Intake nutrisi tidak
Ketidakefektifan
adekuat
bersihan jalan nafas
Tubuh makin kurus
Gangguan pertukaraan gas
Ketergantungan aktifitas
sehari-hari
Kurangnya pemenuhan
istirahat dan tidur
Kecemasan
Pemenuhan informasi
Perubahan pemenuhan
gizi kurang dari kebutuhan
Gangguan pemenuhan
ADL
Gangguan pemenuhan
istirahat dan tidur
Kecemasan
Pemenuhan informasi
hipertermi
Gejala
Klinis
1. Biasanya didahului infeksi traktus respiratoris atas.
3. Anak sangat gelisah dan adanya nyeri dada yang terasa ditusuk-tusuk yang dicetuskan
oleh bernafas dan batuk.
4. Pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung dan mulut.
7. Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan hipoksia apabila infeksinya serius.
10. Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
2.Tanda utama : keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi.
3.Tanda-tanda vital :
- Frekuensi nadi dan tekanan darah: Takikardi, hipertensi
- Frekuensi pernafasan: Takipnea, dispnea progresif, pernafasan dangkal, penggunaan
otot bantu pernafasan, pelebaran nasal.
- Suhu tubuh : Hipertemi akibat penyebaran toksik mikroorganisme yang direspon
oleh hipotalamus.
4. Berat badan dan tinggi badan Kecenderungan berat badan anak mengalami
penurunan.
Pemeriksaan Fisik
5. Integumen
- Warna: Pucat sampai sianosis
- Suhu : Pada hipertemi kulit terbakar panas akan tetapi setelah hipertemi teratasi
kulit anak akan teraba dingin
- Turgor : Menurun pada dehidrasi.
6. Kepala
- Perhatikan bentuk dan kesimetrisan
- Palpasi tengkorak akan adanya nodus atau pembengkakan yang nyata
- Periksa higiene kulit kepala, ada tidaknya lesi, kehilangan rambut, perubahan warna.
Data yang paling menonjol pada pemeriksaan fisik adalah pada : Thorax dan paru-paru
- Inspeksi: Frekuensi irama, kedalaman dan upaya bernafas antara lain: takipnea,
dispnea progresif,pernafasan dangkal, pektus ekskavatum (dada corong), paktus
karinatum (dada burung), barrel chest.
Pemeriksaan Fisik
- Palpasi: Adanya nyeri tekan, massa, peningkatan vokal fremitus pada daerah yang
terkena.
- Perkusi: Pekak terkaji bila terisi cairan pada paru, normalnya timpani (terisi udara)
resonansi.
c) Kultur darah
Leukositosis dapat mencapai 15.000-40.000 mm3 dengan pergeseran ke kiri.
Pemeriksaan Penunjang
3. GDA : tidak normal mungkin terjadi,tergantung pada luas paru yang
. terlibat dan penyakit paru yang ada.
4. Analisa gas darah arteri bisa menunjukkan asidosis metabolic dengan atau
tanpa retensi CO2.
5. LED meningkat.
6. WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cells mm3.
Medikamentosa
1. Pemberian Antipiretik, dapat diberikan paracetamol Dosis yang digunakan adalah 10- 15 mg/kgBB/kali
pemberian. Dapat diulang pemberiannya setiap 4-6 jam
2. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi klinis. Dapat dipilih antibiotik
ceftriaxone yang merupakan antibiotik sefalopsorin generasi ketiga dengan aktivitas broad spectrum terhadap
bakteri gram negatif. Dosis ceftriaxone yaitu 50-100 mg/KgBB/hari, dalam dua dosis pemberian atau
ceftriaxone diberikan sebanyak 350 mg 2x sehari secara intravena.
Penatalaksanaan
4. Terapi Inhalasi
Terapi inhalasi akan membantu melebarkan dan membersihkan jalan napas sehingga oksigen dapat masuk ke
organ pernapasan. (IDAI, 2009)
- Pada pasien dengan eksaserbasi akut asma atau penyakit paru obstruktif kronik.
- Pasien dengan infeksi purulen kronik (seperti pada fibrosis kistik atau bronkiektasis).
- Pneumonia
Diagnosis Banding
1. Aspirasi pneumonia
Infeksi peradangan pada paru yang disebabkan oleh benda asing maupun mikroorganisme
yang masuk ke dalam paru.
2. Edema paru
Suatu kondisi dimana terdapat kelebihan cairan di dalam paru paru.
3. Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain: M. tuberculosis, M.
africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA).
Komplikasi
1. Infeksi aliran darah atau sepsis
2. Abses paru
4. Gagal napas
5. Gagal ginjal
6. Gagal jantung
Pencegahan
Rajin mencuci tangan dengan
A. Pencegahan terhadap pneumonia dapat dicegah dengan B. Melakukan pendidikan kesehatan mengenai
pemberian imunisasi/vaksinasi. saat ini sudah tersediasabun
Bronkopneumonia pada masyarakat
banyak vaksin untuk mencegah pneumonia. Setiap vaksin
Jaga kebersihan rumah dan
mencegah infeksi bakteri/virus tertentu sesuai jenis C. perilaku preventif sederhana misalnya kebiasaan
vaksinnya. lingkungan
mencuci tangan dan hidup bersih, perbaikan gizi
dengan pola makan yang sehat dan matang
Makanan/minuman bergizi dan
Berikut vaksin yang sudah tersedia di Indonesia dan dapat
mencegah pneumonia : bersih
Waspadai makanan yang terlalu
1. Vaksin PCV (imunisasi IPD) untuk mencegah infeksi
pneumokokkus (Invasive Pneumococcal diseases, IPD). vaksinpedas
PCV yang sudah tersedia adalah PCV-7 dan PCV-10. PCV 13
Berikan vaksin rotavirus pada
belum tersedia di Indonesia
2. Vaksin Hib untuk mencegah infeksi Haemophilusbayi
Influenzae tipe b
3. Vaksin DPT untuk mencegah infeksi difteria dan pertusis
4. Vaksin campak dan MMR untuk mencegah campak
5. Vaksin influenza untuk mencegah influenza