Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

FOLLOW UP

Tanggal S O A P
13 Sesak Sensorium: compos - Efusi - Diet DM 1600 kkal
September napas (+) mentis TD:180/85 pleura - O2 2-4 lpm NC
2021 Batuk (+) mmHg HR: 99 x/i large - IVFD NaCl 0,9%
RR: 26x/i dextra ec 20 gtt/i
Temp: 36,5 ºC TB milier - Injeksi Ceftriaxone 1
SpO₂: 92% room (dalam gr/12 jam IV
air pengobata - Injeksi Ranitidin 50
Mata: konjungtiva n fase mg/12 jam IV
anemis (-/-), sklera awal) - Injeksi ketorolac 10
ikterik (-/-) - DM tipe 2 mg/ 8 jam IV
Leher: TVJ R+2 - Hipetensi - Ambroxol tab 3 x 30
cmH₂0 Stage I mg
Thorax: SP vesikuler - B comp tab 2x1
melemah di lapangan - Vit B6 1x100 mg
paru kanan, ST - Rifampicin 600 mg
rhonki basah (-/+) 1x1
Abdomen: soepel, - Isoniazid 300 mg 1x1
BU normal - Pirazinamid 1500 mg
Ekstremitas: akral 1x1
teraba hangat, edema - Etambutol 1500 mg
pretibial (-/-) 1x1
Hasil Kultur Cairan - Vitamin B6 1x100 mg
Pleura: BJ cairan: - Injeksi novorapid 10-
1.015 10-10 IU SC
Makroskopik - Injeksi Levemir 0-0-
Warna: Merah 12 IU SC
Kejernihan: Keruh - Candesartan tab
Rivalta (+) 1x8mg
Bekuan (-)
Mikorskopik Hitung
Jenis sel:
WBC-RF:
0,878x103/µL
RBC-RF:
0.043x103/µL
MN: 77 %
PMN: 23 %
Kimia:
Total protein: 222
mg/dl
Gulkosa: 44 mg/dl
LDH: 943 U/L
pH: 7.0
14 Sesak Sensorium: - Efusi pleura - Diet DM 1600 kkal
September napas(+) compos mentis large dextra - O2 2-4 lpm NC
2021 Batuk (+) TD:147/81 ec TB - IVFD NaCl 0,9%
berkurang mmHg milier 20 gtt/i
HR: 91 x/i RR: (dalam - Injeksi Ceftriaxone 1
21x/i pengobatan gr/12 jam IV
Temp: 36 ºC fase awal) - Injeksi Ranitidin 50
SpO₂: 96-97% - DM tipe 2 mg/12 jam IV
room air Hipetensi - Injeksi ketorolac 10
Mata: konjungtiva Stage I mg/ 8 jam IV
anemis (-/-), - Ambroxol tab 3 x 30
sklera ikterik (-/-) mg
Leher: TVJ - B comp tab 2x1
R+2 cmH20 - Vit B6 1x100 mg
Thorax: SP - Rifampicin 600 mg
vesikuler 1x1
melemah di - Isoniazid 300 mg 1x1
lapangan paru - Pirazinamid 1500 mg
kanan, ST rhonki 1x3
basah (+/+) - Etambutol 1500 mg
Abdomen: soepel, 1x3
BU normal - Vitamin B6 1x100 mg
Ekstremitas: akral - Injeksi novorapid 10-
teraba hangat, 10-10 IU SC
edema pretibial - Injeksi Levemir 0-0-
(-/-) 12 IU SC
Candesartan tab
1x8mg
15 Sesak napas Sensorium: - Efusi pleura - Diet DM 1600 kkal
September (+) compos large dextra - O2 2-4 lpm NC
2021 mentis ec TB - IVFD NaCl 0,9%
TD:163/87 milier 20 gtt/i
mmHg (dalam - Injeksi Ceftriaxone 1
HR: 97 x/i pengobatan gr/12 jam IV
RR: 22x/i fase awal) - Injeksi Ranitidin 50
Temp: 36,1 - DM tipe 2 mg/12 jam IV
ºC Hipetensi - Injeksi ketorolac 10
SpO2: 96- Stage I mg/ 8 jam IV
97% - Ambroxol tab 3 x 30
room air mg
Mata: - B comp tab 2x1
konjungtiva - Vit B6 1x100 mg
anemis (-/-), - Rifampicin 600 mg
sklera ikterik 1x1
(-/-) - Isoniazid 300 mg 1x1
Leher: TVJ - Pirazinamid 1500 mg
R+2 cmH20 1x3
Thorax: SP - Etambutol 1500 mg
vesikuler 1x3
melemah di - Vitamin B6 1x100 mg
lapangan - Injeksi novorapid 10-
paru kanan, 10-10 IU SC
ST rhonki - Injeksi Levemir 0-0-
basah (+/+) 12 IU SC
Abdomen: - Candesartan tab
soepel, BU 1x8mg
normal - Amlodipin tab 1 x 10
Ekstremitas: mg (malam)
akral teraba
hangat,
edema
pretibial (-/-)
BAB V

DISKUSI

TEORI PASIEN
Definisi Pasien mengalami sesak
Efusi pleura yaitu akumulasi cairan di antara
napas dialami ± 3 minggu
pleura parietal dan viseral, atau disebut juga
SMRS. Sesak napas
rongga pleura. Pada setiap tubuh manusia
memberat dalam 3 hari
terdapat sedikit cairan pleura yang berfungsi
SMRS sehingga os lebih
untuk lubrikasi rongga pleura yang berperan
sering berbaring ke arah
dalam pergerakan paru normal pada saat
kanan. Sesak napas
bernafas. Cairan pleura ini diatur oleh tekanan
memberat saat beraktivitas.
onkotik dan hidrostatik, serta drainase
Sesak napas tidak berkaitan
limfatik, adanya gangguan pada salah satu
dengan cuaca. Riwayat
sistem ini akan menyebabkan penumpukan
terbangun malam hari
cairan pleura. Krishna*
karena sesak napas tidak
Cairan pleura diklasifikasikan sebagai
ditemukan. Riwayat tidur
transudate atau eksudat berdasarkan kriteria
dengan beberapa bantal
Light. Cairan pleura dianggap eksudatif apabila
tidak ditemukan.
memenuhi salah satu kriteria tersebut, yaitu:
Pasien juga mengalami
Krishna*
batuk yang parah dijumpai
1. Rasio protein cairan pleura/protein
sejak 2 bulan lalu. Batuk
serum >0,5
pasien tidak berdahak dan
2. Rasio lactate dehydrogenase (LDH)
tidak disertai darah.
cairan pleura/LDH serum >0,6
Riwayat batuk darah tidak
3. LDH cairan pleura >2/3 batas atas nilai
dijumpai.
normal LDH serum
Pasien juga menderita
Efusi pleura transudatif terjadi akibat nyeri dada kanan dijumpai
faktor-faktor sistemik (tekanan hidrostatik dan sejak 3 minggu ini. Os
onkotik) yang mempengaruhi pembentukan dan mengeluhkan nyeri dada
penyerapan cairan pleura. Permeabilitas seperti tertusuk-tusuk.
mikrovaskular pleura tidak berubah pada efusi Nyeri dada memberat
pleura transudatif. Penyebab umum dari efusi terutama saat menarik
pleura transudatif mencakup kondisi yang napas.
menyebabkan perubahan tekanan hidrostatik Riwayat berkeringat
atau onkotik pada rongga pleura seperti pada malam dijumpai(+).
gagal jantung kongestif kiri, sindrom nefrotik, Riwayat penurunan berat
sirosis hepatis, dan hipoalbuminemia. Harisson, badan (-). Riwayat merokok
Krishna* (+) IB : Berat. Riwayat DM
Efusi pleura eksudatif terjadi akibat faktor- dijumpai sejak tahun ini
faktor lokal yang menyebabkan perubahan dan mengonsumsi obat
permeabilitas mikrovaskular pleura, sehingga metformin. Riwayat TB
terjadi akumulasi cairan pleura. Penyebab Paru dijumpai. Riwayat
umum dari eksudat mencakup infeksi paru konsumsi OAT dijumpai
seperti pneumonia atau tuberkulosis, yaitu <28 dosis OAT.
keganasan, penyakit inflamasi seperti Riwayat asma tidak
pankreatitis, lupus, rheumatoid artritis, post- dijumpai. Riwayat vaksin
cardiac injury syndrome, chylothorax (akibat covid-19 tidak dijumpai.
obstruksi limfatik), dan hemothoraks (darah Riwayat hipertensi dijumpai.
pada rongga pleura). Harisson, Krishna*
Beberapa penyebab lain efusi pleura yaitu
emboli paru dapat berupa eksudat atau
transudat, drug-induced (misalnya
methotrexate, amiodarone, phenytoin,
dasatinib, umumnya eksudat), post-
radiotherapy (eksudat), dan ruptur esofagus
(eksudat). Krishna*
Faktor risiko
Faktor risiko yang umum untuk terjadinya efusi
Pada anamnesis,didapatkan pasien
pleura yaitu:*West, Zablockis, Cheng
merupakan seorang laki-laki
1. Adanya penyakit paru,
berusia 49 tahun, sudah menikah
2. Merokok,
dan bekerja sebagai wiraswasta.
3. Neoplasia (misalnya pasien kanker
Pasien merupakan penderita TB
paru),
Paru Kasus Baru dan
4. Konsumsi alkohol berlebih,
mengonsumsi obat OAT selama <
5. Gagal jantung
28 hari. Pasien juga penderita DM
6. Sirosis hepatis
sejak 1 tahun yang lalu dan sedang
7. Penggunaan obat-obatan tertentu seperti
mengonsumsi Metformin.
dasatinib pada tatalaksana pasien
dengan leukemia mielositik kronis dan
obat-obatan yang imunosupresif,
8. Paparan asbestos akibat pekerjaan
9. Sebagai komplikasi dari beberapa
prosedur operasi

Diagnosis Pasien mengalami sesak

Untuk menegakkan diagnosis adanya efusi napas dialami ± 3 minggu


pleura, dalam anamnesis perlu untuk SMRS. Sesak napas
memastikan gejala yang dirasakan oleh pasien. memberat dalam 3 hari
Gejala efusi pleura tidak khas karena SMRS sehingga os lebih
tergantung dari penyakit yang mendasari / sering berbaring ke arah
etiologi pada pasien tersebut. Riwayat demam kanan. Sesak napas
dapat menunjukkan bahwa efusi disebabkan memberat saat beraktivitas.
adanya infeksi. Pada beberapa kasus, seperti Sesak napas tidak berkaitan
adanya riwayat pneumonia pada saat anamnesis dengan cuaca. Riwayat
kemungkinan menunjukkan efusi terbangun malam hari
parapneumonik. Riwayat penyakit terdahulu karena sesak napas tidak
seperti penyakit jantung, ginjal, atau hati ditemukan. Riwayat tidur
dengan beberapa bantal
kemungkinan menunjukkan efusi yang
tidak ditemukan.
transudatif. Pada pasien – pasien dengan usia
Pasien juga mengalami
yang lebih tua, adanya penurunan berat badan,
batuk yang parah dijumpai
dan riwayat merokok kemungkinan mengarah
sejak 2 bulan lalu. Batuk
pada efusi pleura dengan etiologi keganasan
pasien tidak berdahak dan
(Karkhanis, V., & Joshi, J. 2012). Efusi
tidak disertai darah.
pleura yang terjadi karena adanya infeksi dapat
Riwayat batuk darah tidak
disebabkan oleh beberapa penyakit seperti
dijumpai.
pneumonia, tuberkulosis, atau infeksi virus.
Pasien juga menderita
Efusi pleura yang disebabkan oleh adanya
nyeri dada kanan dijumpai
infeksi biasanya memiliki gejala sebagai
sejak 3 minggu ini. Os
berikut: demam persisten, batuk, dyspnea,
mengeluhkan nyeri dada
sputum produktif, dan nyeri dada. Pada
seperti tertusuk-tusuk.
pneumonia biasanya pasien memiliki trias
Nyeri dada memberat
gejala pneumonia yaitu batuk produktif dengan
terutama saat menarik
dahak purulen atau bisa berdarah, sesak napas,
napas. VAS = 5.
dan demam tinggi. Pada infeksi virus, biasanya
Riwayat berkeringat
lebih bersifat asimptomatik dan bersifat self-
malam dijumpai(+).
limiting disease. Pada tuberkulosis, biasanya
Riwayat penurunan berat
memiliki gejala umum TB berupa demam
badan (-). Riwayat merokok
subfebris berkepanjangan, batuk kronik lebih
(+) IB : Berat. Riwayat DM
dari 3 minggu, nyeri dada, keringat malam hari,
dijumpai sejak tahun ini dan
dan penurunan berat badan. Pada pasien ini,
mengonsumsi obat
gejala yang dirasakan pasien lebih mengarah ke
metformin. Riwayat TB
efusi pleura yang disebabkan oleh tuberkulosis
Paru dijumpai. Riwayat
paru. Pada efusi pleura yang disebabkan oleh
konsumsi OAT dijumpai
adanya keganasan memiliki gejala yang tidak
yaitu <28 dosis OAT.
khas yaitu batuk, demam suhu rendah, dan
Riwayat asma tidak dijumpai.
apabila berada di stadium berat dapat terjadi
Riwayat vaksin covid-19 tidak
distres pernapasan. Pada efusi pleura yang
dijumpai. Riwayat hipertensi
disebabkan karena gagal jantung atau sindrom
dijumpai.
nefrotik biasanya memilki gejala dyspnea,
Pada pemeriksaan fisik,
tanpa demam, dan disertai edema pada
dilakukan inspeksi thoraks dan
didapatkan hasil Simetris
ekstremitas. Pada pemeriksaan fisik didapati
Fusiformis, ketinggalan bernapas
pembesaran dada pada sisi yang terkena, dan
(+), retraksi interkostal (+). Pada
pelebaran sela iga. Fremitus suara melemah
perkusi thoraks dijumpai SF paru
sampai menghilang, pada perkusi didapati
kanan melemah dan redup pada
bedah dan pada auskultasi suara napas melemah
lapang paru kanan. Pada
sampai menghilang, serta adanya bising gesek
pemeriksaan auskultasi thoraks,
pleura atau pleural rub atau pleural friction rub
dijumpai suara paru menghilang
selama akhir inspirasi sampai awal ekspirasi (to
pada lapang paru kanan dan suara
and fro pattern)(Light, R. W., 2013). Untuk
tambahan Ronki basah (+/-).
membantu menegakkan diagnosis dibutuhkan
Pada pemeriksaan radiologis, xray
pemeriksaan penunjang. Rontgen thoraks
thoraks posisi posteroanterior (PA)
adalah suatu strategi imaging yang paling
didapatkan hasil aorta elongasi,
sederhana untuk mengkonfirmasi adanya efusi
proses spesifik tipe milier effusi
pleura. Rontgen thoraks dapat dilakukan
pleura kanan.
dengan posisi AP, Lateral, dan dekubitus.
Kadar gula darah pasien juga diatas
Biasanya hasil rontgen thoraks pasien efusi
batas normal dengan KGD
pleura menunjukkan adanya free-flowing
sewaktu: 219 mg/dL.
pleural fluid, dan Meniscus Sign (+).Setelah
Hb-A1c : 10,5 %
dapat mengkonfirmasi adanya efusi pleura,
Pada pemeriksaan analisa cairan
maka langkah selanjutnya adalah
pleura didapatkan cairan berwarna
mengkonfirmasi penyebab terjadinya efusi
Merah keruh. Rivalta tes (+) dan
pleura dengan melakukan thoracocentesis dan
kadar WBC-RF: 0,878 x103/µL
analisa cairan pleura (Selvi, Liemena, 2014).
dan kadar LDH: 943 U/ L.

Pada pemeriksaan analisis cairan pleura, selain


hasil mikroskopis yang didapat pada tabel 1
diatas, perlu diperhatikan juga secara
makroskopisnya seperti warna dan baunya.
Cairan pleura yang berwarna putih seperti susu
maka merupakan cyclothoraks, kemudian jika
cairan pleura berwarna merah menunjukkan
adanya trauma ataupun suatu keganasan. Pada
efusi transudat cairan pleura umumnya
berwarna kekuningan, jernih serta tidak berbau,
sedangkan pada efusi eksudat maka cairan
pleura umumnya berupa pus atau bercampur
darah, keruh dan menggumpal serta kadang
dapat berbau (Light, R. W., 2013).
Penatalaksanaan
Aktivitas : Tirah baring
Tujuan utama dalam penatalaksanaan efusi
Diet : Diet DM
pleura adalah meredakan gejala yang
ditimbulkan seperti sesak napas
serta Terapi suportif :
pengobatan penyakit atau etiologi yang
 Oksigen 2-4 lpm nasal
mendasarinya. Pilihan terapinya dapat berupa canule
torakosentesis terapeutik, pemasangan selang  IVFD NaCl 0,9% 20gtt/I
(makro)
dada, terapi fibrinolitik, pleurodesis dan
pembedahan bergantung pada jenis efusi Medikamentosa:
pleura, stadium dan penyakit yang
 Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12
mendasarinya.1 jam IV
Pengobatan spesifik pada kasus efusi pleura
 Injeksi Ranitidin 50 mg/12
tergantung pada etiologi yang mendasarinya. jam IV
Efusi pleura yang terkait dengan penyakit
jaringan ikat seperti rheumatoid arthritis dan  Injeksi ketorolac 10 mg/ 8
lupus eritematosus sistemik diobati dengan jam IV

steroid dan proses penyembuhan dapat terjadi  Ambroxol tab 3 x 30 mg


dalam 2 minggu. Efusi pleura pada tuberkulosis
 B comp tab 2x1
diobati dengan terapi OAT (obat anti
tuberkulosis) yaitu rifampisin, isoniazid,  Vit B6 1x100 mg
pirazinamid dan etambutol selama 2 bulan  Rifampicin 600 mg 1x1
diikuti dengan rifampisin dan isoniazid selama
 Isoniazid 300 mg 1x1
4 bulan. Efusi akibat gagal jantung kongestif
biasanya membaik cukup cepat saat diberi  Pirazinamid 1500 mg 1x3
terapi diuretik.2
 Etambutol 1500 mg 1x3

 Vitamin B6 1x100 mg

 Injeksi novorapid 10-10-10


IU SC

 Injeksi Levemir 0-0-12 IU


SC

 Candesartan tab 1x8mg


 Amlodipine tab 1x10mg
(malam)

Salah satu pilihan terapi pada kasus efusi pleura


adalah torakosentesis yang merupakan teknik
drainase menggunakan jarum yang diinsersikan
ke dalam rongga pleura untuk mengevakuasi
cairan. Torakosentesis dapat digunakan untuk
tujuan diagnostik maupun terapeutik.3
BAB VI

KESIMPULAN

Pasien laki-laki berusia 49 tahun bernama bapak I didiagnosis dengan Efusi Pleura
LargeDextra ec. TB Milier ( Pengobatan fase awal )+ DM Tipe 2 + Hipertensi Stage I.
Pasien dirawat diRumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan dan didatalaksana
dengan tirah baring, diet DM dan diberi terapi suportif berupa Oksigen 2-4 lpm nasal
canule dan IVFD NaCl 0,9% 20gtt/I (makro) dan diberi medikamentosa berupa Injeksi
Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam IV, Injeksi Ranitidin 50 mg/12 jam IV, Injeksi ketorolac
10 mg/ 8 jam IV, Ambroxol tab 3 x 30 mg, B comp tab 2x1, Vit B6 1x100 mg,
Rifampicin 600 mg 1x1, Isoniazid 300 mg 1x1, Pirazinamid 1500 mg 1x3, Etambutol
1500 mg 1x3, Vitamin B6 1x100 mg, Injeksi novorapid 10-10-10 IU SC, Injeksi Levemir
0-0-12 IU SC, Candesartan tab 1x8mg, Amlodipin tab 1 x 10 mg (malam).

Anda mungkin juga menyukai