Anda di halaman 1dari 17

TAKE HOME

FARMASI KLINIK
PEMANTAUAN TERAPI OBAT

OLEH:

MUTMAINNAH 5418221073

UNIVERSITAS PANCASILA
PROGRAM MAGISTER ILMU KEFARMASIAN
PROGRAM STUDI FARMASI RUMAH SAKIT
JAKARTA
2020
A. ANALISIS KASUS DENGAN METODE SOAP

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
No RM : 13013xxx
Ruang : Fresia lantai 2
Umur : 66 tahun
BB/TB : 58 kg/ 168 cm
Tgl Masuk : 12 November (Masuk Medical Intermediate Care: 6 November 2013)
Sistem pembayaran : JKN

2. PERINCIAN PASIEN
Data Klinis Awal Riwayat Konsumsi Obat Tidak mengkonsumsi obat
rutin
Kesadaran sadar, sakit sedang Alergi Tidak ada
Tekanan Darah 100/60 mmHg Pemeriksaan Penunjang EKG 6/11 : Dk/ à AR RVR,
HR 141x/menit Awal LAD, LVH strain
Nadi 120x/menit (irregular, Foto toraks 6/11 : Kesan à
unequal) Kardiomegali tanpa
Respirasi 32x/menit bendungan paru , pneumonia,
Suhu 38°C aterosklerosis aorta
Status Gizi Tidak diketahui

Alasan Masuk RS/ Keluhan Utama : sesak napas

Anamnesis :
Sejak 1 minggu SMRS penderita mengeluhkan sesak nafas yang semakin lama dirasakan semakin
memberat. Keluhan disertai batuk berdahak kekuningan dan panas badan. Keluhan disertai bengkak pada
kedua tungkai, mual dan muntah, namun mual berkurang setelah dilakukan cuci darah. Keluhan tidak
disertai nyeri dada, dada berdebar, atau nafas berbunyi mengi. Karena keluhannya penderitaberobat ke
RSHS.

Penderita mulai terasa lelah setelah 1 tahun yang lalu. Penderita sering terbangun tidur tiba-‐tiba karena
sesak nafas yang membaik dengan posisi duduk. Penderita nyaman tidur dengan 3-‐4 bantal ditumpuk.

Riwayat penyakit terdahulu : riwayat HT 6 th SMRS, tertinggi 200/xx mmHg, rata-‐rata 120/xx mmHg.
Riwayat kolesterol tinggi sejak 6 tahun SMRS, berobat tidak teratur. Tidak ada riwayat penyakit kencing
manis, merokok, dan serangan jantung di keluarga.

Penderita diketahui sebagai pasien gagal ginjal sejak 1 tahun SMRS dan dilakukan cuci darah secara teratur.

1
Diagnosis Utama :
- HCAP
- ESRD on HD terjadwal (Senin & Kamis)
- HHD, AF, RVR, DC kiri-‐kanan FC sdn (sukar dinilai)
Diagnosis Banding :
-
Diagnosis Tambahan:
-

3. CATATAN KEMAJUAN MEDIS


Tgl. Subjektif Objektif Problem medis/diagnosis Terapi
12 Sesak ↓ Sakit berat, cm - HCAP dengan sepsis - BR, head up 30°
T = 120/80 dan syok sepsis - Diet lemak 1500 kkal/hari, prot
N=100 -ESRD on HD terjadwal 0.8 g/kgBB
R = 24 (irregular) (Senin & Kamis) - O2 simple mask 3 L/min
HR = 112 (irregular) -HHD, AF, RVR, DC kiri-‐ - AB : ceftazidime 2x 1 g iv,
S = afebris kanan FC sdn levofloxacin 750 mg /48 jam iv
-Digoxin 1x 0.125 mg po
P/ rh ++/+, basah nyaring - Warfarin 0-‐0-‐2 mg
- Dobutamin 8
mikrogram/kgBB/min à dosis
titrasi
-Vascon (saat ini 0.05
mg/kgBB/min à dosis titrasi
- HD senin & Kamis
Sesak ↓ Sakit berat, cm\ - HCAP dengan sepsis - BR, head up 30°
Post SLED T = 117/89 (MAP 97 mmHg) dan syok sepsis - Diet biasa (nasi) 1800 kkal/hari,
(+) à 159/76 (MAP 104) -ESRD on HD terjadwal KH:L = 60:40%, prot 1.2 g/kgBB
R=12à24 (Senin & Kamis) - O2 3 L/min nasal canul
S = afebris -HHD, AF, RVR, DC kiri-‐ - AB : ceftazidime 2x 1 g iv,
N=96 kanan FC sdn levofloxacin 750 mg /48 jam iv
HR = 118-‐130 à 120 - Digoxin 1x 0.125 mg po
- Warfarin 0-‐0-‐2 mg
Anemis +/+, ikterik -‐/-‐ - Dobutamin 8
JVP baik, KGB tak teraba mikrogram/kgBB/min à dosis
titrasi jadi 5 mcg/kgBB/min
- Cardiomegali (+) - Vascon (saat ini 0.05
S1S2 variabel, S3(-‐), S4(-‐ mg/kgBB/min à dosis titrasi jadi
) 0.03 mg/kgBB/min
Rh-‐/-‐, Wh-‐/-‐ - HD senin & Kamis
- Cembung, lembut,
H/L++
-PS+, PP+, BU+, N
-Akral hangat, edema -‐/-‐

Batuk +, Sakit berat, cm - Dk/ tetap - BR, head up 45°


Sesak ↓ T : 184/86 (MAP 126) - Diet biasa 1800 kkal/hari,
HR 120 - O2 3 L/min nasal canul

2
RR 22 - AB : ceftazidime 2x 1 g iv,
S afebris levofloxacin 750 mg /48 jam iv
-Digoxin 1x 0.125 mg po
(dengan vascon 0.05 - Warfarin 0-‐0-‐2 mg
mg/kgBB/min & dobutamin - Ambroxol 3x1
5 mcg/kgBB/min) - Dobutamin 5 mcg/kgBB/min à
dosis titrasi jadi 3 mcg/kgBB/min
-Vascon (saat ini 0.05
mg/kgBB/min à dosis titrasi jadi
0.03 mg/kgBB/min
13 Batuk +, Cm, sakit berat - HCAP dengan sepsis - BR, head up 30°
sesak + T 161/69 dan syok sepsis - Diet biasa (nasi) 1800 kkal/hari,
N=HR=121 -ESRD on HD terjadwal KH:L = 60:40%, prot 1g/kgBB
RR 20 (Senin & Kamis) - O2 3 L/min nasal canul
S 36 -HHD, AF, RVR, DC kiri-‐ - AB : ceftazidime 1x 1 g iv,
I = 587 cc/19 jam kanan FC sdn levofloxacin 750 mg /48 jam iv
O = 475 cc/19 jam - Digoxin 1x 0.125 mg po
B = +112 cc/19 jam - Warfarin 0-‐0-‐2 mg
- Dobutamin 5 mcg/kgBB/min
Kepala = konj anemis +/+, - Vascon (saat ini 0.05
skelra ikterik -‐/-‐ mg/kgBB/min
Leher = JVP 5+3 cmH2O - HD senin & Kamis
Toraks = S1S2 takikardi, S3 (-‐
), S4 (-‐), murmur (-‐), rh +/+
basah sedang nyaring, wh -‐
/-‐
Abd = cembung lembut,
Ekst = akral hangat, edema -‐
/-‐
Batuk +, Cm, sakit berat - Dk/ tetap - BR, head up 45°
sesak + T 145/41 (MAP 88) : vascon - Diet biasa (nasi) 1800 kkal/hari,
0.01 mcg/kgBB/min KH:L = 60:40%, prot 1.2g/kgBB
HR = 112 - O2 3 L/min nasal canul
RR 22 - AB : ceftazidime 2x 1 g iv,
S afeb levofloxacin 750 mg /48 jam iv
I = 587 cc/19 jam - Digoxin 1x 0.125 mg po
O = 475 cc/19 jam - Warfarin àtunda (INR
B = +112 cc/19 jam memanjang)
- Ambroxol 3x1
rh -‐/-‐, wh -‐/-‐ - Dobutamin à STOP à target
MAP >65 mmHg
Hasil Kultur : - Vascon à titrasi à 0.01
Sputum à Acenitobacter mcg/kgBB/min
baumanii - HD senin & Kamis
S : Amikacin, ampicillin - Koreksi hypokalemia à KCl 25
sulbactam, cefepime, mEq dalam RL 500 cc habis dalam
ceftazidime, ciprofloxacin, 6 jam\
gentamicin, levofloxacin,
meropenem

3
Bulyon à Acenitobacter
baumanii
S : Amikacin, ampicillin
sulbactam, cefepime,
ceftazidime, ciprofloxacin,
cotrimoxazole, gentamicin,
levofloxacin, meropenem

Sesak ↓ Cm, sakit sedang -HCAP dengan sepsis - BR, head up 30°
T 170/100 dan syok - Diet biasa (nasi) 1800 kkal/hari,
N 74 sepsis(perbaikan) KH:L = 60:40%, prot 1.2g/kgBB
HR 92 -ESRD on HD terjadwal - O2 3 L/min nasal canul
RR 28 (Senin & Kamis) - AB : ceftazidime 2x 1 g iv,
S 36.5 -HHD, AF, NVR, DC kiri-‐ levofloxacin 750 mg /48 jam iv
kanan FC sdn - Digoxin 1x 0.125 mg po
P/ tetap - Ambroxol 3x1
-HD senin & Kamis
-Koreksi hypokalemia à KCl 25
mEq dalam RL 500 cc habis dalam
6 jam

4. HASIL PEMERIKSAAN LAB


Panel Pemeriksaan Nilai normal Tanggal

12 13

HEMATOLOGI
Darah Rutin :
Hemoglobin (g/dL) 13.5 – 17.5 (L) 10
Hematokrit (%) 40 – 52 (L) 31
Leukosit (mm3) 4.400-‐11.300 10.200
Eritrosit (juta) 4.5 – 6.5 (L)
Trombosit (mm3) 150.000-‐450.000 114.000
INDEX ERITROSIT :
MCV (fL) 80-‐100
MCH (pg) 28-‐34
MCHC (%) 32-‐36

HITUNG JENIS LEUKOSIT


Basofil 0-‐1 0
Eosinofil 1-‐6 2
Batang 3-‐5 (L) 1
Segmen 40-‐70 79

4
Limfosit 30-‐45 7
Monosit 2-‐10 11

KIMIA DARAH
Gula Darah Sewaktu < 140 62 87
K+ 3,6 – 5,5 2.9 3.4
Na+ 135 – 145 136 173
Cl-‐ 97-‐106
Ca bebas 4,7 – 5,2
Mg 1,7 – 2,55
Albumin 3,5 – 5
Protein total 6,6 – 8,7
Ureum 15 – 50 76 122
Kreatinin 0,7 – 1,2 (L) 4.21 6.83

Bilirubin total s.d. 1


Bilirubin direk s.d. 0.3
SGPT < 50 (L)

pH 7.34 ~ 7.44 (L) 7.409


pCO2 35 – 45 (L) 32.3
pO2 69 – 116 (L) 96.9
HCO3 22 – 26 20
TCO2 22 – 29 38.9
Base excess -‐2 ~ +3 -‐3.2
Saturasi O2 95 – 98 97.4

PT 10.2 – 14.2 s 54.9


INR 0.84 – 1.16 s 4.2
APTt 15.4 – 35.4 s 59.1

5. PENGGUNAAN OBAT
Terapi Dosis Rute
13 14 (HD batal, cairan dialisat
habis)
Ceftazidime 2x 1 g iv 10 22 10 22

1x 750 mg / 48 po 18 X
Levofloxacin
jam
Digoxin 1x 0.125 mg po 10 8
Ambroxol 3x1 tab po 8 13 18 8 13 18
3x1 po 8 13 18
Bicnat
tap tap tap
Asam folat 1x 5 mg po 8
Pemantauan Terapi Obat Tgl 12/6
Subjek (S) Sejak 1 minggu SMRS penderita mengeluhkan sesak nafas yang semakin
lama dirasakan semakin memberat. Keluhan disertai batuk berdahak
kekuningan dan panas badan. Keluhan disertai bengkak pada kedua
tungkai, mual dan muntah, namun mual berkurang setelah dilakukan cuci
darah. Keluhan tidak disertai nyeri dada, dada berdebar, atau nafas
berbunyi mengi. Karena keluhannya penderita berobat ke RSHS.
Penderita mulai terasa 7elah setelah 1 tahun yang lalu. Penderita sering
terbangun tidur tiba-‐tiba karena sesak nafas yang membaik dengan posisi
duduk. Penderita nyaman tidur dengan 3-‐4 bantal ditumpuk.
Objektif (O) Sakit berat, cm
T = 120/80
N = 100
R = 24 (irregular)
HR = 112 (irregular)
S = afebris

P/ rh ++/+, basah nyaring

Terapi Obat
1. ceftazidime 2x 1 g iv
2. levofloxacin 750 mg /48 jam iv
3. Digoxin 1x 0.125 mg po
4. Warfarin 0-‐0-‐2 mg
5. Dobutamin 8 mikrogram/kgBB/min dosis titrasi
6. Vascon (saat ini 0.05 mg/kgBB/min dosis titrasi
Assesment (A) - Monitoring kadar kalium darah
- Koreksi kadar elektrolit imbalance ( Na+ dan K+)
- Monitoring analisa gas darah
- Pengkajian dan adisi terapi antiemetic
- Pasien HCAP dengan sepsis dan syok sepsis, ESRD on HD terjadwal
(Senin & Kamis). HHD, AF, RVR, DC kiri-kanan FC sdn
Plan (P) - Usul cek secara berkala kadar kalium darah
- Usul pemberian terapi diuretik furosemide injeksi 0,5 – 1 mg/kg
(atau 40 mg) berikan iv selama 1-2 menit
- Usul bila memungkinkan add ondancetron injeksi 2 x 4mg iv prn
- Usul pemberian natrium bicarbonat untuk koreksi asidosis
- Usul Cek secara berkala AGD setelah koreksi bicarbonate
- Usul Warfarin switch dengan heparin terjadi peningkatan INR

Pemantauan Terapi Obat Tgl 13/6


Subjek (S) Batuk (+), sesak (+)
Objektif (O) sakit berat T 161/69 N = HR = 121 RR 20 S 36 I = 587 cc/19 jam O = 475
cc/19 jam B = +112 cc/19 jam

Kepala = konj anemis +/+, skelra ikterik -‐/-Leher = JVP 5+3 cmH2O Toraks
= S1S2 takikardi, S3 (-), S4 (-‐), murmur (-‐), rh +/+ basah sedang nyaring,
wh -/-Abd = cembung lembut, Ekst = akral hangat, edema -/-‐

Kalium
Na+
Ureum
Kreatini
pCO2

Hasil Kultur :
Sputum : Acenitobacter baumanii
Sensitif : Amikacin, ampicillin sulbactam, cefepime, ceftazidime,
ciprofloxacin, gentamicin, levofloxacin, meropenem

Bulyon : Acenitobacter baumanii


Sensitif : Amikacin, ampicillin sulbactam, cefepime, ceftazidime,
ciprofloxacin, cotrimoxazole, gentamicin, levofloxacin, meropenem
Terapi Obat
1. Ceftazidine 2 x 1 g iv
2. Levofloxacin 1 x 750/ 48 jamPo
3. Digoxin 1x 0,125 mg Po
4. Ambroxol 3 x 1 tablet Po
5. Bicnat 3 x 1Po
6. Asam folat 1 x 5 mg Po
Assesment (A) Monitoring kadar kalium darah
Koreksi kadar elektrolit imbalance ( Na+ dan K+)
Monitoring analisa gas darah
Pengkajian dan adisi terapi antiemetic
- Hasil kultur sensitive ceftazidime dan levofloxacin, terapi ceftazidime 2x 1
g iv dan levofloxacin 750 mg /48 jam iv dilanjutkan
- Digoxin 1x 0.125 mg po
- Ambroxol 3 X 1 tab
- Warfarin 0-‐0-‐2 mg
- Vascon (saat ini 0.05 mg/kgBB/min dosis titrasi
Plan (P) - Usul Cek secara berkala AGD setelah koreksi bicarbonate
- Usul bila memungkinkan add ondancetron injeksi 2 x 4mg iv prn
- Dobutamin STOP target MAP >65 mmHg
- Vascon titrasi 0.01 mcg/kgBB/min
- Usul cek secara berkala kadar kalium darah
- Usul bila memungkinkan add ondancetron injeksi 2 x 4mg iv prn
- Koreksi hypokalemia KCl 25 mEq dalam RL 500 cc habis dalam 6
jam\
B. Hal-‐hal apakah yang harus digali informasinya atau ditanyakan oleh seorang apoteker di
suatu apotek, jika :
a. Ia didatangi seorang perempuan hamil (35 tahun, usia kehamilan 30 minggu) yang
datang meminta tablet asetosal sebanyak 20 tablet (swamedikasi) untuk mengatasi sakit
kepalanya yang sering dideritanya?
Jawab :
Ada dua metode umum yang digunakan yaitu metode WHAM dan ASMETHOD. Tetapi
yang digunakan disini adalah metode Yang pertama disingkat sebagai WHAM
W : Who is the patient and what are the symptoms (siapakah klien dan apa gejalanya) ?
Ibu hamil usia 35 tahun dengan usia kehamilan 30 minggu.
W : Apa gejala yang dirasakan ? Sakit kepala
H : How long have the symptoms (berapa lama timbulnya gejala) ? Tidak disebutkan
A : Action taken (Tindakan yang sudah dilakukan)? Tidak disebutkan namun pasien
meminta obat asetosal sebanyak 20 tablet
M : Medication being taken (obat yang sudah digunakan) ? Tidak dijelaskan tapi pasien
meminta obat asetosal sebanyak 20 tablet.
Berdasarkan Drugs in Pregnancy  Dana G. Carroll, PharmD bahwa asetotsal termasuk
dalam kategori C. Sehingga Apoteker perlu memberikan rekomendasi untuk perbaikan
terapi. Berdasarkan US FDA, Paracetamol termasuk dalam kategori B, menurut Drugs in
Pregnancy Paracetamol termasuk kategori B. Kategori B adalah obat yang dapat
digunakan wanita hamil. Tidak didapatkan resiko pada percobaan ke hewan namun
belum terdapat percobaan pada manusia atau percobaan minor resiko pada hewan dan
percobaan yang tidak beresiko pada manusia.
b. Ia didatangi pasien perempuan lansia yang mengalami sembelit (sudah 2 hari) dan
meminta obat supositoria bisakodil ?
Jawab :
Menggunakan Metode Pertanyaan WWHAM
W : Who is the patient and what are the symptoms (siapakah klien dan apa gejalanya) ?
Untuk pasien lansia (lanjut usia) usia mencapai 60 tahun keatas.
W : Apa gejala yang dirasakan ? sembelit
H : How long have the symptoms (berapa lama timbulnya gejala) ? 2 hari
A : Action taken (Tindakan yang sudah dilakukan)? Tidak disebutkan namun pasien
meminta obat supositoria bisakodil
M : Medication being taken (obat yang sudah digunakan) ? Tidak dijelaskan tapi pasien
meminta obat supositoria bisakodil.
Berdasarkan literatur bahwa Lansia biasanya dilarang menggunakan bisacodyl karena
tidak aman atau tidak seefektif obat lain yang dapat mengatasi kondisi yang sama. Pada
kondisi ini Apoteker perlu memberikan rekomendasi. Microlax lebih tepatnya
Berdasarkan jurnal review Leung, Riutta, Kotecha, dan Rosser (2014) mengenai
pengobatan laksatif secara empirik pada pasien geriatri, kombinasi agen osmotik
(laktulos pada Lactulax® serta PEG & sorbitol pada Microlax®) dan pelunak feses (Na-
lauril sulfoasetat pada Microlax®) terbukti lebih efektif dibandingkan pemakaian tunggal
masing-masing agen laksatif. Selain itu, mengingat kondisi pasien manula yang fungsi
otot kolon dan rektumnya telah menurun, laksatif stimulant bukan menjadi lini pertama
pengobatan konstipasi pada pasien getriatri karena kurang berpengaruh pada kontraksi
kolon maupun perenggangan rektum. Agen osmotik berupa ion natrium yang
terkandung dalam Microlax® juga berisiko menimbulkan hipernatremia pada pasien usia
lanjut yang fungsi ginjalnya dikhawatirkan telah menurun, namun hal ini dapat dicegah
karena Microlax® diadministrasikan secara lokal pada anus dan tidak diabsorbsi secara
sistemik.

C. Pada pasien baru yang dirawat di unit rawat inap suatu RS, wawancara sejarah obat
sangatlah penting untuk dilakukan. Uraikanlah mengapa hal ini dianggap penting,
ditinjau dari sisi penyakit, kondisi pasien dan terapi pengobatannya.
Jawab :
Penting! Karena Untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai aspek penggunaan
obat pasien yang dapat membantu pengobatan pasien secara keseluruhan. Informasi
tersebut dapat digunakan untuk:
a. Membandingkan profil pengobatan sekarang dengan sebelumnya
b. Memverifikasi riwayat pengobatan yang diperoleh dan memberikan informasi
tambahan jika perlu
c. Mendokumentasikan adanya alergi dan ADR
d. Skrining interaksi obat
e. Menilai kepatuhan pasien
f. Menilai rasionalitas obat yang diresepkan
g. Menilai kejadian penyalahgunaan obat.
Wawancara riwayat pengobatan sangat penting untuk memberikan kesempatan:
1. Memantapkan hubungan dengan pasien dan menjelaskan peranan farmasi dalam
perawatan pasien
2. Memulai konseling awal
3. Menggunakan informasi yang diperoleh untuk membentuk dasar Pharmaceutical
care plan
Dengan wawancara langsung dengan pasien dapat mengamati pasien dan lingkungannya
(Status kesehatan, ekonomi, kepatuhan terhadap pengobatan, dukungan sosial)
Informasi penggunaan obat dapat diperoleh dari rekam medik, wawancara dengan
pasien/keluarga, catatan pemberian obat Informasi tersebut meliputi:
1. Data pasien : nama, nomor rekam medis, umur, jenis kelamin, berat badan (BB),
tinggi badan (TB), ruang rawat, nomor tempat tidur, sumber pembiayaan.
2. Keluhan utama: keluhan/kondisi pasien yang menjadi alasan untuk dirawat
3. Riwayat penyakit saat ini (history of present illness) merupakan riwayat
keluhan/keadaan pasien berkenaan dengan penyakit yang dideritanya saat ini
4. Riwayat sosial: kondisi social (gaya hidup) dan ekonomi pasien yang berhubungan
dengan penyakitnya. Contoh: pola makan, merokok, minuman keras, perilaku seks
bebas, pengguna narkoba, tingkat pendidikan, penghasilan
5. Riwayat penyakit terdahulu: riwayat singkat penyakit yang pernah diderita pasien,
tindakan dan perawatan yang pernah diterimanya yang berhubungan dengan
penyakit pasien saat ini
6. Riwayat penyakit keluarga: adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama
atau berhubungan dengan penyakit yang sedang dialami pasien. Contoh: hipertensi,
diabetes, jantung, kelainan darah, kanker.
7. Riwayat penggunaan obat: daftar obat yang pernah digunakan pasien sebelum
dirawat (termasuk obat bebas, obat tradisional/ herbal medicine) dan lama
penggunaan obat.
8. Riwayat alergi/ ROTD daftar obat yang pernah menimbulkan reaksi alergi atau
ROTD.
9. Pemeriksaan fisik: tanda-tanda vital (temperatur, tekanan darah, nadi, kecepatan
pernapasan), kajian system organ (kardiovaskuler, ginjal, hati)
10. Pemeriksaan laboratorium: Data hasil pemeriksaan laboratorium diperlukan dengan

tujuan: (i) menilai apakah diperlukan terapi obat, (ii) penyesuaian dosis, (iii) menilai
efek terapeutik obat, (iv) menilai adanya ROTD, (v) mencegah terjadinya kesalahan
dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan laboratorium, misalnya: akibat
sampel sudah rusak, kuantitas sampel tidak cukup, sampel diambil pada waktu yang
tidak tepat, prosedur tidak benar, reagensia yang digunakan tidak tepat, kesalahan
teknis oleh petugas, interaksi dengan makanan/obat. Apoteker harus dapat menilai
hasil pemeriksaan pasien dan membandingkannya dengan nil ai normal. (lihat contoh
kasus)
11. Pemeriksaan diagnostik: foto roentgen, USG, CT Scan. Data hasil pemeriksaan diagnostic
diperlukan dengan tujuan: (i) menunjang penegakan diagnosis, (ii) menilai hasil
terapeutik pengobatan, (iii) menilai adanya risiko pengobatan.
12. Masalah medis meliputi gejala dan tanda klinis, diagnosis utama dan penyerta.
13. Catatan penggunaan obat saat ini adalah daftar obat yang sedang digunakan oleh pasien
14. Catatan perkembangan pasien adalah kondisi klinis pasien yang diamati dari hari ke hari..

D. Seorang pasien perempuan, 80 tahun, BB=87 kg, TB=165 cm, datang ke UGD
menggunakan kursi roda, mengeluh nyeri dada, serasa ditekan, diremas-‐remas, ditusuk,
panas. Nyeri menjalar ke ke lengan, bahu, leher, punggung, kadang disertai mual,
berkeringat dan sesak nafas. Gejala ini mulai dialami sejak 2 minggu yang lalu, dan dapat
reda setelah diberi obat. Pada saat datang ke UGD, TD pasien = 150/100 mmHg.

Selama 1 tahun terakhir pasien dideteksi mengalami hipertensi, tetapi tidak rutin
meminum obatnya (amlodipin 1x5 mg). Pasien telah 7 tahun menderita osteorartritis
pada kedua lututnya, dan secara rutin telah mengonsumsi tablet celecoxib 200 mg 1x
sehari, kapsul glucosamin 3x500 mg dan chondroitin sulfat 3x200mg, dan gel natrium
diklofenak. Pada pemeriksaan darah ditemukan : LED 30 mm/jam, CPK 175 U/L, CKMB 18
U/L, SGOT 65 U/L, SGPT 60 U/L. Pasien akhirnya diputuskan untuk dirawat inap di RS.
Pertanyaan

1. Analisis kondisi pasien lansia di atas. Menurut anda, kejadian DRP utama apakah yang
mungkin dialami oleh pasien tersebut, berkaitan dengan keluhan/gejala yang
dialaminya saat masuk UGD?
Jawab :
Dari Anamnesis diatas menunjukkan bahwa pasien tersebut Sindrome Koroner Akut
Tanpa Elevasi ST Segmen Unstable Angina Pectoris (NSTEMI). Dimana pasien mengeluh
nyeri dada, serasa ditekan, diremas-remas, ditusuk, panas, nyeri menjalar ke lengan,
bahu, leher, punggung, dan kadang disertai mual, berkeringat dan sesak napas.
Keluhan mual bisa disebabkan karena penggunaan obat Glukosamin dan kondroitin
karena merupakan efek samping. Untuk mengatasi ini bisa di berikan Omeprazole.
2. Berikan rekomendasi tindak lanjut penanganan pasien
Jawab :
Diberikan tambahan terapi obat aspirin 1 x 80 mg

3. Jelaskan hal-‐hal apa saja yang harus disampaikan pada pasien untuk intervensinya?
Jawab :
Kepatuhan Minum obat
Amlodipi 1 x 5 mg
Celecoxib 1 x 200 mg
Glukosamin 3 x 500 mg dan Chondroitin 3 x 200 mg
Terapi ini tetap dilanjutkan dan penambahan terapi Aspirin 1 x 80 mg
Referensi :

Briggs GG, Freeman RK, Yaffe A. Drugs in Pregnancy and Lactation: 7th Edition. Philadelphia: Lipppinco
tt Williams &  Wilkins; 2005. 

Leung, L., Riutta, T., Kotecha J., & Rosser, W. (2011). Chronic Constipation: An Evidence-Based Review.
Journal of The American Board of Family Medicine, 24(4), 436-51

Anda mungkin juga menyukai