Anda di halaman 1dari 33

SWAMEDIKASI

CACINGAN

BETTY DWI CAHYANINGRUM

IKA ERNIYAWATI

PAULUS T.D. BETAN


POKOK
BAHASAN
PENDAHULUAN DEFINISI
CACINGAN
PENYEBAB
PENYEBAB
CACINGAN
CACINGAN GEJALA
CACINGAN
CARA MENCEGAH TERAPI ESSENSIAL DAN
PENYAKIT CACINGAN NON ESSENSIAL UNTUK
MENGOBATI CACINGAN
SWAMEDIKASI
Swamedikasi atau self
medication adalah penggunaan obat-
obatan tanpa resep oleh seseorang
atas inisiatifnya sendiri (FIP, 1999). Definisi swamedikasi menurut Departemen
Kesehatan (Depkes) (1993) adalah upaya
seseorang dalam mengobati gejala penyakit tanpa
konsultasi dengan dokter terlebih dahulu.
Swamedikasi menjadi alternatif yang diambil
masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan
pengobatan, dan biasanya dilakukan untuk
mengatasi keluhankeluhan dan penyakit ringan
yang banyak dialami masyarakat seperti demam,
nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit maag,
cacingan, diare, penyakit kulit, dan lain-lain (Muchid
dkk., 2006).
FAKTOR PENDORONG SWAMEDIKASI
Kemudahan Ketersediaan
Faktor Sosial
Memperoleh Produk
Ekonomi Produk Baru
Obat

Gaya Faktor
Kesehatan
Hidup
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
SWAMEDIKASI
KEUNTUNGAN :
1. Aman apabila digunakan sesuai dengan petunjuk (efek samping dapat
diperkirakan)
2. Eektif untuk menghilangkan keluhan karena 80% sakit bersifat self
limiting, yaitu sembuh sendiri tanpa intervensi tenaga kesehatan
3. Biaya pembelian obat relatif lebih murah daripada biaya pelayanan
kesehatan
4. Hemat waktu karena tidak perlu menggunakan fasilitas atau profesi
kesehatan
5. Kepuasan karena ikut berperan serta dalam sistem pelayanan kesehatan
6. Menghindari rasa malu atau stres apabila harus menampakkan bagian
tubuh tertentu di hadapan tenaga kesehatan Membantu pemerintah
untuk mengatasi keterbatasan jumlah tenaga kesehatan pada masyarakat
(Supardi dkk, 1997)
KERUGIAN SWAMEDIKASI

1. Obat dapat membahayakan kesehatan apabila tidak


digunakan sesuai dengan aturan
2. Pemborosan biaya dan waktu apabila salah
menggunakan obat,
3. Kemungkinan kecil dapat timbul reaksi obat yang
tidak diinginkan, misalnya sensitifitas, efek samping
atau resistensi,
4. Penggunaan obat yang salah akibat salah diagnosis
dan pemilihan obat dipengaruhi oleh pengalaman
menggunakan obat di masa lalu dan lingkungan
sosialnya (supardi dkk, 1997).
ASCARIASIS (CACINGAN)
DEFINISI

Cacing merupakan salah satu parasit pada manusia dan


hewan yang sifatnya merugikan, dimana manusia merupakan
hospes untuk beberapa jenis cacing yang termasuk
nematode usus. Sebagian besar dari nematode ini masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Cacingan atau sering disebut kecacingan merupakan
penyakit endemic yang diakibatkan oleh cacing parasit
dengan prevalensi tinggi, tidak mematikan tetapi
mengganggu kesehatan tubuh manusia sehingga berakibat
menurunkan kondisi gizi dan kesehatan masyarakat
JENIS CACING YANG MENGINFEKSI TUBUH MANUSIA

Cacing Kremi Cacing gelang


(Oxyuris ( ascaris
vermicularis) lumbricoides )

Cacing Cacing
cambuk tambang

Cacing benang Cacing pita


CACING KREMI

Infeksi dengan cacing ini paling banyak


terjadi, terutama pada anak-anak kecil.
Cacing yang berwarna putih ini panjangnya
kira-kira 1 cm dan tebalnya 0,4 mm.
Terutama hidup dalam rongga usus buntu
dan usus besar. Biasanya infeksi terjadi
sewaktu anak-anak bermain di tanah atau
pasir, pada saat mana telur-telur cacing
melekat pada kuku dan jari tangan
SIKLUS HIDUP CACING KREMI

1. Perkawinan pada perjalanan ke kolon, cacing jantan


dan betina kawin pada bagian ileum. Setelah
perkawinan biasanya cacing jantan akan mati.
Sedangkan cacing betina akan menempel pada
mukosa bagian usus besar dan menyerap makanan
yang ada di kolon.
2. Telur menetas telur cacing kremi menetas pada
bagian bagian usus halus, khususnya pada usus
duabelas jari. Setelah menetas, larva cacing
berkembang didalam usus halus hingga ukuran 150
m. selanjutnya cacing kremi bermigrasi menuju
kolon.
3. Bertelur satu cacing betina biasanya bertelur
sebanyak 11.000-16.000. Saat waktunya bertelur,
cacing akan berjalan keluar dari anus dan meletakkan
telur dibagian anus.
4. Pematangan telur telur telur yang diletakkan pada
anus memerlukan waktu sekitar 4-6 jam untuk
matang. Disaat ini kulit sekitar anus akan terasa
Cacing gelang ( ascaris
lumbricoides )

Cacing gelang yang mirip cacing tanah ini,


dapat mencapai panjang 10 sampai 30 cm.
Biasanya hidup dalam rongga usus halus,
dimana betinanya bertelur dalam jumlah
yang sangat banyak. Seharinya dikeluarkan
kira kira 200.000telur bersama tinja. Cacing
ini seringkali menghinggapi anjing. Telur
telurnya yang dikeluarkan dengan tinja dapat
menulari terutama anak-anak bila bermain
ditanah.
DAUR HIDUP CACING GELANG

(1) Ascaris lumbricoides dewasa hidup di dalam usus,


cacing betina mampu bertelur rata-rata 200.000 butir
perhari, telur ini kemudian keluar dari tubuh hospes
bersama tinja.
(2-3) Apabila ditanah kondisinya menguntungkan dalam
jangka waktu 3 minggu akan menjadi infektif.
(4-5) Apabila telur infektif tertelan manusia telur akan
menetas menjadi larva rhabditiform di usus.
(6) Kemudian larva akan menembus dinding usus dan
masuk ke vena atau pembuluh limfe, ikut dalam sirkulasi
darah, ke jantung dan kemudian sampai paru-paru. Dalam
kapiler alveoli larva rhabditiform kemudian menembus
dinding alveoli, masuk ke rongga alveoli, bergerak ke atas
menuju bronkhus dan sampai glotis.
(7) Kemudian dari glottis larva tertelan masuk esofagus
dan tumbuh menjadi dewasa di usus.
Berbentuk seperti cambuk,
panjangnya 3 5 cm, seringkali
terdapat bersama cacing gelang dan
cacing tambang. Infeksi terjadi
melalui telur telurnya dalam air atau
makanan. Dalam jala usus cacing
menyuntikkan cairan kedalam
jaringan, yang melarut dan dimakan
olehnya.
SIKLUS HIDUP CACING
CAMBUK

1. Cacing dewasa hidup di sekum (cecum)


tapi pada infeksi yang berat dapat
dijumpai dibagian bawah ileum sampai
rectum.
2. Telur keluar bersama tinja, telur
mengandung larva / menjadi infektif
dalam waktu 2 4 minggu.
3. Apabila telur tertelan manusia, telur akan
menetas menjadi larva di intestinum
tenue (usus halus) kemudian larva
menembus villi-villi usus dan tinggal
didalamnya selama 3 10 hari.
4. Setelah larva tumbuh , kemudian larva
turun sampai sekum kemudian menjadi
CACING TAMBANG

Cacing ini antara 6 12 mm panjangnya dan


memiliki 4 gigi yang mirip kaitan . sebagian besar
90 % infeksi disebabkan oleh N. Americanus Cacing
mengkaitkan diri pada dinding usus, sedangkan
betinanya setiap hari dapat meletakkan sampai
2000 telur. Dengan tinja telur ini meninggalkan
tubuh dan menetas menjadi larva yang berbentuk
benang halus.
SIKLUS HIDUP CACING
TAMBANG
1. Telur cacing yang telah siap, akan keluar bersama
dengan fases manusia. Dan setelah satu sampai
dua hari di dalam tanah, telur tersebuat akan
menetas. Telur tersebut akan menetas di sekitar
fases, dan menjadi Larva Rabditiform. Selanjutnya,
dalam waktu sekitar empat hari, larva tersebut
akan tumbuh dan menjadi larva dewasa, atau
disebut Larva Filariform.
2. Larva Filariform ini biasanya bertahan hidup di
dalam tanah sekitar 7-9 pekan. Larva ini memiliki
panjang sekitar 600 mikron. Dan jika larva ini
sudah terinfeksi dengan manusia, makan larva ini
akan menembus kulit dan ikut kedalam mekanism
aliran darah manusia yang mengarah ke bagian
jantung dan terus ke Alveolus paru-paru.
3. Setelah berada di dalam bagian paru-paru ini,
Larva tersebut akan menembus pembuluh darah
dan begerak ke saluran bronchus lalu ke Trachea,
Cacing Benang

Selain dalam hospes, cacing ini dapat


pula hidup di tanah. Infeksi terjadi melalui
larvanya yang berbentuk benang dan
menembus kulit kaki. Via perdarahan darah
larva mencapai paru paru melintasi batang
tenggorok dan kerongkongan. Akhirnya tiba
di usus besar. Disini tumbuh bertelur dan
menetas mnjadi larva.
SIKLUS HIDUP CACING BENANG
(Strongyloides stercoralirongyloides)
Manusia merupakan hospes utama dari Strongyloides stercoralis. Cacing
betina dewasa parasiter menembus mukosa vili intestinal dan membuat
saluran-saluran didalam mukosa terutama didaerah duodenum dan jejunum
bagian atas untuk meletakkan telur-telurnya. Telur akan menetas menjadi
larva rhaditiform yang keluar dari mukosa dan masuk ke lumen usus.
Kemudian dari sini ada beberapa jalan bagi larva rhabditiform :
a. Larva rhabditiform keluar bersama tinja, setelah 12 24 jam menjadi larva
filariform yang bertahan berminggu-minggu ditanah. Jika menemukan
hospes maka akan menembus kulit ikut aliran darah ke jantung paru-
paru bronkus melalui tractus ke atas sampai epiglotis turun ke
bawah melalui esophagus ke intestinum tenue dan tumbuh sampai
dewasa. Jika tidak menemukan hospes maka larva filariform akan
berkembang ditanah menjadi cacing dewasa yang hidup bebas cacing
betina bertelur menetas menjadi larva rhabditiform larva filariform
menjadi infeksius atau hidup bebas lagi.
b. Pada penderita yang sudah mengalami infeksi dapat mengalami auto
infeksi dengan cara : Auto infeksi internal : jika terjadi konstipasi, larva
rhabditiform akan menjadi larva filariform saat masih ada di usus
kemudian menembus usus dan menginfeksi lagi. Auto infeksi eksternal :
Cacing pita

Bentuk cacing ini merupakan pita yang terdiri


dari ruas ruas dan bisa sampai 60 cm panjangnya
pada T. Solium dan 2 m pada T. Saginata yang
terdapat pada daging sapi. Penularanya terjadi
karena makan daging yang belum dimasak cukup
lama dan masih mengandung telur telur cacing.
Setelah menetas larva tumbuh menjadi cacing di
dalam rongga usus.
Siklus Hidup Taenia
saginata
1. Telur atau proglotid yang matang terbawa
oleh kotoran manusia ke lingkungan luar.
2. Inang perantara, yaitu sapi memakan
rumput yang terkontaminasi telur atau
proglotid Taenia saginata.
3. Dalam tubuh sapi, telur menetas menjadi
onkosfer lalu menjadi heksakant, lalu di
otot membentuk sistiserkus.
4. Sistiserkus pada daging sapi yang tidak
dimasak dengan benar dimakan oleh
manusia.
5. Dalam usus, Taenia saginata muda
berkembang menjadi dewasa dan
menempel menggunakan skoleks.
Siklus Hidup Taenia
solium

1. Telur atau proglotid yang matang terbawa oleh kotoran


manusia ke lingkungan luar.
2. Inang perantara, yaitu babi memakan makanan yang
terkontaminasi telur atau proglotid Taenia solium.
3. Dalam tubuh babi, telur menetas menjadi onkosfer lalu
menjadi heksakant, lalu di otot membentuk sistiserkus.
4. Sistiserkus pada daging babi yang tidak dimasak dengan
benar dimakan oleh manusia.
5. Dalam usus, Taenia solium muda berkembang menjadi
dewasa dan menempel menggunakan skoleks.
6. Setelah reproduksi, proglotid matang yang berisi telur mulai
gugur dan terbawa kotoran.
7. Telur cacing pita babi termakan oleh manusia. Ini bisa terjadi
karena makanan yang terkontaminasi, atau autoinfeksi
(infeksi sendiri) karena tidak mencuci tangan dengan bersih
setelah buang air.
8. Dalam tubuh manusia, telur menetas menjadi onkosfer lalu
menjadi heksakant.
9. Sistiserkus dapat berkembang di semua organ manusia,
umumnya pada jaringan di bawah kulit, juga mata dan otak.
PENYEBAB CACINGAN

Berbagai penyebab yang dapat menimbulkan cacingan


seperti kebiasaan tidak mencuci tangan, tidak
menggunakan alas kaki, tidak merawat dan menjaga
kebersihan kuku, serta kebiasaan lainnya yang dapat
menyebabkan cacingan. Bagi penderita cacingan
hendaknya selalu menjaga kebersihan lingkungan maupun
kebersihan badan agar tidak menularkan penyakit
cacingan. Penularan penyakit cacing umumnya terjadi
melalui mulut, meskipun ada juga yang melalui luka di
kulit.
GEJALA CACINGAN

Gejala penyakit cacing umumnya berupa gangguan lambung, usus,


seperti mulas, kejang-kejang, kehilangan nafsu makan, pucat dan anemia,
sering sakit karena daya tahan tubuh rendah, pertumbuhannya
terganggu, dan kurus atau berat badan rendah kerena kekurangan gizi.
Biasanya anak masih dapat beraktivitas walau sudah mengalami
penurunan kemampuan belajar dan produktifitas. Pemeriksaan tinja
sangat diperlukan untuk ketepatan diagnosis yaitu dengan menemukan
telur-telur cacing dan cacing dewasa di dalam tinja tersebut. Jumlah telur
juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan bertanya infeksi.
(Menteri Kesehatan, 2006).
Cara Mencegah Penyakit Cacingan

1. Menjaga kebersihan perorangan dimulai dari kebiasaan baik


seperti mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air
besar menggunakan sabun.
2. Menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang tinja
atau di sungai maupun di sembarang tempat, tidak menyiram
jalan dengan air got.
3. Setiap enam bulan sekali pada masa usia tumbuh, yaitu 0-15
tahun anak diberi obat cacing. Jangka waktu 6 bulan ini untuk
memotong siklus kehidupan cacing.
4. Terapkan pola hidup bersih untuk menghindari terkena penyakit
5. Segera berobat ke dokter jika menemukan gejala penyakit
cacingan agar pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui
secara pasti jenis cacing yang menginfeksi dan dapat diberi
pengobatan yang lebih tepat.
TERAPI OBAT ESSENSIAL UNTUK CACINGAN

1. Mebendazol ( vermox, vermoran, dll )


Obat ini memiliki khasiat luas terhadap minimal 5 jenis
cacing ( cacing pita, cacing tambang, cacing kermi, cacing
gelang, dan cacing benang ) . merupakan pilihan pertama
pada infeksi cacing cacing tersebut karena ampuh dan
aman. Kerjanya berdasarkan penghambatan pemasukan
glukosa dan bahan makanan cacing lainya.
Efek sampingnya hanya ringan berhubungan
penyerapan kedalam darah hanya ringan ( 2 10 % ).
Kadangkala terjadin diare dan nyeri perut, juga reaksi
reaksi kepekaan berlebihan.
Kontraindikasi : tidak boleh diberikan pada wanita
yang sedang mengandung
Piperazin (vermolif,
univxon, dll )
Obat ini berkhasiat melumpuhkan terhadap cacing cacing kermi
dan gelang, juga bekerja sebagai laksans lemah. Karena efektif, aman
dan murah maka obat dalam bentuk sirup ini banyak digunakan.
Piperazin diserap baik kedalam darah, maka bila dosis biasa
dilampaui, resikonya akan efek buruk adalah besar. Keberatanya pada
pengobatan infeksi cacing kermi adalah penggunaanya selama 4 7
hari.
Efek sampingnya jarang terjadi, baru pada dosis besar dapat
terjadi gejala gejala keracunan saraf ( neurotoksisitas ) seperti kejang
kejang, pikiran kacau dan mengantuk, juga kesemutan dan gatal
gatal.
Dosis : terhadap cacing gelang, dewasa dan anak anak diatas 6
tahun : 3 sendok teh ( 15 ml : 3 gram ) dari sirup tersebut di atas.
Anak anak 1 2 tahun : 1 sendok teh ( 1 gram ), 3 5 tahun : 2 sendok
teh ( 2 gram ) terhadap cacing kermi : takaran sama, tetapi selama 4
7 hari.
Kontraindikasi : hypersensitivitas, orang dengan kondisi epilepsi
dan gangguan ginjal berat
Pirantel ( combantrin,
konvermex, dll )
Obat ini sama efektif khasaitnya dengan mebendazol
terhadap cacing cacing kermi, gelang dan tambang. Daya
kerjanya sama dengan piperazin, yakni melumpuhkan cacing,
yang kemudian dikeluarkan dengan peristaltik usus tanpa
memerlukan laksans. Penyerapanya ke dalam darah hanya
ringan.
Efek sampingnya hanya terjadi pada dosis besar dan
berupa mual, daire, nyeri kepala, demam dan ruam. Wanita
hamil tidak dianjurkan menggunakan obat ini.
Dosis : dewasa sekaligus 2 3 tablet dari 250 mg. Anak anak
0,5 2 tablet dari 125 mg atau 0,5 2 sendok teh sirup
menurut usia ( 10 mg / kg berat badan )
Kontraindikasi : hypersensitivitas terhadap pirantel
pamoat
Levamisol ( ascaridil,
ketrax )

Berkhasiat kuat terhadap cacing cacing gelang dan tambang, sama


efektifnya dengan mebendazol.
Efek efek sampingnya hanya jarang terjadi dan ringan, berupa
mual, muntah, nyeri kepala, perasaan pening dan reaksi reaksi
alergi pada kulit. Wanita hamil tidak dianjurkan minum obat ini.
Dosis : dewasa dan anak anak diatas 16 tahun : sekaligus 3 tablet /
sendok teh dari 50 mg sesudah makan selama 2 hari. Anak anak 5
15 tahun : 2 tablet, anak 1 5 th : 1 tablet. Dosis umumnya
adalah 2,5 mg / kg berat badan.
Kontraindikasi : pasien aethritis rematik, pasien gangguan darah
dan pasien yang menggunakan fluorourasil
TERAPI OBAT NON ESSENSIAL

Ramuan Daun Pepaya

Sediakan 1 helai daun pepaya


dan 15 gr akar pohon bunga
melati
Rebus semua bahan dengan 600
Ramuan Bawang Putih
cc air hingga tersisa 300 cc
Air rebusan di minum selagi Sediakan 3 siung bawang putih, 30 gr akar pepaya,
hangat secara teratur dua kali dan gula merah secukupnya (dipotong-potong).
sehari Rebus semua bahan dengan 600 cc air hingga
tersisa 300 cc.
Air rebusan di minum selagi masih hangat secara
teratur, dua kali sehari. Satu olahan ramuan
digunakan untuk dua kali minum.
Ramuan Biji Pepaya Ramuan Krokot

Sediakan 2 sendok
makan biji pepaya Sediakan 60 gr krokot
yang sudah segar
dikeringkan Rebus krokot dengan
Giling bahan hingga 600 cc air hingga
menjadi bubuk dan tersisa 300 cc
seduh dengan 1/2 Air rebusan diminum
gelas air selagi hangat dan
Tambahkan madu krokotnya dimakan
secukupnya, lalu Konsumsi ramuan
diaduk hingga rata herbal ini secara
Minum ramuan secara teratur, dua kali sehari
teratur, dua kali sehari
TERIMA KASIH
SEMOGA
BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai