Anda di halaman 1dari 16

T

A
B
O

M
E
T
SIS

F
A
R
SA

M
O
N
OTO

KELOMPOK 4
1. AYU KUMALASARI
2. BETTY DWI
CAHYANINGRUM
3. ILVIANI
4. ZAIDATUN NIMAH

Devinisi Obat Syaraf Otonom


Obat saraf otonom adalah obat yang dapat
mempengaruhi penerusan impuls dalam
sistem
saraf
otonom
dengan
jalan
mengganggu
sintesa,
penimbunan,
pembebasan,
atau
penguraian
neurotransmiter atau mempengaruhi kerjanya
atas reseptor khusus.

Anatomi Dan Fisiologi Sistem Syaraf


Otonom
Susunan Saraf Otonom (SSO), juga disebut
susunan saraf vegetatif, meliputi antara lain sarafsaraf dan ganglia (majemuk dari ganglion yang
artinya simpul saraf) yang merupakan persarafan ke
otot polos dari berbagai organ (bronchia, lambung,
usus, pembuluh darah, dan lain-lain). Termasuk
kelompok ini pula adalah otot jantung (lurik) serta
beberapa
kelenjar
(ludah,
keringat,
dan
pencernaan). Dengan demikin, sistem saraf otonom
tersebar luas di seluruh tubuh dan fungsinya adalah
mengatur secara otonom keadaan fisiologi yang
konstan, seperti suhu badan, tekanan, dan
peredaran darah serta pernafasan (Tjay dan
Rahardja, 2002: 450).

SISTEM SARAF SIMPATIS DAN


PARASIMPATIS
SARAF SIMPATIF
Pada
syaraf
simpatik
mempunyai
sel
syaraf
preganglion
lebih
pendek
daripada
sel
syaraf
postganglionnya. Selain itu
pada sistem syaraf simpatik ini
neurotransmitter
yang
dilepaskan adalah nor-epinefrin
atau nor-adrenalin yang akan
bereaksi
dengan
reseptor
adrenergik, maka sistem syaraf
sipatik ini disebut juga dengan
sistem syaraf adrenergik.

SARAF PARASIMPATIS
Pada
sistem
syaraf
parasimpatik
memiliki
sel
syaraf
preganglion
lebih
panjang daripada sel syaraf
postganglionnya. Pada sistem
syaraf
ini
neurotransmitter
yang dilepaskan oleh ujung sel
syaraf adalah asetilkolin yang
akan bereaksi dengan reseptor
asetilkolin muskarinik ataupun
pada
reseptor
asetilkolin
nikotinik.

Penggolongan Obat Sistem Syaraf


Otonom
AGONIS KOLINERGIK

ANTAGONIS KOLINERGIK

AGONIS ADRENERGIK

ANTAGONIS ADRENERGIK

A. AGONIS KOLINERGIK
Istilah agonis kolinergik berarti
obat-obat
tersebut
dapat
berikatan dengan reseptor dan
dapat menimbulkan efek. Obatobatan disini berarti aksinya
menyerupai
neurotransmitter
utama yaitu asetilkolin. Istilah
agonis kolinegik ini juga dapat
disebut dengan kolinomimetik
atau parasimpatomimetik.

Target aksi obatobatan ini ada 2


yaitu:
Agonis
Kolinergik
langsung
dan
Inhibitor
Kolinesterase.

OBAT GOLONGAN
ESTER

KOLINERGIK
LANGSUNG
OBAT GOLONGAN
ALKALOID

Obat golongan ester


Pada obat golongan ester ini
merupakan senyawa ester dari
neurotransmitter asetilkolin, oleh
karena itu obat golongan ini
strukturnya
mirip
dengan
asetilkolin. Oleh karena itu obat
golongan
ini
juga
dapat
dimetabolisme
oleh
enzim
asetilkolinesterase. Contoh obat
golongan
ester
ini
adalah
Metakolin,
betanekol,
dan
Karbakol. Metakolin dan Betanekol
mempunyai spesifitas hanya pada
reseptor muskarinik. Jika karbakol
mempunyai spesifitas pada kedua
reseptor (muskarinik dan nikotinik).

Obat golongan alkaloid


Pada obat golongan ini
strukturnya
tidak
mirip
dengan asetilkolin, maka
obat golongan ini tidak dapat
dimetabolisme oleh enzim
asetilkolinesterase.
Contoh obat golongan ini
adalah Pilokarpin, muskarin,
dan arekolin. Golongan obat
ini yang dipakai hanyalah
pilokarpin sebagai obat tetes
mata untuk menimbulkan
efek miosis.

Agonis Nikotinik

Sesuai dengan namanya maka obat ini


bekerja pada reseptor asetilkolin nikotinik. Obat
ini dapat mempengaruhi pada siste syaraf
somatik atau neuromuscular junction. Contoh
senyawanya adalah nikotin, lobelin, epibatidin,
dll. Nikotin dal lobelin didapatkan dari isolasi dari
tanaman tembakau dan senyawa ini dapat
digunakan untuk orang yang kecanduan
merokok.

Inhibitor Kolinesterase
Pada bagian sistem syaraf otonom terdapat suatu
enzim yang sangat penting yaitu Asetilkolin asetil
hidrolase
(AchE)
atau
biasa
disebut
dengan
asetilkolinesterase. Enzim ini ditemukan pada celah
syaraf kolinergik, neuromuscular junction, dan darah.
Enzim ini sangat penting karena berfungsi untuk
memecah asetilkolin menjadi asetat dan kolin. Obat
dalam hal ini bereaksi dengan menghambat enzim
kolinesterase pada celah sinaptik. Sedangkan obatobatannya beraksi dengan 2 tipe, yaitu sebagai Inhibitor
reversibel dan sebagai Inhibitor Ireversibel.

lanjutan
Inhibitor Reversibel

Inhibitor Irreversibel

Obat ini dapat berinteraksi


secara kompetitif dengan sisi aktif
enzim
AChE
dan
dapat
terbalikkan / reversibel. Obat pada
golongan ini bersifat larut air.
Contoh obat-obatan yang bersifat
inhibitor reversibel ini adalah
Edroponium. Obat ini bereaksi
dengan cepat yang diberikan
secara intravena untuk diagnosa
penyakit Myastenia gravis. Pada
penderita Myastenia gravis jika
diberikan Edroponium maka akan
meningkatkan
kekuatan
otot
skeletal.

Obat ini berinteraksi dengan


sisi sktif enzim AchE dan bersifat
tak terbalikkan dan biasanya
senyawa golongan ini bersifat larut
dalam
lipid
sehingga
dapat
menembus barrier darah otak.
Obat
ini
bereaksi
dengan
memfosforilasi
enzim
AchE
sehingga mengakibatkan inaktivasi
enzim tersebut. Senyawa yang
bersifat
sebagai
Inhibitor
Irreversibel ini contohnya yaitu
Malation, golongan insektisida dan
golongan
pestisida
(organophosphat).

B. Antagonis kolinergik
Artinya suatu obat atau
senyawa yang dapat mengurangi
efek asetilkolin atau aktivitas
saraf kolinergik. Obat jenis ini
disebut juga kolinolitik karena
aksinya menghambat aktivitas
asetilkolin.

ANTAGONIS KOLINERGIK

ANTAGONIS MUSKARINIK

GANGLION BLOKER

NEUROMUSKULAR BLOKER

GANGLION BLOKER
ANTAGONIS MUSKARINIK
Kerja dari obat ini yaitu
mengeblok
reseptor
asetilkolin muskarinik, yang
efeknya tergantung dari letak
reseptornya.
Contohnya:
ipratropium
bekerja
pada
reseptor pada otot bronkus,
sehingga kalo orang dikasih
obat ini maka akan terjadi
bronkodolatasi
(pelebaran
pada otot bronkus).

Kerja dari obat ini yaitu


mengeblok aksi asetilkolin pada
reseptor nikotinik di semua
ganglion otonom, karena tidak
selektif dan bekerja di ganglion
otonom maka obat jenis ini
jarang
digunakan
karena
efeknya
terlalu
besar.
Contohnya
adalah
heksametonium
sebagai
antihipertensi, tapi sekarang
tidak digunakan lagi.

Neuromuskular bloker
Obat ini mengeblok interaksi asetiolkolin
pada reseptor nikotinik di sel otot (spesifik).
Sehingga jika reseptor asetilkolin diblok
maka kerja otot akan berkurang yang
mengakibatkan terjadinya relaksasi otot.
Contohnya yaitu suksinilkolin yang berfungsi
untuk melemaskan otot pernafasan sebelum
pembedahan.

Anda mungkin juga menyukai