PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah :
PEMBAHASAN
2.1. Kolinergik
Kolinergika dapat dibagi menurut cara kerjanya, yaitu zat-zat dengan kerja
langsung dan zat-zat dengan kerja tak langsung. Kolinergika yang bekerja secara
langsung meliputi karbachol, pilokarpin, muskarin, dan arekolin (alkaloid dari
pinang, Areca catechu). Zat-zat ini bekerja secara langsung terhadap organ-organ
ujung dengan kerja utama yang mirip efek muskarin dari ACh. Semuanya adalah
zat-zat amonium kwaterner yang bersifat hidrofil dan sukar larut memasuki SSP,
kecuali arekolin (Tan Hoan Tjay & Rahardja, 2002).
Sedangkan kolinergika yang bekerja secara tak langsung meliputi zat-zat
antikolinesterase seperti fisostigmin, neostigmin, dan piridogstimin. Obat-obat ini
merintangi penguraian ACh secara reversibel, yakni hanya untuk sementara.
Setelah zat-zat tersebut habis diuraikan oleh kolinesterase, ACh segera akan
dirombak lagi. Disamping itu, ada pula zat-zat yang mengikat enzim secara
irreversibel, misalnya parathion dan organofosfat lainnya. Kerjanya panjang,
karena bertahan sampai enzim baru terbentuk lagi. Zat ini banyak digunakan
sebagai insektisid beracun kuat di bidang pertanian (parathion) dan sebagai obat
kutu rambut (malathion). Gas saraf yang digunakan sebagai senjata perang
termasuk pula kelompok organofosfat ini, misalnya Sarin, Soman, dan sebagainya
(Tan Hoan Tjay & Rahardja, 2002).
a. Perubahan gugus amonium kuarterner Salah satu metil dapat digantikan dengan
gugus yang lebih besar tetapi modifikasi seperti itu dapat menurunkan aktivitas
secara drastis Contoh : analog dimetiletil aktivitas hanya 25% dibanding Ach
Substitusi dengan gugus yang lebih besar atau terhadap lebih dari satu metil dapat
meniadakan aktivitas. Muatan juga penting untuk aktivitas, contoh: isoster karbon
tak bermuatan (3,3-dimetilbutilasetat) hanya punya aktivitas 0,003% tetapi amin
tersier (pilokarpin, arecolin) aktif karena pada pH fisiologis, amina-amina ini
terprotonasi sehingga bermuatan.
b. Perubahan rantai etilen Bagian molekul ini menjamin jarak yang tepat antara
gugus amonium dengan gugug ester penting untuk pengikatan yang efektif dengan
reseptor.Peningkatan panjang rantai menghasilkan penurunan aktivitas yang
bermakna. Percabangan rantai hanya memungkinkan untuk substituen metil.
Substitusi dengan β-metil (metacholin)
b. Senyawa Kolinergik dengan Efek Tidak Langsung
c. Penggunaan kolinergik
1) Glaukoma, yaitu suatu penyakit mata dengan ciri tekanan intra okuler
meningkat dengan akibat kerusakan mata dan dapat menyebabkan kebutaan. Obat
ini bekerja dengan jalan midriasis seperti pilokarpin, karbakol dan fluostigmin.
3) Atonia, yaitu kelemahan otot polos pada saluran cerna atau kandung kemih
setelah operasi besar yang menyebabkan stres bagi tubuh. Akibatnya timbul
aktivitas saraf adrenergik dengan efek obstipasi, sukar buang air kecil atau
lumpuhnya gerakan peristaltik dengan tertutupnya usus (ielus paralitikus).
Contohnya prostigmin (neostigmin).
2.3 Anti kolinergi
a. Anti spasmodik, yaitu menurunkan tonus dan pergerakan sauran cerna dan
saluran urogenital.
d. Mifriatik atau dilatasi pupil mata sikloplegik atau paralisis struktur siliari
mata, yang menyebabkan paralisis akomodasi pengihatan dekat.
b. Senyawa antisekresi
d. Midriatik
Contoh : atropin sufat, hematropin HBr, hisin metil bromida, dan tropikamid.
KOMPOSISI
KONTRAINDIKASI
EFEK SAMPING
· Pernapasan : takipnea
2.7 Kasus
Kasus = Pasien laki-laki berusia 61 tahun datang dengan keluhan tremor selama 6
bulan pada tangan kirinya, tanpa ada gejala lain. Pemeriksaan menunjukkan
ekspresi wajah pasif, tremor ‘membuat pil’ pada tangan kiri, terjadi saat istirahat
dan menghilang pada gerakan, dan terdapat rigiditas roda gerigi pada pergelangan
tangan kiri. Ia memilikipostur fleksi ringan dengan berkurangnya ayunan tangan
kiri saat berjalan.
Komentar: Adanya tiga komponen trias klinik klasik- tremor istirahat, rigiditas,
dan bradikinesia (wajah pasif, ayunan tangan tergangggu) – menunjukkan
diagnosis penyakit parkinson idiopatik tahap awal. Adanya asimetri mendukung
diagnosis. Gambaran klinis, selain onset yang simetris, menunjukkan sindrom
rigiditas-akinetik selain penyakir parkinson idiopatik, termasuk adanya hipotensi
postural yang signifikan. Walaupun pasien dengan penyakit parkinson idiopatik
dapat mengalami penurunan tekanan darah ringan pada postur tertentu, biasanya
lebih jelas pada atrofi sistem multipel (sindrom shy-dranger). Gerakan mata haru
diperiksa dengan teliti. Walaupun pasien dengan penyakit parkinson idiopatik
mengalami gangguan pada tatapan ke atas, palsi pandangan vertikal yang
bermakna termasuk gangguan lirikan ke bawah, lebih menunjukkan diagnosis
palsi supranuklear progresif (sindrom steele-richardson-olszewski).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
2. Kolinergika dapat dibagi menurut cara kerjanya, yaitu zat-zat dengan kerja
langsung dan zat-zat dengan kerja tak langsung.
ANTAGONIS POLINERGIK