Anda di halaman 1dari 11

Devinisi Kolinergik

Senyawa kolinergik adalah senyawa yang secara langsung atau tidak langsung
dapat menimbulkan efek seperti yang ditunjukan oleh asetil kolin, suatu senyawa normal,bubuh
yang disintetis pada jaringan saraf, sinapsis kolinergik dan dinding usus. Ada dua tipe efek yang
dihasilkan yaitu efek muskarinik dan nikotinik.
Kolenergika atau parasimpatomimetika adalah sekelompok zat yang dapat
menimbulkan efek yang sama dengan stimulasi Susunan Parasimpatis (SP), karena melepaskan
neurohormon asetilkolin (ACh) diujung-ujung neuronnya. Tugas utama SP adalah
mengumpulkan energi dari makanan dan menghambat penggunaannya, singkatnya berfungsi
asimilasi. Bila neuron SP dirangsang, timbullah sejumlah efek yang menyerupai keadaan
istirahat dan tidur. Efek kolinergis faal yang terpenting seperti: stimulasi pencernaan dengan
jalan memperkuat peristaltik dan sekresi kelenjar ludah dan getah lambung (HCl), juga sekresi
air mata, dan lain-lain, memperkuat sirkulasi, antara lain dengan mengurangi kegiatan jantung,
vasodilatasi, dan penurunan tekanan darah, memperlambat pernafasan, antara lain dengan
menciutkan bronchi, sedangkan sekresi dahak diperbesar, kontraksi otot mata dengan efek
penyempitan pupil (miosis) dan menurunnya tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran
air mata, kontraksi kantung kemih dan ureter dengan efek memperlancar pengeluaran urin,
dilatasi pembuluh dan kotraksi otot kerangka, menekan SSP setelah pada permulaan
menstimulasinya (Tan Hoan Tjay & Rahardja, 2002).
Reseptor kolinergika terdapat dalam semua ganglia, sinaps, dan neuron
postganglioner dari SP, juga pelat-pelat ujung motoris dan di bagian Susunan Saraf Pusat yang
disebut sistem ekstrapiramidal. Berdasarkan efeknya terhadap perangsangan, reseptor ini dapat
dibagi menjadi 2 bagian, yakni: (Tan Hoan Tjay & Rahardja, 2002).
2. Golongan obat kolinergik
Kolinergika dapat dibagi menurut cara kerjanya, yaitu zat-zat dengan kerja
langsung dan zat-zat dengan kerja tak langsung. Kolinergika yang bekerja secara langsung
meliputi karbachol, pilokarpin, muskarin, dan arekolin (alkaloid dari pinang, Areca catechu).
Zat-zat ini bekerja secara langsung terhadap organ-organ ujung dengan kerja utama yang mirip
efek muskarin dari ACh. Semuanya adalah zat-zat amonium kwaterner yang bersifat hidrofil dan
sukar larut memasuki SSP, kecuali arekolin (Tan Hoan Tjay & Rahardja, 2002).
Sedangkan kolinergika yang bekerja secara tak langsung meliputi zat-zat
antikolinesterase seperti fisostigmin, neostigmin, dan piridogstimin. Obat-obat ini merintangi
penguraian ACh secara reversibel, yakni hanya untuk sementara. Setelah zat-zat tersebut habis
diuraikan oleh kolinesterase, ACh segera akan dirombak lagi. Disamping itu, ada pula zat-zat
yang mengikat enzim secara irreversibel, misalnya parathion dan organofosfat lainnya. Kerjanya
panjang, karena bertahan sampai enzim baru terbentuk lagi. Zat ini banyak digunakan sebagai
insektisid beracun kuat di bidang pertanian (parathion) dan sebagai obat kutu rambut
(malathion). Gas saraf yang digunakan sebagai senjata perang termasuk pula kelompok
organofosfat ini, misalnya Sarin, Soman, dan sebagainya (Tan Hoan Tjay & Rahardja, 2002).
a. Senyawa Kolinergik dengan efek langsung
Senyawa kolinergik dengan efek langsung (Kolinomimetik, Parasimpatomimetik) adalah obat
yang mempunyai struktur kimia, jarak antara gugus-gugus polr dan distribusi muatan serta
dengan asetil kolin sehingga dapat menimbulkan efek pada transmiter kimia asetikolin.
1) Mekanisme kerja kolinomimetik
Kolinomimetik memiliki struktur mirip dengan asetikolin sehingga dapat membentuk
komplek dengan reseptor asetikolin. Reseptor tersebut terletk pada membran yan peka.
Asetikolin dan kolinomimetik dapat mempengaruhi dan mengikat keselektifan permeabilitas
membran terhadap kation.
Contoh senyawa kolinergik :
a) Asetilkolin : aktif terhadap nikotinik dan muskarinik cepat terhidrolisis. Larutan 1 % (dibuat
baru) topikal pada interior chamber mata : 0,5-2 ml.
b) Metacholin : dihidrolisis lebih lambat karena efek halangan sterik oleh gugus β -metil aktif
terhadap muskarinik (jarang digunakan). Dosis : SC 10 mg, setelah 20 menit dapat diberikan 25
mg.
c) Carbachol : dihidrolisis lambat (karena gugus karbamat). Digunakan pada glaukoma untuk
menurunkan tekanan intraokuler. Larutan 1 % topikal pada kongjutiva mata 1 tetes 2-3 dd.
d) Betanechol: Efek lebih lama (karena halangan sterik & karbamat). Digunakan untuk stimulasi
saluran cerna dan saluran urin pasca operasi. Dosis oral : 10-30 mg 3 dd dan SC : 2,5 mg 3 dd.
2) Hubungan Struktur dan aktfitas
a) Perubahan gugus amonium kuarterner Salah satu metil dapat digantikan dengan gugus yang
lebih besar tetapi modifikasi seperti itu dapat menurunkan aktivitas secara drastis Contoh :
analog dimetiletil aktivitas hanya 25% dibanding Ach Substitusi dengan gugus yang lebih besar
atau terhadap lebih dari satu metil dapat meniadakan aktivitas. Muatan juga penting untuk
aktivitas, contoh: isoster karbon tak bermuatan (3,3-dimetilbutilasetat) hanya punya aktivitas
0,003% tetapi amin tersier (pilokarpin, arecolin) aktif karena pada pH fisiologis, amina-amina ini
terprotonasi sehingga bermuatan.
b) Perubahan rantai etilen Bagian molekul ini menjamin jarak yang tepat antara gugus amonium
dengan gugug ester penting untuk pengikatan yang efektif dengan reseptor.Peningkatan panjang
rantai menghasilkan penurunan aktivitas yang bermakna. Percabangan rantai hanya
memungkinkan untuk substituen metil. Substitusi dengan β-metil (metacholin)
menunjukkan aktivitas muskarinik, substitusi dengan α-metil menunjukkan aktivitas nikotinik.
c) Perubahan gugus ester Ester aromatis yang besar menunjukkan efek antagonis. Penggantian
yang paling bermanfaat adalah dengan gugus karbamat (Carbachol) dapat membuat menjadi
sangat aktif karena mengurangi hidrolisis.
d) Pembentukan analog siklis Analog siklik ACh dengan aktivitas muskarinik meliputi berbagai
senyawa bahan alam, seperti muscarine, pilocarpine, dan arecoline. Dioxolane juga menunjukkan
aktivitas kuat sebagai agonis muskarinik. 2.
e) Aktifitas akan meningkat secara tetap dengan peningkatan jumlah atom yang terikat pada gugus
onium (-N+(CH3)3)sampai R=5, bila R lebih besar dari 5 aktifitasnya akan menurun secara tetap
pula.
f) Gugus onium (N-kation) sangat penting untuk aktifitas kolinergik. Penggantian atom N dengan
gugus elektronegatifan yang lain (P, S,As ) dan penggantian gugus metil dan gugus alkil yang
lebih tinggi akan menurunkan aktifitas
b. Senyawa Kolinergik dengan Efek Tidak Langsung
Senyawa kolinergik dengan efek tidak langsung Senyawa kolinergik dengan efek tidak
langsung (antikolinesterase) bekerja menghambat enzim kolinesterase dengan cara mencegah
enzim sehingga tidak menghidrolisis asetilkolin. Akibatnya asetilkolin akan terkumpul pada
tempat transmisi kolinergik dan bekerja pada perifer, sinapsis ganglionik dan penghubung saraf
otot rangka. Mekanisme kerjanya : bekerja sebagai penghambat enzim kolinesterase dengan cara
berinteraksi membentuk kompleks dengan enzim tersebut, melalui berbagai ikatan kimia
termasuk ikatan elektrostatik, ikatan hidrogen dan ikatan kovalen.
1) Turunan karbamat Studi hubungan struktur dan aktivitas turunan karbamat menunjukan bahwa
gugus yang berperan untuk aktivitas antikolinesterase adalah gugus amino yang tersubstitusi dan
gugus N,N-dimetil karbamat. Contoh : Fisostigmin salisilat
c. Penggunaan kolinergik
Kolinergik terutama digunakan pada :
1) Glaukoma, yaitu suatu penyakit mata dengan ciri tekanan intra okuler meningkat dengan akibat
kerusakan mata dan dapat menyebabkan kebutaan. Obat ini bekerja dengan jalan midriasis
seperti pilokarpin, karbakol dan fluostigmin.
2) Myastenia gravis, yaitu suatu penyakit terganggunya penerusan impuls di pelat ujung motoris
dengan gejala berupa kelemahan otot-otot tubuh hingga kelumpuhan. Contohnya neostigmin dan
piridostigmin.
3) Atonia, yaitu kelemahan otot polos pada saluran cerna atau kandung kemih setelah operasi besar
yang menyebabkan stres bagi tubuh. Akibatnya timbul aktivitas saraf adrenergik dengan efek
obstipasi, sukar buang air kecil atau lumpuhnya gerakan peristaltik dengan tertutupnya usus
(ielus paralitikus). Contohnya prostigmin (neostigmin).
2.2. Antikolinergika
1. Devinisi antikolinergik
Antikolinergik (disebut juga obat penyekat kolinergik atau obat Antagonis kolinergik)
mengikat koffloseptor tetapi tidak memicu efek intraselular diperantarai oleh reseptor seperti
lazimnya yang paling bermanfaat dari obat golongan ini adalah menyekat sinaps muskarinik
pada saraf parasimpatis secara selektif. Oleh karena itu, efek persarafan parasimpatis menjadi
terganggu, dan kerja pacu simpatis muncul tanpa imbangan. Kelompok kedua obat ini, penyekat
ganglioník nampaknya lebib menyekat reseptor nikotinik pada ganglia simpatis dan
parasímpatis. Keluarga ketiga senyawa ini, obat penyekat neumuscular mengganggu transmisi
impuls eferon yang menuju otot rangka.
Antikolinergik juga disebut antimuskaranik, parasimpatolitik, kolinolitik, atroponik, dan
pemblok parasimpatetik
Antikolinergik menghambat efek asetilkolin pada saraf postganglionik kolinergik danotot polos,
menghasilkan efek efek sebagai berikut:
a. Anti spasmodik, yaitu menurunkan tonus dan pergerakan sauran cerna dan saluran urogenital.
b. Antisekresi, mengurangi sekresi air liur, keringat dan asam lambung.
c. Anti parkison, parkison adalah suatu ppenyakit yang disebabkan oleh adanya ketidak
seimbangan kadar dopain fan asetil kolin di otak.
d. Mifriatik atau dilatasi pupil mata sikloplegik atau paralisis struktur siliari mata, yang
menyebabkan paralisis akomodasi pengihatan dekat.
Efek samping antikolinergik antara lain adalah mulut kering, anhidrosis, mata kabur. Takikardia,
disuria dan retensi urin akut. Pada orag dapat menyebabkan glau koma, konstipasi, dan kesulitan
akomodasi penglihatan.
2. Golongan obat antikolinergik
Berdasarkan efek yang ditimbulkan senyawa antikolinergik dibagi menjadi empat
kelompok yaitu:
a. Obat antispasmodik
Obat antispanmodik (spasmolitik umum) adalah senyawa yang dapat menurunkan tonus dan
pergerakan sauran cerna dan urogenial. Obat antispasmodik digunakan sebagai penunjang
pengobatan tukak lambung da usus, serta untuk eringankan spasme viseral.
Antikolinergik yang digunakan sebagai obat anti spasmodik obat antispasmodik dibagi enjadi
tiga kelompok yaitu alkoloida salonacea dan turunanya, senyawa amonium kuartener siteti dan
senyawa amin tersier sintetik.
b. Senyawa antisekresi
Efek antisekrsi dapat dihasilkan oleh senyawa antikolinergik dan digunakan sebagai obat
tambahan pada pengobatan tukak lambung dan usus serta untuk meringankan spasme viseral.
Contoh: klidinium klorida, fentonium bromida, isopropamid iodida, metalin bromida, dan
propentelin bromida.
c. Obat anti parkinson
Obat anti-parkinson adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan gejala penyakit
parkinson. Pada individu normal ada keseimbangan antara kadar dopamin dan asetilkolin diotak.
Adanya ketidak seimbangan kadar kedua senyawa diatas, terutama kekurangan dopamin
disriatum otak dapat menyebabkan penyakit parkinson.
Berdasarkan mekanisme kerjanya obat anti parkinson dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
senyawa antikolinergik pusat, senyawa yang mempengaruhi kadar dopamin diotak dan senyawa
yang menurunkan metabolisme dopamin.
d. Midriatik
Antikolinergik kuat digunakan seeccara setempat pada mata karna menimbulkan efek midriasis
(dilatasi pupil) dan siklopelgia (paralisis akomodasi). Midriatik dan efek sikloplegik digunakan
untuk membantu pembiasan dan pemeriksaaan bagian dalam mata, membantu prosedur
diagnostik sebelum, selama dan sesudah oprasi intrakular serta untuk untuk pengobatan
glaukoma sekunder.
Contoh : atropin sufat, hematropin HBr, hisin metil bromida, dan tropikamid.
3. Hubungan Struktur Dan Aktifitas

Struktur umum CR2X-CO-O-(CH2)n- N


a. Strruktur antikolinergik sangat mirip dengan senyawa kolinergik. Perbedaan utama adalah
adanya gugus besar yang terikat pada gugus alkil yang dapat meningkatkan kekuatan ikatan
dengan permukaan resptor.
b. Pemasukan subtituen pada cincin aromatik (gugus fenil) hanya sedikit menunjang aktivitas.
c. X dapat berupa gugus H, OH, CH3, CONH2-adanya gugus OH meningkatkan aktivitas
antikolnergik karna dapat menunjang kekuatan intraksi obat resptor melalui ikatan hidrogen.
d. N berupa amonium kuarterner atau amin tersier yang terprotonasi pada pH fisologis atau bio
fisa, membentuk gaya tarik menari elekstrostatik.
2.3. Contoh Obat di Pasaran
Tablet, Sirup (Theophylline/Teofilin)
Nama Obat Generik : Theophylline / Teofilin
Nama Obat Bermerek : Bronsolvan
KOMPOSISI
Tiap tablet Bronsolvan mengandung Theophylline (Teofilin) 150 mg.
Tiap 15 ml sirup Bronsolvan mengandung Theophylline (Teofilin) 150 mg.

FARMAKOLOGI (CARA KERJA OBAT)


Teofilin merupakan turunan metilxantin yang mempunyai efek antara lain merangsang
susunan saraf pusat dan melemaskan otot polos, terutama bronkus.

Dosis Obat BRONSOLVAN Tablet, Sirup (Theophylline/Teofilin)

Baca Juga Dosis Obat Lainnya :


1. Dosis Obat BUSCOPAN Tablet (Hyoscine-N-butylbromide)
2. Dosis Obat BURNAZIN Krim (Silver Suphadiazine)
3. DOSIS OBAT CALOMA PLUS
4. Dosis Obat CANDISTIN (Nystatin)
5. Dosis Obat CAPTOPRIL (Captopril)
6. Dosis Obat CATAFLAM (Diclofenac Potassium)
INDIKASI
Indikasi Bronsolvan adalah untuk meringankan dan mengatasi serangan asma bronkial.

KONTRAINDIKASI
 Hipersensitivitas atau alergi terhadap komponen obat.
 Penderita tukak lambung.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
 Hati-hati pemberian Bronsolvan pada hipoksemia, hipertensi, atau penderita yang mempunyai
riwayat tukak lambung.
 Bronsolvan dapat mengiritasi saluran gastrointestinal.
 Hati-hati pemberian Bronsolvan pada wanita hamil, menyusui, dan anak-anak.
 Pemberian Bronsolvan jangan melampaui dosis yang dianjurkan dan bila dalam 1 jam gejala-
gejalanya masih tetap atau bertambah buruk, agar menghubungi puskesmas atau rumah sakit
terdekat.
 Hati-hati pemberian Bronsolvan pada penderita kerusakan fungsi hati, penderita di atas 55
tahun terutama pria dan pada penyakit paru-paru kronik.
EFEK SAMPING
Efek samping Bronsolvan yang dapat timbul adalah sebagai berikut :
 Gastrointestinal : mual, muntah, diare.
 Susunan saraf pusat : sakit kepala, insomnia.
 Kardiovaskular : palpitasi, takikardia, aritmia ventrikuler.
 Pernapasan : takipnea
 Ruam kulit, hiperglikemia
INTERAKSI OBAT
 Bronsolvan jangan diberikan bersamaan dengan preparat xantin yang lain.
 Simetidin, eritromisin, troleandomisin dan kontrasepsi oral dapat meningkatkan kadar teofilin
serum.
 Rifampisin menurunkan kadar teofilin serum.
Kolenergika atau parasimpatomimetika adalah sekelompok zat yang dapat menimbulkan efek yang
sama dengan stimulasi Susunan Parasimpatis (SP),
2. Kolinergika dapat dibagi menurut cara kerjanya, yaitu zat-zat dengan kerja langsung dan zat-zat
dengan kerja tak langsung.
3. Kolinomimetik memiliki struktur mirip dengan asetikolin sehingga dapat membentuk komplek
dengan reseptor asetikolin.
4. Antikolinergik (disebut juga obat penyekat kolinergik atau obat Antagonis kolinergik) mengikat
koffloseptor tetapi tidak memicu efek intraselular diperantarai oleh reseptor seperti lazimnya
yang paling bermanfaat dari obat golongan ini adalah menyekat sinaps muskarinik pada saraf
parasimpatis secara selektif.
5. Berdasarkan efek yang ditimbulkan senyawa antikolinergik dibagi menjadi empat kelompok
yaitu Obat antispasmodik Senyawa antisekresi, Obat anti parkinsond dan Midriatik
6. Struktur umum antikolinergik CR2X-CO-O-(CH2)n- N
Obat antikolinergik adalah obat yang mempengaruhi fungsi persarafan. Di dalam tubuh manusia
terdiri dari beribu-ribu sel saraf. Sel saraf satu dengan yang lainnya berkomunikasi melalui zat yang
disebut sebagai neurotransmitter. Terdapat berbagai jenis neurotransmitter tergantung pada jenis
sel sarafnya. Salah satu neurotransmitter utama di tubuh kita adalah asetilkolin.
Asetilkolin bekerja pada saraf parasimpatis, yakni saraf yang memiliki efek relaksasi tubuh dan
melemaskan otot. Saraf parasimpatis banyak ditemukan pada otot-otot saluran pencernaan,
saluran kencing, paru-paru. Saraf simpatis tersebut saling berkomunikasi melalui asetilkolin. Obat
antikolinergik bekerja menghambat asetilkolin tersebut sehingga akan menurunkan fungsi saraf
parasimpatis.
Contoh obat antikolinergik ialah atropine, benzatropin, ipratopium, dimenhidramin,
diphenhidramin, oksibutin, dan lain-lain.
Berbagai kegunaan dari obat antikolinergik antara lain:
1. Kelainan pada saluran pencernaan, seperti maag, diare, luka pada usus, mual, muntah;
2. Kelainan pada saluran kencing, seperti radang kantung kemih, radang saluran kencing;
3. Kelainan pada saluran napas, seperti asma, infeksi saluran napas bawah (bronkitis);
4. Kelaianan pada jantung, seperti denyut jantung rendah;
5. Lainnya, seperti insomnia (sulit tidur), pusing berputar.

EFEK SAMPING
Efek samping dari obat antikolinergik antara lain:
1. Sensasi tidak seimbang;
2. Mulut kering, mata kering, sakit tenggorokan;
3. Kulit kering;
4. Kemerahan pada kulit;
5. Peningkatan suhu badan;
6. Merasa silau;
7. Pandangan kabur;
8. Denyut jantung meningkat, berdebar-debar;
9. Sulit buang air kecil;
10. Sulit buang air besar;
11. Gangguan pada saraf otak (jarang terjadi), seperti kejang, koma, halusinasi.

Bila terjadi efek samping tersebut, penderita dapat diberikan obat penawar yakni phisotigmin.

DOSIS
Dosis obat antikolinergik berbeda-beda tergantung pada jenis obat yang digunakan dan jenis
penyakit yang diobati. Sebagai contoh, dosis atropine untuk mengobati kelaianan saluran cerna
ialah 3 kali 0,4 mg. Ipratropium tersedia dalam bentuk cairan untuk terapi uap pada penderita asma.
Dosis ipratropium ialah 500 mikrogram diulang setiap 20 menin selama tiga kali. Diphenhidramin
untuk insomnia (sulit tidur) dosisnya ialah 50 mg diminum 30 menit sebelum tidur.
http://www.kerjanya.net/faq/5997-antikolinergik.html
https://chamaiiaariani.wordpress.com/penyebab-diare/adrenolitik-simpatolitik-dan-
kolinergik-parasimpatomimetik/

Kolinergik (parasimpatomimetik)
1. Pengertian Parasimpatomimetika adalah zat-zat yang
dapat menimbulkan efek yang sama dengan efek
yang terjadi bila saraf parasimpatik dirangsang dan
melepaskan asetilkolin pada ujung-ujung neuronnya.
Tugas utama dari saraf parasimpatis adalah
mengumpulkan energi dan makanan dan
menghemat penggunaannya. Bila sarafnya
dirangsang timbulah efek yang menyerupai keadaan
istirahat dan tidur.
B. Efek yang ditimbulkan oleh kolinergik adalah :

 Stimulasi aktivitas saluran cerna, peristaltik diperkuat,


sekresi kelenjar-kelenjar ludah, getah lambung, air mata
dan lain-lain
 Memperlambat sirkulasi darah dan mengurangi kegiatan
jantung, vasodilatasi dan penurunan tekanan darah.
 Memperlambat pernafasan dengan menciutkan saluran
nafas (bronkokontriksi) dan meningkatkan sekresi dahak.
 Kontraksi otot mata dengan penyempitan pupil mata
(miosis) dan menurunkan tekanan intra okuler dan
memperlancar keluarnya airmata
 Kontraksi kandung kemih dan ureter dengan efek
memperlancar keluarnya air seni.
 Dilatasi pembuluh dan kontraksi otot kerangka.
 Menenkan SSP setelah pada permulaan
menstimulasinya.

Efek samping dari obat-obat kolinergik adalah mual, muntah, diare, sekresi
ludah dahak, keringat dan airmata yang berlebihan, penghambatan
kerja jantung (bradikardia), bronkokontriksi dan kelumpuhan
pernafasan.
1. Penggolongan Kolinergika
Kolinergik dapat dibagi menurut cara kerjanya, yaitu

ü Zat dengan kerja langsung

Contoh : pilokarpin,muskarin, arekolin (alkaloid terdapat dipinang


kolinergik)

Zat-zat ini bekerja langsung terhadap organ ujung dengan kerja utama
yang mirip efek muskarin dari ACh (Asetilkolin).

Semuanya adalah zat-zat amonium kuaterner yang bersifat hidrofil


dan sukar memasuki SSP ,Kecuali arekolin.

ü Zat dengan kerja tidak langsung

Zat-zat anti kolinesterase seperti pisostigmin, neoustigmin dan


piridostigmin.

Obat-obat ini menghambat penguraian ACh secara reversibel, yakni


hanya untuk sementara. Setelah zat-zat tersebut habis diuraikan oleh
kolinesterase, Ach segera akan dirombak lagi. Disamping itu ada pula
zat-zat yang mengikat enzim secara irreversibel,misalnya Parathion
dan organosfosfat lain. Kerjanya panjang karena bertahan sampai
enzim terbentuk baru lagi. Zat ini banyak digunakan sebagai insektisid
beracun kuat dibidang pertanian dan sebagai obat kutu rambut
(malathion). Gas saraf yang digunakan sebagai senjata perang
termasuk pula kelompok organosfosfta ini misalnya sarin dan soman.

D. Penggunaan
Kolinergik terutama digunakan pada:
 Glaukoma, yaitu suatu penyakit mata dengan ciri
tekanan intra okuler meningkat dengan akibat kerusakan
mata dan dapat menyebabkan kebutaan. Obat ini
bekerja dengan jalan midriasis seperti pilokarpin,
karbakol dan fluostigmin.
 Myastenia gravis, yaitu suatu penyakit terganggunya
penerusan impuls di pelat ujung motoris dengan gejala
berupa kelemahan otot-otot tubuh hingga kelumpuhan.
Contohnya neostigmin dan piridostigmin.
 Atonia, yaitu kelemahan otot polos pada saluran cerna
atau kandung kemih setelah operasi besar yang
menyebabkan stres bagi tubuh. Akibatnya timbul
aktivitas saraf adrenergik dengan efek obstipasi, sukar
buang air kecil atau lumpuhnya gerakan peristaltik
dengan tertutupnya usus (ielus paralitikus). Contohnya
prostigmin (neostigmin)
Penjelasan obat

 Pilokarpin
Digunakan sebagai miotikum. Dosis : tetes mata larutan 1-4 %

 Fisostigmin
Sebagai miotikum, myosthemia grafis, dan atonia usus post operasi.

Dosis : tetes mata untuk miotikum 2-3 kali sehairi, larutan 0,25 – 1 %.

 Neostigmin
Digunakan pada niastenia grafis/nia usus dan kandung kemih. Dosis :
oral 3 kali sehari , 15-30 mg.

 Fluostigminutan
Digunakan sebagai myolitikum. Dosis : 1 tetes dari larutan 0,05-1%.

Anda mungkin juga menyukai