Anda di halaman 1dari 21

Kanker Payudara

Pengobatan pasien kanker payudara meliputi pembedahan, radioterapi,


obat atau kombinasi ketiganya.

Untuk kanker payudara yang dapat dioperasi, terapi sebelum pembedahan


(terapi neoadjuvant) dapat mengurangi ukuran tumor dan memfasilitasi
operasi kanker payudara. Terapi antagonis hormon (misal letrozol) dipilih
untuk kanker payudara dengan reseptor hormon steroid positif dan
kemoterapi untuk tumor negatif dengan reseptor hormon steroid negatif
dan untuk wanita yang lebih muda.

KANKER PAYUDARA STADIUM AWAL. Wanita sebaiknya


mempertimbangkan terapi tambahan setelah pembedahan tumor. Terapi
tambahan dilakukan untuk menghilangkan mikrometastasis yang dapat
menyebabkan penyakit kambuh. Pemilihan terapi tambahan berdasarkan
risiko yang dapat terjadi, status reseptor hormon steroid tumor utama dan
status menopause.

Terapi tambahan dapat berupa kemoterapi sitotoksik atau terapi antagonis


hormon. Wanita dengan kanker payudara dengan reseptor hormon steroid
positif dipertimbangkan untuk mendapat terapi antagonis hormon (didahului
dengan kemoterapi sitotoksik jika diperlukan), sedangkan kanker payudara
pada wanita dengan reseptor hormon steroid negatif harus
dipertimbangkan untuk mendapat kemoterapi sitotoksik.

Tamoksifen, suatu antagonis reseptor estrogen efektif pada wanita


pascamenopause, perimenopause dan pramenopause. Penghambat
aromatase seperti anastrozol, eksemestan dan letrozol hanya efektif pada
wanita pascamenopause.
Terapi tambahan antagonis hormon mengurangi risiko munculnya kanker
pada payudara yang lain dan terapi sebaiknya diteruskan selama 5 tahun
setelah operasi pengangkatan payudara. Untuk pasien yang diberikan
terapi tambahan lanjutan, diberikan tamoksifen selama 5 tahun diiikuti
dengan penghambat aromatase seperti letrozol selama 3 tahun berikutnya.
Trastuzumab diindikasikan untuk penggunaan kanker payudara stadium
awal dengan over express HER2 (human epidermal growth factor-2) pada
wanita yang sebelumnya telah menjalani pembedahan, kemoterapi dan
radioterapi (yang sesuai).
Wanita pramenopause dapat juga diberi terapi analog gonadorelin
atau ovarian ablation.
KANKER PAYUDARA STADIUM LANJUT. Tamoksifen digunakan untuk
tumor pada wanita pascamenopause dengan reseptor estrogen positif,
pada pasien dengan periode bebas kanker payudara setelah terapi kanker
payudara stadium awal yang berlangsung sejak lama dan penyakit pada
jaringan lunak dan tulang. Penghambat aromatase seperti anastrozol atau
letrozol lebih efektif dan merupakan pengobatan

yang lebih dipilih untuk wanita pascamenopause. Ovarian ablation atau


analog gonadorelin sebaiknya dipertimbangkan untuk wanita
premenopause.
Progestogen seperti medroksiprogesteron asetat tetap digunakan pada
wanita pascamenopause dengan kanker payudara stadium lanjut.
Efektivitas progestogen sama dengan tamoksifen, namun tidak selalu
dapat ditoleransi dengan baik dan kurang efektif dibandingkan penghambat
aromatase. Kemoterapi sitotoksik lebih dipilih pada tumor stadium lanjut
dengan reseptor hormon steroid negatif dan untuk penyakit yang agresif, di
mana metastase melibatkan daerah viseral (misal hati) atau jika perioda
bebas kanker payudara setelah terapi kanker payudara stadium awal
hanya berlangsung singkat.

CHEMOPREVENTION. Penggunaan tamoksifen untuk profilaksis dapat


menurunkan kejadian kanker payudara pada wanita yang berisiko tinggi
terhadap penyakit ini. Tapi efek samping tamoksifen membuat pemakaian
secara rutin pada kebanyakan wanita dihindari.

OBAT SITOTOKSIK YANG DIGUNAKAN PADA KANKER PAYUDARA.

Suatu Antrasiklin dikombinasi dengan fluorourasil dan siklofosfamid dan


kadang juga dengan metotreksat, efektif untuk kanker payudara.
Kombinasi siklofosfamid, metotreksat dan fluorourasil juga berguna jika
suatu antrasiklin tidak sesuai (contoh untuk pasien penyakit jantung)
PENYAKIT METASTATIK. Pemilihan regimen kemoterapi dipengaruhi oleh
faktor apakah pasien pernah menerima terapi tambahan dan adanya
komorbiditas.
Untuk wanita yang sebelumnya belum menerima kemoterapi, antrasiklin
seperti doksorubisin atau epirubisin dikombinasi dengan siklofosfamid
merupakan terapi awal standard untuk penyakit kanker metastase. Pasien
yang sukar disembuhkan atau resisten dengan antrasiklin, perlu
dipertimbangkan untuk diberi pengobatan dengan taksan baik secara
tunggal maupun kombinasi dengan trastuzumab pada tumor
dengan overexpress HER2 (human epidermal growth factor-2). Obat sitotoksik
lain dengan aktivitas menghambat kanker payudara meliputi kapesitabin,
mitoksantron, mitomisin dan vinorelbin. Trastuzumab tunggal merupakan
pilihan untuk kanker yang resisten pada kemoterapi, dan
dengan overexpress HER2. ANTAGONIS RESEPTOR ESTROGEN.
Tamoksifen merupakan antagonis reseptor estrogen yang digunakan untuk
kanker payudara dan infertilitas anovulatori.
PENGHAMBAT AROMATASE. Kerja penghambat aromatase terutama
dengan melakukan blokade konversi androgen menjadi estrogen pada
jaringan perifer, tidak menghambat sintesis estrogen ovarium dan
sebaiknya tidak digunakan pada wanita pra- menopause.
Anastrozol dan letrozol merupakan penghambat aromatase non-steroid,
exemestan adalah inhibitor aromatase steroid. Anastazol dan letrozol
memiliki efektivitas yang sama dengan tamoksifen untuk terapi lini pertama
pada kanker payudara metastase pada wanita pascamenopause. Namun
demikian, belum diketahui dengan pasti manfaat penghambat aromatase
pada penggunaan jangka panjang.
ANALOG GONADORELIN.

Goserelin, analog gonadorelin digunakan pada kanker payudara pada


wanita pramenopause.

OBAT LAIN YANG DIGUNAKAN PADA KAKER PAYUDARA.

Penggunaan bifosfonat pada pasien kanker payudara metastase dapat


mencegah komplikasi terhadap skeletal dari metastase tulang.
Monografi:
ANASTROZOL
Indikasi:
pengobatan kanker payudara lanjut pada wanita post-menopause dengan
reseptor estrogen positif dan atau reseptor progesteron positif.

Peringatan:
anak; jika ragu-ragu lakukan tes laboratorium untuk menopause; rentan
terhadap osteoporosis (sebelum pengobatan, lakukan pemeriksaan massa
indeks tulang dan pada interval tertentu).

Interaksi:
jangan berikan secara bersamaan dengan terapi yang mengandung
estrogen karena dapat menurunkan efek farmakologinya.

Kontraindikasi:
wanita pre-menopause; kehamilan dan menyusui; penyakit hati sedang
atau berat; gangguan fungsi ginjal sedang atau berat.

Efek Samping:
hot flushes, kekeringan pada vagina, perdarahan pada vagina, rambut tipis,
anoreksia, mual, muntah, diare, sakit kepala, artralgia, retak tulang,
kemerahan (termasuk sindrom Stevens-Johnson); astenia dan mengantuk-
dapat menggangu kemapuan mengendarai dan menjalankan mesin;
dilaporkan terjadi sedikit perubahan pada kadar total kolesterol; sangat
jarang terjadi reaksi alergi termasuk angiodema dan anafilaktik.

Dosis:
Oral, 1 mg satu kali sehari.

EKSEMESTAN
Indikasi:
kanker payudara lanjut pada wanita post-menopause dimana penyakitnya
berkembang seiring dengan terapi antiestrogen. Pemilihan pasien harus
berdasarkan status reseptor estrogen dan progesteron positif.
Peringatan:
gangguan fungsi hati (Lampiran 2); gangguan fungsi ginjal (Lampiran 3).

Interaksi:
lihat lampiran 1 (eksemestan).

Kontraindikasi:
kehamilan dan menyusui; tidak diindikasikan untuk wanita pre-menopause.

Efek Samping:
mual, muntah, nyeri abdomen, dispepsia, konstipasi, anoreksia; pusing;
lelah, sakit kepala, depresi, insomnia; hot flushes, berkeringat; alopesia,
kemerahan; tidak umum mengantuk, astenia, udem perifer; jarang
trombositopenia, leukopenia.

Dosis:
Oral, 25 mg sekali sehari sesudah makan.

FORMESTAN
Indikasi:
kanker payudara; lihat keterangan di atas.

Peringatan:
belum ada penelitian pada populasi DM (maka monitor kadar gula darah).

Kontraindikasi:
wanita pramenopause, kehamilan, dan menyusui.

Efek Samping:
mual, muntah, diare, pruritus, ruam, emosi labil, sakit kepala, pusing, udem
kaki, tromboflebitis, perdarahan dan radang vagina, konstipasi, kejat
panggul, kejat otot, nyeri sendi dan kambuhnya nyeri tulang, sakit
tenggorokan, reaksi anafilaktoid, iritasi dan nyeri di tempat suntikan.

Dosis:
250 mg tiap 2 minggu secara intramuskular dalam di gluteus.
LETROZOL
Indikasi:
Pengobatan kanker payudara lanjut pada wanita postmenopause dan pada
wanita dengan status postmenopause yang diinduksi secara alami atau
buatan yang telah diterapi dengan antiestrogen. Terapi pre-operasi pada
wanita postmenopause yang mengidap kanker payudara positif reseptor
hormon terlokalisasi, untuk memudahkan bedah breast-conserving pada
wanita yang tidak dipertimbangkan sebagai kandidat untuk bedah ini.

Peringatan:
Kerusakan ginjal parah.

Kontraindikasi:
Kerusakan hati berat; tidak diindikasikan untuk wanita postmenopause;
kehamilan dan menyusui.

Efek Samping:
Hot flushes, mual, muntah, lelah, pusing, sakit kepala, dispepsia,
konstipasi, diare, anoreksia, peningkatan nafsu makan, alopesia,
peningkatan keringat, kemerahan, udem perifer, nyeri muskuloskeletal;
hipertensi (jarang), palpitasi, takikardia, dispnea, mengantuk, insomnia,
depresi, gelisah, gangguan ingatan, disestesia, gangguan rasa, pruritus,
kulit kering, urtikaria, tromboplebitis, nyeri abdominal, frekuensi kencing,
infeksi saluran kencing, pendarahan vagina, vaginal discharge, nyeri
payudara, pireksia, kekeringan mukosa, stomatitis, katarak, iritasi mata,
pandangan kabur, nyeri tumor, leukopenia, hiperkolesterolemia, udem
umum; embolisme pulmonary jarang, trombosis arterial, infarksi
serebrovaskular.

Dosis:
2,5 mg sekali sehari (selama 3 tahun setelah tamoksifen); hentikan
penggunaan jika terjadi. perkembangan tumor.

TAMOKSIFEN
Indikasi:
kanker payudara; lihat keterangan di atas.

Peringatan:
kadang-kadang: pembengkakan kistik pada wanita pramenopause,
hiperkalsemia pada metastasis ke tulang; meningkatnya risiko
tromboemboli; porfiriaPerubahan pada endometrium antara lain berupa
hiperplasia, polip, dan kanker semakin banyak dilaporkan dalam
penggunaan tamoksifen. Perdarahan abnormal berupa haid tak beraturan
dan luah vagina, serta gejala semacam nyeri atau rasa tertekan di panggul
harus diteliti lebih lanjut.

Interaksi:
lihat Lampiran 1.

Kontraindikasi:
kehamilan (pastikan sebelum pemberian obat dan anjurkan penggunaan
kontrasepsi).

Efek Samping:
hot flushes; perdarahan vagina dan vaginal discharge; supresi haid pada
wanita premenopause pruritus vulva; gangguan GI; tumour flare; nyeri
kepala ringan; angka trombosit turun; alopesia, retensi cairan; ruam kulit;
fibroid uterus; gangguan penglihatan; leukopenia (kadang bersama anemia
dan trombositopenia); kadang neutropenia; dan perubahan enzim hati.

Dosis:
kanker payudara: 20 mg sehari.
 HOME

 SEKOLAH BISNIS ONLINE

 CARA HIDUP SEHAT

 KATEGORY
o DASAR DASAR EPIDEMIOLOGI
o SKRIPSI
o PENYAKIT
o HEALTH SERVICE
o BAHAN KULIAHKU

EPIDEMIOLOGI KANKER PAYUDARA


1 Balasan

Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara. Ini adalah jenis
kanker paling umum yang diderita kaum wanita. Kaum pria juga dapat
terserang kanker payudara, walaupun kemungkinannya lebih kecil dari 1 di
antara 1000. Pengobatan yang paling lazim adalah dengan pembedahan
dan jika perlu dilanjutkan dengan kemoterapi maupun radiasi. Kanker
payudara terjadi karena adanya pertumbuhan abnormal sel pada
payudara. Organ-organ dan kelenjar dalam tubuh (termasuk payudara)
terdiri dari jaringan-jaringan, berisi sel-sel. Umumnya, pertumbuhan sel
normal mengalami pemisahan, dan mati ketika sel menua sehingga dapat
digantikan sel-sel baru. Tapi, ketika sel-sel lama tidak mati, dan sel-sel
baru terus tumbuh (padahal belum diperlukan), jumlah sel yang berlebihan
bisa berkembang tidak terkendali sehingga membentuk tumor. Akan tetapi,
tidak semua tumor merupakan kanker, terutama pada payudara. Ada jenis
tumor jinak (non kanker), ada juga yang ganas (kanker).
A. Anatomi
Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam
masa embrio, yaitu berupa penebalan ektoderma sepanjang garis yang
disebut garis susu yang terbentang dari aksila sampai ke regio inguinal .
Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa dan lemak. Jaringan-jaringan
ini terpisah dari otot-otot dinding dada, otot pectoralis dan seratus anterior,
oleh jaringan ikat. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting
(papilla mammaria), tonjolan berpigmen yang dikelilingi oleh areola. Puting
mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil-kecil,
apertura duktus laktiferosa. Tuberkel-tuberkel Montgomery adalah kelenjar
lemak pada permukaan areola.
Jaringan kelenjar membentuk 15-25 lobus yang tersusun radier di sekitar
puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya, yang
mengelilingi jaringan ikat (stroma) di antara lobus-lobus. Setiap lobus
berbeda, sehingga penyakit yang menyerang satu lobus tidak menyerang
lobus yang lain. Drainase dari lobus menuju ke dalam sinus laktiferosa,
yang kemudian berkumpul di duktus pengumpul dan kemudian bermuara
ke puting. Di banyak tempat jaringan ikat akan memadat membentuk pita
fibrosa yang tegak lurus terhadap substansi lemak, mengikat lapisan dalam
dari fasia subkutan payudara pada kulit. Pita ini yaitu, ligamentum cooper,
merupakan ligamentum suspensorium dari payudara.
Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a. Perforantes anterior
dari a. Mammaria interna, a. Thorakalis lateralis yang bercabang dari a.
Aksilaris dan beberapa a. Interkostalis. Persyarafan kulit payudara diurus
oleh cabang pleksus servikalis dan n. Interkostalis. Jaringan kelenjar
payudara sendiri di urus oleh saraf simpatis

B. Patofisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon.
Perubahan pertama ialah mulai dari mada hidup anak melalui masa
pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak
pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan
hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari
ke-8 haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid
berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan
yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara
menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi,
tidak mungkin dilakukan. Pada waktu itu, pemeriksaan foto mammografi
tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu haid mulai
semuanya berkurang. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan
menyusui. Pada kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus
lobus dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi
hormon prolaktin dan hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi
oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus
ke puting susu .
Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi
pada sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan
perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma
in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk
bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup
besar untuk dapat teraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran seperti
itu, kira-kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastasis.
Karsinoma payudara 95% merupakan karsinoma, berasal dari epitel
saluran dan kelenjar payudara. Karsinoma payudara muncul sebagai
akibat sel-sel yang abnormal terbentuk pada payudara dengan kecepatan
tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel-sel tersebut merupakan hasil
mutasi gen dengan perubahan-perubahan bentuk, ukuran maupun
fungsinya, Sebagaimana sel-sel tubuh kita yang asli. Mutasi gen ini dipicu
oleh keberadaan suatu bahan asing yang masuk ke dalam tubuh kita,
diantaranya pengawet makanan, vetsin, radioaktif, oksidan, atau
karsinogenik yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah.
Pertumbuhan dimulai di dalam duktus ataupun kelenjar lobulus yang
disebut karsinoma non-invasif. Kemudian tumor menerobos ke luar dinding
duktus atau kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma, yang
dikenal dengan nama karsinoma invasif. Pada pertumbuhan selanjutnya
tumor meluas menuju fasia otot pektoralis ataupun daerah kulit yang
menimbulkan perlengketan-perlengketan. Pada kondisi demikian, tumor
dikategorikan stadium lanjut inoperabel.
Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan
tumbuh di kelenjar getah bening, sehingga kelenjar getah bening aksiler
ataupun supraklavikuler membesar. Kemudian melalui pembuluh darah,
tumor menyebar ke organ jauh antara lain paru, hati, tulang dan otak. Akan
tetapi dari penelitian para pakar, mikrometastasis pada organ jauh dapat
juga terjadi tanpa didahului penyebaran limfogen. Sel-sel kanker dan
racun-racun yang dihasilkannya dapat menyebar ke seluruh tubuh kita
seperti tulang, paru-paru, dan liver tanpa disadari oleh penderita.
Karenanya tidak mengherankan jika pada penderita kanker payudara
ditemukan benjolan di ketiak atau benjolan kelenjar getah bening lainnya.
Bahkan muncul pula kanker pada liver dan paru-paru sebagai kanker
metastasisnya.
Diduga penyebab terjadinya kanker payudara tidak terlepas dari
menurunnya atau mutasi dari aktifitas gen T-Supresor atau sering disebut
dengan p53. Meskipun mutasi p53 umumnya terjadi pada kanker payudara
berat, namun hanya sedikit yang dapat diidentifikasi pada kanker payudara
berat in situ (kanker payudara intraduktal). Penelitian yang paling sering
tentang gen p53 pada kanker payudara adalah immunohistokimia dimana
p53 ditemukan pada insisi jaringan dengan menggunakan parafin yang
tertanam di jaringan. Terbukti bahwa gen supresor p53 pada penderita
kanker payudara telah mengalami mutasi sehingga tidak bekerja
sebagaimana fungsinya. Mutasi dari p53 menyebabkan terjadinya
penurunan mekanisme apoptosis sel. Hal inilah yang menyebabkan
munculnya neoplasma pada tubuh dan pertumbuhan sel yang menjadi
tidak terkendali.

C. Diagnosis
C.1. Pemeriksaan Klinis
1. Anamnesis
Kebanyakan dari kanker ditemukan jika telah teraba, biasanya oleh wanita
itu sendiri. Biasanya pasien datang dengan keluhan rasa sakit yang tidak
enak atau tegang di daerah sekitar payudara.
2. Pemeriksaan Fisik
Kanker payudara dapat ditemukan secara dini dengan pemeriksaan sadari,
pemeriksaan klinik dan pemeriksaan mamografi. Deteksi dini dapat
menekan angka kematian sebesar 25 %- 30%.
a. Sadari (Periksa payudara Sendiri atau Breast Self Examination)
Semua wanita di atas usia 20 tahun sebaiknya melakukan sadari setiap
bulan dan segera periksakan diri ke dokter bila ditemukan benjolan. Jika
Sadari dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan
benjolan pada stadium dini. Sebaiknya Sadari dilakukan pada waktu yang
sama setiap bulan. Bagi wanita yang masih mengalami menstruasi, waktu
yang paling tepat untuk melakukan Sadari adalah 7-10 hari sesudah hari 1
menstruasi. Bagi wanita pasca menopause, Sadari bisa dilakukan kapan
saja, tetapi secara rutin dilakuka setiap bulan (misalnya setiap awal bulan).
b. Gejala dan Tanda Keganasan
Pada usia 20-39 tahun setiap wanita sebaiknya memeriksakan
payudaranya ke dokter tiap 3 tahun sekali. Pada usia 40 tahun ke atas
sebaiknya dilakukan tiap tahun. Secara kasat mata ada tanda dan gejala
yang khas menunjukkan adanya suatu keganasan, gejala-gejalanya
diantaranya adalah :
1. Adanya retraksi / inversi nipple ( dimana puting susu tertarik ke dalam
atau masuk ke dalam payudara) berwarna merah muda atau kecoklat-
coklatan sampai menjadi oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk
(peau d’orange), mengkerut, atau timbul borok (ulkus) pada payudara.
Borok itu makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat
menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah
berdarah
2. Keluarnya cairan dari puting susu. Yang khas adalah cairan keluar dari
muara duktus satu payudara dan mungkin berdarah
3. timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema)
pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Handoyo, 1990).
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria
operbilitas Heagensen sebagai berikut:
4. benjolan pada payudara Umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri
pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu
melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau
pada puting susu
5. adanya nodul satelit pada kulit payudara; kanker payudara jenis mastitis
karsinimatosa; terdapat model parasternal; terdapat nodul supraklavikula;
adanya edema lengan; adanya metastase jauh.
6. terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit,
edema kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening
aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila melekat
satu sama lain

C.2. Pemeriksaan Radiologi


Deteksi dan diagnosis dari kanker payudara diawali dengan riwayat
penyakit yang berkaitan dengan payudara, dan pemeriksaan fisik dari
payudara. Mammografi, yaitu radiogram jaringan lunak, merupakan
pemeriksaan tambahan yang penting. Mammografi dapat mendeteksi
keberadaan massa yang terlalu kecil untuk diraba, dan pada banyak
keadaan dapat memberikan dugaan ada tidaknya sifat keganasan dari
massa yang teraba. Mammografi juga bermanfaat sebagai pemeriksaan
penyaring pada wanita-wanita sehat yang asimtomatik, dan dalam
memberikan keterangan untuk menentukan diagnosa suatu kelainan.
1. Mammografi
Mammografi adalah pemeriksaan sinar-x terhadap payudara. Skrining
kanker payudara dengan mammografi dianjurkan untuk perempuan berusia
lebih dari 40 tahun dengan risiko standar. Untuk wanita dengan risiko tinggi
(khususnya dengan mutasi gen tersebut diatas) mammografi sebaiknya
dimulai pada usia 25 tahun atau pada usia 5 tahun lebih muda dari anggota
keluarganya yang termuda yang mempunyai riwayat kanker payudara.
Misalnya ada kakaknya menderita kanker pada usia 26 tahun, maka
adiknya dengan mutasi BRCA1 atau BRCA2 dianjurkan memulai
pemeriksaan mammografi pada usia 21 tahun. Banyak kemajuan telah
dicapai untuk mendiagnosis kanker payudara antara lain dengan perbaikan
pada teknik mammografi dan makin dilengkapi dengan adanya
mammografi digital. Pemeriksaan resonansi magnetik payudara dan
dengan technetium-99m saat ini sedang dikembangkan, dan mungkin
sekali meningkatkan kemampuan diagnosis dini.
Tujuan utama pemeriksaan mammografi adalah untuk mengenal secara
dini keganasan pada payudara. Berdasarkan penyelidikan, jika
mammografi dan ultrasonografi dipakai bersama-sama dalam prosedur
diagnostik, maka akan diperoleh nilai ketepatan diagnosis sebesar 97%.
Mammografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan
lemak yang dominan serta jaringan fibroglandular yang relatif lebih sedikit
dan ini biasanya ditemukan pada wanita dewasa di atas umur 40 tahun
yang pada umur tersebut kekerapan akan terjadinya keganasan payudara
makin meningkat. Peranan mammografi menjadi berkurang pada payudara
yang mempunyai jaringan fibroglandular padat dimana keadaan ini sering
terdapat pada wanita muda dibawah 30 tahun. Pada mammografi,
perbedaan kepadatan suatu tumor dengan jaringan di sekitarnya dapat
jelas terlihat terutama pada payudara wanita tua, hal ini disebabkan karena
absorbsi sinar X oleh jaringan tumor akan lebih banyak dari pada jaringan
sekitarnya. Umumnya pasien tidak datang berobat dengan bentuk kanker
jinak. Namun sekitar 80 % pasien baru malaporkan penyakitnya jika telah
terjadi lesi pada kanker jinak tersebut. Mammografi dapat memberikan
gambaran yang cukup jelas jika terindikasi terjadinya kanker.
2. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan tumor payudara dengan ultrasonografi (USG) mulai
dikembangkan oleh Wild dan Reid pada tahun 1952 dan sampai saat ini
pemeriksaan dengan USG sudah semakin popular dan berkembang
dengan pesat. Ultrasonografi merupakan alat bantu pemeriksaan yang
menggunakan gelombang suara dan tidak menggunakan sinar roentgen
dan tidak menimbulkan rasa sakit pada pasien. USG payudara biasanya
digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas yang ditemukan pada
pemeriksaan skrining maupun diagnostik mammografi. USG memiliki
resolusi kontras yang sangat baik, misalnya dapat membedakan bayangan
cairan (kista) dengan struktur normal jaringan payudara, Namun USG tidak
memilki resolusi spatial sebaik mammografi sehingga tidak dapat
memberikan gambaran struktur payudara sedetail mammografi. USG juga
tidak dapat memberikan mikrokalsifikasi yang merupakan predicton adanya
keganasan pada payudara. Namun makrokalsifikasi dapat terlihat pada
USG.
USG terutama berperan pada payudara yang padat yang biasanya ditemui
pada wanita muda, dimana jenis payudara ini kadang-kadang sulit dinilai
dengan mammografi. USG juga sangat bermanfaat untuk membedakan
apakah tumor itu solid atau kistik, dimana gambarannya pada mammografi
hampir sama, tetapi mikroklasifikasi tak dapat dikenal dengan USG. USG
sering dipergunakan untuk diagnosis kista pada payudara. Akan tetapi
dengan adanya sitologi aspirasi pemakaian USG makin berkurang.
Tanda tumor ganas secara USG diantaranya :
a. Lesi dengan batas tak tegas dan tak teratur
b. struktur echo internal lemah dan heterogen
c. batas echo anterior lesi kuat, posterior lesi lemah sampai tak ada
(posterior acoustic shadow). adanya perbedaan besar tumor secara klinis
dan secara USG.Beberapa kasus lain yang dapat ditemukan dengan
penggunaan USG beserta gambarannya adalah sebagai berikut :
3.Computerized Tomography (CT) Payudara
Akhir-akhir ini pemeriksaan payudara dengan CT juga telah berkembang,
tetapi mengingat biaya pemeriksaan yang cukup tinggi, adanya bahaya
radiasi dan perlunya penyuntikan zat kontras, melakukan pemeriksaan CT
juga menjadi terbatas.
Secara umum masih agak sukar membedakan lesi ganas dan lesi jinak
hanya berdasarkan pemeriksaan CT saja, walaupun biasanya tumor ganas
menyebabkan peningkatan nilai densitas setelah penyuntikan kontras
dibandingkan tumor jinak. Oleh karena itu dapat menggantikan kedudukan
mammografi dalam mengenali keganasan payudara terutama dalam
program penyaringan (screening).
Pada tumor ganas payudara, CT dapat membantu perencanaan radioterapi
dalam menentukan tebal dinding dada dan mengenal adanya metastasis
pada kelenjar mammaria interna. Umumnya kelenjar mammaria interna
tidak kelihatan pada CT biasa, jika ini terlihat berarti suatu kelainan
patologik. Selain itu, CT juga dapat mengenal pembesaran atau metastasis
kelenjar aksiler atau adanya perluasan tumor ganas berupa destruksi
dinding dada.
C.3 Pemeriksaan Patologi Anatomi
Dua puluh tahun yang lalu biopsi merupakan cara baku untuk konfirmasi
diagnosis, sedangkan sekarang ini yang menjadi tehnik baku adalah
aspirasi jarum halus (fine needle biopsy) atau core needle biopsy. Biopsi
dengan panduan USG, biopsi stereotaktik dan biopsi dengan panduan MRI
menjadi teknik yang sedang dikembangkan, khususnya untuk wanita
dengan sangkaan kanker tetapi tidak teraba massa di payudara.
Pemakaian jarum yang lebih besar (large-core needle-biopsy)
memudahkan ahli patologi untuk menilai sediaan.
Dengan melakukan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan
antara kistik atau padat. Kista akan mengempis jika semua cairan dibuang.
Jika hasil mammogram normal dan tidak terjadi kekambuhan pembentukan
massa dalam tindak lanjut selama 2-3 minggu, maka tidak diperlukan
tindakan lebih lanjut. Jika massa menetap atau terbentuk kembali, atau jika
cairan aspirat mengandung darah, maka ini merupakan indikasi untuk
dilakukan biopsi. Biopsi untuk pemeriksaan histologis dapat berupa
eksisional (seluruh massa diangkat), atau insisional (sebagian dari massa
dibuang). Kebanyakan biopsi merupakan prosedur rawat jalan. Analisis
mikroskopik dari spesimen menyatakan ada tidak adanya keganasan. Jika
spesimen bersifat ganas, maka direncanakan untuk tindakan pembedahan.
D. Komplikasi
Karsinoma payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Karsinoma
payudara bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan
sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Tempat yang
paling sering untuk metastasis yang jauh atau sistemik adalah paru-paru,
pleura, tulang (terutama tengkorak, vertebra dan panggul), adrenal dan
hati. Tempat yang lebih jarang adalah otak, tiroid, leptomeningen, mata,
perikardium, dan ovarium.

E. Pengobatan
Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkaian
pengobatan meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi
radiasi dan yang terbaru adalah terapi imunologi (antibodi). Pengobatan ini
ditujukan untuk memusnahkan kanker atau membatasi perkembangan
penyakit serta menghilangkan gejala-gejalanya. Keberagaman jenis terapi
ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual.
Kanker payudara primer pada beberapa pasien, kanker terbatas di
payudara tanpa penyebaran (metastasis) jauh. Pasien seperti ini yang
disebut sebagai kanker payudara primer, biasanya didiagnosis sewaktu
check-up mammografi, dan diharapkan kemungkinan kesembuhan cukup
besar dengan pengobatan lokal dan regional saja. Namun sekarang ini
makin banyak bukti, bahwa sebagian besar pasien kanker payudara primer
tersebut ternyata mempunyai metastasis yang tidak dapat dideteksi secara
klinis, dan sebagian besar yang diobati dengan tindakan bedah (dengan
atau tanpa radioterapi) ternyata kemudian mengalami metastasis.
 Pengobatan Lokal dan Regional
1. Operasi
Prosedur pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara
tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi
kesehatan pasien secara umum Operasi mastektomi radikal
(pengangkatan seluruh payudara, kelenjar getah bening ketiak, dan otot
dinding dada) saat ini telah ditinggalkan dan amat sangat jarang ada
indikasi untuk tindakan tersebut. Banyak penelitian membuktikan bahwa
untuk sebagian besar kanker payudara tahap dini, lumpektomi
(mengangkat tumornya saja) diteruskan dengan radioterapi merupakan
pengobatan pilihan. Sekitar 50% pasien kanker payudara di Amerika
sekarang ini mendapat pengobatan dengan cara tersebut.
Ada 3 jenis mastektomi (Hirshaut & Pressman, 1992):
a. Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti
dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau k Modified Radical
Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan
payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di
sekitar ketiak.
b. Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
c. Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari
payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada
jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi
ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy
direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan
letaknya di pinggir payudara.emoterapi.
2. Pengangkatan kelenjar getah bening aksila
Pasien kanker payudara dengan kelenjar getah bening ketiak yang terbukti
positif mengandung sel kanker, mempunyai angka kekambuhan yang lebih
besar dibandingkan dengan yang kelenjar ketiaknya bebas kanker. Namun,
pengangkatan kelenjar ketiak juga meningkatkan nyeri setelah operasi,
seperti rasa kesemutan, pembengkakan dan gangguan pergerakan lengan.
3. Radioterapi
Radioterapi atau terapi sinar adalah penggunaan sinar berenergi tinggi
(seperti sinar-x) untuk membunuh atau memperkecil sel kanker.
Radioterapi sesudah operasi mengurangi angka kekambuhan sebesar 50-
75%. Namun radioterapi dapat menyebabkan efek samping di kemudian
hari. Untuk alasan itu, radioterapi setelah operasi dianjurkan dibatasi pada
pasien dengan risiko tinggi untuk kekambuhan. Yang dimaksud risiko tinggi
adalah pasien dengan tumor yang besar sampai mengenai kulit payudara
atau dinding dada, atau untuk pasien yang mempunyai sebaran kanker di
kelenjar ketiak. Penelitian menunjukkan hasil uji klinik jangka panjang yang
mempelajari pasien risiko tinggi. Satu kelompok diobati dengan teknik
radioterapi dan kemoterapi, dan satu kelompok lain diobati dengan
kemoterapi saja. Ternyata yang mendapat pengobatan kombinasi
kemoterapi dan radioterapi menghasilkan kekambuhan yang lebih sedikit,
serta angka ketahanan hidup yang lebih baik. Efek pengobatan ini tubuh
menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara
menjadi hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat
dari radiasi. 1
 Pengobatan Sistemik
1. Hormonal
Sejak awal tahun 1960-an, sewaktu reseptor estrogen pertama kali
ditemukan, diketahui bahwa kanker payudara yang mempunyai reseptor
estrogen atau reseptor progesterone yang memberikan hasil pengobatan
yang lebih baik. Karena itu setelah pembedahan, umumnya sebagian
jaringan kanker disisihkan untuk pemeriksaan reseptor estrogen dan
reseptor progesteron.

2. Tamoksifen
Obat ini bekerja langsung terhadap reseptor estrogen yang terdapat di sel
kanker sehingga dapat mengecilkan kanker 30%.
3. Goserelin
Dimana Sekitar 40% wanita premenopause dengan estrogen reseptor
positif atau yang dengan metastatik berespon terhadap goserelin.
4. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat antikanker, biasanya melalui
injeksi/infus ataupun secara oral. Tidak hanya sel kanker pada payudara,
tapi juga di seluruh tubuh (Denton, 1996). Obat-obatan ini masuk ke dalam
darah dan dapat membunuh sel-sel kanker yang telah menyebar, namun
efek sampingnya adalah bahwa obat-obatan tersebut juga dapat merusak
sel sehat, sehingga pada saat pemberian pasien merasakan efek samping
seperti kelelahan, mual, hilangnya nafsu makan, rambut gugur, perubahan
jadwal menstruasi dan mudah sakit. Kemoterapi biasanya diberikan 1-2
minggu sesudah operasi. Namun untuk tumor yang terlalu besar,
sebaiknya dilakukan kemoterapi

F. Prognosis
Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan potensi
metastasis. Bila tidak diobati ketahanan hidup lima tahun adalah 16-22%.
Sedangkan ketahanan hidup sepuluh tahun adalah 1-5% . Ketahahan
hidup bergantung pada tingkat penyakit saat mulai pegobatan, gambaran
histopatologik, dan uji reseptor estrogen yang bila positif lebih baik.
Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik untuk
menentukan prognosis penyakit ini. Angka kelangsungan hidup 5 tahun
pada penderita kanker payudara yang telah menjalani pengobatan yang
sesuai mendekati:
– 95% untuk stadium 0
– 88% untuk stadium I
– 66% untuk stadium II
– 36% untuk stadium III
– 7% untuk stadium IV.
Harapan hidup dengan adanya metastasis mencapai 2 sampai 3,5 tahun,
walaupun beberapa pasien (25%-35%) dapat hidup selama 5 tahun, dan
lainnya (10%) dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien yang mengalami
metastasis lama setelah didiagnosa awal atau yang mengalami metastasis
ke tulang atau jaringan lunak memiliki prognosis yang lebih baik.
Pendekatan dari segi medis adalah :
1. Obat Pencegah Kanker Payudara.
Perempuan dengan resiko tinggi, yaitu yang survive/selamat dari kanker
payudara atau yang setidaknya memiliki hubungan darah dengan penderita
kanker (ibu atau saudara perempuannya), bisa mendapatkan terapi
‘Tamoksifen’, yang bekerja dengan cara memblokade efek pemicu tumor
dari estrogen.
2. Mastektomi Sebelum Serangan Kanker.
Untuk perempuan dari keluarga dengan resiko genetik yang sangat tinggi,
ada suatu mastektomi untuk pencegahan kanker payudara. Memang
merupakan suatu pendekatan yang radikal, tetapi kebanyakan berhasil.
Mastektomi ini mengangkat jaringan payudara, tapi tidak seluruhnya,
sehingga kemungkinan terjadinya kanker masih ada.
Pencegahan secara alami meliputi :
1. Berolah Raga Secara Teratur.
Penelitian menunjukkan bahwa sejalan dengan meningkatnya aktivitas,
maka resiko kanker payudara akan berkurang. Berolah raga akan
menurunkan kadar estrogen yang diproduksi tubuh sehingga mengurangi
resiko kanker payudara.
2. Kurangi Lemak
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diet rendah lemak membantu
mencegah kanker payudara. Namun penelitian terakhir menyatakan bahwa
yang lebih penting adalah jenis lemaknya dan bukan jumlah lemak yang
dikonsumsi.
Jenis lemak yang memicu kanker payudara adalah lemak jenuh dalam
daging, mentega, makanan yang mengandung susu full-cream (whole-milk
dairy foods) dan asam lemak dalam margarin, yang bisa meningkatkan
kadar estrogen dalam darah.
Sedangkan jenis lemak yang membantu mencegah kanker payudara
adalah lemak tak-jenuh dalam minyak zaitun dan asam lemak Omega-3
dalam ikan Salmon dan ikan air dingin lainnya.
3. Jangan Memasak Daging Terlalu Matang.
Cara Anda memasak daging akan mempengaruhi resiko kanker payudara.
Daging-daging yang dimasak/dipanggang menghasilkan senyawa
karsinogenik (amino heterosiklik). Semakin lama dimasak, semakin banyak
senyawa ini terbentuk. Amino heterosiklik paling banyak terdapat dalam
daging bakar yang lapisan luarnya (kulitnya) gosong dan hitam.
4. Jangan Memasak Daging Terlalu Matang.
Semakin banyak buah dan sayuran yang dimakan, semakin berkurang
resiko untuk semua kanker, termasuk kanker payudara. Makanan dari
tumbuh-tumbuhan mengandung anti-oksidan yang tinggi, di antaranya
vitamin A, C, E dan mineral selenium, yang dapat mencegah kerusakan sel
yang bisa menjadi penyebab terjadinya kanker.
National Cancer Institute (NCI) merekomendasikan untuk mengkonsumsi
buah dan sayuran paling tidak 5 (lima) kali dalam sehari. Tapi harus
dihindari buah dan sayuran yang mengandung banyak lemak, seperti
kentang goreng atau pai dengan krim pisang.
5. Konsumsi Suplemen Anti-Oksidan.
Suplemen tidak dapat menggantikan buah dan sayuran, tetapi suatu
formula anti-oksidan bisa merupakan tambahan makanan yang dapat
mencegah kanker payudara.
6. Konsumsi Makanan Berserat.
Selain berfungsi sebagai anti-oksidan, buah dan sayuran juga
mengandung banyak serat. Makanan berserat akan mengikat estrogen
dalam saluran pencernaan, sehingga kadarnya dalam darah akan
berkurang.
7. Konsumsi Makanan Yang Mengandung Kedelai / Protein.
Makanan-makanan yang berasal dari kedelai banyak mengandung
estrogen tumbuhan (fito-estrogen). Seperti halnya ‘Tamoksifen’, senyawa
ini mirip dengan estrogen tubuh, tapi lebih lemah. Fito-estrogen terikat
pada reseptor sel yang sama dengan estrogen tubuh, mengikatnya keluar
dari sel payudara sehingga mengurangi efek pemicu kanker payudara.
Selain menghalangi estrogen tubuh untuk mencapai sel reseptor, makanan
berkedelai juga mempercepat pengeluaran estrogen dari tubuh.
8. Konsumsi Kacang-Kacangan.
Selain dalam kedelai, fito-estrogen juga terdapat dalam jenis kacang-
kacangan lainnya.
9. Hindari Alkohol.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa semakin banyak
mengkonsumsi alkohol, maka resiko kanker payudara semakin bertambah
karena alkohol meningkatkan kadar estrogen dalam darah.

10. Kontrol Berat Badan Anda.


Kenaikan berat badan setiap pon setelah usia 18 tahun akan menambah
resiko kanker payudara. Ini disebabkan karena sejalan dengan
bertambahnya lemak tubuh, maka kadar estrogen sebagai hormon pemicu
kanker payudara dalam darahpun akan meningkat.
11. Hindari Xeno-Estrogens.
Xeno-estrogen maksudnya estrogen yang berasal dari luar tubuh.
Perempuan mengkonsumsi estrogen dari luar tubuh terutama yang berasal
dari residu hormon estrogenik yang terdapat dalam daging dan residu
pesitisida estrogenik. Diduga xeno-estrogen bisa meningkatkan kadar
estrogen darah sehingga menambah resiko kanker payudara.
Cara terbaik untuk menghindari xeno-estrogen adalah dengan mengurangi
konsumsi daging, unggas (ayam-itik) dan produk susu (whole-milk dairy
product).
12. Berjemur di Bawah Sinar Matahari.
Meningkatnya angka kejadian kanker kulit (Melanoma maligna) menjadikan
kita takut akan sinar matahari. Tetapi sedikit sinar matahari dapat
membantu mencegah kanker payudara, karena pada saat matahari
mengenai kulit, tubuh membuat vitamin D. Vitamin D akan membantu
jaringan payudara menyerap kalsium sehingga mengurangi resiko kanker
payudara.
Agar bisa memperoleh sinar matahari selama 20 menit/hari, dianjurkan
untuk berjalan di bawah sinar matahari pada siang hari atau sore hari.
Tetapi bila Anda ingin mendapatkan kalsium atau vitamin D tidak dari sinar
matahari, Anda dapat mencoba mengkonsumsi makanan suplemen.
13. Jangan Merokok.
14. Berikan ASI Rutin Kepada Anak Anda.
Untuk alasan yang masih belum jelas, menyusui berhubungan dengan
berkurangnya resiko kanker payudara sebelum masa menopause.
15. Pertimbangkan Sebelum Melakukan HRT.
Ada beberapa alasan bagus untuk melakukan HRT (Hormone
Replacement Therapy / terapi pengganti hormon) sesudah masa
menopause, yaitu mengurangi resiko penyakit jantung, osteoporosis dan
penyakit Alzheimer’s. Tetapi HRT akan menambah resiko kanker payudara
REFERENSI
Bustan, M.N. Dr.2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta:
Rineka Cipta

https://epidemiolog.wordpress.com/2011/12/15/epidemiologi-kanker-
payudara/

Anda mungkin juga menyukai