0
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, Tablet adalah sediaan padat mengandung
bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi (Depkes RI, 1995). Menurut Farmakope
Indonesia Edisi III, tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak,
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung,
mengndung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan (Depkes RI,
1979).
Parasetamol merupakan zat aktif pada obat yang banyak digunakan dan dimanfaatkan
sebagai analgesik dan antipiretik. Parasetamol memiliki Rumus Molekul C8H9NO2 dan
bobot molekul 151,16 ini dimetabolisir oleh hati dan dikeluarkan melalui ginjal.
Parasetamol tidak merangsang selaput lendir lambung atau menimbulkan pendarahan
pada saluran cerna. Diduga mekanisme kerjanya adalah menghambat pembentukan
prostaglandin. Obat ini digunakan untuk melenyapkan atau meredakan rasa nyeri dan
menurunkan panas tubuh. (Ansel, 1989).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, jenis-jenis tablet yaitu (Depkes RI, 1995) :
1. Tablet cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah kedalam
tabung cetakan.
2. Tablet triturat
Merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya silindris digunakan
untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat.
3. Tablet hipodermik
Adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah melarut atau melarut sempurna
dalam air, dulu umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi hipodermik.
4. Tablet bukal
Digunakan dengan cara meletakkan tablet di antara pipih dan gusi, sehingga zat aktif
diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
5. Tablet sublingual
Digunakan dengan cara meletakkan tablet di bawah lidah, sehingga zat aktif diserap
secara langsung melalui mukosa mulut.
6. Tablet effervescent
Yang larut dibuat dengan cara dikempa, selain zat aktif juga mengandung campuran
asam (asam nitrat, asam tartrat) dan natrium bikarbonat, yang jika dilarutkan dalam air
akan menghasilkan karbondioksida.
1. Pengisi
3. Bahan penghancur
1. Granulasi basah
2. Granulasi kering
3. Kompresi langsung.
Zat obatnya memiliki sifat mudah mengalir sebagaimana juga sifat-sifat kohesinya yang
memungkinkan untuk langsung di kompresi.
Fase dalam :
Avicel qs Pengisi
Aquades qs Pengikat
Fase Luar :
Mg Stearat 1% Lubrikan
Amilum 5% Disintegran
Talk 2% Glidan
Formula Alternatif
Fase dalam :
Laktosa qs Pengisi
Aquades qs Pengikat
Fase Luar :
Mg Stearat 1% Lubrikan
Talk 2% Glidan
Rasionalisasi Formula
Dalam formulasi pembuatan tablet paracetamol secara granulasi basah ini digunakan
bahan aktif yaitu paracetamol 500 mg. Paracetamol merupakan serbuk hablur berwarna
putih tidak berbau dan sedikit pahit (Depkes RI, 2014). Parasetamol atau asetaminofen
diindikasikan untuk mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang, seperti sakit kepala,
sakit gigi, nyeri otot, dan nyeri setelah pencabutan gigi serta menurunkan demam.
Selain itu, parasetamol juga mempunyai efek anti-radang yang lemah. Paracetamol
diketahui memiliki sifat alir serta kemampuan kompressibilitas yang kurang baik, dosis
yang digunakan pada formulasi ini juga cukup besar, sehingga metode granulasi basah
lebih cocok digunakan untuk pembuatan tablet paracetamol (Ansel,1989).
Bahan lain yang digunakan dalam formulasi ini adalah Laktosa qs. Laktosa berfungsi
sebagai pengisi, sehingga dapat membentuk tablet dengan massa yang kompak sesuai
dengan massa yang diinginkan (Rowe, 2009). Laktosa dipilih karena memiliki harga
yang cukup terjangkau dari pengisi lainnya, sehingga dapat menekan biaya produksi
apabila diproduksi skala besar, Laktosa juga umum digunakan dan mudah ditemukan.
Umumnya formulasi yang menggunakan laktosa menunjukkan laju pelepasan obat
yang baik, dan granulnya cepat kering. Kelemahan dari laktosa adalah sifat alirnya yang
buruk, menyerap kelembaban sehingga dapat mempengaruhi kondisi fisik tablet.
Laktosa memiliki kelebihan dari segi kompressibilitas yang baik (Lachman, 1994).
Selanjutnya digunakan bahan eksipien Amilum oryzae qs. Amilum oryzae berfungsi
sebagai disintegran, sehingga tablet akan mudah terdisintegrasi dan hancur dalam
cairan (Rowe, 2009). Kelebihan dari Amilum oryzae adalah stabilitasnya yang cukup
baik. Pada formulasi ini digunakan Amilum oryzae dengan konsentrasi sebesar 10 %.
Digunakan PVP sebesar 2% yang berfungsi sebagai pengikat dalam formulasi ini.
Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk meningkatkan sifat
kohesi serbuk melalui pengikatan (yang diperlukan) dalam pembentukan granul yang
pada pengempaan membentuk masa kohesif atau pemampatan sebagai suatu tablet.
Lokasi pengikat di dalam granul dapat mempengaruhi sifat granul yang dihasilkan.
Pengikat digunakan untuk mengikat zat aktif dan eksipien sehingga mudah dicetak
(Rowe, 2009 ; Ansel,1989).
Pada formulasi ini juga digunakan magnesium stearat yang berfungsi sebagai lubrikan.
Digunakan magnesium stearat dengan konsentrasi 1% dalam formulasi ini (Rentang
0,25% – 5%) (Rowe, 2009). Magnesium stearat berfungsi untuk menggurangi gaya
gesek antara bahan campuran dengan alat pengempa sehingga tidak ada massa yang
tertinggal (Lachman, 1994).
Eksipien lain yang digunakan adalah Talk yang berfungsi sebagai glidan (Rowe, 2009).
Talk digunakan untuk memperbaiki sifat alir dari paracetamol dan laktosa yang buruk.
Dalam formulasi ini digunakan talk dengan konsentrasi sebesar 2% (pada literatur 1 %
– 10 %) (Rowe, 2009). Talk 2% dipilih dengan alasan apabila digunakan dengan
konsentrasi terlalu besar maka akan mengakibatkan tablet menjadi keras dan susah
terdisintegrasi.
Dalam formulasi ini juga digunakan aquadest qs yang berfungsi sebagai cairan pengikat
sehingga dapat terbentuk massa basah yang diinginkan sehingga dapat dilakukan
proses granulasi.
Alat Bahan
Spatel Mg Stearat
Shaker Aquades
Hardness tester
Friabilator
Jangka sorong
Toples
Perhitungan
Paracetamol 500 mg dibuat tablet sebesar 700 mg sebanyak 100 tablet, yang terdiri
dari fase dalam 92% dan fase luar 8%.
Aquadest qs qs
Prosedur
IPC
1. Bobot jenis
Prosedur : 10 gram granul ditimbang dan dimasukkan kedalam gelas ukur 100 ml,
Kemudian dicatat volume granul yang ditunjukkan dan dihitung bobot jenis nyata.
Prosedur : 10 gram granul ditimbang dan dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml.
Kemudian gelas ukur diketuk sebanyak 100 kali secara manual dengan tangan, lalu
dicatat volume granul setelah dimampatkan dan dihitung bobot jenis mampat.
2. Porositas
Prosedur : 10 gram granul ditimbang dan dimasukkan ke gelas ukur 100 ml,
Kemudian dicatat volume awal. Lalu, gelas ukur diketuk sebanyak 100 kali secara
manual, kemudian dicatat volume setelah dimampatkan. Setelah itu, dihitung ineks
porositas (e).
Alat : oven
Prosedur : dimasukkan 20 gram granul dan dilakukan diatas ayakan no. 80 yang
terangkai dengan sheveshaker.
5. Kecepatan alir
Interpretasi :
4-10 Baik
1,6-4 Sukar
5. Sudut istirahat
Prosedur : granul ditampung pada kertas grafik millimeter, tinggi dan diameter dari
serbuk dihitung kedalam rumus tan α = t/r sehingga diketahui sudut istirahat.
Interpretasi :
<25º Excellent
25º-30º Good
30º-40º Portable
6. Kompresibilitas
Prosedur : ditimbang 100 gram, dimasukkan dalam gelas ukur dan dicatat
volumenya, granul dimampatkan hingga 500 kali ketukan. Dicatat volume setelah
dimampatkan.
Evaluasi
Prosedur : 20 tablet yang diambil secara acak ditimbang dan dihitung rata-rata
bobot tablet, kemudian dibandingkan bobot tablet dengan bobot tablet rata-rata.
Persyaratan : untuk berat rata-rata tablet lebih dari 250 mg, minium 18 tablet
mempunyai deviasi 5% dan maksimum 2 tablet mempunyai deviasi ±10%.
Persyaratan : diameter tablet tidak lebih dari 3x total tablet rata-rata dan tidak kurang
dari 4/3 tebal tablet rata-rata. Sehingga diameternya harus dalam rentang 6,7-15.
Prosedur : air bersuhu 37ºC ± 2ºC digunakan sebagai media dengan volume 900
ml. Tablet dimasukkan pada masing-masing tabung dari keranjang dan dipasang pada
cakram, kemudian alat dijalankan.
Persyaratan : semua tablet harus hancur sempurna dalam waktu 30 menit. Bila ½
tablet tidak hancur, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya dan tidak kurang dari 18
tablet harus hancur semua.
Interpretasi hasil : sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan yang
tertinggal pada kasa alat uji merupakan massa lunak yang tidak mempunyai inti yang
jelas, kecuali bagian dari penyalut yang tidak terlarut.
4. Kekerasan tablet
Prosedur : tablet diletakkan tepat ditengah besi penahan dan alat dijalankan
sehingga besi penahan menekan tablet. Sampel yang diuji sebanyak 20 tablet.
5. Kerapuhan tablet
Alat : friabilitator
Interpretasi hasil : tablet yang friabilitasnya baik jika kerapuhan tablet 4%.
6. Uji disolusi
Alat : pengaduk bentuk dayung
Persyaratan : persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan
yang Diuji sesuai dengan tabel penerimaan.
Interpretasi hasil : dikatakan baik jika dalam waktu 30 menit tidak kurang dari 80% (Q)
yang terlarut.
7. Keseragaman kandungan
Prosedur : kadar dari 30 tablet uji ditetapkan menggunakan metode analisis yang
sesuai. Kemudian dihitung nilai penerimaan.
Persyaratan : jumlah zat aktif yang dibutuhkan pada penetapan kadar tidak boleh
kurang. Jika terjadi maka harus diatur derajat pengenceran dari larutan atau volume.
Prosedur : granul ditimbang 25 gram dan ditempatkan pada alat yang dalam
keadaan tertutup. Dicatat waktu mengalir granul setelah corong dibuka. Diulang
sebanyak 3 kali.
Persyaratan : 100 gram granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik.
9. Organoleptis
Prosedur : 100 gram granul ditimbang dan dimasukkan kedalam gelas ukur
kemudian dicatat volume awalnya. Lalu granul dimampatkan sebanyak 500 kali ketukan
dengan alat uji, catat volume uji setelah dimampatkan. Setelah itu dihitung indeks
kompresibilitasnya.
Penetapan kadar dilakukan dengan cara kromatografi cair tekanan tinggi (HPLC)
Referensi
Ansel,Howard C. 2005. Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi IV, Jakarta: Universitas
Indonesia.
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Indrustri. Edisi Ketiga.
Vol II. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press; 1994. hal. 1355