Anda di halaman 1dari 21

OLUTIONES (LARUTAN)

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih dalam
pelarut air suling kecuali dinyatakan lain, dimaksudkan untuk digunakan sebagai obat
dalam,obat luar atau untuk dimasukkan ke dalam rongga tubuh. Untuk larutan steril yang
digunakan sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada injectiones.
Sesuai dengan penggunaan, larutan dibagi menjadi:
 Larutan steril

 Larutan tak steril


 Larutan antiseptika
Kadang kadang dibedakan namanya, tetapi tidak ada perbedaan prinsip dalam
pengertian, bila yang terlarut adalah hanya satu jenis obat yang dilarutkan disebut
mikstura, sebagai contoh: solutio citratis magnesici dan mixtura brometorum.
Larutan steril meliputi

1. larutan untuk penggunaan luar sebagai pengobatan luka atau kulit terbuka
2. larutan iritasi kandungan kemih.
3. larutan intraperitoneum
baik alat maupun larutannya disterilkan dalam wadah yang steril.
Larutan tidak steril meliputi:

1. larutan obat dalam, baik larutan yang langsung diminum atau yang harus diramu
lebih dulu.
2. larutan obat untuk kulit utuh dan
3. larutan hemosialisa
Pada pembuatan larutan supaya dihindari sedapat mungkin adanya kontaminasi oleh
bakteri dan jasad renik yang lain.
Larutan antiseptik, mudah sekali dicemari oleh jasad renik yang telah resisten. Oleh
karena itu air yang digunakan harus air suling atau air yang baru dididihkan, wadahnya
harus betul betul bersih dan tidak menggunakan tutup gabus. Larutan antiseptik tidak boleh
digunakan lebih dari satu mingu sejak tutup dibuka.larutan yang digunakan sebagai
antiseptikum untuk mata yang luka atau dimasukkan ke dalam rongga tubuh harus
disterilkan duklu. Larutan antiseptik yang steril di dalam wadah tertutup mudah dibedakan
dengan wadah untuk laeutan teansfusi ternasuk larutan infusi. Pada etiket harus tertera :
larutan steril, tidak disuntikan.
Sistem pelarut dan zat terlarut

1. sirup
2. eliksir
3. spirit
4. air aromatik
5. tingtur

Larutan oral
Adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih
zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau
campuran konsolven air.
Larutan oral yang mangandung sukrosa atau gula lain kadar tinggi disebut sirup
Larutan sukrosa hampir jenuh dalam air disebut sirup simpleks (64%)
Selain sukrosa dan gula lain, senyawa poliol tertentu seperti:

 sorbitol – gliserol digunakan sebagai penghambat terjadinya penghabluran, untuk


mengubah kelarutan , rasa dan sifat sifat lain zat pembawa.
 Zat anti mikroba untuk mencegah pertumbuhan bakteri, jamur, dan ragi.
Larutan oral lain yang tidak menandung gula , tetapi mengandung pemanis buaran seperti
sorbitol, aspartam, dan bahan pengental seperti gom selulosa biasanya digunakan untuk
pasien diabetes,
Larutan yang mengandung etanol sebagai kosolven disebut eliksir.

Larutan topikal
Adalah larutan yang biasanya mengandung air tetapi sering kali mengandung pelarut
lain seperti etanol dan poliol, untuk penggunaan topikal pada kulit.

Lotio
Adalah sedian larutan atau suspensi yang digunakan secara topical
Contohnya : lotio kumerfeldi

Larutan Otik
Adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan
pendispersi, untuk penggunaan pada telinga luar.
Misal : larutan otik neonisin dan polimisin B silfat.

Spirit
Adalah larutan yang mengandung etanol atau hidro alkohol dari zat mudah
menguap, umumnya berupa larutan tunggal atau campuran bahan. Spirit harus disimpan
dalam wadah yang tertutup rapat tidak tembus cahaya. Jika pelarutnya air disebut air
aromatik

Sirup
Adalah sediaan pekat dalam air dari gula atau pengganti gula dengan atau tanpa
penambahan bahan pewangi dan zat obat.
Sirup yang mengandung bahan pemberi rasa tapi tidak mengandung zat obat, pembawanya
bukan obatatau pembawa yang wangi, misalnya: syrup akasia, sirup jeruk, dll
Sirup yang mengandungbahan obat terapetik atau sirup obat, misalnya: antitusif,
antihistamin.
Komponen sirup

1. air
2. gula, sukrosa, pemanis buatan
3. pwngawet anti mikroba
4. pembau, penambah rasa misal minyak jeruk, vanili dan lain lain.
Contoh pengawet

o Asam benzoat (0,1-0.2) %


o Na benzoat (0.1-0.2) %
o campuran metil, propil dan butil paraben (total ± 0.1%)

Eliksir
Adalah larutan hidroalkohol yang jernih dan manis dimaksudkan untuk penggunaan
vital, dan biasanya diberi rasa untuk menambah kelezatan.
Dibanding dengan sirup, eliksir kurang manis dan kurang kental karena mengandung kadar
gula lebih rendah, sehingga kurang efektif dalam menutupi rasa dan bau zat aktif.

Saturasi
Adalah solutio yang dibuat dengan cara mereaksikan bagian asam dan suatu
bikarbonat, yang didalamnya jenuh dengan CO2, biasanya digunakan sebagai penyegar.
Contoh: Potio Riveri.

Potiones
Adalah sediaan yang berupa cairan untuk diminum, dibuat sedemikian rupa hingga
dapat digunakan sebagai dosis tunggal dalam golume besar, umumnya 50 ml.

Collyria
Adalah sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas partikel asing, isotonis dan
digunakan untuk mencuci mata, dapat ditambahkan larutan dapar dan pengawet. Wadah
yang dipakai dapat wadah dari gelas atau plastik yang tertutup kedap.

Gargarisma
Adalah sediaan berupa larutan. Umumnya pekat dan bila digunakan diencerkan dulu.
Gargarisma digunakan sebagai pencegah infeksi tenggorokan dan tujuan penggunaan
gargarisma ialah agar obatnya dapat langsung mengenai selaput lendir yang ada di dalam
tenggorokan dan bukan sebagai pelindung selaput lendir maka tidak digunakan bentuk
suspensi dan baha b berlendir tidak cocok sebagai obat kumur. Dalam tiket harus tertera :

 hanya untuk kumur, jangan ditelan.


 Sebelum digunakan diencerkan.

INTERAKSI PELARUT – ZAT TERLARUT

Berhubung dengan kelarutan suatu zat dalam pelarut, maka dapat terjadi interaksi
antara pelarut pelarut, pelarut zat pelarut terlarut dan zat zat terlarut.
Nilai atau diskripsi kualitatif beberapa parameter fisika kimia dari zat terlarut dan pelarut
dapat membantu mendapatkan gambaran mengenai keterlarutan suatu obat, beberapa
faktor dan konsep yang penting untuk meramal kelarutan obat adalah:

1. polaritas
2. co solvency
3. parameter kelarutan
4. suhu
5. salting out
6. salting in
7. hidrotopi
8. pembentukan kompleks
9. efek bersama ion
10. ukuran partikel
11. ukuran dan bentuk molekul
12. struktur air
Polaritas
Aturan yang terkenal yaitu like dissolves like berdasarkan pada observasi bahwa
molekul molekul dengan distribusi muatan yang sama dapat larut timbal balik, yaitu
molekul polar, akan larut dalam media yang serupa yaitu polar, sedangkan molekul
nonpolar akan larut dalam media nonpolar. Konsep polaritas kurang jelas apabila diterapkan
pada kelarutan yang rendah, terbentuk miseldan berbentuk hidrat padat.

Kosolven
Campuran pelarut untuk melarutkan zat tertentu banyak digunakan untuk membuat
larutan obat. Kosolven dapat dipandang sebagai modifikasi polaritas dari sistem pelarut
terhadap zat terlarut atau terbentuknya pelarut baru yang terjadinya interaksi tidak mudah
diduga dari individu pelarut masing masing dalam sistem campuran. Kosolven supaya
dibedakan dari fenomena yang sangat erat hubungannya seperti pelarut (solubilisasi) dan
hidrotopi.

Parameter kelarutan
Dikembangkan oleh hildbrand untuk sebagai alat meramal kelarutan cairan dan
substansi amorf dalam banyak macam pelarut dari industri.

Suhu
Kebanyakan senyawa farmasetis pada kenaikan suhu akan naik kelarutannya,
kecuali senyawa metilselulosa dan kalsium hidroksida.
Proses eksoterm dapat digambarkan:
Zat terlarut + pelarut ↔ larutan + panas
Sedangkan proses endoterm
Panas + zat terlarut + pelarut↔ larutan
Jika pada peristiwa eksoterm, bila suhu dinaikan maka kelarutan zatnya akan
berkurang karena reaksi bergeser kekiri. Sedangkan pada peristiwa endoterm, bila suhu
dinaikkan maka kelarutan zatnya akan bertambah, karena reaksi bergeser ke kanan.

Salting out
Peristiwa pengendapan zat terlarut (biasanya zat organik) disebabkan oleh
penambahan jumlah besar garam yang sangat mudah larut pada larutan air dari senyawa
organik. Peristiwa ini merupakan kompetisi antara garam dan senyawa organik terhadap
molekul pelarut yaitu air. Contoh peristiwa ini adalah: camphora dan oleum menthae
piperitae dalam air aromatik. Larutan metilselulosa dalam air oleh penambahan NaCl.
Mekanisme peristiwa ini ialah bahwa interaksi metilselulosa dan air adalah
inkompetible dengan interaksi NaCldengan air dan sebagai hasil terjadi dehidrasi dari
metilselulose dan mengakibatkan peristiwa salting out.

Salting in
Ialah peristiwa bertambahnya kelarutan dari suatu senyawa organik dengan
penambahan suatu garam dalam larutannya. Sebagai contoh adalah globulin tidak larut
dalam air tetapi dapat larut dalam larutan garam encer dalam air.

Hidrotopi
Ialah peristiwa bertambahnya larutan suatu senyawa yang tidak larut atau sukar
larut dengan penambahan suatu senyawa lainyang bukan zat surfaktan (S.a.a.).
Mekanismenya mungkin salting in, kompleksasi atau kombinasi beberapa faktor.

Pembentukan kompleks
Ialah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut
dengan zat yang larut dengan membentuk senyawa kompleks yang larut. Sebagai contoh
larutan iodium dalam larutan KI atau NaI dalam air. Disini terjadi senyawa kompleks
Triiodida.
Juga larutan coffein didalam larutan natrii salisilat atau natrii benzoat dalam air.
Senyawa kompleks ini bersifat reversible, mudah terjadi disosiasi dan melepas zat aktifnya
dan memberi efek terapi.

Common ion effect


Obat yang tak larut sering dibuat sebagai suspensi, disini ada keseimbangan antara
partikel padat dengan larutan jenuhnya. Sebagai contoh adalah suspensi Procain Penicilin.
Dengan penambahan Procain HCl yang mudah larut dalam air akan mengurangi penicilin ion
dalam larutan, karena produk kelarutan suatu senyawa pada suhu konstan adalah tetap.

Ukuran partikel
Efek ukuran partikel dari zat terlarut dalam sifat keterlarutan terjadi hanya bila
partikel mempunyai ukuran dalam sub mikro dan akan terlihat kenaikan kira kira 10%
dalam kelarutannya. Kenaikan ini disebabkan adanya enersi bebas permukaan yang bebas
permukaan yang besar dihubungkan dengan partikel yang kecil.

Ukuran dan bentuk molekul


Sifat sifat dapat melarutkan dari air sebagian besar disebabkan oleh ukuran yang
kecil dari molekulnya. Zat cair dapat mempunyai polaritas, konstante dielektrik dan ikatan
hidrogen dapat menjadi pelarut yang kurang bagi senyawa ionik, disebabkan ukuran
partikelnya lebih besar dan akan sukar bagi zat cair untuk menembus dan melarutkan
kristal. Bentuk dari molekul zat terlarut juga merupakan faktor didalam meneliti
keterlarutan. Keterlarutan yang tinggi dari amonia yang cocok tanpa ada kesukaran berada
didalam struktur dari air. Efek bentuk dari molekul zat terlarut terhadap kelarutannya di
dalam suatu pelarut lebih banyak merupakan efek entropi.

Struktur dari air


Struktur air merupakan anyaman molekul tiga dimensi dan struktur ikatan hidrogen
menentukan sifat sifat air dan interaksinya dengan zat terlarut. Strukturnya dapat
dimodifikasi secara kualitatif dan kuantitatif oleh banyak faktor seperti suhu, permukaan
dan zat terlarut. Struktur air adalah peka terhadap banyak faktor yang dapat memperkuat,
melemahkan, mengubah atau memecah seluruhnya. Faktor faktor ini termasuk suhu, zat
terlarut non polar, ion monovalen dan polivalen, s.a.a., makromolekul dan permukaan.

Keuntungan bentuk larutan

1. merupakan campuran homogen


2. dosis dapat mudah diubah-ubah dalam pembuatan
3. dapat diberikan larutan encer kapsul atau tablet lambung, sedangkan bila dalam
bentuk kapsulatau tablet sulit diencerkan.
4. kerja awal obat lebih cepat karena obat cepat diabsorbsi.
5. mudah diberi pemanis, bau bauan dan warna, dan hal ini cocok untuk pemberian
obat pada anak anak.
6. untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan.

Kerugian bentuk larutan

1. volume bentuk larutan lebih besar


2. ada obat yang tidak stabil dalam larutan
3. ada obat yang sukar diyuyupi rasa dan baunya dalam larutan

A. Pengertian Sediaan Cair

Sediaan cair atau potio adalah obat minum dengan penggunaan secara
oral yang berupa sirup, larutan suspensi, atau emulsi.

B. Pembagian Sediaan Cair

1. Larutan (Solutions)

Menurut FI IV, solutions atau larutan adalah sediaan cair yang


mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut. Larutan biasanya
dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan atau
penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya.
Misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang caling bercampur (FI ed IV). Contoh dari larutan
antara lain, Larutan penyegar cap kaki tiga dan Iodine povidon solution.
Larutan dibagi menjadi beberapa bentuk, antara lain :
a. Berdasarkan cara penggunaannya :
• Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,
mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma,
pemanis atau pewarna yang larut dalam air atau campuran kosolven air.
• Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain
dalam kadar tinggi (sirop simplex adalah sirop yang hamper jenuh
dengan sukrosa). Larutan oral yang tidak mengandung gula tetapi bahan
pemanis buatan seperti sorbitol atau aspartam, dan bahan pengental,
seperti gom selulosa, sering digunakan untuk penderita diabetes.
• Eliksir adalah larutan oral yang mengandung etanol (95%) sebagai
kosolven (pelarut). Untuk mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan
untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven lain seperti gliserin dan
propilen glikol.
• Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air, tetapi
sering kali mengandung pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk
penggunaan pada kulit, atau dalam larutan lidokain oral topikal.
• Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau
pelarut lain dan bahan pendispersi. Penggunaan telinga luar, misalnya
larutan otik benzokain dan antipirin, larutan otik neomisin B sulfat, dan
larutan otik hidrokortison.
b. Berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut
• Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari
zat mudah menguap umumnya digunakan sebagai bahan pengaroma.
• Tingtur adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol
yang dibuat dari bahan tumbuhan atau senyawa kimia.
• Air aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak,
mudah menguap atau senyawa aromatik, atau bahan mudah menguap
lainnya.
c. Berdasarkan jumlah zat A yang dilarutkan dalam air atau pelarut lain
• Larutan encer yaitu larutan yang mengandung sejumlah kecil zat A
yang terlarut.
• Larutan yaitu larutan yang mengandung sejumlah besar zat A yang
terlarut.
• Larutan jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah maksimum zat A
yang dapat larutdalam air pada tekanan dan temperatur tertentu.
• Larutan lewat jenuh yaitu larutan yang mengandung jumlah zat A yang
terlarut melebihi batas kelarutannya di dalam air pada temperatur
tertentu.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan larutan :
1. Kelarutan zat aktif
2. Kestabilan zat aktif dalam larutan
3. Penyimpanan
Faktor – faktor yang mempengaruhi kelarutan
1. Sifat polaritas zat terlarut dan pelarut
Memiliki pengertian bahwa molekul polar (zat terlarrut) larut dalam
pelarut polar, sebaliknya molekul non polar (zat terlarut) akan larut
dalam pelarut non polar.
2. Co-solvency
adalah suatu peristiwa terjadinya kenaikan kelarutan dengan
penambahan pelarut lain, atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak
larut dalam air tetapi larut dalam campuran air + gliserin (Syamsuni, A.,
2006).
Syarat – Syarat Larutan
1. Zat terlarut harus larut sempurna dalam pelarutnya
2. Zat harus stabil, baik pada suhu kamar dan pada penyimpanan
3. Jernih
4. Tidak ada endapan

2. Suspensi
Ada beberapa defenisi mengenai suspense :
a. Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa (Anief,
Moh., 2004. Halaman 149).
b. Suspensiones (suspensi) adalah sediaan yang mengandung bahan
obat padat dalam bendtuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan
pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat
mengendap. Kekentalan suspensi tidak boleh terlali tinggi agar sediaan
mudah dikocok dan dituang (Anonim a., 1979. Halaman 32)
c. Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel tidak larut
dalam bentuk halus yang terdispersi ke dalam fase cair (Syamsuni, A.,
2006. Halaman 135).
Dari beberapa definisi yang tertera dapat disimpulkan bahwa suspensi
adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus
dan tidak larut yang terdispersi ke dalam fase cair serta kekentalan
suspenditidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan
dituang.
Suspense terdiri dari beberapa bagian :
a. Suspensi oral
adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk
halus yang terdispersi dalam fase cair dengan penambahan bahan
pengaroma.
b. Suspensi topical
adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat dalam bentuk
halus yang terdispersi dalam fase cair, di tunjukan untuk pemakian di
permukaan kulit.
c. Suspensi tetes telinga
adalah sediaan cair yang mengandung partikel dalam bentuk halus yang
terdispersi dalam fase cair yang di teteskan pada telinga.
d. Suspensi oftalmik
sediaan cair yang mengandung partikel sangat halus yang terdispersi
dalam cair pembawa untuk pemakaian pada mata.
e. Suspensi ijeksi
adalah sediaan padat dan kering dengan bahan pembawa yang sesuai
persyaratan suspensi steril. (Syamsuni, A. 2006).
Syarat-syarat Suspensi adalah sebagai berikut :
a. Zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap
b. Jika dikocok harus segera terdispersi kembali
c. Dapat mengandung zat dan bahan menjamin stabilitas suspense
d. Kekentalan suspensi tidak bolah terlalu tinggi agar mudah dikocok
atau sedia dituang
e. Ukuran partikel, erat hubungannya dengan luas penampang partikel
serta daya tekan ke atas dari cairan suspense
f. Jumlah partikel, makin besar konsentrasi maka semakin besar
kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat
g. Sifat atau muatan partikel, terjadinya interaksi antara bahan yang
menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tertentu.

Metode atau cara Pembuatan Suspensi :


a. Metode Dispersi
metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat
kedalam misilago yang telah terbentuk, kemudian baru di encerkan.
b. Metode Prestipitasi
zat yang hendak didespersiakan di larutkan terlebih dulu kedalam
pelarut organik yang hendak di campur dengan air.
(Syamsuni, A. 2006)
Sistem Pembentukan Suspensi :
a. Sistem defukolasi, partikel defukolasi mengendap perlahan akhir nya
membentuk sedimen,akan terjadi agregasi, dan akhirnya terbentuk cake
yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
b. Sistem flokulasi, partikel flokulasi terikat lemah, cepat mengendap
dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi
kembali.
(Syamsuni, A. 2006)

3. Emulsi
Ada beberapa pengertian mengenai emulsi :
a. Emulsi adalah suatu dispersi dimana fase terdispersinya terdiri9 dari
bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa
yang tidak bercampur. (Ansel, Howard. 2005. Halaman 376 )
b. Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan kecil. (Anonim b. 1995.
Halaman 6 )
c. Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan
obat, terdispersi dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat
pengemulsi atau surfaktan yang cocok. (Anonim a. 1979. Halaman 9 )
d. Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak
tercampur, biasanya air dan minyak, cairan yang satu terdispersi
menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain (sistem dispersi,
formulasi suspensi dan emulsi Halaman 56 )
Dari beberapa defini yang tertera dapat disimpulkan bahwa emulsi
adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam
cairan pembawa yang membentuk butiran-butiran kecil dan distabilkan
dengan zat pengemulsi/surfaktan yang cocok.
Ada beberapa jenis emulsi sebagai berikut :
a. Oral
Umumnya emulsi tipe o/w, karena rasa dan bau minyak yang tidak enak
dapat tertutupi, minyak bila dalam jumlah kecil dan terbagi dalam
tetesan-tetesan kecil lebih mudah dicerna.
b. Topikal
Umumnya emulsi tipe o/w atau w/o tergantung banyak faktor misalnya
sifat zatnya atau jenis efek terapi yang dikehendaki. Sediaan yang
penggunaannya di kulit dengan tujuan menghasilkan efek lokal.
c. Injeksi
Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikkan secara merobek jaringan ke dalam kulit
atau melalui kulit atau selaput lendir. Contoh : Vit. A diserap cepat
melalui jaringan, bila diinjeksi dalam bentuk emulsi (Syamsuni, A. 2006)
Emulsi terbagi dalam beberapa tipe :
a. Tipe emulsi o/w atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran minyak
yang tersebar atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase
internal, air sebagai fase eksternal.
b. Tipe emulsi w/o atau m/a : emulsi yang terdiri atas butiran air yang
tersebar atau terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal,
minyak sebagai fase eksternal (Syamsuni, A. 2006)
Ada beberapa contoh kerusakan emulsi yang tidak memenuhi
persyaratan :
a. Creaming
terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu nagian mengandung fase
dispersi lebih banyak dari pada lapisan yang lain. Creaming bersifat
reversibel artinya jika dikocok perlahan akan terdispersi kembali.
b. Koalesensi dan cacking (breaking)
pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan butiran
minyak berkoalesensi/menyatu menjadi fase tunggal yang memisah.
Emulsi ini bersifat irreversible. Hal ini terjadi karena :
• Peristiwa kimia : penambahan alkohol, perubahan pH
• Peristiwa fisika : pemanasan, pendinginan, penyaringan
• Peristiwa biologi : fermentasi bakteri, jamur, ragi
c. Inversi fase peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o secara
tiba-tiba atau sebaliknya sifatnya irreversible.
Ada beberapa metode pembuatan emulsi :
a. Metode GOM kering
b. Metode GOM basah
c. Metode botol
C. Manfaat Dan Kerugian Sediaan Cair
1. Larutan
a. Keuntungan
• Merupakan campuran homogeny
• Dosis dapat diubah – ubah dalam pembuatan
• Dapat diberikan dalam larutan encer, sedangkan kapsul dan tablet sulit
diencerkan
• Kerja awal obat lebih cepat, karena obat cepat di absorbs
• Mudah diberi pemanis, pengaroma, pewarna
• Untuk pemakaian luar mudah digunakan
b. Kerugian
• Ada obat yang tidak stabil dalam larutan
• Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan
(Syamsuni, A., 2006).
2. Emulsi
a. Keuntungan
• Meningkatkan bioavalailibilitas obat
• Memberikan perlindungan terhadap obat yang rentan terhadap
oksidasi dan hidrolis
• Mentupi rasa tidak enak
• Sebagai topikaal : membersihkan, pembawa air (pelembut yang
excellent) ke kulit.
• Viskositas, penampilan dan tingkat lemak dari emulsi kosmetik atau
dermatologi dapat di control.
• Emulsi parenteral, karena tetesan harus dipertahankan stabil dengan
ukuran < 1 µ untuk mencegah emboli.
3. Suspensi
a. Keuntungan
• Bahan obat tidak larut dapat bekerja sebagai depo, yang dapat
memperlambat terlepasnya obat.
• Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan.
Obat dalam sediaan suspensi rasanya lebih enak dibandingkan dalam
larutan, karena rasa obat yang tergantung kelarutannya.
b. Kerugian
• Rasa obat dalam larutan lebih jelas.
• Tidak praktis bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya
pulveres, tablet, dan kapsul.
• Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia
antar kandungan dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .
ah, dari beragam jenis skala nyeri tersebut, yang paling populer adalah
Wong-Baker FACES Pain Rating Scale, Visual analog scale (VAS), McGill Pain
Questionnaire (MPQ), Face Legs Activity Cry Consolability scale, Dolorimeter
Pain Index (DPI), Clinical Global Impression (CGI), Brief Pain Inventory
(BPI), dan OSWESTRY Index. Berikut ini akan dipaparkan beberapa jenis
skala nyeri tersebut.

McGill Pain Questionnaire (MPQ)


Angket Sakit McGill Sakit Angket, juga dikenal sebagai indeks nyeri McGill,
adalah skala nyeri yang dikembangkan oleh Melzack dan Torgerson pada
tahun 1971 di McGill University. Ini adalah kuesioner laporan diri yang
memungkinkan individu untuk memberikan dokter mereka penjelasan yang
baik dari kualitas dan intensitas nyeri yang mereka alami. Pengguna
pertama pilih satu kata dari masing-masing kelompok yang paling
mencerminkan rasa sakit mereka. Pengguna kemudian meninjau daftar dan
pilih tiga kata dari kelompok 1-10 yang paling menggambarkan rasa sakit
mereka, dua kata dari kelompok 11-15, satu kata dari kelompok 16, dan
kemudian satu kata dari kelompok 17-20. Setelah menyelesaikan kuesioner,
pengguna akan memilih tujuh kata yang paling menggambarkan rasa sakit
mereka. Pengguna dapat menggunakan beberapa kata-kata lebih dari sekali.
Wong-Baker Faces Pain Rating Scale
Skala nyeri yang satu ini tergolong mudah untuk dilakukan karena hanya
dengan melihat ekspresi wajah pasien pada saat bertatap muka tanpa kita
menanyakan keluhannya. Skala Nyeri ini adalah skala kesakitan yang
dikembangkan oleh Donna Wong dan Connie Baker. Skala ini menunjukkan
serangkaian wajah mulai dari wajah gembira pada 0, “Tidak ada sakit hati”
sampai wajah menangis di skala 10 yang menggambarkan “Sakit terburuk”.
Pasien harus memilih wajah yang paling menggambarkan bagaimana
perasaan mereka. Penilaian skala nyeri ini dianjurkan untuk usia 3 tahun ke
atas. Berikut skala nyeri yang kita nilai berdasarkan ekspresi wajah:
Penilaian
Skala Nyeri dari kiri ke kanan:
Wajah 1: Tersenyum karena tidak merasa sakit sama sekali.
Wajah 2: Sakit hanya sedikit.
Wajah 3: Sedikit lebih sakit.
Wajah 4: Jauh lebih sakit.
Wajah 5: Jauh lebih sakit banget.
Wajah 6: Sangat sakit luar biasa hingga pasien menangis
Visual Analogue Scale (VAS)
Visual analog scale (VAS) adalah psikometri skala respon yang dapat
digunakan dalam kuesioner untuk mengukur karakteristik subjektif atau
sikap yang tidak dapat diukur secara langsung. Ketika menanggapi item
VAS, responden menentukan tingkat persetujuannya untuk pernyataan yang
menunjukkan posisi di sepanjang garis kontinu antara dua titik akhir. VAS
merupakan skala nyeri paling umum untuk mengukur tingkat kuantifikasi
endometriosis nyeri. Dengan mengunakan visual analog scale atau grafik
ekspresi wajah, keparahan nyeri dapat dicartakan dan digunakan.
Kemungkinan penyebab kesakitan dan akhirnya pilihan pengobatan untuk
mengurangi rasa sakit dapat dipastikan.

VAS
yang paling sederhana adalah garis horizontal lurus panjang, biasanya 100
mm. Ujung-ujungnya didefinisikan sebagai batas ekstrim parameter yang
akan diukur (gejala, nyeri, kesehatan) yang berorientasi dari kiri (terburuk)
ke kanan (terbaik). Dalam beberapa penelitian, skala horizontal berorientasi
dari kanan ke kiri, dan banyak peneliti menggunakan VAS vertikal.
Oswestry Disability Index (ODI)
Oswestry Disability Index (ODI) adalah indeks yang berasal dari Oswestry
Low Back Pain Questionnaire yang digunakan oleh dokter dan peneliti untuk
mengukur rasa nyeri yang rendah. Pertama kali dipublikasikan oleh Jeremy
Fairbank pada tahun 1980. Oswestry Disability Index (ODI) saat ini dianggap
sebagai salah satu standar emas untuk mengukur derajat kecacatan dan
memperkirakan kualitas hidup seseorang yang sering terkena sakit nyeri
pinggang. Dalam penggunaan skala nyeri ini, pasien akan diberikan angket
untuk menentukan intensitas nyerinya, meliputi kemampuan untuk
mengangkat anggota gerak, kemampuan untuk merawat diri sendiri,
kemampuan untuk berjalan, kemampuan untuk duduk, fungsi seksual,
kemampuan untuk berdiri, kehidupan sosial, kualitas tidur, dan kemampuan
untuk melakukan perjalanan. Setiap kategori topik terdiri dari 6 pernyataan
yang menggambarkan skenario potensial yang berbeda dalam kehidupan
pasien yang berkaitan dengan topik.

Pasien kemudian memberi jawaban atas pernyataan yang paling menyerupai


kondisi mereka. Setiap pertanyaan mengandung skala 0-5 dimana
pernyataan pertama bernilai nol yang menunjukkan sedikitnya jumlah
kecacatan dan pernyataan terakhir adalah bernilai 5 yang menunjukkan
kecacatan paling parah. Selanjutnya skor dijumlahkan kemudian dikalikan
dengan dua untuk mendapatkan indeks (kisaran 0 sampai 100). Nol
disamakan tanpa cacat dan 100 adalah cacat maksimum yang mungkin
dialami pasien.

Skor dalam ODI


0 sampai 20: cacat minimal
21-40: Cacat moderat
41-60: Cacat parah
61-80: Nyeri punggung melumpuhkan
81-100: Merasakan gejala nyeri yang hebat
Comparative Pain Scale
Di beberapa metode pengukur rasa nyeri, paling sering menggunakan
rentang skala dari 0 sampai 10 (skala 11). Dalam skala nyeri ini, kita bisa
mengetahui tingkat rasa sakit yang kita hadapi dengan melihat tabel kondisi
yang kita rasakan.
Pada
Skala 0 (No Pain)
Tidak ada rasa sakit. Merasa normal.
Pada Skala 1 (Sangat Ringan / Very Mild)
Rasa nyeri hampir tak terasa. Sangat ringan, seperti gigitan nyamuk.
Sebagian besar waktu Anda tidak pernah berpikir tentang rasa sakit.
Pada Skala 2 (Tidak Nyaman / Discomforting)
Nyeri ringan, seperti cubitan ringan pada kulit. Mengganggu dan mungkin
memiliki kedutan kuat sesekali. Reaksi ini berbeda-beda untuk setiap orang.
Pada Skala 3 (Bisa Ditoleransi / Tolerable)
Rasa nyeri sangat terasa, seperti pukulan ke hidung menyebabkan hidung
berdarah, atau suntikan oleh dokter. Nyeri terlihat dan mengganggu, namun
Anda masih bisa bereaksi untuk beradaptasi.
Pada Skala 4 (Menyedihkan / Distressing)
Kuat, nyeri yang dalam, seperti sakit gigi atau rasa sakit dari sengatan
lebah. Jika Anda sedang melakukan suatu kegiatan, rasa itu masih dapat
diabaikan untuk jangka waktu tertentu, tapi masih mengganggu. Misalnya,
saat anda sakit gigi, jika dipaksakan, anda masih bisa melakukan aktivitas
sehari-hari, tapi itu cukup mengganggu.
Pada Skala 5 (Sangat Menyedihkan / Very Distressing)
Rasa nyeri yang kuat, dalam, nyeri yang menusuk, seperti pergelangan kaki
terkilir. Rasa sakit nyerinya tidak dapat diabaikan selama lebih dari
beberapa menit, tetapi dengan usaha Anda masih dapat mengatur untuk
bekerja atau berpartisipasi dalam beberapa kegiatan sosial.
Pada Skala 6 (Intens)
Rasa nyeri yang kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu kuat sehingga
tampaknya cenderung mempengaruhi sebagian indra Anda, menyebabkan
tidak fokus, komunikasi terganggu. Nyeri cukup kuat yang mengganggu
aktivitas normal sehari-hari. Kesulitan berkonsentrasi.
Pada Skala 7 (Sangat Intens)
Sama seperti nomor 6, kecuali bahwa rasa sakit benar-benar mendominasi
indra Anda menyebabkan tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan tak
mampu melakukan perawatan diri. Nyeri berat yang mendominasi indra
Anda dan secara signifikan membatasi kemampuan Anda untuk melakukan
aktivitas normal sehari-hari atau mempertahankan hubungan sosial. Bahkan
mengganggu tidur.
Pada Skala 8 (Sungguh Mengerikan / Excruciating)
Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak lagi dapat berpikir jernih, dan sering
mengalami perubahan kepribadian yang parah jika sakit datang dan
berlangsung lama. Aktivitas fisik sangat terbatas. Dan penyembuhan
membutuhkan usaha yang besar.
Pada Skala 9 (Menyiksa Tak Tertahankan / Unbearable)
Nyeri begitu kuat sehingga Anda tidak bisa mentolerirnya dan sampai-
sampai menuntut untuk segera menghilangkan rasa sakit apapun caranya,
tidak peduli apa efek samping atau risikonya. Sakit luar biasa. Tidak dapat
berkomunikasi. Menangis dan atau mengerang tak terkendali.
Pada Skala 10 (Sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan)
Sakit yang tak tergambarkan (Unimaginable/Unspeakable) merupakan nyeri
begitu kuat tak sadarkan diri. Terbaring di tempat tidur dan mungkin
mengigau. Kebanyakan orang tidak pernah mengalami skala rasa sakit ini.
Karena sudah keburu pingsan seperti mengalami kecelakaan parah, tangan
hancur, dan kesadaran akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang luar
biasa parah.
Pengelompokan:
Pada skala nyeri 1-3 dikategorikan sebagai Nyeri Ringan (masih bisa
ditahan, aktivitas tak terganggu)
Pada skala nyeri 4-6 dikategorikan sebagai Nyeri Sedang (mengganggu
aktivitas fisik)
Pada skala nyeri 7-10 dikategorikan sebagai Nyeri Berat (tidak dapat
melakukan aktivitas secara mandiri)
Menghindari Kesalahan
Dalam mengukur tingkat rating rasa sakit, kesalahan paling umum yang
dilakukan seorang pasien adalah melebih-lebihkan tingkat rasa sakitnya.
Yang umumnya terjadi adalah dengan cara:

 Mengatakan rasa sakit berada pada level 12, padahal skala 0 sampai
10.
Hal ini mungkin hanya mencoba untuk menyampaikan keparahan rasa
sakit agar dokter memberikan perhatian atau perawatan berlebihan.
 Wajah pasien masih bisa tersenyum tetapi ketika berbicara dengan
dokternya, ia mengatakan bahwa tingkat rasa sakitnya pada level 10.
Jika Anda dapat melakukan percakapan normal, rasa sakit Anda bukan 10,
bahkan juga tidak berada di skala 9. Orang yang nyeri melahirkan saja
dianggap berada di skala 8. Dokter akan berpikir Anda melebih-lebihkan
rasa sakit dan itu mungkin tidak seburuk yang Anda katakan.
Jika Anda ingin rasa sakit Anda dianggap serius, penting untuk Anda
mengukur skala nyeri sakit anda. Karena rasa sakit adalah subjektif, sulit
untuk menjelaskan apa yang Anda rasakan kepada orang lain, bahkan
dokter pribadi anda. Skala nyeri mungkin tidak ideal, tapi itu merupakan alat
yang terbaik yang kita miliki sekarang. Para peneliti sedang bekerja pada uji
coba untuk mengembangkan satu alat sehingga dapat secara obyektif
mengukur derajat nyeri yang kita alami.

Anda mungkin juga menyukai