Anda di halaman 1dari 24

FARMAKOLOGI DASAR

OBAT-OBAT YANG MEMPENGARUHI SISTEM SYARAF OTONOM

Sistem syaraf dibagi menjadi 2 yaitu :


1. Sistem syaraf pusat
a. Otak : mengatur segala aktivitas tubuh
b. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis/spinal cord)
2. Sistem syaraf perifer
a. Somatik (sistem motorik) : mengatur pergerakan tubuh
b. Otonom : mengatur homeostasis/keseimbangan organ tubuh
Sistem syaraf otonom bertanggung jawab terhadap pemeliharaan kondisi internal tubuh
dan sistem homeostasis
Syaraf otonom diklasifikasikan menjadi :
1. Sistem syaraf simpatik
2. Sistem syaraf parasimpatik
Sistem syaraf simpatik
a. Bersifat katabolik/pembakar energi (fight or flight respone)
b. Disebut juga thoracolumbar karena terdapat pada thorac dan lumbar pada kolom
vertebal SSP
c. Syaraf postganglion lebih panjang daripada preganglion
d. Postganglion melepaskan NT nor-efinefrin (NE) yang akan berinteraksi dengan
reseptor adrenergik
Sistem syaraf parasimpatik
a. Bersifat anabolik/penyimpanan energi
b. Disebut juga craniosakral karena terdapat pada cranial (batang otak) dan daerah
sakral pada sumsum tulang belakang
c. Syaraf postganglion lebih pendek daripada preganglion
d. Postganglion melepaskan NT asetilkolin yang kemudian berinteraksi dengan reseptor
muskarinik
Dalam menjalankan tugas, SSP dibantu oleh SSPerifer dimana SSPerifer ini akan
mentransfer pesan dari otak ke organ target/efektor
Untuk menyampaikan sinyal SSOtonom masing-masing memiliki dua sistem sel syaraf
yaitu :
1. Preganglion : bagian SSOtonom yang berhubungan dengan SSP
2. Postganglion : bagian SSOtonom yang berhubungan dengan organ target
Preganglion dan postganglion tidak berhubungan, hanya membentuk celah berupa sinaps.
Sinaps/celah sinaptik : tempat dimana antara preganglion dan postganglion berhubungan
dan merupakan tempat neurotransmitter dialirkan menuju postganglion.
Semua preganglion melepaskan NT asetilkolin sebagai neurotransmitter dan berinteraksi
dengan reseptor asetilkolin nikotinik/R-Ach-Nic (pada postganglion. Sehingga dalam
penghantaran sinyal sangat dibutuhkan neurotransmitter.
Neurotransmitter : senyawa yng dilepaskan untuk menghantarkan pesan dari preganglion
ke postganglion yang kemudian ditangkap oleh reseptor pada organ target/ sneyawa yng
dilepaskan atau dihasilkan oleh ujung sistem syaraf.
Salah satu yang membedakan dari sistem syaraf simpatik dan parasimpatik adalah NT
yang dilepaskan dan reseptornya.
a. Postganglion SSSimpatik : NT yang dilepas disebut Nor-Adrenailn (NA)/Nor-efinefrin
(NE) yang berinteraksi dengan reseptor adrenergik.
b. Postganglion SSParasimpatik : NT yang dilepas disebut Asetilkolin yang berinteraksi
dengan reseptor Asetilkolin muskarinik (R-Ach-Mus)
Alasan mengapa panjang postganglion dan preganglion baik SSSimpatik maupun
SSParasimpatik memiliki perbedaan :
a. Pada SSSimpatik postganglion lebih panjang karena jangkauannya panjang. Maksud
jangkauan panjang adalah saat diaktivasi bisa mengaktivasi beberapa organ.
b. Pada SSParasimpatik postganglion lebih pendek karena jangkauannya pendek.
Makseud jangakauan pendek adalah saat diaktivasi hanya mengaktivasi satu
organ/terlokalisasi.
Sedangkan SSSomatik : sistem yang mengatur jaringan otot, tidak memiliki preganglion
dan postganglion. Celah sinap yang menghubungkan neuro dan muscular yang disebut
NEUROMUSCULAR JUNCTION menghasilkan NT asetilkolin yang berinteraksi dengan
reseptor asetilkolin nikotinik (R-Ach-Nic)
Sebagian besar postganglion SSSimpatik melepaskan NT NE dan memiliki kerja
berlawanan dengan SSParasimpatik. Sedangkan semua postganglion SSParasimpatik
melepaskan NT nikotinik yang berinteraksi dengan resptor muskarinik. Namun bebebrapa
organ/kelenjar yang kerja SSSimpatik dan SSParasimpatik bekerja searah contohnya
kelenjar keringat antara SSSimpatik dan SSParasimpatik sama-sama menhasilkan kelenjar
keringat. Ada juga kelenjar adrenal yang tidak memiliki preganglion maupun postganglion
tetapi langsung mengeluarkan asetilkolin dan berinteraksi dengan reseptor asetilkolin
nikotinik, contohnya kelenjar adrenal.
ASITELKOLIN
a. Hasil sintesis dari asetil koenzim A dan kolin
b. Sintesis tersebut dikatalisis oleh colin asetiltransferase (CAT) : mentranfer gugus asetil
menjadi kolin
c. Asetilkolin yang berlebihan dapat diinaktivasi oleh enzim asetilkolinesterease yang
akan menghidrolisis asetilkolin
NOR-EFINEFRIN
a. Disintesis melaui jalur tirosin DOPA dopamin norefinefrin efinefrin
b. Di SSOtonom hasilnya : Nor-efinefrin. Sedangkan efinefrin dihasilkan pada proses
kelenjar adrenal.
c. NE dapat diaktivasi oleh Re-uptake (pengambilan kembali) menuju SSOtonom.
Namun kelebihan disimpan. Inaktivasi ini dapat dilakukan oleh enzim dalam hati dan
otak misal catecol-o-metil transferase (COMT) dan monoamine oxidase (MAO)
d. Perubahan tirosin menjadi DOPA dilakukan oleh enzim -hidroksilase (merupakan
rate limiting step pada jalur pembentukan NE)
Reseptor NT ada 2 :
1. Reseptor Asetilkolin
2. Reseptor Norefinefrin
Reseptor asetilkolin
Ada dua yaitu : reseptor asetilkolin nikotinik dan reseptor asetilkolin muskarinik.
a. Reseptor asetilkolin nikotin terdapat pada motor dan lempeng (motor dan plate) pada
ganglia otonom dan medula adrenal. Fungsinya : mengontrol aktivitas SSSomatik.
b. Reseptor asetilkolin muskarinik terdapat pada beberapa organ dan dibagi menjadi
subtipe M1, M2, M3, M4 dan M5.
Reseptor nor-efinefrin/NE
Ada dua yaitu reseptor adrenergi dan adrenergik.
a. Reseptor adrenergik dibagi jadi 1 dan 2 adrenergik.
b. Reseptor adrenergik dibagi jadi 1 (pada organ jantung), 2 (pada PD, otot polos
skeletal/otot polos bronkus), 3 (pada jaringan adipose).
Obat-obat yang bekerja pada SSOtonom
1. Kolinergik : berhubungan dengan reseptor asetilkolin
a. Agonis kolinergik
Obat/senyawa yang memperkuat/meningkatkan aktivitas kolinergik atau
senyawa yang dapat berikatan dengan asetilkolin dan menghasilkan efek.
Disebut juga kolinomimetik karena aksinya menyerupai asetilkolin.
Target aksi :
1. Reseptor postsinaptik SSParasimpatik (agonis kolinergik langsung)
- Golongan ester
Struktur mirip dengan asetilkolin sehingga dapat dimetabolisme oleh
enzim asetilkolinesterease. Contoh : betanekol, karbakol, dan
metakolin.
- Golongan alkaloid
Berasal dari tanaman sehingga tidak dapat dimetabolisme oleh enzim
aetilkolinesterease. Contoh : arekolin, muskarin, dan pilokarpin.
- Golongan nikotin
Secara terapeutik dapat digunakan untuk membantu pasien
menghentikan kebiasaan merokok.
2. Enzim asetilkolinesterease (kolinesterase inhibitor)
Obat/senyawa yang menghambat kerja enzim asetiklokilesterease (Ach-
asterase) atau disebut juga kolinesterase. Dibagi 2 yaitu :
- Inhibitor reversible
Menghambat interaksi asetilkolin dengan enzim Ach-esterase.
Kerjanya : menghambat kemudian tidak menghambat. Contohnya
edroponium, neostigmin, piridostigmin.
Salah satu tujuan pengobatan yaitu digunakan untuk penetapan
diagnosis. Contohnya Edroponium yang digunakan untuk
mendiagnosis Myastenia Gravis (MG). MG adalah penyakit imun
dimana terjadi penurunan jumlah reseptor Ach pada otot sehingga
otot mengalami penurunan aktivitas/lemah.
Edroponium : obat yang aksinya cepat dan durasi juga cepat (singkat)
sehingga apabila seseorang dicurigai MG, disuntik dengan
edroponium langsung sembuh berarti orang tsb terserang MG. Tetapi
apabila tidak menunjukkan kesembuhan (efek) berarti orang tersebut
tidak terserang MG.
- Inhibitor irreversible
Memfosforilasi (menginaktivasi) enzim sehingga enzim terinaktivasi,
kadar Ach tinggi menjadi racun. Kerjanya menghambat secara terus
menerus sehingga berbahaya karena akan menjadi racun. Contoh :
diisopropil-fluorofosfat, isofluorofosfat dan malation.
Digunakan untuk insektisida, tidak digunakan pada manusia karena
obat-obat tersebut larut dalam komponen lipid sehingga dapat
menembus semua membran diantaranya kulit dan blood brain
barrier/barier darah otak yang akan mengganggu homeostasis.
Menyebabkan keracunan organofosfat dimana organofosfat akan
menghambat enzim Ach-esterase yang mengakibatkan Ach berebihan
sehingga dapat terjadi keracunan. Pengatasannya yaitu dengan
mengembalikan kadar Ach obat yang bisa menurunkan Ach yang
berlebih. Ada dua cara yaitu :
1. Hidrolisis komplek enzim inhibitor irreversible sehingga enzim
kolinesterase bekerja kembali yang akan menyebabkan hidrolisis
esetilkolin menyebabkan efek Ach berkurang. Contoh :
piridoksim. Kelemahan : obat tsb tidak dapat menembus barier
darah otak sehingga apabila racun telah menembus barier darah
otak maka tidak dapat diobati.
2. Antagonis/melawan efek Ach. Namun cara ini kurang
menguntungkan karena Ach masih tinggi, yang dilawan hanya
efeknya. Contoh : atropin.
b. Antagonis kolinergik
Obat/senyawa yang mengantagonis/mengurangi efek asetilkolin/aktivitas
syaraf kolinergik. Disebut juga kolinolitik karena aksinya menghambat aktivitas
asetilkolin.
Obat-obat yang bekerja sebagai antagonis kolinergik :
a. Antagonis muskarinik
Antagonis kompetitif terhadap reseptor muskarinik. Contoh : atropin,
skopolamin (=Hyosin obat mabuk perjalanan yang ditur oleh pusat mual
di otak), ipratropium (=bronkodilator).
b. Ganglionic blocker
Kerja ganglionic blocker yaitu mengeblok aksi asetilkolin pada reseptor
nikotinik di semua ganglia otonom. Ganglia otonom merupakan
pertemuan antara preganglion dan postganglion baik simpatik maupun
parasimpatik. Namun ganglionic blocker jarang digunakan
c. Neuromoscular blocker
Mengeblok interaksi asetilkolin pada reseptor nikotinik di sel otot
(spesifik). Efeknya : untuk relaksasi otot. Contohnya : tubokurare, dan
trolen (mengobati malignant hipertemia kontraksi otot berlebih)
2. Adrenergik : berhubungan dengan reseptor adrenergik
a. Agonis adrenergik
Obat/senyawa yang aksinya menyerupai efinefrin (adrenal) yaitu menstimulasi
reseptor adernergik/menstimulasi syaraf adrenergik. Disebut juga
adrenomimetik atau simpatomimetik. Aksi SSSimpatik melibatkan 2 tipe
reseptor adrenergik, yaitu dan adrenergik.
Reseptor 1 otot polos vaskuler dengan adanya agonis akan kontraksi.
Reseptor 1 jantung adanya agonis akan menaikkan frekuensi denyut
jantung
Reseptor 2 otot polos uterus dan penafasan adnya gonis akan relaksasi
Agonis adrenergik dibagi menjadi 2 :
1. Agonis adrenergik langsung
Obat/senyawa yang berinteraksi dengan reseptor adrenergik/mengaktivasi
reseptor adrenergik. Contoh : norefinefrin, efinefrin, fenilefrin (=nasal
dekongestan. Bila dikombinasi dengan obat lain dapat digunakan untuk
lidokain operasi cabut gigi yang bekerja pada 1 yaitu pada PD
mengakibatkan PD menyempit sehingga tidak bisa diedarkan ke seluruh
tubuh menyebabkan efek lokal), terbutalin (=bronkodilatasi), klonidin
(=menurunkan tekanan darah melalui SSP), dobutamid (=meningkatkan
denyut jantung). Efeknya berbeda-beda disebabkan oleh spesifitas
reseptor dan spesifitas target organ.
2. Agonis adrenergik tidak langsung
Obat/senyawa simpatomimetik yang bereaksi secara tidak langsung
terhadap reseptornya. Kerjanya yaitu mengeluarkan nor-efinefrin dalam
simpanan granul sehingga efek luas dan tidak spesifik. Contoh : efedrin,
fenilpropanolamin.

b. Antagonis adregenik
Obat/senyawa yang mengeblok SSSimpatik. Disebut juga adrenolitik atau
simpatolitik.
Mekanisme :
1. Menurunkan rangsang simpatetik dari otak
2. Mengeblok reseptor adrenergik
3. Menurunkan pengeluaran norefinefrin
Dibagi menjadi 3 :
1. Central blocker
Disebut juga pengeblok SSP. Menurunkan aktivitas sel syaraf simpatik. Isi
obatnya akan mengaktivasi/agonis 2 yang artinya menghambat rangsang
simpatetik dari otak dan menghambat pengeluaran norefinefrin dari ujung
syaraf simpatik. Secara klinis digunakan untuk pengobatan hipertensi.

2. Alfa-blocker
Obat/senyawa yang mengeblok reseptor adrenergik/antagonis
adrenergik.
a. Pengeblok (tidak spesifik, jarang digunakan)
Contoh : fentolamin, tolazolin
b. Pengeblok 1 (aksi lebih spesifik, pengobatan hipertensi)
Contoh : prazosin, trimazolin, terazolin
c. Pengeblok 2
Contoh : yohimbin, aprodisiaka (obat kuat)
3. Beta-blocker
Obat/senyawa yang mengeblok reseptor adrenergik,
a. Pengeblok (non-cardioselective)
Contoh : propanolol, karteolol, pindolol, timolol
Sekarang jarang digunakan. Kelemahan pengeblok adalah bisa
menimbulkan sesak nafas. Conyohnya propanolol karena tidak hanya
mengeblok 1 tetapi juga 2 .
b. Pengeblok 1 (cardioselective)
Contoh : asebutolol, atenolol, betaxolol.
Menurunkan frekuensi denyut jantung sehingga digunakan untuk
pengobatan hipertensi.
c. Pengeblok 2
Efek bronkokonstriksi, jarang digunakan
OBAT-OBAT YANG MEMPENGARUHI SISTEM SYARAF PUSAT

Sistem syaraf dibagi menjadi 2 yaitu :


1. Sistem syaraf pusat
a. Otak
b. Sumsum tulang belakang
2. Sistem syaraf perifer
a. Sistem syaraf somatik (sistem motorik)
b. Sistem syaraf otonom
Fungsi SSP : bagian integral dari sistem syaraf, dengan fungsi koordinasi, penafsiran, dan
pengaturan interaksi individu dengan faktor lingkungan. Bertanggung jawab terhadap
pemrosesan informasi motorik dan perasaan/sensory. Khusus otak kecil/cerebellum
digunakan untuk mengontrol waktu dan ritme gerakan.
Fungsi susunan SSP : otak menerima input sensorik dari medulla spinalis dibantu
perifer ke SS motorik target
Komponen struktural sel syaraf :
a. Dendrit : menangkap pesan dan dilanjutkan sepanjang akson
b. Badan sel (soma) terdiri dari inti dan sitoplasma
c. Akson
d. Ujung sinaptik
Penyakit syaraf dapat disebabkan gangguan apada neurotransmitter, bisa karena
kelebihan dan kekurangan. Contoh :
1. Epilepsi
Berhubungan dengan 2 sistem syaraf : GABA (Gamma Amino Butyric Acid) rendah dan
glutamat tinggi.
2. Alzheimer
Disebut juga depensia (kepikunan akibat bertambahnya usia). Berhubungan dengan
kekurangan asetilkolin. Pada gagar otak, diberikan suntikan asetilkolin agar asetilkolin
dalam SSP meningkat sehingga kepikunan berkurang.
3. Sedative-hipnotic
GABA tinggi
4. Parkinson
Asetilkolin tinggi, dopamin rendah. Terjadi pada bagian otak substansia nigra.
5. Hantingten
Asetilkolin rendah, dopamin tinggi
6. Depresi
Dopamin, serotonin dan nor-adrenalin semuanya rendah
7. Migrain
Berhubungan dengan serotonin. Pada tahap awal serotonin rendah
8. Skizofrenia
Jika dopamin tinggi, maka menunjukkan gejala +. Maksud gejala + : gejala yang
berhubungan dengan orang lain.
Jika serotonin tinggi, maka menunjukkan gejala -. Maksud gejala - : gejala yang tidak
berhubungan dengan orang lain.
OBAT ANSIOLITIK DAN HIPNOTIK
a. Ansiolitik = obat antiansietas atau anti cemas
Hipnotik = obat tidur
b. Istilah dalam ansiolitik dan hipnotik
1. Toleransi
Kondisi fisiologis yang ditandai dengan penurunan efek obat pada penggunaan
yang berulang-ulang diperlukan dosis tinggi untuk menghasilkan efek yang
sama.
Cross-toleran : individu yang toleran terhadap satu obat, akan toleran terhadap
obat lain dalam satu golongan tetapi tidak toleran terhadap golongan lain.

2. Ketergantungan
Kondisi dimana seseorang ketagihan suatu obat dosis yang lebih tinggi
digunakan untuk mencegah gejala penarikan kembali (withdrawal)
Obat ansiolitik dan hipnotik digunakan untuk pengobatan epilepsi, kecemasan,
penginduksi tidur dan anastesi.
Digolongkan menjadi 2 golongan utama :
1. Barbiturat (belakangnya pakek tal)
Contoh : fenobarbital, thiopental, pentobarbital, secobarbital
2. Benzodiazepin (benzodiazepam) belakangnya pam, lam
Contoh : diazepam, alprazolam, lorazepam, klonazepam, klordiazepoksida
Aksi barbiturat dan diazepam
Meningkatkan fungsi GABA di SSP
GABA (Gamma Amino Butiric Acid) : NT penghambat utama pada SSP. Efeknya
berlawanan dengan asetilkolin di SSP
Reseptor GABA terhubung dengan kanal klorida yang menyebabkan terbukanya kanal
klorida ( ) di SSP.
Kanal klorida terbuka sehingga masuk yang akan mengakibatkan terjadinya
hiperpolarisasi sel syaraf. masuk mengakibatkan penurunan potensial listrik sehingga
aktivitas sel syaraf berkurang.
Hal tersebut akan menimbulkan efek klinik yaitu sedatif, hipnotik => untuk semuanya.
Koma, menekan pernafasan => khusus barbiturat
Barbiturat lebih berbahaya karena pada dosis tinggi langsung mengaktivasi R-GABA.
BARBITURAT
- Aksi :
1. Meningkatkan respon GABA (modulator GABA)
2. Membuka kanal ion klorida meski tanpa GABA
- Efek :
1. Dapat menghasilkan efek sedatif, hipnotik, koma, kematian
2. Menekan pernafasan menghambat respon terhadap hipoksia dan 2
3. Induksi sistem enzim P-450 hati
- Contoh :
Thiopental ultra short acting (minutes)
highly lipid soluble. Artinya memiliki kelarutan tinggi dalam lipid
sehingga dapat menembus blood brain barrier dimana komponen
utamanya adalah lipid.
Thiopental dan metoheksital (ultra short acting) anestesi umum
Pento-, seco-, amobarbital short acting agent (hours)
Fenobarbital long acting (days) terapi epilepsi
BENZODIAZEPAM
- Aksi :
Meningkatkan respon GABA secara spesifik (modulator GABA)
- CATATAN!!
1. Secara klinik digunakan sebagai anastesi atau anestesi
2. Sebagian besar benzodiazepam dimetabolisme dalam hati menjadi metabolit
aktif metabolit aktif dieliminasi lebih lambat
- Contoh :
Diazepam dan lorazepam terapi status epilepticus
Klordiazepoksida terapi kasus alkohol withdrawal
Alprazolam ansiolitik
- Flumazenil antagonis diazepam yang berfungsi melawan efek sedatif setelah
anastesi atau overdosis benzodiazepam
ANTIDEPRESAN
a. Obat yang meningkatkan konsentrasi norefinefrin atau serotonin pada celah sinaptik
b. Dibagi menjadi 4 kelompok :
1. Serotonin spesific reuptake inhibitor )SSRIs)
Menghambat proses reuptake serotonin pada SSP (spesifik terhadap
serotonin)
Cenderung aman untuk pasien depresi yang memiliki penyakit hipertensi
Efek samping : cemas, gugup
Contoh : fluoksetine
2. Heterosiklik
Mengandung cincin karbon siklik
Mengeblok reuptake serotonin dan norefinefrin
Sebagai antagonis reseptor muskarinik (menurunkan aksi reseptor
muskarinik)
Efek samping : retensi urin, mulut kering, konstipasi
Contoh : desipramin, imipramin
3. MAO (Mono Ammin Oksidase) inhibitor
Mendegradasi senyawa monoammin (serotonin, norefinefrin, dan dopamin)
Efek samping : hipertensi
Contoh : isokarboksamid
4. Lainnya
Contoh : bupropion, mirtazapin
Mirtazapin : antagonis reseptor alfa-2 presinaptik pusat
Sekresi serotonin dan norefinefrin tinggi
ANTIPSIKOTIK (NEUROLEPTIK)
a. Obat untuk penetalaksanaan manifestasi kelainan psikotik (obat untuk pasien
skizofrenia)
b. Mekanisme aksi : menghambat reseptor dopamin pada SSP
c. Dibagi menjadi 2 :
1. Typical neuroleptik
Menghambat hanya reseptor dopamin pada SSP, kolinergik muskarinik, alfa
adrenergik, dan H-1 histaminergik juga mengahasilkan efek endokrinologi.
Contoh : klorpromasin, haloperidol (ESO : gejala parkinsonisme), acetofenasin
2. Atypical, 5-HT (serotonin) DA Antagonist
Menghambat serotonin dan dopamin juga mengeblok reseptor kolinergik
muskarinik, alfa-1 adrenergik, dan H-1 histaminergik. Efek klinik : menurunkan
gejala schizophrenia. ES : agranulositosis.
Contoh : clozapine, quetiapine
OBAT PARKINSON
a. Kelainan yang ditandai oleh hipokinesia, tremor, dan rigiditas muskular (otot kaku).
Jika otot kaku, maka penderita akan mengalami instabilitas postural.
b. Penyakit ini ditemukan oleh James Parkinson sehingga diberi nama penyakit
Parkinson.
c. Penyebab parkinson : penurunan/kehilangan syaraf yang mengandung dopamin
d. Akibatnya : neuron (sel syaraf) asetilkolin tidak terkontrol
e. Sistem ekstrapiramidal berhubungan dnegan otot jika rusak akan menyebabkan
tremor. GABA merupakan penghambat aktivitas sel syaraf.
f. Terapi penyakit parkinson
Sasaran : dopamin
Strategi terapi :
1. Terapi pengganti dopamin (utama)
Contoh :
a) Levodopa
prekursor metabolik dopamin
mampu menembus blood brain barrier
b) Karbidopa
inhibitor dekarboksilase dopamin menurunkan metabolisme
levodopa kadar levodopa meningkat
c) Tolkapon
inhibitor COMT memperpanjang waktu paro (t ) levodopa
meningkatkan kadar levodopa dalam darah
2. Terapi agonis dopamin
Memperbaiki keseimbangan dalam basal ganglia.
Contoh : bromokriptin, pergolid
3. Terapi antikolinergik (jarang digunakan)
Menurunkan aktivitas kolinergik pada basal ganglia.
Contoh : triheksifenidil, benzotropin
OBAT-OBAT YANG MEMPENGARUHI KARDIOVASKULER (OBAT
ANTIHIPERTENSI DAN GAGAL JANTUNG)

Sistem kardivaskuler melibatkan 4 organ :


1. Jantung
2. Ginjal
3. Pembuluh darah
4. Syaraf
Yang banyak terlibat dalam kardiovaskuler adalah SSSimpatik

OBAT-OBAT HIPERTENSI
I. ACE inhibitor
a. Contoh : kaptopril, enolapril, pamipril
b. Kaptopril murah dan cocok untuk penderita DM (tidak mengganggu kadar gula
dalam darah), dapat menimbulkan batuk kering
c. ACE selain mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II tetapi juga mengubah
bradikinin menjadi metabolit bradikinin (tidak aktif)
d. ACE dihambat angiotensin I dihambat untuk menjadi angiotensin II namun tidak
hanya itu, tetapi juga dapat mengakibatkan bradikinin tinggi sehingga tidak bisa
diubah menjadi metabolit bradikinin terjadi akumulasi bradikinin yang
menyebabkan batuk kering.
II. Ca-Antagonis
a. Contoh : nifedipin, amlodipin, diltiazem, veropamil
b. Ion 2+ apabila kadarnya berlebihan dalam sel pada vaskuler akan
menyebabkan vasokonstriksi sedangkan apabila pada jantung akan meningkatkan
denyut jantung. Oleh karena itu, perlu dilawan dengan obat kalsium antagonis.
III. Central Blocker
a. Contoh : klonidin, metildopa
b. Central blocker : menghambat NA dari SSSimpatik
IV. Blocker
Dibagi menjadi 2 :
1. Selective 1 blocker
Contoh : labetalol
Hanya menghambat 1
2. Nonslective blocker
Contoh : propanolol
Dapat menghambat 1 dan 2 sehingga nonselective blocker dapat
menyebabkan efek samping asma.
V. Blocker
Contoh : prazosin, terazosin, doxazosin
VI. Golongan nitrat
a. Contoh : isosorbid dinitrat
b. Saat dikonsumsi akan diubah menjadi NO, dimana NO ini digunakan untuk
vasodilatasi.
VII. Reseptor angiotensin antagonis (jarang digunakan)
a. Contoh : losartan, condesartan
b. Melawan R-angiotensin.
c. Efek mirip dengan ACE inhibitor. Bedanya ACE inhibitor menghambat
pembentukan angiotensin II sehingga menimbulkan efek samping batuk kering.
Sedangkan losartan tidak menghambat pemebntukan angiotensin II, hanya
melawan reseptor angiotensin sehingga tidak menimbulkan efek samping batuk
kering.
VIII. Enalkiren (jarang digunakan)
Menghambat produksi renin
IX. PCO (Pottasium Channels Openers)
Pembuka kanal kalium
Contoh : minoksidil, kromakalin
X. Fosfodiesterase inhibitor
a. Contoh : cilostazol
b. Bukan obat antihipertensi utama karena resiko ESO yaitu dapat menghambat
agregasi platelet.
XI. Diuretika
a. Menghambat volume darah rendah sehingga yang masuk ke jantung rendah dan
tekanan darah menjadi rendah
b. Menghambat proses reabsorpsi natrium dan air di ginjal
c. Ada 3 golongan :
1. Golongan Tiazid
Contoh : Thiazid, HCT (hidroklorothiazid)
2. Loop diuretic
Contoh : furosemid
3. Diuretika hemat kalium (aldosteron antagonis)
Contoh : spironolakton
d. Selain menghambat reabsorpsi natrium dan air tetapi juga menghambat
reabsorpsi kalium sehingga kadar kalium dalam darah rendah, menyebabkan
hipokalemia. Oleh karena itu, obat-obat golongan 1 dan 2 ini sering
dikombinasikan dengan spironolakton sehingga efeknya sama tapi ESO
berkurang.
Gagal jantung
a. Suplai darah ke jantung gagal dipenuhi sesuai kebutuhannya.
b. Contoh obat yang meningkatkan kontraksi jantung : dobutamin
c. Gagal jantung disertai hipertensi sehingga dobutamin dikombinasi dengan glikosida
jantung
OBAT-OBAT YANG MEMPENGARUHI SISTEM ENDOKRIN

Fungsi tubuh diatur 2 sistem pengatur utama :


1. Sistem syaraf
Pengaturan tubuh. Hasilnya : NT
2. Sistem hormonal/endokrin
Pengaturan berbagai fungsi metabolisme tubuh. Hasil : hormon (senyawa kimia yang
disekresikan ke dalam cairan tubuh oleh satu sel atau sekelompok sel, dan dapat
mempengaruhi pengaturan fisiologis sel-sel tubuh lain). Hormon disekresi oleh
kelenjar hormon
Produk yang dihasilkan kelenjar endokrin : hormon. Endokrin digunakan untuk sistem
homeostasis. Contoh : insulin dihasilkan oleh pankreas, progesteron dan esterogen pada
wanita.
Kelenjar eksokrin : menghasilkan sekret.
Klasifikasi hormon ada 2 :
1. Hormon setempat
Pengaruh di tempat tertentu. Contoh : sekretin di saluran pencernaan
2. Hormon umum
Pengaruh ke daerah yang luas. Contoh : Nor-efinefrin, efinefrin (Nor-adrenalin
merupakan NE yang berupa hormon)
Tiroid dan paratiroid = leher
Adrenal = ginjal
Progesteron dan esterogen = ovarium
Insulin = pankreas
Testosteron = testis
TINJAUAN KELENJAR ENDOKRIN DAN HORMONNYA
1. Hipofisis anterior (PITUITARY)
a. Hormon pertumbuhan
Menyebabkan pertumbuhan sel dan jaringan
b. Adrenokortikotropin
Menyebabkan kortek adrenal mensekresi hormon-hormon adrenokortikal
c. Hormon perangsang tiroid
Menyebabkan kelenjar tiroid mensekresi tiroksin dan tri-idotiroid
d. Hormon perangsang folikel
Menyebabkan pertumbuhan folikel ovarium. Folikel merupakan tempat
pematangan sel telur oleh esterogen yang dirangsang oleh FSH.
e. Hormon polutein
Penting pada wanita oleh ovarium dan testosteron oleh testis. Dirangsang oleh LH
yaitu mengubah folikel menjadi korpus luteum menghasilkan progesteron dan
esterogen.
2. Hipofisis posterior
a. Hormon antidiuretik (=vasopresin)
Menyebabkan retensi retensi air. Jika terjadi efisiensi akan menyebabkan kencing
terus menerus. Berhubungan dengan diabetes insipidus.
b. Oksitoksin
Membantu uterus melakukan kontraksi selama proses persalinan
3. Korteks adrenal
a. Kortisol
Fungsi metabolik untuk mengatur metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.
b. Aldosteron
Mengurangi ekskresi natrium oleh ginjal dan meningkatkan ekskresi kalium
4. Kelenjar tiroid
a. Tiroksin dan tri-idotironin
Meningkatkan reaksi kimia hampir semua sel tubuh sehingga meningkatkan
metabolisme tubuh secara umum. Penghasilan hormon tiroksin dan tri-idotironin
membutuhkan iodium untuk merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan
hormon tersebut.
b. Kalsitonin
Memacu pengendapan kalsium di dalam tulang sehingga meningkatkan
konsentrasi kalsium dalam cairan ekstraseluler.
5. Pulau Langerhans pankreas
a. Langerhans islet terdiri dari 3 sel :
Sel (20%) : menghasilkan hormon glukagon
Sel (60%) : menghasilkan hormon insulin
Sel (45%) : menghasilkan hormon somatostatin
b. Fungsi glukagon :
Meningkatkan kadar glukosa darah.
Glukoneogenesis, glikogenolisis, lipolisis naik.
c. Fungsi insulin :
Menurunkan kadar glukosa darah.
Glikolisis, glikogenesis, lipogenesis naik.
d. Fungsi somatostatin:
Mengontrol produksi glukagon maupun insulin
6. Ovarium
a. Esterogen
Merangsang perkembangan organ kelamin wanita, payudara dan sifat kelamin
sekunder
b. Progesteron
Merangsang sekresi cairan uterus oleh kelenjar endometrium uterus
7. Testis
Testosteron : merangsang pertumbuhan organ kelamin pria sehingga meningktakan
perkembangan sifat-sifat sekunder pria.
8. Kelenjar paratiroid
Parahormon : mengatur konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraseluler dengan
cara absorpsi kalsium dari usus, ekskresi kalsium oleh ginjal, pelepasan kalsium dari
tulang.
9. Plasenta
a. Gonadotropin korion manusia
Meningkatkan pertumbuhan korpus luteum, dan sekresi esterogen dan
progesteron oleh korpus luteum.
b. Esterogen
Meningkatkan pertumbuhan organ kelamin ibu dan beberapa jaringan janin
c. Progesteron
Meningkatkan perkembangan beberapa jaringan dan organ janin
Membantu meningkatkan perkembangan aparatus sekretorik dari payudara ibu
d. Somatomamotropin manusia
Meningkatkan pertumbuhan beberapa jaringan janin serta membantu
perkembangan payudara ibu.
Obat-obat sistem endokrin :
1. Hormon adrenokortikal
2. Obat antitiroid dan tiroid
3. Insulin, glukagon, dan obat hipoglikemik oral
4. Steroid kelamin
DIABETES (=PANCURAN, dari bahasa yunani)
a. Pengeluaran kemih yang berlebihan
b. Diabetes dibagi menjadi 2 :
1. Diabetes insipidus
- Kemih bersifat tawar
- Kekurangan hromon antidiuretik (=vasopresin)
2. Diabetes mellitus
- Kondisi dimana kkonsentrasi gula darah tinggi (>200mg/dL)
mengakibatkan glukosa di intraseluler sedikit karena konsentrasi glukosa
tinggi
- 120 - 200 : gangguan toleransi glukosa (bukan diabetes mellitus, dapat
dilakukan terapi nonfarmakologi/non obat)
< 120 : normal
> 200 : DM
- Kadar insulin turun dan/atau glukagon naik
- DM ada 2 tipe :
a. DM tipe I (sifat tergantung insulin)
Pankreas yang menghasilkan insulin itu rusak (kerusakan sel ) sehingga
produk insulin berhenti/sedikit sekali. Di indonesia sekitar 20%
(keturunan)
b. DM tipe II
Produksi tidak sesuai target sehingga glukosa tinggi. Sel tidak rusak
(sifat tergantung insulin), bisa karena obesitas.
Obesitas membuat sel menghasilkan insulin berlebih disebut
hiperinsulinemia jaringan sensitif pada insulin turun lama-lama sel
rusak bahaya karena bisa menjadi DM tipe I
ANTIINFLAMASI, ANALGESIK, DAN ANTIHISTAMIN
ANTIINFLAMASI
a. Inflamasi : radang/suatu respon jaringan sebagai reaksi lokal atas keberadaan benda
asing, organisme hidup/adanya luka pada dirinya merupakan upaya pertahanan diri.
b. 4 gejala khas : rubor (kemerahan), tumor (bengkak), calor (panas), dolor (nyeri)
c. Meliputi :
1. Pelepasan mediator inflamasi (prostaglandin, histamin)
2. Keluarnya cairan ke tempat inflamasi bengkak, udem
3. Vasodilatasi pembuluh darah perifer merah
4. Migrasi sel-sel darah putih nanah
5. Pembongkaran dan perbaikan jaringan yang cedera
d. Proses inflamasi : bagian dari pertahanan diri stimulus memicu pelepasan histamin dan
prostaglandin peningkatan permeabilitas vaskuler vasodilatasi pembuluh kapiler
migrasi leukosit untuk fagositosis migrasi platelet untuk menutup luka perbaikan
jaringan
e. Dibutuhkan anti radangan karena :
1. Terjadi peradangan kronis
Radang yang menahun, tidak bisa sembuh sendiri. Contoh : Arthritis (rematik)
2. Kadang-kadang bereaksi menyimpang merusak jaringan itu sendiri (menyebabkan
inflamatorisis/berbagai inflamasi)
f. Inflamasi dibedakan menjadi 2 :
1. Non imunologis
Tidak melibatkan reaksi imunologis antibodi.
Sifat : bisa akut (tergores pisau), bisa kronis.
Melibatkan sel polimorfonuklear (neutrofil).
Contoh : cidera, benturan, sinar UV, radiasi ion, panas, dingin yang berlebih, infeksi
bakteri.
2. Imunologis
Melibatkan reaksi antibodi.
Sifat : immediete delay
Melibatkan mononuclear cells (limfosit, eosinofil, mast cells)
g. Yang membedakan non imunologis dengan imunologis adalah lebih ke penyebabnya.
h. Hasil metabolisme asam arakidonat :
1. Prostaglandin
Mediator inflamasi dan nyeri
Menyebabkan vasodilatasi dan edema
2. Leukotriene
Menyebabkan vasokonstriksi, bronkokonstriksi, peningkatan permeabilitas vaskuler
3. Tromboksan
Menyebabkan vasokonstriksi dan agregasi platelet
i. OBAT ANTIINFLAMASI
Dibedakan menjadi 2 :
1. Steroid
Senyawa endogen dalam tubuh, memiliki efek yang bervariasi, merupakan
antiinflamasi yang poten. Selain itu juga dapat menekan imun.
Kerja dari steroid adalah menghambat di 2 (Phospholipase 2 ) sehingga
pembuatan arakidonat terhambat.
Contoh : hidrokortison, deksametason, prednison, prednisolon, betametason, dll.
ESO : moon face, hipertensi, osteoporosis, hambatan pertumbuhan, dll.
2. AINS (Anti Inflamasi Non-Steroid)/NSAIDs (Non-Steroid Anti Inflamantory Drugs)
Potensinya lebih rendah dibandingkan dengan steroid. Bekerja menghambat enzim
COX yang mengkatalisis pembentukan prostaglandin (PGs) dan tromboksan A2
(TxA2) dari asam arakidonat
Contoh : aspirin, antalgin, Na diklofenak, ibuprofen, ketoprofen, asam mefenamat,
dll.
j. Macam-macam NSAIDs berdasarkan golongan :
1. Salisilat
- Aspirin
- Mg salisilat
- Diflunisal
2. Fenamat
- Meklofenamat
- Asam mefenamat
3. Asam asetat
- Na diklofenak
4. Antalgin
5. Asam propionat
- Ibuprofen
- Fenoprofen
- Ketoprofen
- Naproksen
6. Asam pirolizin karboksilat
- Ketorolak
7. Inhibitor COX-2
- Celecobix
- Valdecobix
k. Masalah dalam penggunaan AINS :
- Enzim COX ada 2 isoform : COX-1 dan COX-2
- COX-1 : bersifat kontitusif yaitu dalam keadaan normal (menjaga homeostasis)
mensintesis prostaglandin untuk homeostasis tubuh misal : proteksi mukosa
lambung.
- COX-2 : bersifat indusible yaitu meningkat pada kondisi patologis, misal
inflamasi/kanker.
- AINS bekerja secara tidak selektif menghambat semua sintesis prostaglandin,
termasuk untuk proteksi lambung dalam jangka waktu lama akan
menimbulkan efek samping utama yaitu tukak lambung. (luka mukosa lambung).
l. Konsep tentang enzim COX :
- COX-1 bersifat konstitusif sehingga tidak boleh dihambat sedangkan COX-2
bersifat indusibel sehingga harus dihambat.
- NSAIDs digunakan setelah makan (bisa selang 5 menit). Namun jika diminum
sebelum makan itu biasanya atau 1 jam sebelum makan saat lambung
benar-benar kosong. Obat-obat yang diminum setelah makan memang bekerja
lebih baik jika bersama dengan makanan. Biasanya obat-obat yang bisa merusak
mukosa lambung.
m. Efek samping lain NSAIDs :
1. Meningkatkan risiko kekambuhan asma

2. Pendarahan/lebam karena penghambatan agregasi platelet (tromboksan)

3. Gangguan/gagal ginjal

n. Mengapa paracetamol aman untuk lambung ?


Karena ada enzim COX baru yaitu COX-3 yang ditemukan di otak dan spinal cord
dihambat oleh paracetamol efek lebih ke analgesik dan antipiretik dan bukan
antiinflamasi. Paracetamol mengurangi rasa nyeri, demam, dan tanpa mengganggu GI
karena tidak menghambat COX-1 dan COX-2. Namun memiliki efek samping :
hepatotoksik.
ANALGESIK
a. AINS juga memiliki efek analgesik karena prostaglandin merupakan mediator nyeri
sehingga efek antiinflamasi tidak bisa dipisahkan dari efek analgetik.
b. Prostaglandin akan meningkatkan sensitivitas nociceptor ambang rasa nyeri turun
nyeri !
c. AINS bekerja sebagai analgesik dengan mekanisme kerja yang sama dengan kerjanya
sebagai anti inflamasi.
d. Analgesik populer : paracetamol (asetaminofen) tidak digolongkan sebagai AINS
karena tidak punya efek anti inflamasi. Efek uamanya : analgesik dan antipiretik secara
central, namun tidak di jaringan, diduga menghambat COX-3 di SSP sheingga tidak
memiliki efek anti inflamasi dan tidak menyebabkan gangguan lambung juga tidak
memiliki efek antiplatelet. Dosis besar (6-12g) dapat menyebabkan kerusakan hati.
e. ASETOSAL (asam asetilsalisilat, aspirin)
- Merupakan analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi
- Memiliki efek antiplatelet (dapat mencegah pembekuan darah). Tidak dapat
digunakan pada pasien yang memiliki gangguan pembekuan darah (misal
hemofilia), serosis hati, trombositopenia, atau pada pasca operasi.
- Bersifat asam sehingga dapar mengiritasi lambung.
- Dapat menyebabkan Reyes syndrome (suatu gangguan serius pada sistem
hepatik dan SSP), tidak untuk anak di bawah 12th.
- Memicu asma (20%)
- Sebaiknya tidak digunakan pada wanita hamil karena dapat memperpanjang
waktu kelahiran karena menghambat prostaglandin yang dibutuhkan untuk
kelahiran dan juga dpat meningkatkan risiko pendarahan pasca melahirkan (post
partum)
f. ANTALGIN
- Contoh : metampiron, metamizol, dipiron
- Efek : analgetik, antipiretik dan anti inflamasi yang kuat
- Merupakan obat lama yang memiliki ESO berbahaya yaitu leukopenia dan
agranulositosis
- Leukopenia : penurunan leukosit yang dapat membahyakan orang yang
mengkonsumsinya
- Di amerika, inggris dan swedia obat jenis ini telah ditarik dari peredaran karena
dapat mengakibatkan kematian (5%)
g. ASAM MEFENAMAT
- Bersifat asam, tidak boleh digunakan jika lambung kosong
- Efek : analgetik, antipiretik, anti inflamasi yang cukup namun tidak lebih kuat dari
asetosal
- ESO : diare, trombositopenia, anemia hemolitik, dan ruam kulit
- Tidak direkomendasikan untuk anak-anak dan wanita hamil
- Penggunaan tidak boleh lebih dari 1 minggu. Pada pemakaian lama perlu
dilakukan pemeriksaan darah
ANTIHISTAMIN
a. Penemu histamin : Sir Henry Dale.
b. Histamin dihasilkan oleh mast cells (ada di kulit, salura pernafasan, saluran cerna, dll)
yang berperan dalam reaksi alergi.
c. Histamin : senyawa amina dari hasil dekarboksilasi asam amino histidin disimpan dalam
bentuk inaktif di mast cells dan basofil, pelepasan dipicu oleh reaksi antigen dan antibodi
(IgE).
d. Setelah histamin terlepas histamin bereaksi dengan reseptornya memicu berbagai
efek biologis yang tergantung kadarnya dalam darah.
e. Fungsi fisiologis histamin :
1. Sebagai NT (kontrol NT)
2. Kontrol neuroendokrin
3. Regulasi kardiovaskuler
4. Pengaturan suhu
5. Berperan pada sekresi lambung
6. Berperan dalam reaksi alergi/anafilaksis
f. Reseptor histamin ada 4 :
1. H-1

2. H-2

3. H-3

4. H-4

g. Terjadi alergi karena IgE pada reseptor + alergen histamin lepas ketemu alergen
alergi
h. Cara mencegah alergi yaitu dengan mengeblok H-1
i. Ada 2 generasi antihistamin :
1. Generasi lama
Memiliki efek sedatif yang tinggi
2. Generasi baru
Memiliki efek sedatif yang rendah

Anda mungkin juga menyukai