Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PRODUK ALAM

PERCOBAAN I
IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER
JALUR ASETAT MEVALONAT
DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Oleh:
1. Ismatul Izzati
2. Filanova Theophilus
3. Devie Amalia Utami

(FA/09668)
(FA/09669)
(FA/09670)

Kelas/Golongan/Kelompok

: C/I/1

Hari, Tanggal Praktikum

: Kamis, 5 Maret 2015

Dosen Jaga

: Dr.rer.nat. Yosi Bayu Murti, M.Si.Apt.

Asisten Jaga

LABORATORIUM KIMIA PRODUK ALAM


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015

P1: Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Jalur Asetat Mevalonat dengan KLT
I.

Tujuan
Mampu menganalisis adanya kandungan senyawa metabolit sekunder melalui jalur
asetat mevalonat pada simplisia dengan kromatografi lapis tipis.

II. Alat dan Bahan


a. Alat
- Lempeng KLT
- Pipa Kapiler
- Bejana KLT
- Kompor listrik
- Penggaris
- Pensil
- Lampu UV
- Penyemprot
- LAF

b. Bahan
- Ekstrak Oregano
- Ekstrak Kayu Putih
- Ekstrak Daun Mint
- Ekstrak Daun Pacing
- Toluen-Etil Asetat (93:7)
- N heksana-Etil Asetat (4:1)
- Senyawa Penyemprot
- Larutan pembanding

III. Cara Kerja


Lempeng KLT dipotong dengan ukuran 2 x 6,5 cm2 dan 4 x 6,5 cm2

Ditandai satu cm dari bagian dasar lempeng KLT

Ditandai titik-titik yang akan ditotol sampel

Diambil sampel menggunakan pipa kapiler dan ditotolkan dengan skema berikut,

S1

S2

S3

Lempeng dimasukkan kedalam chamber/bejana untuk di elusi

Dibiarkan proses elusi sampai batas 1 cm dibawah ujung atas lempeng

Dikeluarkan dari chamber dan diangin-anginkan (dikeringkan)

Diamati pada sinar tampak

Diamati pada sinar UV 254 dan 366

Halaman 2 dari 10

P1: Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Jalur Asetat Mevalonat dengan KLT
Dicatat Rf-nya

Disemprot dengan larutan reagen pewarna

Dipanaskan diatas kompor listrik sampai terjadi perubahan warna di beberapa titik pada
permukaan lempeng KLT

Diamati dan dihitung nilai Rf

Diamati dibawah sinar UV dengan 254 dan 366

Diamati dan dianalisis


IV. Hasil Percobaan

5,1cm

5,0cm

a. Hasil Penampakan Kromatogram


- Sinar tampak

S1

S2

S3

S1

S2

S3

5,0cm

Sinar UV 254 nm

5,1cm

Halaman 3 dari 10

P1: Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Jalur Asetat Mevalonat dengan KLT

5,0cm

Sinar UV 366 nm

5,1cm

S1

S2

S3

S1

S2

S3

5,0cm

Setelah penyemprotan

5,1cm

Keterangan:

S1: Oregano

P: Pembanding

S2: Daun Mint

S: Pacing

S3: Minyak Kayu Putih

b. Nilai Rf
Nilai Rf dihitung pada saat diamati di bawah lampu UV 254nm
- Timol
Rf P =

,
,

Rf Sa =

,
,

Rf Sb =

,
,

Rf Sc =
-

0,64

0,16
0,26
0,60

Rf Sa =
Rf Sb =

Sineol
Rf P =
Rf Sa =
Rf Sb =
Rf Sc =

Mentol
Rf P =

,
,
,
,
,
,

0,64

Rf Sd =

0,66

Rf Se =

0,92

Rf Sf =

0,64

,
,

0,14

,
,

0,30

,
,

0,42

,
,
,
,
,
,
,

0,58
0,64
0,70
Halaman 4 dari 10

P1: Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Jalur Asetat Mevalonat dengan KLT

Rf Sb =

Steroid
Rf P =
Rf Sa =

0,39

,
,
,

0,31

Rf Sc =
Rf Sd =

0,41

,
,
,
,
,

0,54
0,62

V. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk menganalisis adanya kandungan senyawa metabolit
sekunder yang berasal dari biosintesis jalur asetat mevalonat pada simplisia dengan
kromatografi lapis tipis. Senyawa yang diananlisis adalah timol, mentol, sineol dan steroid.
Simplisia yang digunakan adalah oregano dengan kandungan timol, daun mint dengan
kandungan menthol, minyak kayu putih dengan kandungan sineol dan pacing dengan steroid
diosgenin.
Steroid mempunyai senyawa biologis yang sama seperti triterpenoid, akan tetapi
penyebarannya di alam lebih sedikit. Kebanyakan ditemukan pada beberapa family
monokotiledon, terutama Dioscoreaceae (Dioscorea), Agavaceae (Agave, Yucca) dan Liliaceae
(Smillax, Trillium). Sapogenin yang terkandung didalamnya mempunyai sterol C27 yang rantai
sampingnya berupa kolesterol yang telah mengalami modifikasi menghasilkan spiroketal,
misalnya dioscin dari Dioscorea. Hidrolisis asam dari dioscin membebaskan aglikon diosgenin.

(Dewick, 2002)
Pada praktikum ini, simplisia yang digunakan adalah ekstrak pacing
atau Costus speciosus. Kandungan diosgenin pada Pacing terdapat pada
bagian rimpang bijinya.
Pepermint
(Mentha
piperita)
yang
termasuk
dalam
Labiatae/Lamiaceae secara khas memproduksi menthol, dengan jumlah

Halaman 5 dari 10

P1: Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Jalur Asetat Mevalonat dengan KLT
stereoisomer neomenthol, isomenthol dan neoisomenthol yang lebih kecil, mencakup empat
dari delapan stereoisomer yang mungkin ada. (Dewick, 2002)
P-Cymene dan derivat fenol, timol dan carvacrol dapat ditemukan di
Thymus vulgaris dari Labiatae/Lamiaceae, mewakili golongan kecil dari
senyawa aromatik yang diproduksi di alam dari gugus isoprena. (Dewick,
2002)
Reaksi seperti oksidasi dari
alkohol menjadi keton misalnya borneol
menjadi champor atau bentuk cincin
heterosiklik pada perubahan alphaterpineol menjadi sineol, membutuhkan
tambahan enzim.
(Dewick, 2002)

Praktikum ini diawali dengan preparasi plat KLT berukuran 2 x 6,5 cm2 (plat A) dan 4 x
6,5 cm2 (plat B). Plat A dibagi menjadi 2 zona penotolan, yaitu zona P untuk pembanding
(senyawa stigmasterol) dan zona S untuk sampel yaitu
ekstrak Costus speciosus yang diduga mengandung senyawa
diosgenin dari golongan steroid. Sementara plat B dibagi
menjadi 4 zona penotolan, yaitu zona P untuk pemb anding
(campuran senyawa timol-mentol), zona S1 untuk sampel
pertama yaitu ekstrak Thymus vulgaris yang diduga
mengandung senyawa timol, zona S2 untuk sampel kedua
yaitu ekstrak Mentha piperita yang diduga mengandung
senyawa mentol, dan S3 untuk sampel ketiga yaitu minyak kayu putih (Oleum Cajuputi) dari
Melaleuca leucadendron yang diduga mengandung senyawa sineol.
Masing-masing senyawa pembanding dan sampel ditotolkan pada plat A dan plat B,
kemudian plat A dielusi dengan campuran n-heksana : etil asetat (4 : 1 v/v) dan plat B dielusi
dengan campuran toluen : etil asetat (93 : 7 v/v) dalam chamber yang telah dijenuhkan.
Senyawa pada plat akan bermigrasi sesuai tingkat kepolarannya seiring dilakukannya elusi
dengan fase gerak tersebut, sehingga kandungan senyawa pada masing-masing sampel akan
terpisah. Fase gerak yang digunakan dalam percobaan ini cenderung bersifat non-polar,
Halaman 6 dari 10

P1: Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Jalur Asetat Mevalonat dengan KLT
sehingga senyawa yang bersifat non-polar akan memiliki jarak migrasi atau nilai Rf yang besar,
sementara senyawa yang cenderung bersifat polar akan tertahan oleh fase diam pada jarak
migrasi yang lebih pendek. Elusi dihentikan ketika fase gerak telah mencapai jarak 1 cm dari
sisi plat lainnya yang tidak tercelup fase gerak, kemudian plat dikeringanginkan terlebih dahulu
untuk menguapkan sisa-sisa fase gerak.
Plat dan bercak-bercak sampel kemudian diamati di bawah sinar tampak.

Plat A

Plat B

Dari hasil pengamatan visual plat A dan plat B pada sinar tampak, tidak terlihat adanya
pemisahan bercak senyawa sama sekali. Namun, pada zona S1 plat B tampak adanya tailing
sampel yang cukup jelas berwarna kekuningan. Tailing ini dapat disebabkan oleh penotolan
sampel yang terlalu banyak, sehingga menyisakan sampel yang berlebih pada zona penotolan
yang tidak terelusi sempurna oleh cepatnya pergerakan fase gerak.

5,1cm

Setelah itu, plat A dan plat B dipaparkan pada cahaya UV 254 dan 366.

Plat A pada UV 254

Halaman 7 dari 10

5,0cm

P1: Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Jalur Asetat Mevalonat dengan KLT

S1

S2 S3

Plat B pada UV 254


Dari hasil pengamatan visual plat A dan plat B di bawah paparan sinar UV 254, tampak bahwa
plat KLT yang digunakan berfluoresensi hijau di bawah sinar UV 254. Pada pengamatan
dengan paparan sinar UV 254 ini, senyawa dari sampel dan pembanding tampak sebagai
bercak-bercak pemadaman (hitam) yang terpisah. Ini artinya, senyawa-senyawa dalam sampel
sudah mengalami pemisahan dengan cukup baik, ditandai dengan tidak adanya elusi senyawa
yang miring dan bercak tampak terpisah cukup jelas meskipun terdapat tailing pada zona S1 plat
B.
Hasil pengamatan visual plat A dan plat B pada UV 254 ini secara kasar dapat
menunjukkan adanya kecocokan kandungan senyawa antara sampel dengan pembanding
melalui kemiripan jarak migrasi bercak senyawa. Namun, bercak-bercak pemadaman yang
tampak tidak begitu signifikan untuk dijadikan dasar perhitungan Rf, sehingga dilakukan
metode visualisasi warna dengan penyemprotan zat kimia untuk memperjelas bercak-bercak
pemisahan sampel dan pembanding.
Sementara itu, pengamatan visual plat A dan plat B pada UV 366 tidak menunjukkan
adanya pemadaman/fluoresensi bercak, sehingga tidak dapat diperoleh data apapun dari
pengamatan dengan UV 366 ini.

Plat A dan Plat B (berurutan) pada UV 366

Halaman 8 dari 10

P1: Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Jalur Asetat Mevalonat dengan KLT

5,1cm

5,0cm

Plat A dan plat B kemudian disemprot dengan zat kimia dan dipanaskan sesaat di atas
kompor listrik dengan hati-hati. Setelah mengalami pemanasan dan mengalami reaksi kimia
dengan reagen semprot, diperoleh visualisasi yang lebih signifikan lagi sebagai berikut,

S1 S2

S3

Penyemprotan dengan pereaksi kimia (vanilin-asam sulfat) menimbulkan bercak-bercak


senyawa yang berwarna dan tampak terpisah signifikan (kurang terlihat pada foto). Bercakbercak yang tampak konsentris dan berwarna lebih tajam merepresentasikan bercak senyawa
yang berhasil terpisah dalam sampel. Bercak-bercak ini kemudian dibandingkan dengan bercak
yang tampak pada zona masing-masing pembanding, dan juga hasil visualisasi di bawah sinar
UV 254 untuk kemudian ditentukan nilai Rf-nya.
Dari hasil perhitungan nilai Rf, diperoleh nilai Rfp (stigmasterol) plat A sebesar 0,39,
sementara Rfp (timol-mentol) plat B sebesar 0,64. Nilai Rfp (stigmasterol) dalam percobaan ini
tidak sesuai dengan teori atau rujukan nilai Rf dalam jurnal ilmiah, yaitu seharusnya sekitar 0,60,8 (bergantung pada komposisi fase gerak) karena sifatnya yang non-polar (Mkhize et al.,
2013; Archana et al., 2011). Bercak stigmasterol ini pun seharusnya menimbulkan visualisasi
warna ungu keabuan, sementara praktikan melihat bercak yang tampak berwarna kehijauan. Hal
ini dapat disebabkan oleh kurang cekatannya praktikan dalam mengukur Rf sesaat setelah
penyemprotan, sehingga bercak yang seharusnya ada sudah tidak tampak signifikan atau
mengalami perubahan warna oleh oksidasi udara. Sementara nilai Rfp (timol-mentol) sudah
cukup sesuai dengan teori, sebab nilai Rf timol adalah berkisar pada 0,52 dan menimbulkan
warna merah-violet, sementara Rf mentol adalah berkisar pada 0,30 dan menimbulkan warna
biru untuk fase gerak yang sama (Bladt, 2009).
Senyawa sampel mengalami pemisahan menjadi sejumlah bercak, dan beberapa di
antaranya memiliki nilai Rf yang hampir sama dengan nilai Rf senyawa pembanding pada
percobaan ini.

Rfs pelat A salah satunya bernilai 0,41, dekat dengan Rfp (stigmasterol) plat A
sebesar 0,39

Halaman 9 dari 10

P1: Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder Jalur Asetat Mevalonat dengan KLT

Rfs1 pelat B salah satunya bernilai 0,6, dekat dengan Rfp (timol-mentol) plat B
sebesar 0,64
Rfs2 pelat B salah satunya bernilai 0,66, dekat dengan Rfp (timol-mentol) plat B
sebesar 0,64
Rfs3 pelat B salah satunya bernilai 0,64, dekat dengan Rfp (timol-mentol) plat B
sebesar 0,64

Bercak sampel yang memiliki nilai Rf dekat dengan nilai Rf pembanding diduga adalah
senyawa yang sejenis dengan senyawa pembanding, sehingga sampel-sampel yang digunakan
dalam percobaan ini mengandung senyawa-senyawa turunan jalur biosintesis asetat-mevalonat.
VI. Kesimpulan

Pembanding stigmasterol memiliki nilai Rf = 0,39, sementara pembanding timolmentol memiliki nilai Rf = 0,64.
Ekstrak Costus speciosus mengandung senyawa diosgenin dari golongan steroid,
dengan nilai Rf = 0,41.
Ekstrak Thymus vulgaris mengandung senyawa timol, dengan nilai Rf = 0,6.
Ekstrak Mentha piperita mengandung senyawa mentol, dengan nilai Rf = 0,66.
Minyak kayu putih (Oleum Cajuputi) dari Melaleuca leucadendron mengandung
senyawa sineol, dengan Rf = 0,64.

VII. Daftar Pustaka


Archana, Sharma., Suchitra, Meena., Anirudha, Rishi. 2011. Quantitative Estimation of Sitosterol and Stigmasterol In Vivo and In Vitro Terminalia chebula Ritz. International
Research Journal of Pharmacy. 3: 115-116.
Bladt, Sabine. 2009. Plant Drug Analysis: A Thin Layer Chromatography Atlas 2nd edition.
Springer-Verlag Berlin Heidelberg.
Dewick, Paul M. 2002. Medicinal Natural Product A Biosynthetic Approach 2nd ed. School of
Pharmaceutical Sciences University of Nottingham UK.
Mkhize, N., Mohanlall, V., Odhav, B. Isolation and Quantification of -Sitosterol, Ergosterol,
and Stigmasterol from Hypoxis rigidula Baker var. Rigidula and Hypoxis
hemerocallidea Fisch., C.A.Mey. & Av-Lall (Hypoxidaceae). International Journal of
Sciences (ISSN). 2: 119 134.

Halaman 10 dari 10

Anda mungkin juga menyukai