DISUSUN OLEH:
JAKARTA
Reseptor kolinergika terdapat dalam semua ganglia, sinaps, dan neuron postganglioner dari SP, juga
pelat-pelat ujung motoris dan di bagian Susunan Saraf Pusatyang disebut sistem ekstrapiramidal.
Berdasarkan efeknya terhadap perangsangan, reseptorini dapat dibagi menjadi 2 bagian, yakni:
1. Reseptor muskarinik
Reseptor ini, selain ikatannya dengan asetilkolin, mengikat pula muskarin, yaitu suatualkaloid
yang dikandung oleh jamur beracun tertentu. Sebaliknya, reseptor muskarinik inimenunjukkan
afinitas lemah terhadap nikotin. Dengan menggunakan study ikatan dan panghambat tertentu,
maka telah ditemukan beberapa subklas reseptor muskarinik seperti M1, M2, M3, M4, M5.
Reseptor muskarinik dijumpai dalam ganglia sistem saraf tepi danorgan efektor otonom, seperti
jantung, otot polos, otak dan kelenjar eksokrin. Secarakhusus walaupun kelima subtipe reseptor
muskarinik terdapat dalam neuron, namun reseptor M1 ditemukan pula dalam sel parietal
lambung, dan reseptor M2 terdapat dalam otot polos dan jantung, dan reseptor M3 dalam kelenjar
eksokrin dan otot polos. Obat-obatyang bekerja muskarinik lebih peka dalam memacu reseptor
muskarinik dalam jaringantadi, tetapi dalam kadar tinggi mungkin memacu reseptor nikotinik
pula.
2. Reseptor nikotinik
Reseptor ini selain mengikat asetilkolin, dapat pula mengenal nikotin, tetapi afinitaslemah
terhadap muskarin. Tahap awal nikotin memang memacu reseptor nikotinik,namun setelah itu akan
menyekat reseptor itu sendiri. Reseptor nikotinik ini terdapat didalam sistem saraf pusat, medula
adrenalis, ganglia otonom, dan sambunganneuromuskular. Obat-obat yang bekerja nikotinik akan
memacu reseptor nikotinik yangterdapat di jaringan tadi. Reseptor nikotinik pada ganglia otonom
berbeda dengan reseptoryang terdapat pada sambungan neuromuskulular. Sebagai contoh, reseptor
ganglioniksecara selektif dihambat oleh heksametonium, sedangkan reseptor pada
sambunganneuromuskular secara spesifik dihambat oleh turbokurarin. Stimulasi reseptor ini
olehkolinergika menimbulkan efek yang menyerupai efek adrenergika, jadi bersifat berlawanan
sama sekali. Misalnya vasokonstriksi dengan naiknya tensi ringan, penguatankegiatan jantung,
juga stimulasi SSP ringan. Pada dosis rendah, timbul kontraksi ototlurik, sedangkan pada dosis
tinggi terjadi depolarisasi dan blokade neuromuskuler.
Rangsangan pada tempat reseptor khas dan bekerja secara langsung pada sel efektor saraf
parasimpatetik, menghasilkan efek yang serupa dengan efek yang dihasilkan olehrangsangan saraf
post ganglionk parasimapatetik.2.
(CH
Asetilkolin : aktif terhadap nikotinik dan muskarinik cepat terhidrolisis. Larutan 1 %(dibuat baru)
topikal pada interior chamber mata : 0,5-2 ml. b.
Salah satu metil dapat digantikan dengan gugus yang lebih besar tetapi modifikasiseperti itu dapat
menurunkan aktivitas secara drastic. Contoh : analog dimetiletil aktivitas hanya 25% dibanding Ach
Substitusi dengangugus yang lebih besar atau terhadap lebih dari satu metil dapat meniadakan
aktivitas.Muatan juga penting untuk aktivitas, contoh: isoster karbon tak bermuatan (3,3-
dimetilbutilasetat) hanya punya aktivitas 0,003% tetapi amin tersier (pilokarpin,arecolin) aktif karena
pada pH fisiologis, amina-amina ini terprotonasi sehingga bermuatan.
Bagian molekul ini menjamin jarak yang tepat antara gugus amonium dengan gugugester penting
untuk pengikatan yang efektif dengan reseptor.Peningkatan panjangrantai menghasilkan penurunan
aktivitas yang bermakna. Percabangan rantai hanya
-metil (metacholin)
https://www.academia.edu/8221710/kolinergik?auto=download