Anda di halaman 1dari 16

VITAMIN B12

DISUSUN OLEH :

FANY AIDA ANISA (201751114)

ANALIS FARMASI FISIKO KIMIA

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL

PRODI FARMASI 2019/2020


DEFINISI

            Vitamin adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan
pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu harus didatangkan dari
makanan. Vitamin termasuk zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap
vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh.
            Vitamin dibagi atas 2 kelompok yaitu larut lemak dan larut air. Vitamin larut air
dikelompokkan menjadi vitamin C dan vitamin B-kompleks. Vitamin B-kompleks terdiri dari
delapan faktor yang saling berkaitan fungsinya didalam tubuh dan terdapat dalam bahan
makanan yang hampir sama. Fungsinya terkait dalam proses metabolisme sel hidup
sebagai koenzim atau kofaktor. Struktur dari vitamin B12 ini merupakan yang paling
kompleks di antara ketujuh vitamin B lainnya. Selain kompleks, vitamin B12 ini juga
mengandung elemen kobal yang jarang ditemui secara biokimia. Vitamin B12 ini bersifat larut
dalam air. Proses penyerapan vitamin B12 terjadi di usus dan setelah diserap vitamin B12 ini
akan diangkut dalam aliran darah menuju seluruh tubuh. Vitamin B12 berperan penting dalam
proses metabolisme tubuh, terutama dalam metabolisme protein dan lemak. Selain itu,
keberadaan vitamin B12 di dalam tubuh juga sangat membantu dalam mencegah
kekurangan zat besi yang sangat erat kaitannya dalam membantu pembentukan darah.
Tidak hanya itu, vitamin B12 juga berperan penting agar otak dan sistem saraf kita dapat
berfungsi secara normal. Melihat begitu pentingnya vitamin B12 ini, maka kekurangan vitamin
B12 dapat menyebabkan beberapa masalah serius pada tubuh.

 Analisisa Vitamin B12


Kelompok vitamin B12 terdiri dari sekelompok molekul yang kompleks yang
kesemuanya mengandung CoII  didalam cincin porfirin, terangkai dengan nukleotida. Vitamin
B12 bekerja sebagai koenzim, defisiensinya dianggap menyebabkan anemia megaloblastik
dengan mempengaruhi metabolisme folat.
            Vitamin B12 didalam plasma yang bersirkulasi didalam tubuh terikat ke protein
pengangkut khusus (transkobalamin). Pentebab utama rendahnya vitamin B12  plasma
adalah diet yang tidak mencukupi, anemia pernisiosa, pembedahan lambung, penyakit usus
halus yang melibatkan ileum bagian bawah disertai malabsorbsi. Faktor intrinsik adalah
mukoprotein yang dihasilkan oleh sel-sel parietal lambung yang sintesanya tidak mencukupi
pada anemia pernisiosa. Ia mengikat vitamin B12.
            Penelitian penyebab rendahnya vitamin B12 plasma disertai perubahan hematologik
yang sesuai dengan anemia megaloblastik, paling baik dengan mengukur absorbsi vitamin
B12 radioaktif dengan atau tanpa ditambahkan faktor intrinsik. Ada banyak prosedur, tetapi
ekskresi melaui urin (schilling) yang paling populer.
Rumus C63H88CoN14O14P 

Massa mol. 1355.37 g/mol

 Zat Aktif
Nama Kobalamin dapat mengacu kepada beberapa zat yang dibedakan menurut
jenis ligan aksial bagian atas dari ion kobalnya. Zat-zat ini yaitu:

 Sianokobalamin (R = -CN), yang tidak terdapat di alam.


 Hidroksokobalamin (R = -OH)
 Metilkobalamin (R = -Me), yang merupakan bentuk aktif dari vitamin B12.
 Adenosilkobalamin (R = -Ado), yang juga merupakan bentuk aktif dari vitamin B12.

α-(5,6-dimetilbenzimidazol-2-)-kobalimida sianida
C63H88CoN14O14P BM= 1355,35

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur; merah tua; tidak berbau. Bentuk anhidrat sangat
higroskopik.

Kelarutan : Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol (95 %) P; praktis tidak larut dalam
kloroform P, dalam eter P; dan dalam aseton P.

Struktur : Molekul vitamin B12 terdiri atas bagian cincin porfirin dengan satu atom Co, basa
dimetilbenzimidazol, ribose, dan asam folat. Penambahan gugus -CN pada kobalamin
menghasilkan sianokobalamin, sedangkan penambahan gugus –OH menghasilkan zat yang
dinamakan hidroksikobalamin.

Defisiensi : Kekurangan vitamin B12 disebabkan oleh kurangnya asupan, terganggunya


absorbs, terganggunya utilisasi, meningkatnya kebutuhan, destruksi yang berlebihan atau
ekskresi yang meningkat. Defisisensi kobalamin ditandai dengan gangguan hematopoesis,
gangguan neurologi, kerusakan sel epitel terutama epitel saluran cerna dan debilitas umum.
Indikasi : Anemia pernisiosa yang tidak terkomplikasi atau malabsorbsi pada intestinum
yang menyebabkandefisiensi vitamin B12.

Kontraindikasi : Hipersensitivitas, tidak boleh digunakan untuk anemia megaloblastik pada


wanita hamil.

Stabilitas : Dalam larutan yang mengandung tiamin HCl, sianokobalamin, dan penyusun
lain vitamin B Kompleks, kerusakan produk tiamin HCl menyebabkan kerusakan
sianokobalamin yang cepat ion Fe konsentrasi rendah dapat melindungi produk tanpa
mempengaruhi stabilitas tiamin

Inkompatibel : Dengan oksidator dan reduktor dan dengan garam logam berat. Stabil
dalam larutan netral dan dalam larutan asam kuat.

Efek samping : Sianokobalamin biasanya bisa ditoleransi dengan baik. Reaksi alergi
setelah injeksi jarang terjadi.

pH : stabil pada pH 4 sampai dengan 7

Titik lebur : Melebur pada suhu 300°C

Suhu stabilitas : Stabil pada suhu kamar Rusak pada suhu : 140 – 145oC karena ikatan
sianida melepas pada suhu tersebut.

 Karakteristik (Kimia) dan kestabilan


Vitamin B12 atau kobalamin terdiri atas cincin mirip  porfirin seperti hem, yang
mengandung kobalt serta terkait pada ribosa dan asam folat. Bentuk sintetik siano–
kobalamin, terdapat dalam jumlah sedikit dalam makanan dan jaringan tubuh. Bentuk utama
vitamin B12 dalam makanan adalah 5– deoksiadenosilkobalamin, metilkobalamin, dan
hidroksokobalamin.
Vitamin B12 adalah kristal merah yang larut air. Warna merah karena kehadiran
kobalt. Vitamin B12 secara perlahan rusak oleh asam encer, alkali, cahaya dan bahan-bahan
pengoksidasi dan pereduksi. Pada pemasakan, kurang lebih 70 % vitamin B12 dapat
dipertahankan. Sianokobalamin adalah bentuk paling stabil dan karena itu diproduksi secara
komersial dari fermentasi bakteri.
Vitamin ini mempunyai stuktur yang paling rumit dibandingkan vitamin manapun, dan
unik karena mempunyai unsur logam, kobalt dalam molekul. Vitamin B12 juga merupakan
satu-satunya vitamin yang mengandung logam didalam struktur molekulnya.
Sianokobalamin merupakan komponen beberapa koenzim dan mempunyai pengaruh
terhadap pembentukan asam nukleat melalui kerjanya.
            Ada beberapa sumber alam yang kaya akan vitamin B12. Sumber yang baik yaitu
hati, ginjal, ikan, kerang, dan susu. Didalam susu kobalamin terikat pada protein.
            Kobalamin tidak rusak banyak dengan pemasakan, kecuali jika makanan direbus
dalam larutan basa. Jika hati direbus dalam air selama 5 menit, hanya 8% vitamin B12 yang
hilang. Pemanggangan daging dapat mengakibatkan kehilangan lebih besar. Pasteurisasi
hanya menyebabkan kerusakan sedikit vitamin B12 dalam susu, rentang kehilangan 7-10%
bergantung pada metode pasteurisasi. Perlakuan panas yang lebih drastis mengakibatkan
kehilangan yang lebih tinggi. Pendidihan susu selama 2-5 menit menyebabkan kehilangan
30%, penguapan sekitar 50%  dan pensterilan sampai 87%. Kehilangan pada pengeringan
susu lebih kecil, pada produksi susu skim kering, kehilangan sekitar 30%. Pensterilan susu
dengan suhu ultra tinggi tidak menyebabkan kerusakan  vitamin B12 lebih banyak daripada
pasteurisasi.

 Karakteristik (Biologi) dan metabolisme


Dalam bahan makanan, vitamin B12 sebagian besar terdapat dalam bentuk ko-enzim
5’-adenocyl-cobalamine yang terkonjugasi lagi pada molekul protein selular.
            Absorbsi vitamin B12 mempunyai mekanisme sangat rumit dan unik. Didalam sekresi
gaster terdapat enzim transferase yang disebut faktor intrinsik. Faktor intrinsik mengikat
vitamin B12 yang membuat vitamin ini resisten terhadap serangan mikroba yang menghuni
rongga usus. Dalam bentuk terikat kepada faktor intrinsik vitamin B12 ditranspor menembus
mukosa usus. Pada manusia, faktor intrinsik dihasilkan oleh sel-sel cardia ventriculi.
Didalam rongga ileum ikatan factor intrinsik-vitamin B12 membuat kopleks dengan Ca dan
Mg untuk kemudian diabsorbsi oleh dinding usus dan setelah menempel, vitamin
B12 dilepaskan lagi oleh liberating enzim yang terdapat dalam sekresi dinding usus. Vitamin
B12 yang telah terlepas  kembali kemudian diserap menembus epitel dan masuk kedalam
mukosa usus halus. Bagaimana tepatnya mekanisme penyerapan terakhir ini tidak jelas
diketahui. Mekanisme yang dibicarakan ini hanya berlaku bagi hydroxo cobalamine dan
cyano cobalamine, tidak berlaku bagi derivate kobalamin lainnya.
            Didalam darah vitamin B12 ditranspor terkonjugasi pada globulin. Hanya sebagian
kecil saja dari vitamin B12 yang terikat kepada globulin itu diekskresikan melalui ginjal
kedalam urin.
            Vitamin B12 terutama ditimbun di hati dan vitamin B12 yang terdapat dalam empedu
berasal dari simpanan didalam hati tersebut. Vitamin B12 yang diekskresikan didalam cairan
empedu ini sebagian diserab kembali dan didalam usus halus, mengalami lingkaran
enterohepatik.

 Fungsi vitamin B12


Vitamin B12 diperlukan untuk mengubah folat menjadi bentuk aktif, dan dalam fungsi
normal metabolisme semua sel, terutama sel-sel cerna, sumsum tulang dan jaringan saraf.
Vitamin B12 merupakan kofaktor dua jenis enzim pada manusia, yaitu metionin sintetase dan
metilmalonil-KoA mutase.
Reaksi metionin sintetase melibatkan asam folat. Gugus 5-metil tetrahidrofolat (5-
metil-H4 folat) dipindahkan ke kobalamin untuk membentuk metilkobalamin yang kemudian
memberikan gugus metil ke homosistein. Produk akhir adalah metionin, kobalamin, H4 folat
yang dibutuhkan dalam pembentukan poliglutamil folat dan 5, 10 – metil – H4 folat, yang
merupakan kofaktor timidilat sintetase dan akhirnya untuk sintesis DNA. Terjadinya anemia
megaloblastik pada kekurangan vitamin B12 dan folat terletak pada peranan vitamin
B12 dalam reaksi yang dipengaruhi oleh metionin sintetase ini.
Reaksi metilmalonil–KoA mutase terjadi dalam mitokondria sel dan menggunakan
deoksiadenosilkobalamin sebagai kofaktor. Reaksi ini mengubah metilmalonil–KoA menjadi
suksinil–KoA. Reaksi – reaksi ini diperlukan untuk degradasi asam propional dan asam
lemak rantai ganjil terutama dalam sistem saraf. Diduga gangguan saraf pada kekurangan
vitamin B12 disebabkan oleh gangguan aktivitas enzim ini.
hati tersebut. Vitamin B12 yang diekskresikan didalam cairan empedu ini sebagian diserab
kembali dan didalam usus halus, mengalami lingkaran enterohepatik.

 Peranan Vitamin B12


Vitamin B12 adalah suatu vitamin yang sangat kompleks molekulnya, yang mengandung
sebuah atom kobalt yang terikat mirip dengan besi dalam hemoglobin atau magnesium
dalma klorofil. Vitamin B12 terjadi dalam beberapa bentuk, dan dikenal sebagai kobalamina,
sianokobalamina merupakan salah satu bentuk yang paling aktif. Sianokobalamina larut
dalam air, tahan terhadap panas, inaktif oleh cahaya, asam keras atau larutan alkali. Hanya
sedikit yang hilang oleh pemasakan normal.
Kini vitamin B12 dapat disintesis dan diproduksi dengan murah dari  hasil samping reaksi
fermentasi yang diperlukan dalam produksi antibiotik seperti penisilin dan
streptomisin.  Faktor–faktor instrinsik diproduksi oleh kelenjar  kelenjar pencernaan
dalm fundus dan cardia lambung. Vitamin B12 terikat  dengan faktor instrinsik tersebut dan
terdorong melalui usus kecil, sampai pada bagian khusus ileum.
Disana pada suatu mekanisme yang belum sepenuhnya diketahui, vitamin dilekatkan
pada bagian sel sel epitel khusus oleh faktor instrinsik dengan bantuan kalsium vitamin B12,
dan diangkut menerobos sel sel dalam sirkulasi darah. Faktor instrinsik tetap tinggal di
saluran. Dalam sirkulasi, vitamin B12 bergabung dengan serum protein. Faktor instrinsiklah
yang mengatur jumlah vitamin B12 yang terserap agar dijaga tetap sekitar 2,5 sampai 3 mcg
per hari.
Hati merupakan tempat penyimpanan cadangan Vitamin B12 dan dapat mengandung
2.000 sampai 5.000 mcg. Vitamin B12 berperan dalam menjaga agar sel sel berfungsi normal
terutama sel pencernaan, sistem urat syaraf, dan sumsum tulang. Dalam sumsum tulang
koenzim vitamin B12 sangat diperlukan untuk sintesis DNA. Bila DNA tidak
diproduksi, erothroblast tidak membelah diri tetapi membesar menjadi megablast, yang
kemudian masuk ke sirkulasi darah. Vitamin B12 juga diperlukan oleh enzim yang berfungsi
dalam sintesis dan pemindahan satu unit karbon, seperti gugusan metil, dan dalam sintesis
metionin dan kolin yang dibantu oleh faktor lain, yang disebut dengan faktor lipoprotik.
Kekurangan Vitamin B12, biasanya disebabkan karena kurang baiknya penyerapan dan
jarang karena kekurangan dalam makanan yang dikonsumsi. Tetapi bagi masyarakat yang
menu sehari hari hanya dan bahan nabati, biji bijian, umbi umbian, kekurangan Vitamin
B12 mungkin dapat terjadi. Kekurangan Vitamin B12 dapat menyebabkan pernicious
anemia, suatu penyakit yang mungkin disebabkan oleh keturunan, yaitu karena faktor
instrinsik tidak diproduksi oleh tubuh, dan akibatnya Vitamin B12 tidak dapat diserap.
Sumsum tulang tidak dapat memproduksi sel eritrosit yang normal, tetapi memproduksi dan
memasukkan sel makrosit, ke saluran darah. Karena itu daya angkut hemoglobin menjadi
sangat terbatas. Akibatnya timbul anemia, pucat, gangguan berat, kurang berat, dan glositis.
Penderita dapat disembuhkan dengan pemberian 15 – 30 mcg vitamin B12 setiap hari
sampai anemia hilang, yang diikuti pemberian 1 mcg setiap hari.
Anemia megaloblastik karena kekurangan Vitamin B12, dapat terjadi karena operasi
bagian lambung yang menghasilkan faktor instrinsik atau operasi ileum yang menyebabkan
lokasi penyerapan ikut terambil. Konsumsi vitamin B12 untuk orang dewasa/ hari minimum
0,6 mcg sampai 1,2 mcg dan sudah cukup untuk hidup sehat, tetapi belum cukup untuk
disimpan. Konsumsi yang dianjurkan untuk orang di atas 11 tahun adalah 3 mcg/ hari, untuk
orang yang sedang mengandung atau menyusui 4 mcg/ hari, dan untuk bayi cukup 0,3 mcg,
serta 1,0 – 2,0 mcg untuk anak di bawah 10 tahun.
Vitamin B12 banyak didapat pada hasil ternak, terutama hati. Hasil nabati bukan
merupakan sumber vitamin B12. Beberapa bahan dan produk nabati yang mengandung
vitamin B12 adalah sayuran dari daun komprey, oncom dari bungkil kacang tanah, dan
produk fermentasi kedelai seperti tempe, tauco, dan kecap. 

 Farmakokinetika
 Absorbsi
Sianokobalamin diabsorpsi baik dan cepat setelah pemberian IM dan SK. Kadar dalam
plasma mencapai puncak dalam waktu 1 jam seelah suntikan IM. Hidroksokobalamin dan
koenzim B12 lebih lambat diabsorpsi, agaknya karena ikatannya yang lebih kuat dengan
protein. Absorbsi peroral berlangsung lambat di ileum, kadar puncak dicapai 8-12 jam
setelah pemberian 3 ug. Absorpsi ini berlangsung dengan dua mekanisme, yaitu dengan
perantaraan faktor instrinsik Castle (FIC) dan Absorpsi secara langsung.
 Distribusi
Setelah diabsorpsi, hampir semua vitamin B12 dalam darah terikat dengan protein plasma.
Sebagian besar terikat pada beta globulin (transkobalamin II), sisanya terikat pada α-
glikprotein( transkobalamin I) dan inter –alfa-glikoprotein (transkobalamin III). Vitamin B12
yang terikan pada transkobalamin II akan diangku ke berbagai jaringan, terutama hati yang
merupakan gudang utama penyimpanan vitamin B12 (50-90%). Kadar normal vitamin B12
dalam plasma adalah 200-900 pg/mL dengan simpanan sebanyak 1-10 mg dalam hepar.
 Metabolisme dan Ekskresi
Baik sianokobalamin maupun hidroksikobalamin dalam jaringan dan darah terikat oleh
protein. Seperti halnya koenzim B12,ikatan dengan hidroksikobalamin lebih kuat sehingga
sukar diekskresi melalui urin.Di dalam hati kedua kobalamin tersebut akan diubah menjadi
koenzimB12. Pengurangan jumlah kobalamin dalam tubuh disebabkan oleh ekskresi melalui
saluran empedu, sebanyak 3-7 ug sehari harus direabsorbsi dengan perantara FIC. Ekskresi
bersama urin hanya menjadi pada benuk yang idak terikat pada protein. Delapan puluh
sampai 95 % vitamin B12 akan diretensi dalam tubuh bila diberikan dalam dosis sampai
50ug dengan dosis yang lebih besar, jumlah yang akan diekskresi akan lebih banyak. Jadi
bila kapasitas ikatan protein dari hati, jaringan dan darah telah jenuh, vitamin B12 bebas
akan dikeluarkan bersama urin sehingga tidak ada gunanya memberikan vitamin B12 dalam
jumlah yang terlalu besar. Vitamin B12 dapat menembus sawar uri dan masuk ke dalam
sirkulasi bayi.
 Angka Kecukupan Kobalamin yang Dianjurkan (Kadar)
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk  vitamin B12 hasil Widyakarya Pangan
dan Gizi 2004 adalah seperti dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :

Golongan Umur AKB12 * ( mcg ) Golongan Umur AKB12 * ( mcg )

0 – 6 bln 0,4
Wanita :
7 – 11 bln 0,5
10 – 12 thn 1,8
1 – 3 thn 0,9
13 – 15 thn 2,4
4 – 6 thn 1,2
16 – 18 thn 2,4
7 – 9 thn 1,5
19 – 29 thn 2,4
30 – 49 thn 2,4
50 – 64 thn 2,4
Pria :
 65 thn 2,4
10 – 12 thn 1,8
13 – 15 thn 2,4
16 – 18 thn 2,4
Hamil + 0,2
19 – 29 thn 2,4
30 – 49 thn 2,4
Menyusui
50 – 64 thn 2,4
0 – 6 bln +0,4
 65 thn 2,4
7 -12 bln +0,4

 Akibat kekurangan
Kekurangan vitamin B12 jarang terjadi karena kekurangan dalam makanan, akan
tetapi sebagian besar sebagai akibat penyakit saluran cerna atau pada gangguan absorpsi
dan transpotrasi. Karena vitamin B12 dibutuhkan untuk mengubah folat menjadi bentuk
aktifnya, salah satu gejala kekurangan vitamin B12 adalah anemia akibat kekurangan folat.
Anemia pernisiosa terjadi pada atrofillisut-nya lambung yang menyebabkan berkurangnya
sekresi faktor instrinsik. Separuh dari kejadian ini bersifat keturunan dan selebinya karena
proses menua ( usia sesudah 40 tahun ) dengan meningktanya proses atrofi jaringan tubuh.
Kekurangan vitamin B12 menimbulkan dua jenis sindroma. Gangguan sintesis DNA
menyebabkan gangguan perkembanganbiakan sel–sel, terutama prekursor sel–sel darah
merah dalam sumsum tulang, dan sel–sel penyerap pada permukaan usus. Megaloblastosis
meyebabkan anemia megaloblastik, glositis, serta gangguan saluran cerna berupa
gangguan absorpsi dan rasa lemah.
Sindroma kedua berupa gangguan saraf yang menimbulkan degenerasi otak, saraf
mata, saraf tulang belakang dan saraf perifer. Tanda – tandanya adalah mati rasa, semutan,
kaki tersa panas, kaku dan rasa lemah pada kaki. Kekurangan vitamin B12 lebih abnyak
terjadi pada orang tua karena makan yang tidak teratur.

 Akibat kelebihan
Tidak diketahui adanyaa gangguan karena kelebihan vitamin B12. Dosis hingga
1000 g tidak menampak bahaya tetapi tidak menunjukkan kegunaa. Penganut vegetarisme
dianjurkan memakan suplemen multivitamin yang mengandung vitamin B12
 Serum Vitamin B12
Vitamin B12 dalam serum, 20% melekat pada protein transport transkobalamin (TC
II), dan 80% sisanya didistribusikan dengan ikatan glikoprotein, dan dinamakan sebagai TC I
dan TC III. Diantara 3 transkobalamin (TC I,II, dan III) holoTC II hanya beredar pada protein
transport yang mengantarkan vitamin B12 kereseptor membrane sel dan satu-satunya
biologis aktif dari vitamin.
Dalam kekurangan vitamin B12, ketika subjek berada dalam
keseimbangan negatif, jumlah vitamin B12  melekat
pada protein transportasi TC II turun, tetapi tidak ada penurunan seiring
dalam konsentrasi serum vitamin B12 keseluruhan. Yang kedua sering tetap normal selama
beberapa minggu atau bulan meskipun serum holo-TCII rendah. Konsentrasi
vitamin B12 didalam serum hanya turun ketika kejenuhan persentase total TC II dengan
vitamin B12 turun di bawah 5%. Pada titik ini, konsentrasi vitamin B12 serum jatuh di
bawah  normal 130 pmol / L, nilai-nilai antara 111 dan 74 pmol / L, yang ada  indikasi
dari penurunan vitamin B12.
Jumlah serum vitamin B12 merupakan tes biokimia yang digunakan untuk
pemeriksaan rutin kekurangan vitamin B12 yang mencerminkan baik/tidaknya asupan vitamin
B12 dan simpanannya dalam tubuh. Namun demikian, ia memiliki sensitivitas rendah.
Beberapa orang, terutama orang tua, dengan konsentrasi serum vitamin B12 tampaknya
rendah untuk rentang normal (111-295 pmol / L) memiliki kelainan pada fungsi
biokimia. Memang, sekitar 5% sampai 15% dari orang tua dengan konsentrasi serum
vitamin B12 dalam jangkauan ini secara fungsional kekurangan vitamin B12. Pengukuran
asam methylmalonic serum dan mungkin holo-TC II tampaknya metode yang efektif untuk
mendeteksi kekurangan ini.
Faktor yang mempengaruhi vitamin B12 dalam serum :

1.      Usia
Kadar vitamin B12 dalam serum  cenderung mengalami penurunan sesuai dengan
usia. Penurunan ini mungkin timbul dari penurunan bertahap di kedua keasaman
lambung dan produksi faktor intrinsik dengan penuaan.

2.      Jenis kelamin
Jenis kelamin dapat mempengaruhi konsentrasi vitamin B12 serum, meskipun hasilnya tidak
konsisten. Dalam studi yang mengendalikan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi konsentrasi vitamin B12 serum, kadarnya lebih tinggi pada wanita
dibandingkan pada pria.

3.      Kehamilan
Kehamilan  dapat menimbulkan penurunan yang stabil dalam konsentrasi vitamin B12 dalam
serum karena harus mentransfer vitamin ke sirkulasi janin.

4.      Kekurangan folat
Kekurangan dapat menyebabkan vitamin B12 dalam serum cukup rendah, yang diperlukan
dalam jalur metabolisme homosistein remethylation.

5.      Bakteri
Bakteri yang tumbuh terlalu cepat dari usus kecil dapat menyebabkan kekurangan
vitamin B12 karena serapan bakteri dan konversi vitamin B12.

6.      Kurangnya faktor intrinsik


Kurangnya faktor intrinsik yang menyebabkan anemia pernisiosa dari gastrektomi mengarah
ke tingkat serum vitamin B12 rendah. Faktor intrinsik adalah glikoprotein yang
disintesis oleh sel parietal lambung, dan itu diperlukan untuk penyerapan vitamin B12 di
usus kecil. Pada anemia pernisiosa, autoantibodi sel parietal terhadap H + K +-
hasil trifosfat adenosin hilangnya sel parietal, yang, pada
gilirannya, mencegah produksi faktor intrinsik.

7.      Penyakit lainnya
Keadaan penyakit lainnya yang berhubungan dengan perubahan dalam kadar vitamin B12-
binding protein yang menyebabkan hasil yang menyesatkan. Misalnya,
dalam penderita dengan gangguan mieloproliferatif atau penyakit hati yang
berat, konsentrasi vitamin B12  dalam serum, tampaknya normal atau meningkat karena
kenaikan jumlah tak jenuh TC I dan TC III.

8.      Penyakit genetik
Penyakit genetick yang menyebabkan cacat dalam TC II atau
kekurangan dari haptocorrins serum dapat menyebabkan haptocorrins nilai
rendah salah musuh serum dapat menyebabkan nilai-nilai rendah palsu
untuk serum vitamin B12. Individu dengan cacat metilmalonil CoA mutase atau enzim dalam
jalur cobalamin adenosylation juga mungkin memiliki tingkat serum vitamin B12 rendah.

9.      Massa tubuh mungkin berbanding terbalik dengan kadar serum vitamin B12, tapi


hasilnya tidak konsisten.

10.  Asupan makanan indeks omnivora umumnya tidak sangat terkait


dengan serum kadar vitamin B12.

11.  Vegetarian mungkin memiliki vitamin B12 yang rendah dalam serum.

Kriteria interpretasi
Disarankan setiap laboratorium analisis serum vitamin B12 menetapkan
batas referensi sendiri, lebih rendah atau titik cutoff berdasarkan
metode assay sendiri. Nilai yang dapat dikatakan indikasi kekurangan dan  diklasifikasikan
sebagai "cukup rendah" dan "normal" tidak konsisten didefinisikan dalam
literatur dan bervariasi dengan metode analisis yang
digunakan, laboratorium melakukan anslysis, ukuran sampel, dan rancangan penelitian.
Nilai yang menunjukkan defisiensi tidak didefinisikan dengan baik. Kelompok Ilmiah
WHO anemia gizi telah menyarankan menggunakan cutoff dari <59 pmol / L untuk
menunjukkan defisiensi vitamin B12. Carmel dan Herbert (1969) mencatat bahwa konsentrasi
<74 pmol / L hampir selalu menunjukkan keadaan defisiensi vitamin B12, terlepas dari
prosedur uji yang digunakan.
Nilai cukup rendah untuk konsentrasi vitamin B12 dalam serum sering didefinisikan
sebagai 100-150 pmol/L. Tingkat tersebut jauh lebih sulit untuk menafsirkan. Mereka dapat
terjadi dalam hubungan dengan anemia megaloblastik yang dihasilkan oleh defisiensi folat,
defisiensi zat besi, dan dengan penyakit lainnya dan kondisi, seperti disebutkan
sebelumnya.
Akibat dari kesulitan-kesulitan ini, banyak
peneliti sekarang merekomendasikan mengukur konsentrasi
asam methylmalonic serum atau serum homosistein jika konsentrasi serum
vitamin B12 <225 pmol/L. Kedua tes tambahan ini  adalah indikator yang lebih sensitif dan
spesifik defisiensi vitamin B12 fungsional. Kedua asam dan konsentrasi homosistein serum m
ethylmalonic dapat meningkat pada subjek dengan kadar vitamin B12 serum dalam kisaran
rendah-ke-normal (100-300 pmol/L). Tingkat normal untuk konsentrasi vitamin
B12 serum pada orang yang sehat juga sangat bervariasi sesuai dengan metode yang
digunakan dan laboratorium.

Pengukuran serum vitamin B12
Microbilogical dan ikatan kompetitif  pada umumnya digunakan
untuk pengukuran serum vitamin B12. Untuk uji microbilogical, Lactobacillus delbrueckii subs
p.lactis (ATCC 4797), juga dikenal sebagai L.leichmanii, atau Euglena gracilis yang
keduanya digunakan memiliki persyaratan yang relatif spesifik untuk vitamin B12 untuk
pertumbuhannya (Herbert et al 1984).
Uji microbilogical didasarkan pada prisip yang sama
dengan analisis serum atau eritrosit folat dan memiliki keterbatasan sebanding. Sebagai
contoh, zat bakteriostatik dalam darah, termasuk antibiotik
atau agen chematherapeutic kanker, menghambat
pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu eith assay,
menghasilkan konsentrasi serum vitamin B12 yang seolah-olah rendah.
Sebuah metode mikrobiologi menggunakan 96-microriter piring yang dibaca, dengan
pembaca plat Autimatic sekarang
tersedia (Kelleher dan O'Broin, 1991). Kehadiran antibiotik dalam sampel serum dapat
diatasi dengan inaktivasi enzim (Kelleher et al, 1990), atau dengan menggunakan
collistin sulfat yang tahan terhadap organisme (Kelleher et al, 1987).
Ikatan kompetitif tes yang menggunakan metode radio - pengenceran isotop untuk
deteksi lebih
sederhana waktu kurang consumsing daripada tes microbilogical. Banyak metode yang
tersedia dapat otomatis (Chan, 1996), ans tidak seperti tes microbilogical, mereka tidak
terpengaruh oleh antibiotik atau agen kemoterapi kanker. Koefisien variasi antara
enam laboratorium untuk serum vitamin B12 dianalisis
dengan otomatis ikatan kompetitif – assay yang  bervariasi dari 4,4%
menjadi 10,0% (Klee, 2000).
Pengukuran
radioassays asam folat serum dan vitamin B12 sudah tersedia (Gutcho dan Mansbach, 1977)
, namun tidak boleh digunakan jika natrium askorbat telah ditambahkan
ke stablize folat dalam serum. Beberapa radioassays ini
dapat semiautomatic (Chen et al, 1982).
Kedua sampel serum dan plasma EDTA yang telah sebagai antikoagulan dapat
digunakan untuk semua metode analisis untuk vitamin B12. Sampel plasma heparinized tidak
dapat digunakan untuk uji mikrobiologi karena heparin mengganggu pengujian tersebut.

Eritrosit vitamin B12
Tes eritrosit untuk vitamin B12 tampaknya memiliki penggunaan yang
terbatas hasil variabel telah diperoleh, dengan tumpang tindih besar nilai untuk
konsentrasi B12 normal dan vitamin juga cenderung rendah adalah kekurangan
folat (Harrison, 1971), karena vitamin B12 diperlukan untuk penyerapan folat oleh sel darah
merah.

Serum holotranscobalamin I
Serum holotranscobalamin II (holoTC II) adalah metabolit aktif secara fisiologis
vitamin B12 yang memberikan vitamin untuk semua sintesis sel DNA, seperti yang dibahas
eralier. Holo C II dibuat dalam enterosit ileum dari intrasel disintesis TC II dan diserap
vitamin B12. Karena holoTC II memiliki waktu paruh hidup pendek, konsentrasi dengan cepat
jatuh di bawah normal setelah penyerapan vitamin B12 berhenti. Akibatnya, konsentrasi
holoTC II rendah dalam serum adalah indikator awal dari keseimbangan vitamin
B12 negatif. Namun, uji dari holoTC II adalah sulit, sehingga sangat sedikit penelitian
yang meliputi pengukuran ini. Oleh karena itu, pada saat ini, utilitas klinis holoTC II tidak
mapan (Wickramasinghe dan Ratnayaka, 1996; Lindgren et al, 1999).
Konsentrasi serum rendah holoTC II juga telah dilaporkan pada
pasien dengan makrositosis timbul dari penyebab yang tidak terkait dengan kekurangan
vitamin B12, tapi mungkin akibat dari faktor-faktor
seperti eritroid hyperplasia (Zittoun dan Zittoun, 1999)

Pengukuran serum holoTC II
Metode radioimmunoassay tersedia untuk analisis holoTC II dalam
serum (Vu et al 1993). Alat tes didasarkan
pada antibodi terhadap monoclonical transcobalamin. Sampai saat ini, mereka telah
memiliki penggunaan yang terbatas dalam penyelidikan klinis
rutin (Wickramasinghe dan Ratnayaka, 1996).

Tes penekanan Deoxyruribine
Tes sensitif in vitro telah digunakan untuk mendiagnosa awal
kekurangan vitamin B12 (atau folat)  bahkan tanpa adanya perubahan mprphological dalam
darah. Ini dikembangkan oleh Killman (1964) dan Metz et al (1968).
            Tekanan Deoxyuridine abnormal
adalah ekspresi biokimia metabolisme DNA teratur. Meskipun baik limfosit atau darah
utuh dapat digunakan untuk tes ini untuk mendeteksi vitamin B12 atau
status folat, umumnya sel-sel sumsum tulang lebih disukai karena mereka
mengukur status akut (Colman, 1981).

Pengukuran tekanan dU
Untuk pengukuran uji tekanan dU, bagian dari sumsum
tulang (atau lympocytes atau darah utuh), satu dengan satu
tanpa nonradioactive dU, yang dipreinkubasi. Langkah persiapan ini
menekan kemampuan sel-sel tulang sumsum dari individu normal dan sehat untuk
menggabungkan timidin radioaktif kemudian ditambahkan ke
dalam DNA. Selanjutnya, timidin radioaktif ditambahkan, dan serapan itu disetiap
bagian dihitung pada pencacah
sintilasi. Hasilnya dinyatakan sebuah presentase serapan tanpa preincubation dengan dU. P
rosentase ini disebut "dU - nilai ditekan". Jika> 20% dari total DNA dalam
bagian yang radiactive, vitamin B12 atau folat ada.

Ekskresi asam methylmalonic
Vitamin B12 berfungsi sebagai kofaktor untuk methylmalonyl CoA mutase. Enzim
ini berperan dalam konversi metilmalonil CoA untuk suksinil CoA. Oleh karena itu
defisiensi vitamin B12 asam methylmalonic terakumulasi dalam darah dan jumlahnyz yang
meningkat dalam urin, sehingga
menyebabkan aciduria methylmalonic (Norman dan Morrison, 1993).
Tes ini sensitif dan mendeteksi defisiensi vitamin B12 awal fungsional sebelum
timbulnya anemia makrositik. Namun demikian, tingkat ekskresi asam methylmalonic tidak
selalu berhubungan dengan tingkat keparahan kekurangan. Sensitifitas dapat ditingkatkan
dengan pemberian dosis L-valin (5 gr untuk anak-anak <6 y; 10 gr untuk orang dewasa)
atau isoleusin, prekursor asam methylmalonic. Pada orang dewasa normal <254 mol /
24 jam asam methylmalonic diekskresikan postload, pada pasien dengan defisiensi vitamin
B12, ekskresi postload adalah> 423 mol / 24 jam.
Tes ini juga sangat spesifik dan tidak terpengaruh oleh kekurangan
folat. Hanya cacat enzim bawaan langka mengganggu tes. Pada pasien usia lanjut dengan
penyakit ginjal, namun, kadar asam methylmalonic urin harus
disesuaikan untuk ekskresi kreatinin (Norman dan Morrison, 1993).

Pengukuran asam methylmalonic dalam urin
Gabungan teknik kromatografi gas-spektrometri massa adalah sensitives dan dapat
diandalkan untuk mengukur asam methylmalonic dalam
urin (Norman dan Morrison, 1993). Sayangnya, prosedur ini secara teknis sulit. Tes
ini sebaiknya dilakukan pada sampel urin 24-jam, meskipun sampel urin spot dapat
digunakan untuk skrining. Methyilmalonic stabil pada suhu
kamar, tersedia asam hydrocloric pekat ditambahkan ke sampel urin, dan stabil selama
beberapa tahun, ketika spesimen urin dibekukan pada 700C.

Asam methylmalonic Serum
Asam methylmalonic juga terakumulasi dalam serum atau plasma ketika suplay dari 
Vitamin B12 berkurang, itu tidak menaikan defisiensi folat (Savage et al, 1994). Oleh karena
itu, pengukuran asam methylmalonic dalam serum atau plasma, seperti urin, merupakan
penanda sensitif dan spesifik defisiensi vitamin B12.  Konsentrasi yang meningkat
pada defisiensi vitamin B12, bahkan tanpa adanya tanda atau gejala klinis
atau perubahan morfologi dalam darah. Dalam studi dari 70 subyek
lansia, misalnya, Lindenbaum et al. (1994) melaporkan
bahwa> 40% dengan serum Vitamin B12 <150pmol / L memiliki serum  asam methylmalonic
> 376 nmol / L (0,38 umol / L).
Pada orang dewasa, penurunan konsentrasi asam methylmalonic serum dengan
bertambahnya usia    dikatakan mencerminkan penyerapan semakin tidak
memadai dari Vitamin B12 yang terjadi dengan penuaan (lebih
stabil dan Allen, 2004). Ini timbul dari penurunan bertahap dalam keasaman lambung dan
produksi faktor intrinsik (Van Asselt et, al, 1996), seperti disebutkan
sebelumnya, meskipun asupan yang tidak memadai dapat menjadi
faktor (Jossten et, al, 1996; Johnson et, al, 2003 ).

The schilling dan tes lainnya


Setelah puasa semalaman pasien mengosongkan kandung kemihnya. Pasien minum
1µCi [ Co atau 57Co] B12 dan mendapatkan suntikan cepat 1 mg, sianokobalamin (vitamin
58

B12 non-radioaktif) secara intramuskuler. Semua urin yang dikeluarkan dalam 24 jam


berikutnya dikumpulkan dan dikirim ke labolatorium.
            Jika diduga anemia perniosa, tes ini diulang setelah 4 atau 5 hari dengan tambahan
faktor intrinsik 50 mg per oral disertai dosis vitamin B12 radioaktif.

Setelah kekurangan vitamin B12 telah didiagnosis, penting untuk menentukan apakah


malabsorpsi adalah penyebabnya . Hal ini dapat dicapai dengan proses dua tahap.
Pertama,dosis oral kecil (0,5-2 mg) vitamin B12 radioaktif. Persentase radiolabel
diekskresikan dalam sampel urin 24 jam kemudian. Kedua,faktor intrinsik diberikan bersama
dengan vitamin B12 radioaktif. Pemberian dosis pembilasan dan pengukuran radiolabel
dalam urin berikut, seperti sebelumnya . Dua tahap prosedur tetap disebut tes schilling
(schilling , 1953).
Salah satu kelemahan utama dari uji schlling konvensional adalah bahwa mengukur
penyerapan vitamin B12 kristal daripada penyerapan vitamin B12 terikat untuk makanan .
Untuk mengatasi keterbatasan ini. Tes schilling makanan ( atau uji penyerapan
protein cobalamin terikat ) telah dikembangkan . Modifikasi ini melibatkan penggunaan
B12 radioaktif incorpnrated ke dalam makanan seperti telur,ayam serum bukan ke kristal
vitamin B12 . Penggunaan pendekatan dimodifikasi ini sangat penting untuk orang tua ,
ketika tes schilling konvensional mungkin tampak normal , meskipun adanya konsentrasi
serum vitamin B12 rendah. Hal ini muncul karena orang tua mungkin memiliki faktor intrinsik
yang memadai untuk bebas menyerap kristal vitamin B12 , tetapi tidak vitamin B12 dalam
makanan ( doscherholmen et al.1976.carmel , 1997)
Joosten et al ( 1993) menggunakan prosedur penyerapan protein cobalamin terikat
dengan sekelompok 34 penderita usia lanjut dengan serum konsentrasi vitamin B12 rendah
dan 27 pasien kontrol orang tua , kemudian dibandingkan hasilnya dengan yang diperoleh
dengan uji schlling konvensional . The 24 -h urin ekskresi Co - cobalamin secara signifikan
lebih tinggi pada kelompok kontrol dibandingkan pada pasien usia lanjut dengan serum
vitamin B12 yang rendah ( rata-rata 1,42 % vs 0,46 % , p = 0,0005 ) . Dari 34 pasien usia
lanjut , 9 ( 26 % ) memiliki tes penyerapan protein cobalamin terikat normal dengan ekskresi
57Co - cobalamin < 0,18 % . Perbandingan uji penyerapan protein cobalamin terikat dengan
uji schilling , bagaimanapun , mengungkapkan hasil sesuai dalam 80 % dari pasien usia
lanjut. Hal ini menunjukkan bahwa uji penyerapan protein cobalamin terikat ditawarkan
sedikit keuntungan atas tes schilling konvensional dalam mendiagnosis vitamin B12
malabsorpsi pada pasien usia lanjut .
Pengukuran penyerapan vitamin B12
Untuk tes schilling konvensional , pertama dosis ( 0,5 - 2μg ) radioaktif vitamin
B12 diberikan secara oral kepada pasien puasa . Satu jam kemudian , dosis pembilasan
besar nonradioactive vitamin B12 diberikan secara parenteral , dilihat melalui 24 - jam atau
48 - jam sampel urin . Tujuan dari dosis pembilasan adalah untuk memenuhi kedua jaringan
pengikat  dan peredaran vitamin B12-binding protein , meningkatkan ekskresi diserap
radioaktif vitamin B12. Meskipun sebagian besar radioaktivitas muncul dalam urin dalam 24 -
jam ketika fungsi ginjal normal , itu tertunda dengan insufisiensi ginjal . Oleh karena itu urine
harus dikumpulkan sebaiknya untuk jangka waktu 48 - jam.
Jika hasilnya tidak normal, tahap kedua dari tes konvensional dilakukan 2-3 hari
kemudian, tetapi dengan penambahan prepration komersial faktor intrinsik dengan dosis
radioaktif oral. Ekskresi urin kemudian harus dikembalikan ke nilai mendekati normal jika
penyerapan vitamin B12 yang rendah muncul dari defisiensi faktor intrinstik. Namun, jika
kekurangan vitamin B12 berhubungan dengan penyakit usus atau infestasi cacing pita,
hasil  tes akan tidak dinormalisasi dengan penambahan faktor intrinsik. Dalam cirumstances
tersebut , penyelidikan lebih lanjut harus dilakukan .

Interpretasi
            Pada orang sehat 10-33 persen dosis vitamin B12 radioaktif diekresikan kedalam urin
24 jam. Pada diet yang tidak mencukupi maka ekresinya normal. Pada anemia perniosa
yang diekresikan kurang dari 5 persen dosis tersebut. Sedangkan pada malabsorbsi bisa
ditemukan sampai 10 persen. Pada anemia perniosa absorbsi dan ekresi yang normal
terpelihara bila tes diulang dengan tambahan faktor intrinsik. Insufisiensi ginjal menekan
ekresi vitamin B12 dan membuat tes tidak tepat.
           
Tes-tes Lain
            Pengukuran kesanggupan lambung untuk mensekresikan asam hidroklorida
digunakan sebagai bagian penting dalam penyelidikan anemia megaloblastik dan kadang-
kadang masih digunakan. Mungkin mengukur antibodi terhadap sel-sel parietal dan
terhadap faktor intrinsik  yang terdapat didalam serum.
            Oksidasi metilmalonil KoA lebih lanjut ke suksinil KoA memerlukan vitamin
B12 sebagai koenzim. Ekresi asam metil malonat normal ke urina, 30-60 µmol/24 jam, akan
meningkat sampai 4 mmol/24 jam pada kebanyakan kasus defisiensi vitamin B12 yang tidak
diobati.
DAFTAR PUSTAKA

Anonoim.1979.Farmakope Indonesia,edisi III.Departemen Kesehatan RI .Jakarta.

Anonim.1995.Farmakope Indonesia ,edisi IV.Departemen Kesehatah RI.Jakarta.

Anonim.1978.Formularium Nasional.Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Anonim.2007.Pemastian Mutu Obat,Vol 2.Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta

Goeswin,Agoes.2009.Sediaan Farmasi Steril. Penerbit ITB.Bandung

Rowe,R. C., Sheskey,P.J, Quinn, M. E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient. 6 th


ed, Pharmaceutical Press,London.

Anda mungkin juga menyukai