LARING
Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL
Disusun oleh:
Novia Febiola Sihite (170100227)
Pembimbing:
Prof. Dr. dr. Tengku Siti Hajar Haryuna, Sp.T.H.T.K.L(K)
Penulis,
Penguji
BAB I
PENDAHULUAN
Laring merupakan organ pada leher yang melindungi trakea dan berperan
penting dalam produksi suara. Peran laring dalam sistem pernapasan ialah menjadi
saluran penghubung antara pangkal rongga mulut dan trakea. Laringitis
merupakan radang kronis yang sering disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi
septum yang berat, polip hidung atau bronkitis kronis (FK UI, 2014).
Terdapat beberapa penyakit atau keadaan pada domain ilmu faring laring
yang sering dijumpai pada praktek sehari-hari. Keadaan-keadaan tersebut antara
lain: faringitis, tonsilitis, laringitis, dan vocal nodul serta karsinoma nasofaring
yang merupakan suatu keganasan pada bidang THT (FK UI, 2014). Berdasarkan
data Kesehatan Indonesia, penyakit rawat inap di rumah sakit tahun 2010 yang
berhubungan dengan kasus THT-KL untuk laki-laki 54,34% atau9.737 kasus dan
perempuan 45,66% atau 8.181 kasus. Penelitian lain yang dilaksanakan pada
tahun 2015 di BLU RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado, didapatkan 48 jenis
penyakit dengan 10 penyakit THT terbanyak dimana proporsi jenis penyakit
tenggorokan 239 kasus (55,97%), penyakit hidung 163 kasus z938,17% dan
penyakit telinga 25 kasus (5,85%)
(Kandouw, 2015).
Dari gambaran data di atas didapatkan bahwa penyakit pada bagian laring
masih menjadi permasalahan kesehatan yang banyak ditemukan di berbagai
negara termasuk di Indonesia. Oleh karena itu makalah ini dilakukan untuk
mengetahui hal dasar mengenai laring yaitu, anatomi, fisiologi, dan pemeriksaan
fisik laring agar menjadi bahan informasi dan pengetahuan mengenai laring.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Lokasi laring berada pada tingkat vertebra C3 sampai C7 dan ditahan pada
posisinya oleh otot dan ligamen. Daerah paling superior dari laring adalah
epiglotis yang melekat pada tulang hyoid yang terhubung ke bagian inferior
faring. Aspek inferior laring terhubung ke bagian superior trakea
(Quintanilla, J. S et al., 2020).
o Posisi tulang hyoid pada keadaan normal terletak dibawah garis yang
terbentuk darititik servikal ke-3 (C3) namun pergerakan tulang hyoid
berubah seiring dengan pergerakan mandibula, lidah, faring, dan
tulang servikal (Tarkar et al., 2016).
(a) (b)
(c)
Gambar 2.1 Struktur Penyangga Laring - (a) Tampak Anterior, (b) Tampak Lateral, dan (c)
TampakPosterior (Bansal, 2013)
Tulang rawan krikoid juga dikenal sebagai cincin krikoid atau cincin
meterai karena merupakan satu-satunya tulang rawan yang mengelilingi
trakea sepenuhnya. Kartilago krikoid duduk di bagian inferior laring, pada
tingkat vertebra C6, dan memiliki dua bagian: bagian anterior juga disebut
lengkungan, dan bagian posterior, jauh lebih lebar dari anterior, disebut
sebagai lamina. (Quintanilla, J. S et al., 2020). Pada bagian lateral terdapat
facies articularis sirkular yang akan bersendi dengan kornu inferior kartilago
tiroid. Sedangkan di bagian atasnya terdapat facies articularis yang akan
bersendi dengan basis kartilago aritenoid. Di setiap sisi tulang rawan krikoid
melekat ligamentum krikoaritenoid, otot krikoaritenoid lateral dan di bagian
belakang melekat otot krikoaritenoid posterior (Bansal, 2013).
Ekstrinsik
Intrinsik
Merupakan suatu ruangan yang meluas dari pintu masuk laring sampai
setinggi tepi bawah tulang rawan krikoid (tingkat batas bawah vertebra serviks
VI) kemudian beralih kedalam lumen trakea. Rongga pada laring dibagi menjadi
3 bagian sebagai berikut (Bansal, 2013):
1. Supraglotis (Vestibulum superior)
Tabel 2.1 Asal-usul Dan Aksi Musculus Intrinsik Laring (Bansal, 2013)
Arah Serat
Otot (Musculus) Asal (Origin) Insersi (Insertion) Aksi (Action)
(Inervation)
M. Krikoaritenoid Permukaan Bagian depan aritenoid Ke atas dan ke Abduktor pita
Posterior posterior lamina (muscular process) luar suara
krikoid
M. Krikoaritenoid Tepi atas Bagian depan aritenoid Ke atas dan ke Adduktor pita
Lateral lengkungan krikoid (muscular process) dalam suara
M. Interaritenoid Bagian belakang Bagian belakang aritenoid Melintang Adduktor pita
salah satu aritenoid yang lain (muscular suara
(muscular process) process)
M. Tiroaritenoid Separuh bawah Permukaan anterolateral Ke dalam, Ke Adduktor pita
bagian luar sudut tiroid aritenoid atas, dan Ke suara
luar
M. Krikoeritenoid Permukaan Tepi bawah kornu tiroid Ke dalam, Ke Memperpanjang
anterolateral atas, dan Ke pita suara
lengkungan luar (tensor)
aritenoid
M. Tiroaritenoid Separuh bawah Permukaan lateral Ke dalam, Ke Memperpendek
bagian dalam (M. sudut tiroid aritenoid (vocal process) atas, dan Ke dan menebalkan
Vokalis) luar pita suara
M. Tiroepiglotis Separuh bawah Batas epiglotis Ke dalam, Ke Membuka
sudut tiroid atas, dan Ke saluran laring
luar
M. Interaritenoid Bagian belakang Seberang apex aritenoid Ke atas menuju Menutup
aritenoid (muscular arah berlawanan saluran laring
process) aritenoid
M. Aryepiglotis Bagian belakang Batas Epiglotis Ke atas menuju Menutup
aritenoid (muscular arah berlawanan saluran laring
process) aritenoid
(a)
(b)
Gambar 2.3 Musculus Intrinsik Laring, (a) Tampak Posterior, (b) Tmpak Lateral
Ekstrinsik
Dibagi menjadi elevator dan depresor (Bansal, 2013):
1. Elevator
Elevator Primer: Melekat pada tulang rawan tiroid dan
termasuk otot faring vertikal yaitu, M. Stilofaringeus, M.
Salpingofaringeus, dan M. Palatofaringeus.
Elevator Sekunder: Melekat pada tulang hioid dan termasuk
suprahioid yaitu, M. Digastrikus, M. Stilohioideus, M.
Geniohioideus, dan M. Milohioideus
2. Depresor
Mereka termasuk otot infrahioid yaitu, M. Sternohioideus, M.
Tirohioideus, dan M. Omohyioideus.
Tabel 2.2 Asal-usul Dan Aksi Musculus Ekstrinsik Laring (Bansal, 2013)
Otot Insersi Arah serat
Asal (origin) Aksi (action)
(musculus) (insertion) (inervation)
Digastrikus Os. Temporale Os. Pada venter anterior Untuk elevasi tulang hyoid dan
Mandibula oleh nervus depresi mandibula sehingga dapat
mandibularis mengangkat dasar atau lantai mulut
sedangkan saat menelan atau berfungsimenarik
pada venter posterior laring ke bawah (elevator)
oleh nervus facialis
Stilohioideus Proc. Basis N vii facialis Untuk menarik laring kebawah
Styloideusos kornu os (elevator) dan merupakan bagian
temporalis hyoid dasar mulut saat menelan
Geniohioideus Bagian dalam Permukaan Oleh serat dari laluic1 Elevasi hyoid dan memperlebar
mandibula anterior pada saraf kranial xii laring
tulang (N. Hypoglossus)
hyoid
Milohioideus Os. Mandibula Os. Hyoid Nervus mandibularis Otot-otot ini berfungsi menarik
cabang N. vagus laring ke bawah (elevator) dengan
cara menggerakkan lidah saat
deglutasi dan elevasi os.hyoid
Sternohioideus Os. Sternum Os. Hyoid Plexus cervicalis Menarik os. Hyoid ke caudal dan
depresor laring atau menarik laring
ke atas
Tirohioideus Kartilago Os. Hyoid Oleh serat dari lalui Menarik atau depressi os. Hyoid ke
thyroid c1 pada saraf kranial caudal dan depresor laring atau
xii (N. Hypoglossus) menarik laring ke atas
Omohioideus Os. Scapula Os. Hyoid Plexus cervicalis Meregangkan fascia cervicalis,
mencegah kolapsnya vena jugularis
dan sebagai depressor laring
atau menarik laring ke atas
2.1.6 Vaskularisasi Laring
Laring mendapat perdarahan dari cabang A. Tiroidea Superior dan
Inferior sebagai A. Laringeus Superior dan Inferior. Vena laringeus superior dan
vena laringeus inferior letaknya sejajar dengan A. Laringeus superior dan inferior
dan kemudian bergabung dengan vena tiroidsuperior dan inferior (Bansal, 2013).
1. A. Laringeus Superior
Arteri laringitis superior berjalan agak mendatar melewati bagian
belakang membran hioid bersama-sama dengan cabang internus
dari N. Laringeus superior kemudian menembus membran ini
untuk berjalan ke bawah di submukosa dari dinding lateral dan
lantai dari sinus piriformis, untuk memperdarahi mukosa dan
otot-otot laring.
2. A. Laringeus Inferior
Bersama-sama dengan N. Laringeus inferior berjalan ke belakang
sendi krikotiroid, masuk laring melalui daerah pinggir bawah dari
M. Konstriktor faring inferior.
Di dalam laring, arteri ini bercabang-cabang memperdarahi
mukosa dan otot serta beranastomosis dengan A. Laringeus
superior.
Pada daerah setinggi membran krikotiroid, A. Tiroid superior juga
memberikancabang yang berjalan mendatari sepanjang membran
krikotiroid sampai mendekati tiroid. Kadang-kadang arteri ini
mengirimkan cabang yang kecil melalui membran krikotiroid
untuk mengadakan anastomosis dengan A. Laringeus superior.
Prosedur:
2. Pasien duduk lurus agak condong ke depan dengan leher agak fleksi
7. Ambil kasa dan pegang lidah dengan menggunakan tangan kiri dan
ditarik keluar dengan hati-hati. Jari I diatas lidah, jari III dibawah
lidah, dan jari II menekan pipi.
8. Arahkan cermin laring menuju area faring (posisikan didepan uvula)
dan fokuskancahaya pada daerah tersebut dengan tangan kanan.
9. Pasien diminta mengucapkan huruf “iiiii”, hal ini dilakukan untuk
menilai pita suara aduksi. Sedangkan, untuk menilai gerakan pita
suara abduksi dan daerah subglotik dengan menyuruh pasien untuk
inspirasi dalam (FK UI, 2014).
Gambar 2.7 Pemfis Laring (Muhar, AM 2016)
BAB III
KESIMPULAN
Laring merupakan organ pada leher yang melindungi trakea dan berperan
penting dalam produksi suara. Peran laring dalam sistem pernapasan ialah menjadi
saluran penghubung antarapangkal rongga mulut dan trakea. Laring memainkan
peranan sentral dalam mengkoordinasikan fungsi saluran pencernaan-pernapasan
atas termasuk respirasi, berbicara dan menelan. Laring dibagi menjadi
supraglotis, glotis, dan subglotis. Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang
diikat bersama oleh ligamen dan membran.
Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu proteksi saluran napas, fonasi
dan berbicara, serta respirasi disamping beberapa fungsi lainnya. Pemeriksaan
fisik luar laring dimulai dari inspeksi kemudian palpasi dan auskultasi. Saat
inspeksi, posisi dan gerakan laring harus diperhatikan. Kendurnya tulang rawan
laring berhubungan dengan kanker laring stadium lanjut. Bengkak pada leher
bisa terjadi oleh karena metastasis dari kanker laring. Saat palpasi, laring diraba
untuk melihat pelebaran kerangka laring dan kualitas membran tirohyoid serta
krikotiroid. Auskultasi dapat membantu dalam stridor dan pembengkakan
vaskular.
DAFTAR PUSTAKA
Bansal, M., 2013. Diseases of ear, nose and throat. JP Medical Ltd.Devine,
Conor and Zur, Karen. 2021. Upper Airway Anatomy and Physiology.
Springer.
Hoerter, J. and Chandran, S., 2021. Anatomy, Head and Neck, Laryngeal Muscles.
[online] Ncbi.nlm.nih.gov. Available at:
<https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545265/> [Accessed 19 June
2021].
Fitriyani, L., Syahputri, R.N.E. and Lovani, R.J., 2017. MY BODY: Aplikasi
Pembelajaran Organ Vital dan Tulang pada Rangka Tubuh Manusia
menggunakan Augmented Reality. eProceedings of Applied Science, 3(2).
FK UI. 2014. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher, edisi Ketujuh. Badan Penerbit FK Universitas Indonesi: Jakarta
Kandouw, C.E., Palandeng, O.I. and Mengko, S., 2015. POLA PENDERITA
RAWAT INAP THT-KL DI BLU RSUP PROF. DR. RD KANDOU
MANADO PERIODE JANUARI 2010–DESEMBER 2012. e-CliniC,
3(3).
Muhar AM, Prayugo B, Siregar DR, Zahara D, Anggraini DR, Sofyan F, Aldy F,
Herwanto HRY, Harahap MP, Rahmayani OR, Pohan PU, Lubis RR,
Zubaidah TSH, Amelia S, Sudewo Y.2016. Modul Keterampila Klinik:
Blok Special Sense System.Medan. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.p Netter, F. H. 2016. Atlas of human Anatomy 6th
Edition.Elsevier. USA. 73-76.
Tarkar, J.S., Parashar, S., Gupta, G., Bhardwaj, P., Maurya, R.K., Singh, A. and
Singh, P., 2016. An evaluation of upper and lower pharyngeal airway
width, tongue posture and hyoid bone position in subjects with different
growth patterns. Journal of clinical and diagnostic research: JCDR, 10(1),
p.ZC79.
Suárez-Quintanilla, J., Cabrera, A. and Sharma, S., 2021. Anatomy, Head and
Neck, Larynx. [online] Ncbi.nlm.nih.gov. Available at:
<https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538202/> [Accessed 19 June
2021].