Anda di halaman 1dari 42

ILMU KESEHATAN ANAK

Perinatologi
Diagnosa bayi baru lahir

NKB <37 Minggu KMK <10 percentil

NCB 37-42 Minggu SMK 10-90 percentil

NLB > 42 Minggu BMK > 90 percentil

Scoring pada neonatus :

- New Ballard  usia gestasi dengan maturasi ( neuromuskular dan fisik)


Normal(aterm) : 30 score
- Lubchenco  usia dan berat lahir bayi
- Denver II  usia dan perkembangan
- APGAR  Derajat asfiksia neonatus menit 1 dan 5
- Down score  derajat kegawatan napas neonatus
APGAR SCORE
0 1 2
Appearance Sianosis seluruh tubuh Akral sianosis Merah seluruh tubuh
Pulse - <100x/menit >100x/menit
Grimace - Merintih Bersin/batuk
Activity - Tonus melemah Gerak aktif
Respiration - Nafas tidak teratur Menangis kuat

INTERPRETASI :

- 7-10 Normal
- 4-6  Asfiksia ringan
- 0-3  Asfiksia Berat
RDS SCORING – DOWN SCORE

0 1 2
Sianosis - Hilang dengan O2 Sianosis menetap
Merintih - Dengar dengan Dengar tanpa
stetoskop dengan stetoskop
Retraksi - Retraksi Ringan Retraksi berat
@70G0KLINIK
Udara Masuk Baik Menurun Ringan (-) udara masuk
Respiratory Rate <60 60-80 >80
> 4  RDS (Respiratory Distress Syndrome)

>8  Ancaman gagal napas

Respiratory Distress Syndrome

 neonatus < 28 hari

Gejala : sesak, sianosis, retraksi (penggunaan otot bantu napas) sa02 < 92%

Terdiri dari :

- HMD ( Hyalin Membran Disease)


- TTN ( Transcient Tachypnea of Newborn)
- MAS ( Mekonium Aspirasi Syndrome)

HMD (HYALIN MEMBRAN DISEASE)

Faktor risiko : Bayi premature < 37 minggu

 disebabkan oleh defisiensi dari surfaktan di alveolus paru

Gambaran radiologi :

- Ground glass appreance


- Snow strom appreance

Grade

- I  bercak retikulogranuler dengan air bronchogram


- II  Grade I menyeluruh + air bronchogram
- III  Batas jantung tidak dapat ditentukan
- IV  Seluruh lapangan paru terlihat putih (opak), “ White Lung “

Therapy :

- O2
- Surfaktan intratrakeal

@70G0KLINIK
TTN ( TRANSIENT TACHYPNOE OF NEWBORN)

 Sering dijumpai pada bayi aterm ( 37-42 minggu)

- Riwayat SC
- Riwayat ibu dengan DM
- Partus presipitatus

Gambaran radiologi :

- Infiltrat pada daerah perihiller


- Bagian perifer lebih hiperlusen
- Hiperinflasi

Therapy :

- Observasi
- Oksigen
- Antibiotik
- Biasanya membaik sendiri

MAS ( MECONIUM ASPIRASI SYNDROME)

Bercampur mekonium dengan ketuban

 Sering pada bayi post term > 42 minggu

Gejala klinis : kulit bewarna kuning-kehijauan, retraksi dinding dada, air


ketuban bercampur mekonium.

Gambaran radiologi :

- Patchy infiltrat
- Hiperinflasi

Therapy :

- Suction
- Oksigen
- Antibiotik

@70G0KLINIK
Antibiotik

- Ampisilin 50-100 mg/kgBB/6jam + gentamisin 7,5 mg/kgBB/24 jam IV

Gagal

Kloramfenikol 10 mg/kgBB + gentamisin

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR

Nilai :

- Cukup bulan ?
- Amnion jernih dari mekonium ? YA  observasi
- Bernapas/menangis ?
- Tonus baik ?
Keringkan, stimulasi, reposisi
Tidak

HA PO JA RANG

Hangatkan Posisikan Bebaskan Jalan Napas

Nilai HR, RR, Warna kulit

Apnoe/FJ <100x/menit

FJ < 100 / apnoe

VTP (ambu bag)

@70G0KLINIK
FJ < 60x/menit

VTP + KOMPRESI 3 : 1

FJ < 60x/menit

Injeksi Epinefrine

TRAUMA KEPALA SAAT LAHIR

Melewati sutura Tidak melewati sutura

Caput suksedaneum Subgaleal hematom Sefalohematom

(Perdarahan sub periostea)

- Komplikasi : Infeksi :
Aspirasi diagnostik

- Sembuh dalam waktu 2-8


minggu

- Kalsifikasi bertahan selama


> 4tahun

Gejala : gejala:

- Benjolan (+) - Benjolan (+)


- Hematom meluas (-) - Hematom luas (+)
- Anemia / syok hipovolemik (KU jelek)

Therapy : therapy :

- Observasi saja - Suportif


- Observasi : perkembangan, hematokrit,
hiperbilirubinemia, koagulopati

@70G0KLINIK
OMPHALITIS OF NEWBORN

Gambar :

 Peradangan pada tali pusat

 Tali pusat biasanya lepas pada hari ke-7 setelah lahir dan luka baru sembuh
pada hari ke-15

 Tanda infeksi : Demam, rewel, dan tidak mau menyusui

 Ada tanda-tanda infeksi di sekiltar tali pusat seperti kemerahan, panas,


bengkak, nyeri, dan mengeluarkan pus yang berbau.

Therapy :

- < 1cm : topikal ( antiseptik + antibiotik)


- ≥ 1cm : topikal dilanjutkan + antibiotik sistemik (oral)
Cth : amoksisilin 25-50 mg/kgBB/Hari selama 5 hr.

@70G0KLINIK
HIPERBILIRUBINEMIA
DERAJAT KRAMER
KRAMER BILIRUBIN TOTAL
I  KEPALA DAN LEHER 5,4
II  KEPALA, LEHER & UMBILIKUS 8,9
III  KEPALA, LEHER, PAHA & LUTUT 11,8
IV  KEPALA HINGGA TUNGKAI 15,8
V  KEPALA HINGGA UJUNG JARI > 15,8

Adalah istilah yang dipakai setelah ada hasil laboratorium yang menunjukan
peningkatan kadar bilirubin serum.

Ikterus  terjadi apabila ada akumulasi bilirubin dalam darah, hingga kulit dan
atau sklera bayi tampak kekuningan.

Dewasa  > 2 mg/dl

Neonatus  > 5 mg/dl

Klasifikasi :

- Ikterus fisiologis
- Ikterus patologis

IKTERUS FISIOLOGIS

 terjadi akibat proses fisiologis dalam tubuh, proses fisiologis tersebut


meliputi :

- Jumlah eritrosit neonatus > dewasa


- Umur eritrosit neonatus < dewasa
- Sistem konjugasi hepar belum efektif, terutama bayi prematur

 Kapan dikatakan fisiologis :

- Onset > 24 jam


- Menghilang < 2 minggu / 14 hari
- Puncak bilirubin total < 13 mg/hari ATAU bilirubin < 5 mg/dl
- Ikterus memuncak pada hari ke 3-4, bertahan tidak lebih dari 1 minggu
pada bayi ATERM atau 2 minggu pada bayi PREMATUR.

@70G0KLINIK
KLASIFIKASI :
BMJ (BREAST MILK JAUNDICE) BFJ (BREAST FEEDING JAUNDICE)
- Asupan asi cukup - Asupan ASI kurang
- Enzim (UDPGA) berkurang - Bayi malas menyusui
- Gangguan metabolisme hati - Bayi tampak haus
- Timbul di Usia > 5 hari - Timbul di usia < 5 hari

Therapy :

- BFJ  berikan asi lebih sering


- BMJ  lanjutkan pemberian ASI minimal 8-12 x/hari
- Stop asi jika bilirubin > 20 mg/dl

IKTERUS PATOLOGIS

 Semua ikterus yang terjadi pada hari 1 / < 24 jam

 ikterus yang sangat progresif dengan kadar bilirubin >15 mg/dl(hari) atau >5
mg/dl

 ikterik bertahan lebih dari 7-14 hari

KLASIFIKASI :

INKOMPABILITAS ABO INKOMPABILITAS RHESUS


- Gejala lebih ringan - Gejala lebih berat
- Ibu dengan gol. Darah O - Ibu rhesus (-) dengan anak
- Bisa pada anak pertama berbeda rhesus
- Butuh sensitasi
Pemeriksaan :

- COOMBS TEST (+)  DIREK  ERITROSIT


 INDIREK  SERUM

Therapy : Anemia hemolitik (autoimun)

- Steroid
- IVIG
- Terapi sinar
- Transfusi tukar

PENTING!!! : Jika didalam soal terdapat masalah inkompabilitas RHESUS dan


ABO, pilihan jawaban utama adalah inkompabilitas RH.
@70G0KLINIK
ATRESIA BILIER

 Tidak terbentuknya saluran empedu (traktus biliaris)

 Fungsi saluran empedu untuk mewarnai feses

Gejala klinis :

- Ikterus
- BAB dempul
- BAK seperti teh
- Bilirubin indirect
- Gamma GT

Pemeriksaan penunjang :

- USG  Triangle Cord Sign (+)


- Kolangografi

Klasifikasi :

- Tipe embrional  lahir  ikterik


- Tipe perinatal  beberapa saat setelah lahir

Tatalaksana : operasi  kanssai procedure (portoenterostomi)

KERN IKTERUS

 Komplikasi hiperbilirubinemia  kerusakan otak pada bayi

Gejala klinis :

- Ikterus
- Kesadaran
- Opistotonus
- High pitched cry
- Apnea

TERAPI UMUM IKTERUS

- Jika bilirubin > 15 : Fototerapi


- Jika bilirubin ≥ 25 : Transfusi tukar

@70G0KLINIK
Endokrinologi – Genetik
Hipoglikemia

 kadar glukosa plasma <45 mg/dl pada bayi atau anak-anak dengan atau tanpa
gejala

Anamnese :

- Berkeringat, lapar, tremor, takikardi, pucat, diorientasi


- Dijumpain gerakan tidak beraturan
- Kejang, koma, letargis, apatis
- Sianosis
- Apneu
- Dapat juga Asimtomatik

Etiologi :

- Riwayat ibu DM
- Besar masa kehamilan
- Neonatus dengan entroblastosis fetalis
- IUGR
- Prematur
- Stres perinatal (sepsis, syok, asfiksia, hipotermi)
- Insufisiensi endokrin

Therapy :

NEONATUS

Jika KGD < 25 mg/dl  IV bolus D 10% : 2cc/kgBB


 IVFD D 10% minimal 60cc/kg/hari

Ulangi dalam (30 menit – 1 jam)

≥ 45 <45

Ulangi KGD (2-4jam) IVFD D 10% sampai maksimal 100 cc/kg/hari

@70G0KLINIK
- KGD > 25 mg/dl < 45 mg/dl

Nutrisi oral/ASI/PASI maks : 100cc/kg/hari

Ulangi ( 1 jam)

<36 36 -45

IV Bolus D 10% 2cc/kgBB Oral ASI/PASI + D 5%

Diulang 1 jam

ANAK

Klasifikasi :

ASIMTOMATIK

Sadar Tidak Sadar

- Pasang IV line bolus glukosa

Glukosa oral

Ulang periksa KGD 1 jam kemudian

Respon sadar KGD > 60 Tidak Respon  ulangi langkah pertama

Berikan glukosa oral

@70G0KLINIK
SIMTOMATIK  PASANG IV LINE BOLUS GLUKOSA

- > 12 Thn : glukosa 50% : 2cc/kgBB/ max : 25


- 2-12 Thn : glukosa 25% 2cc/kgBB (glukosa 50% + NaCl 0,9% 1:1)
- < 2 Thn : glukosa 10 % : 2cc/kgBB ( glukosa 50% + NaCL 0,9% 1:4)
- Ulangi periksa KGD 1 jam kemudian

GROWTH HORMON

 Terletak di kelenjar pitutary anterior

 fungsi : pertumbuhan tulang, metabolisme, pertumbuhan otot,dll.

Kelainan growth hormon :

- Berlebihan : Gigantisme, akromegali


- Defisiensi : Dwarfism, Creatinisme

GROWTH HORMON  BERLEBIH

GIGANTISME AKROMEGALI
- Terjadi pre-pubertas  lempeng - Terjadi setelah pubertas 
epifisis belum tertutup lempeng epifisis sudah tertutup
- Pertumbuhan tulang berlebihan - Sering akibat tumor hipofisis
- Tinggi > 2meter - Pertumbuhan jaringan kartilago,
- Obesitas tangan, kaki, dagu dan lidah
- Soft tissue hipertrofi - Efek metabolisme
- KGD
- Muka lebar

DEFISIENSI GROWTH HORMON

DWARFISM CREATINISME
- Hipopituaritism - Hipotiriodisme
- Bagian tubuh proporsional - T3 & T4
- Perawakan pendek - Perawakan pendek
- IQ Normal - Bagian tubuh tidak proporsional
- Fertile - Ekspresi datar, muka jelek
- Retardasi mental
- Infertile

@70G0KLINIK
KELAINAN HORMON TIROID

Hipotiroid kongenital

 Diakibatkan oleh transplasental antibody dari ibu yang memiliki grave’s


disease

Anamnese :

- Kelainan post date


- Gangguan perkembangan
- Malas menyusui
- Suara menangis serak
- Riwayat lahir didaerah endemik kekurangan iodium

Pemeriksaan fisik :

- Dull face
- Lidah besar
- Kulit kering
- Hernia umbilikus
- Hipoaktif
- Mirip sindrom down

Pada anak  creatinisme

Pemeriksaan penunjang :

- Darah lengkap
- TSH , FT4
- Radiologi : skintigrafi tiroid

@70G0KLINIK
KELAINAN GENETIK

Sindrom Turner

- Perempuan 45 XO
- Tubuh pendek
- Kehilangan lipatan kulit di leher

Sindrom Klinefelter

- Laki-laki 47XXY
- Infertilitas
- Keterbelakangan mental
- Perkembangan : ginekomastia

Sindrom Marfan

- Kelainan genetik pada jaringan ikat


- Ektremitas panjang, jari panjang
- Kelainan katub jantung dan aorta

@70G0KLINIK
Sindrom jacobs

- Laki-laki XYY
- Sindrom laki-laki super
- Pertumbuhan pesat lebih tinggi dari rata-rata

Sindrom Down

- Kelainan kromosom 21
- Mikrosefali
- Sela hidung datar
- Makroglosia, tangan pendek, jarak antara jari pertama dan kedua melebar

Sindrom patau

- Kelainan kromosom 13
- Reterdasi mental
- Bibir sumbing dan palatum
- Polidaktil kelainan pada kulit
- Kelainan jantung dan genital
@70G0KLINIK
Sindrom Edward

- Kelainan kromosom 18
- Retardasi mental berat
- Gangguan pertumbuhan
- Ukuran kepala dan pinggul kecil
- Kelainan pada tangan dan kaki

@70G0KLINIK
Sindrom Cri Du Chat

- Kelainan pada deplesi kromosom autosomal 5P


- Tangisan melengking seperti kucing
- Reterdasi mental
- Mikrosefali
- Kelainan bentuk wajah, wajah bundar, epicental fold, gagal tumbuh
kembang

Duchene Muscular Dystrofy (DMD)

 kelainan genetik X linked Recesive akibat tidak ada protein dystropin


sehingga degenarasi dan kelemahan otot secara progresif

Gejala klinis :

- Kesulitan berjalan
- Kontraktur pada otot
- Kesulitan motoris
- Hiperlordosis
- Gower Sign (+)

@70G0KLINIK
PUBERTAS PREKOKSIA

 timbulnya tanda-tanda perkembangan seksual sekunder pada usia < 8 tahun


(perempuan) usia < 9 tahun (laki-laki)

a. Pubertas prekoks sentral (GnRH-dependent)

- kelainan pada sistem saraf pusat

- idiopatik

- tumor

Gejala : mengalami pubertas dari sisi hormonal & fisik secara menyeluruh
(primer & sekunder)

b. Pubertas prekoks Perifer (GnRH-Independent)

- Hiperplasia adrenal kongenital

- Tumor

Gejala : hanya mengalami pubertas sekunder ( tumbuh bulu-bulu, payudara


membesar)

 tanner staging

DELAYED PUBERTY/PUBERTAS TERLAMBAT

 pertumbuhan kelamin sekunder anak terlambat atau tidak sama sekali

- Laki-laki > 14 tahun


- Perempuan > 12 tahun

Penyebab : hipogonadisme primer & sekunder

Primer : FSH & LH

Sekunder : FSH & LH

@70G0KLINIK
GIZI BURUK

Klasifikasi :

- Marasmus
- Kwashiokor
- Marasmus & kwashiokor

MARASMUS

kurang asupan energi (karbohidrat)

Gejala klinis :

- Anak tampak kurus


- Old man face (wajah tua)
- Baggy pants  penipisan lemak pada pantat
- Iga gambang
- Rambut muda dicabut
- No edema

KWASHIOKOR

 kekurangan asupan protein

Gejala klinis :

- Moon face
- Asites
- Rambut kemerahan
- Crazy pavement Dermatosis  kulit terkelupas
@70G0KLINIK
- Gagal tumbuh
- Edema (+)  pitting

MARASMUS & KWASHIOKOR

 kekurangan asupan karbohidrat & protein

Gejala klinis : ada keduanya

GANGGUAN PERKEMBANGAN

 gizi kurang : -3 < Z Score < -2

 gizi buruk Z Score < -3

CDC  BB/TB

- Gizi buruk : <70%


- Gizi kurang : 70-90%
- Gizi baik : 90-110%
- Gizi lebih : 110-120%
- Overweight : >120%

Gizi buruk

- WHO : Z Score < -3  dibawah garis hitam


- CDC : <70%
- LILA : <11,5
- KMS : dibawah

Skrining perkembangan anak

- Perkembangan : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)  mulai


dari 3 bulan
- Penglihatan : TDL  Mulai dari 36 bulan
- Pendengaran : TDD  Mulai 3 bulan
- Autism : Chat  Mulai 18 bulan
- ADHD : Conners  Mulai 36 bulan
- Usia : BB  Denver I
- Usia : Perkembangan anak  Denver II

@70G0KLINIK
TATALAKSANA GIZI BURUK :

@70G0KLINIK
1. Atasi Hipoglikemia
Sadar  D 10% 50 ml  Oral/NGT
Tidak Sadar  D 10% 5ml/kgBB  Parenteral

2. Atasi Hipotermia <36,5


Berikan selimut/cahaya

3. Atasi dehidrasi
Syok : RLG 5%  RL + D10% (1:1) +Resomal 5ml/kgBB1/2 jam 2 jam
Tidak Syok : Resomal 5ml/kgBB  ½ jam  2 jam

4. Atasi elekrolit
Koreksi kalium
Koreksi magnesium

5. Atasi infeksi
Tidak ada komplikasi : kotrimkosazole PO (25mg Sulfametaksasol + 5mg
Trimetropan/kgBB) /12jam selama 5 hari
Ada komplikasi/Penyulit (Letargi,pneumonia,ISPA)
Gentamisin 7,5mg/kgBB/24 jam (IV/IM) + Ampisilin 50mg/kgBB/6jam
(IV/IM) atau amoksisilin oral 15mg/kgBB/8jam selama 5 hari

6. Mikronutrien : Fe diberikan difase Rehabilitasi/minggu ke II & Vitamin A


sesuai dosis

7. F-75  Fase Stabilisasi


Kalori : 80-100 kkal
Protein : 1-1,5 gram
Cairan : 100cc dengan edema 130 cc tanpa edema

8. F-100  Fase Transisi


Kalori : 100-150 kkal
Protein : 2-3 gr
Cairan : 150 cc

9. Stimulasi bermain dan belajar


10. Persiapan Follow up

@70G0KLINIK
VAKSINISASI

VAKSIN HIDUP VAKSIN INAKTIF


- KI : Imunodefisiensi dan hamil - Titer antibodi akan terus
- Respon imunitas alami menurun sehingga butuh dosis
- Dapat dibekukan ulang
- Oral,IM,SC - Tidak dapat dibekukan
- Cth : BCG (bekteri) - IM
- MMR,Campak,Yellow - DPT,Meningococal,
Fever,HPV (Virus) Pneumococal, Hib (bakteri)
- Influenza, HepA,B, Rabies
(virus)

@70G0KLINIK
HEPATITIS B

- Pemberian : 0,2,3,4 bulan


- Hep B pertama  diberikan <12 jam setelah inj. Vitamin K
- Via IM musculus vastus lateralis
- Ibu dengan HbsAg (+)  Inj. HbIg  paha kiri
- Jika status HBV ibu tidak diketahui  tetap berikan vaksin HBV, lalu
periksa ibunya  jika (+) beri HBIg 0,5 cc IM (sebelum umur bayi 7 hari)
- Bayi lahir ibu HbsAg (+)  beri vaksin Hep B pada paha kiri + HBIg 0,5 cc
paha kanan

POLIO

- Pemberian : 0,2,3,4 bulan


- Polio pertama  diberikan saat mau pulang agar tidak menular bayi yang
lain  penularan dari feses
- Diberikan via oral  2 gtt
- IPV (injected Polio Vaksin)
- Jika muntah < 10 menit  ulangi pemberian

KIPI : akut flaksid paralisis

BCG( Bacille Calmette Guerin)

- Diberikan < 2bulan, hanya 1 kali


- Via Intracutan/intradermal 0,05 cc deltoid kanan
- Jika >3 bulan  mantoux test dulu
- Indurasi (+) : jangan berikan vaksin, pofilaksis dulu INH 10mg/kgBB
- Indurasi (-) : berikan vaksin
- Kontraindikasi : steroid jangka panjang, kemoterapi
Gizi buruk  tunggu berat badan > 2kg
Mantoux (+) > 10 mm

DPT (difteri, Pertusis, Tetanus)

- Pemberian : 2,3,4 bulan


- Diberikan via IM paha kiri 0,5 cc
- DTwP : whole pertusis  sering demam
- DTaP : acellular pertusis  tidak demam
- Temp > 40,5ºC  tunda imunisasi berikan PCT 10-15 mg/kgBB/x
- Temp < 40,5 ºC  teruskan imunisasi sesuai jadwal + PCT

@70G0KLINIK
CAMPAK

- Diberikan usia 9 bulan, booster pada 18 bulan & 6 tahun


- Via SC (subkutan) pada deltoid kiri 0,5 cc
- Jika > 12 bulan campak (-), berikan MMR saat 15 bulan
- Jika sudah pernah dapat vaksin campak boleh MMR

MMR (Mumps, Morbili, Rubella)

- Pemberian IM  0,5 cc
- MUMPS  etio (rubulavirus)
Menyerang parotis  parotitis epidemika
Gejala : benjolan pada angulus mandibula, nyeri (+), demam
Therapy : simtomatik  PCT
Komplikasi : Orchitis  pembengkakan testis

VARICELLA : 12 bulan

HEP A : 24 bulan ( 2 kali interval 6-12 bulan)

DENGUE : 12 bulan

TIFOID : 24 bulan

PCV & ROTAVIRUS : 2,4,6 bulan

HIB : 2,3,4 bulan

HPV : > 10 tahun

@70G0KLINIK
INFEKSI (GANGGUAN RESPIRASI)

PNEUMONIA

Etiologi  Streptococcus pneumonia  paling sering

Mycoplasma pneumonia  10 tahun

Virus  RSV (Respiratory Synthical Virus)

Gejala klinis :

- Sesak napas
- Demam tinggi
- Ronchi basah
- Batuk
- Retraksi dinding dada

Pemeriksaan fisik :

- Inspeksi : simetris
- Palpasi : stem fremitus meningkat / normal
- Perkusi : redup (+)
- Auskultasi : suara pernapasan : vesikuler
- Suara tambahan : ronki basah (+)

Ro. Thorax : Pneumonia Lobaris  perselubungan inhomogen, air


bronchogram (+) pada lobus paru

Therapy :

Pneumonia Ringan  jika pasien sesak napas saja

- Lini I  cotrimoxazole ( 4mg/kgBB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari


- Amoksisilin 25mg/kgBB/8 jam selama 5 hari

Pneumonia Berat  jika pasien sesak napas + retraksi dada atau sianosis

- Lini I  Ampisilin 50-100mg/kgBB/6jam + gentamisin 7,5 mg/kgBB/24


jam Selama 3 hari
- Perbaikan (+)  amoksisilin 50mg/kgBB tuntaskan selama 5 hari
- Perbaikan (-)  ganti Ceftriaxone 80mg/kgBB/24 jam

@70G0KLINIK
BRONCHIOLITIS

Etiologi : RSV  usia < 2 tahun

Gejala klinis :

- Batuk
- Demam
- Sesak napas

Pemeriksaan fisik :

Inspeksi : dinding dada semetris

Palpasi : stem fremitus normal  menurun

Auskultasi : vesikuler

Suara tambahan : WHEEZING +/- RONCHI BASAH (+)

Catatan : wheezing yang pertama kali didengar, tanpa ada riwayat asma

Foto thorax : patchy infiltrat/patchy atelektasis

Terapi :

- Simtomatik
- Demam : PCT
- Nebulisasi Nacl 3 %  20 menit
- Saba Inhalasi  membedakan antara asma & bronchiolitis

Asma : sesak (-) Bronchiolitis : sesak (+)

PERTUSIS

Etiologi : Bordetella pertusis (coccobacillus gram negatif)

Nama lain : batuk rejan, whooping, cough

Gejala klinis :

@70G0KLINIK
- Batuk spasmodik  whooping cough  batuk nada tinggi  hingga
apnea sesaat dan kemudian muntah
- Sianosis
- Perdarahan subkonjungtiva

Patogenesis :

- Fase inkubasi  masukanya bakteri


- Fase katarhalis  infeksius
- Fase paroksismal  manifestasi klinis
- Fase konvalensi  penyembuhan

Therapy :

- Lini I  eritromisin (gol.makrolid) 40-50 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis


selama 14 hari
- Lini II  Azitromisin 20 mg/kgBB SD selama 5 hari
- Profilaksis : vaksin DPT

CROUP (LaringoTrakeoBronkitis)

Etiologi : Parainflunenza virus (1,2,3)

Gejala klinis :

- Batuk menggonggong ( barking cough)


- Stridor insipratory  jika anak gelisah
- Suara serak (hoarsness)

Pemeriksaan :

Ro. Cervikal : Steeple Sign (+) atau Wine Bottle Sign (+)  penyempitan
trakea

@70G0KLINIK
Therapy :

- Sesak : epinefrin (adrenalin) rasemik : beri 2 ml adrenalin 1:1000


ditambah kedalam 2-3 ml Nacl 0,9 % diberikan via Nebulizer selama 20
menit

- Sesak Hilang : kortikosteroid/dexametasone 0,3-0,6 mg /kgBB/ PO hari


(max 10 mg/hari)

TB PARU

Etiologi : M. Tuberkulosis

 merupakan bakteri tahan asam jenis batang

Gejala klinis :

- Batuk
- Demam subfebris
- Sputum (+)
- BB turun/tidak naik dalam 2 bulan
- Malaise > 2 minggu

@70G0KLINIK
Diangnosa :

SKORING TB

Kondisi anak yang kontak dengan pasien TB infeksius

- Terpajan/kontak
Tidak ada bukti infeksius/sakit TB
Kontak (+), gejala TB (-), Mantoux (-), Ro Thorax (N)

- Infeksi TB laten (skor 6, tanpa gejala)


Kontak (+), Tuberkulin (+), gejala TB (-) Ro Thorax (N)

- Sakit TB
Gejala TB, Mantoux (+), Ro Thorax (N/+)
Skor ≥6 dengan gejala klinis
Pemeriskaan mikroskopis (+) + gejala

Profilaksis :

Anak sehat Kontak (+)

Mantoux (+)

INH 10 mg/kgBB selama 6 bulan

@70G0KLINIK
Therapy TB paru anak

2RHZ + 4RH

TB paru anak + HIV

2RHZE + 4R3H3

EPIGLOTITIS

Etiologi : Hemophyllus Influenza Tipe B

Gejala klinis :

- Demam tinggi
- Disfagia
- Disfonia
- Drooling saliva

Pemeriksaan Ro.Cervical : Thumb sign  seperti jempol

Therapy :

- Antibiotik (gol.cephalosporin)
- Jika gejala berat perlu  cricothyriodotomy

@70G0KLINIK
DEMAM DENGAN RUAM

Campak/measles/rubeola/morbili

Etiologi : Paramyxoviridae/morbili virus

Gejala klinis :

- Demam
- Ruam exanthema (makulopapular)
Muncul saat demam tinggi, mulai dari belakang telinga hingga keseluruh
tubuh
- 3C (Cough, Coryza(Pilek), Conjungtivitis
- Ruam Enantema  Koplik Spot  bintik kemerahan pada mukosa
buceal

Pemeriksaan lab : - IgM  muncul 3 hari setelah ruam

Therapy :

- Simtomatik
- Vitamin A
< 6 bulan  50.000 IU (1/2 biru)
6-12 bulan  100.000 IU ( 1 biru)
> 12 bulan 200.000 IU ( 1 merah)

Komplikasi :

- bronchopneumonia
- dehidrasi
- ensefalitis

Roseola Infantum/eksantema subitum

Etiologi : Human Herpes Virus (HHV) tipe VI

Gejala klinis :

- Demam
- Ruam makulopapular
- 3 C (Cough, Conyza, Conjuntivitis)
- Demam turun timbul Ruam mulai di leherbadanseluruh tubuh

Therapy : simtomatik

@70G0KLINIK
Rubella/Campak Jerman

Etiologi : rubella virus

Gejala klinis :

- Demam
- Ruam makulopapular
- Pembesaran KGB (+)
- Enantema : Forcheimer Spot (+)
(Pada palatum/uvula)  bercak kemerahan (+)

Therapy : simtomatik

Trias Kongenital Rubella :

- Tuli sensorineural  TELINGA


- Kelainan mata (katarak, meurpothalmia)  MATA
- Congenital heart disease (PDA)  JANTUNG

NEUROLOGI

KEJANG DEMAM

 Bangkitan kejang yang terjadi pada anak 6 bulan - 5 tahun yang disertai
kenaikan suhu > 38ºC yang tidak disebabkan proses intrakranial

 Bila ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya maka tidak disebut
sebagai kejang demam

 Bila berusia kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam rekomendasi ini
melainkan termasuk dalam kejang neonatus

Pemeriksaan :

- Lumbal punksi  menyingkirkan infeksi SSP

Kriteria jackson :

KDS (Kejang Demam Sederhana)

- Generalisata (seluruh tubuh)


- < 15 menit
- Tidak berulang dalam 24 jam

@70G0KLINIK
KDK (Kejang Demam Kompleks)

- Parsial (sebagian tubuh)


- > 15 menit
- Berulang dalam 24 jam
- Defisit neurologis
- Penurunan kesadaran

Therapy : berantas kejang

Pre hospital

- Diazepam rectal
< 12 kg : 5 mg
> 12 kg : 10 mg
Max : 2x dalam 5 menit
Hospital/IGD
- Diazepam IV : 0,3-0,5 mg/kgBB/x

Fenitoin IV (20mg/kgBB/x) fenobarbital IV (20mg/kgBB/x)

Diencerkan dalam 50 ml Nacl selama 20 menit diberikan selama 5-10 menit

Max 1000 mg Max 1000 mg

Fenobarbital IV (20mg/kgBB/x) fenitoin (20mg/kgBB)

Diberikan selama 5-10 menit diencerkan dalam 50 mg Nacl Max 1000 mg

ICU  Midazolom IV/propofol IV/Pentobarbital

@70G0KLINIK
Teraphy profilaksis kejang demam :

KDS  Terapi intermitent

- Antipiretik (PCT)

KDK  terapi maintenence

- Asam Valproat 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis


- Alt : fenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis
Efek samping : gangguan memori, Anemia def asam folat

Berikan selama 1-2 tahun bebas kejang tappering off perlahan

DIARE/ENTERITIS

Klasifikasi diare :

- Diare akut : diare terjadi mendadak dan dapat berlangsung hingga 14 hari
- Diare persisten : > 14 hari akibat infeksi
- Diare kronis : > 14 hari non infeksi

Mekanisme diare :

- Diare osmotik : terjadi perubahan gradien absorbsi cairan sehingga


menimbulkan retensi cairan dalam intralumen usus.
Contoh : intoleransi laktosa
- Diare sekretorik : akumulasi CAMP intraseluler menyebabkan sekresi
aktif air, CL, K, Na, & bikarbonat kelumen usus
Contoh : infeksi kolera (toksin)
Substansi empedu, asam lemak
- Diare motilitas : terjadi perubahan motilitas gastrointestinal yang
mempengaruhi kemampuan absorbsi
Contoh : hipomotility  statis malabsorbsi
Hipermotility  mengurangi waktu transit cairan untuk di absorbsi
- Diare inflamatory/invasif
Karena adanya proses peradangan yang menyebabkan destruksi villi usus
ata defisiensi transporter sehingga kehilangan cairan & elektrolit berupa
protein, darah.

@70G0KLINIK
Contoh : Infeksi Shigella, IBD

Derajat Diare

Pemeriksaan penunjang :

- Kultur feses
- Elektrolit
- Lab darah

Tatalaksana diare :

5 lintas diare

- Atasi dehidrasi  berikan oralit/cairan


- Berikan tablet zinc 10 hari berturut-turut
- Teruskan asi-makan
- Berikan AB selektif
- Berikan nasihat pada ibu/keluarga

Rencana terapi A (tanpa dehidrasi)

Berikan oralit

- Umur < 1 tahun : 50-100 ml/kali diare


- Umur > 1 tahun : 100-200 ml/kali diare

Rencana terapi B (Dehidrasi Ringan-Sedang)

Oralit/cairan 75 ml/kgBB  selama 3-4 jam

@70G0KLINIK
Rencana terapi C (Dehidrasi Berat)

IVFD RL/NaCl 0,9%  100ml/kgBB

Usia 30ml/kgBB 70ml/kgBB


< 1tahun 1 jam 5 jam
> 1 tahun 30 menit 2,5 jam
 perhatikan tanda-tanda syok

Pemberiaan zinc :

- < 6 Bulan  10 mg
- ≥ 6 Bulan  20 mg
- Pemberian selama 10 hari

Cairan rumatan (Holiday Segar)

BB(Kg) Kebutuhan
0 – 10 kg BB x 100 ml
10 – 20 kg 1000 + 50 x (BB) ml
> 20 kg 1500 + 20 x (BB) ml

DIARE AKUT

Lendir (-)

Vibro cholera

Etiologi : bakteri spiral gram (-)

Gejala klinis :

- Diare profuse
- Seperti cucian beras
- Tangan tampak keriput (washer woman hand)
- Frekuensi > 10x/hari
- Dehirasi berat
- Muntah ++
- Demam +/-

@70G0KLINIK
Pemeriksaan : Mikroskopik Lapangan Pandang Gelap

Faktor risiko : makanan laut

Therapy :

Azitromisin 20 mg/kgBB SD

Eritromisin 12,5 mg/kgBB/hari 4 kali perhari

ROTA VIRUS

 sering pada anak anak, bayi 3-6 bulan

Therapy : simtomatik

Intoleransi laktosa & alergi susu sapi

Gejala klinis :

- Diare asam
- Setelah minum susu

Intoleransi laktosa Alergi Susu Sapi


- Penurunan enzym laktosa - Hipersensitivitas
- Ruam (-) - Ruam (+)
- Riwayat atopi (-) - Riwayat atopi (+)
- Perianal kemerahan - Pemeriksaan :
- Pemeriksaan : Skin prick test (terbaik)
Hidrogen breath test (terbaik) IgE spesifik rash
Benedict test Eosinofil
Clini test
Therapy :

- Diet eliminasi
- Ganti susu ( susu soya/hipoalergic)

@70G0KLINIK
MALABSORBSI

 tidak dapat melakukan absorbsi makronutrien ( karbo, protein, lemak)

Gejala klinis :

- Dijumpain gejala sistemik


- Penurunan BB
- Steatorhea (malabsorbsi lemak)
- Anemia
- Akibat gangguan sistemik  klinis berat  diet eliminasi  subsitusi

Bedakan dengan intoleransi

Intoleransi  zat tertentu yang terkandung dari makanan

Contoh :

- Susu  laktosa
- MSG

Gejala klinis : diare akut

DIARE AKUT

Lendir (+) / darah

DISENTRI BASILER DISENTRI AMOEBA


- Etio : shigella Sp - Etio : entamoeba Histolytica
- BAB > 10 x/hari - BAB < 10 x/hari
- KU jelek - KU baik
- Demam tinggi (+) - Demam (-)
- Dehidrasi (+) - Dehidrasi (-)
- PH basa - PH asam
- Bau amis - Bau busuk
- Tenesmus (+) - Tenesmus (-)
- Pemeriksaan feses : - Pemeriksaan feses :
Sel PMN (+++) Kristal charcot leyden
Bakteri (+) Kista berinti 4
Trofozoit : berbentuk
irreguler,pesudopodia, central
kryosom

@70G0KLINIK
Therapy :

Disentri basiler : anak < 12 tahun

- cotrimoxazole 10 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 5 hari


- ciprofloxacin 2 x 50 mg/kgBB selama 5 hari

Disentri amoeba

- metronidazole 35-50 mg/kgBB/hari (3x1) selama 5 hari

tambahan : DISENTRI AMOEBA

fase infeksius : kista matang berinti 1-4

fase invasif : tropozoit magna dan minuta

tropozoit yang menginvasif ke kolon  menimbulkan luka/ulkus 


menimbulkan gejala

komplikasi : Abses Hepar

BALANTIDIASIS GIARDIASIS
- etio : balantidium coli - etio : Giardia lambia
- gejala klinis : D.amoeba - feses berminyak (steathorea)
- pemeriksaan feses : - nyeri perut
- kista berinti dua makro mikro - mual muntah
nukleus - pemeriksaan feses :
- tropozoit (+) berbentuk seperti( buah pir dan
- bentuk irreguler seperti layang-layang)
- pseudopodia memiliki flagel
- vascuola kontraktil memiliki 2 nukleus & atonem

Therapy :

Balantidiasis

- metronidazole 35-50 mg/kgBB/hari (3x1) selama 5 hari

@70G0KLINIK
Giardiasis

- metronidazole 50 mg/kgBB/hari (3x1) selama 5 hari

ISK PADA ANAK

Etiologi : E.Coli

Therapy :

- kotrimoxazole 24 mg/kgBB setiap 12 jam PO selama 5 hari


- alternatif : amoksisilin, ampisilin atau cefaleksim
- selain pemberian antibiotik  asupan cairan yang cukup  perawatan
hygiene

MENINGITIS PADA ANAK

Therapy :

- lini I  ceftriaxone/cefotaxime
- lini II  ampisilin/amoksisilin + ceftriaxone/cefotaxime/kloramfenikol

DIFTERI PADA ANAK

Therapy :

- ADS 40.000 IU IM/IV


- Penisilin Procain 50.000 IU /kgBB/IM
- Eritromisin 30-50 mg/kgBB/hari dibagi 4 kali pemberian

Keterangan : tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat dan
gelisah  indikasi intubasi atau trakeostomi

 kalau menutup seluruh jangan intubasi  gampang berdarah  aspirasi


pneumonia

@70G0KLINIK
TETANUS NEONATORUM

Etiologi : clostridium tetani

Menghasilkan toksin :

- Hemolysin/tetanolysin
- Neurotoksin/tetanospasmin

Pemeriksaan :

Pewarnaan SCHAEFFER FULTON  spesimen diambil dari dasar luka

4 gejala tetanus :

General  kaku otot maseter, punggung, dan bahu, opistotonus

Localized  kaku, lemah pada daerah tempah luka

Cephalic  parese otot wajah, risus sardonicus

Neonatal  biasa tidak steril pemotongan tali pusat, tidak bisa menyusui,
mulut mencucu, opistotonus

@70G0KLINIK

Anda mungkin juga menyukai